Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

EJAAN BAHASA INDONESIA


MATKUL : BAHASA INDONESIA

Dosen Pembimbing : Dwi Viora, S.Pd.,M.Pd

Oleh Kelompok 2 :
Muhammad Uwais (2301113079)
Nawla Farsha Alendro (2301126658)
Kayyis Alfa Sabriy Izti (2301135127)
Nayla Dianti (2301113785)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS RIAU
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Segala bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti natikan
syafaatnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan makalah
sebagai tugas Bahasa Indonesia dengan judul “Ejaan Bahasa Indonesia”
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinnya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.
Demikian, semoga paper ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 25 Agustus 2023

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………………..………………………………i
KATA PENGANTAR………………………………………………...………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..…………………..…..1
1.1 Latar Belakang…………………………..………………..……………………..……….…..1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………..…………………………..2
2.1 Pengertian Ejaan……………………………………………………………….……………..2
2.2 Pengertian Huruf…………………………………………………………………..…………..2
2.3 Penulisan Kata…………………………………………………….……………….…….……4
2.4 Penulisan Singkatan dan Akronim…………………………………………...………………..6
2.5 Penulisan Angka dan…………………………………………………………………………10
2.6 Penulisan Tanda Baca……………………………………………………………...………...15
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..…18
3.1 Kesimpulan………………………………………..…………………………………….…...18
3.2 Saran……………………..………………………………………………………………......18
DAFTAR PUSTAKA….…………………………………………………………………..……19
iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jika kita melihat perkembangan bahasa Indonesia sejak dahulu kala, maka tidak mungkin kita
bisa memisahkan perkembangan ejaannya. Kita tahu bahwa beberapa ratus tahun yang lalu,
bahasa Indonesia tidak disebut bahasa Indonesia melainkan bahasa Melayu. Nama Indonesia
baru muncul belakangan. Kita masih ingat masa kerajaan Sriwijaya: ada beberapa prasasti
Melayu kuno yang menggunakan aksara Pallawa (India) yang banyak dipengaruhi oleh bahasa
Sansekerta dan juga Jawa Kuno. Oleh karena itu, bahasa pada masa itu belum menggunakan
huruf latin. Bahasa Melayu Kuno ini kemudian berkembang di berbagai wilayah Indonesia,
terutama pada masa agama Hindu dan awal munculnya Islam (abad ke-13).
Para saudagar Melayu yang datang ke Indonesia menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa
umum yaitu bahasa komunikasi dalam perdagangan, ajaran agama, dan hubungan antar bangsa
dalam bidang ekonomi dan politik. Lingua franca ini juga dikembangkan di kota-kota pelabuhan
yang menjadi pusat lalu lintas komersial. Banyak saudagar asing yang mencoba mempelajari
bahasa Melayu demi keuntungan mereka sendiri. Bahasa Melayu juga ditulis dengan aksara Arab
dan kemudian berkembang menjadi aksara Arab-Melayu. Banyak karya sastra dan kitab
keagamaan yang ditulis dalam aksara Arab-Melayu. Huruf ini juga digunakan sebagai ejaan
resmi bahasa Melayu sebelum huruf Latin atau Romawi digunakan untuk menulis bahasa
Melayu, meskipun masih sangat terbatas.
Ortografi Latin bahasa Melayu ditulis oleh Pigafetta, dan kemudian oleh de Houtman, Casper
Wiltens, Sebastianus Dancaert dan Joannes Roman. Tiga abad kemudian, tulisan ini baru
mendapat perhatian dengan diciptakannya ejaan Van Ophuijsen pada tahun 1901. Keinginan
untuk menyempurnakan tulisan Van Ophuijsen ini mengemuka pada Kongres Bahasa Indonesia
I, 1938 di Solo, sembilan tahun kemudian, diwujudkan dalam Putusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tanggal 15 April 1947 tentang perubahan ejaan baru.
1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ejaan


Ejaan adalah keseluruhan aturan dalam merepresentasikan bunyi ujaran, memberi tanda
baca, memisahkan kata, dan menggabungkan kata. Ejaan adalah aturan penulisan. Ejaan
tentunya dapat dikatakan sebagai kaidah umum tentang bagaimana bunyi ujaran
direpresentasikan dan hubungan antara simbol-simbol tersebut (pemisahan dan penyatuan dalam
suatu bahasa). Secara teknis, ortografi mengacu pada kaidah penulisan suatu bahasa yang
meliputi penulisan huruf, penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan
penggunaan tanda baca.
Masalah ejaan merupakan masalah tulisan di Indonesia. Dalam upaya modernisasi bahasa
Indonesia, ejaan atau kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia harus benar-benar diutamakan,
karena menulis merupakan tempat menuangkan pemikiran konseptual penulisnya sendiri. Dalam
hal ini, suatu komunikasi tertulis (misalnya dalam pengertian telekomunikasi) harus mempunyai
unsur ejaan. Jadi semua target pelatih bahasa Indonesia akan menggunakan materi ejaan ini. Bagi
masyarakat umum, permasalahan ejaan masih bisa dikaitkan dengan permasalahan literasi,
sehingga masyarakat harus diunggulkan dalam mengenalkan huruf latin.

2.2 Penulisan Huruf


Huruf yaitu Tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan
bunyi bahasa.
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh : Saya membaca
buku.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh : Adik bertanya, “ Kenapa
kita pulang ?”
2
Huruf kapital dipakai sebagi huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh : Tuhan merahmati hamba- Nya.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang di
ikuti nama orang. Contoh : Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi Sulaiman, Dia baru saja
diangkat menjadi Sultan.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang. Contoh
: Presiden Soekarno, Wakil Presiden Adam Malik.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama sebagi nama orang. Contoh : Muhammad Maulana
Rizki, Syarifah Masitoh
Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh : bangsa Indonesia, suku Melayu, bahasa Arab.
Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya dan peristiwa
sejarah. Contoh : tahun Masehi, bulan Januari, hari Selasa, hari Lebaran, Proklamasi
Kemerdekaan.
Huruf kapital sebagai huruf pertama nama khas dalam Geografi. Contoh ; Peta Sumatra, Danau
Toba, Sungai Musi.
Huruf kapital sebagai huruf pertama nama badan resmi, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan serta nama dokumen resmi Contoh: Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Departemen Luar Negeri, Undang – Undang Dasar Republik Indonesia.
Huruf Kapital dipakai sebagai Huruf pertama nama semua kata didalam nama
buku,majalah,surat kabar , kecuali kata partikel , seperti di,ke,dari,untuk,dan,yang untuk,yang
tidak terletak pada posisi awal. Contoh: Dari Gajah Mada ke Jalan Gatot Subroto, Gaul, Analisa
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam singkatan nama gelar,pangkat, dan sapaan.
Contoh: a.di depan nama : – Dr. Doktor Prof. Profesor b.di belakang nama: -M.A. Master of Arts
3
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak,ibu,saudara,kakak,adik dan paman yang dipakai sebagai ganti sapaan. Contoh : Apakah
Ibu jadi ke Belawan besok?
B. Huruf Miring
Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,majalah,dan surat kabar
yang dikutip dalam karangan. Contoh : Majalah Bahasa dan Kesusastraan
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,bagian kata
atau kelompok kata. Contoh: Huruf pertama kata ajeg ialah a
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing ,
kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya. Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata
yang akan dicetak miring diberi garis dibawahnya.
Contoh: Weltarschauung diterjemahkan menjadi “ pandangan hidup”.

2.3 Penulisan Kata


Kata yaitu kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Penulisan Kata terbagi
dalam beberapa bagian yaitu ada Kata dasar, Kata turunan, Kata ulang, Gabungan kata, Kata
ganti (kau, ku, mu, dan nya), Kata depan (di, ke, dan dari), dan Kata sandang (si dan sang).
Hal-hal yang akan dibicarakan dalam penulisan kata yaitu sebagai berikut :
a. Kata Dasar
Kata Dasar di tulis sebagai satu kesatuan. Contoh : pagar, rumah, tanah
b. Kata Turunan
Imbuhan (awalan, akhiran, sisipan) di tulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh: berduri, diangkat.
4
Awalan atau akhiran di tulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau
mendahuluinya bila bentuk dasarnya gabungan kata. Contoh: bertanggung jawab, membabi buta.
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran maka kata-
kata itu ditulis serangkai. Contoh: memberitahukan, penyalahgunaan.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungan itu ditulis
serangkai. Contoh: Pancasila, antarkota,
c. Kata Ulang
Kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Contoh: lari-lari, sayur-mayur.
d. Gabungan Kata
Gabungan kata yang biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis
terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, kambing hitam.
Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubungun untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh: alat pandang- dengar, ibu-
bapak, anak pegawai-teras, buku sejarah-lama.
Gabungan kata yang sudah di anggap satu kata di tulis serangkai. Contoh: Alhamdulillah,
akhirulkalam, daripada, bumiputra.
e. Kata Ganti ku, kau, mu dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kau, mu¸dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh : Buku ini ku baca.
Jangan sampai kau melupakan hal itu! Itu bukan milikmu.
f. Kata Depan di, ke dan dari
Kata Depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
5
Contoh :
Kiki pergi ke Jakarta.
Lilis berasal dari Sumatera Utara.
Erva berdiri di depan tugu Monas.
g. Kata Sandang si dan sang
Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh :
Anak itu digelari sang pengembara.
Syarifah tidak menyukai si malas itu.

2.4 Penulisan Singkatan & Akronim


Singkatan
Menurut buku Master Bahasa Indonesia oleh Ainia Prihantini, singkatan merupakan bentuk yang
dipendekkan dan terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan memiliki berbagai jenis dan kaidah
penulisan, bergantung pada penggunaannya.
▪︎Jenis-jenis Singkatan
Macam-macam singkatan menurut Prihantini buku Master Bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut:
• Singkatan nama seseorang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat
Singkatan jenis ini diikuti dengan tanda titik, misalnya:
Muh. Yamin
Linda Dwi S. W.
S. Sos. (Sarjana Sosial)

6
S. Pd. (Sarjana Pendidikan)
Sdr. (Saudara), dst.
• Singkatan untuk nama resmi lembaga pemerintah, badan, organisasi, dan nama dokumen resmi.
Singkata jenis ini terdiri dari huruf di awal kata. Penulisannya memakai huruf kapital tanpa
diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
UUD (Undang-Undang Dasar)
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), dst.
• Singkatan kata dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah
Singkatan jenis ini berupa gabungan huruf yang diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
Kpd. (kepada)
Jml. (jumlah)
Tgl. (tanggal), dst.
• Singkatan umum
Singkatan umum terdiri dari dua huruf dan diikuti dengan satu tanda titik pada setiap hurufnya.
Singkatan ini diterapkan untuk keperluan surat-menyurat, misalnya:
s.d. (sampai dengan)
d.a. (dengan alamat)
a.n. (atas nama), dst.
• Singkatan untuk menunjukkan satuan ukuran, timbangan, lambang kimia, takaran, dan mata
uang

7
Singkatan ini digunakan tanpa diikuti oleh tanda titik, misalnya:
Rp500 (lima ratus rupiah)
Kg (kilogram)
L (liter)
Mg (magnesium), dst.
Akronim
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akronim merupakan kependekan yang
berupa gabungan huruf atau suku kata atau unsur lainnya yang ditulis serta dilafalkan seperti kata
wajar lainnya. Menurut Ni Kadek Juliantari, dkk dalam buku COVID-19: Perspektif Susastra dan
Filsafat (2020), akronim adalah gabungan huruf awal, suku kata, ataupun gabungan keduanya,
yang diperlakukan sebagai kata lainnya.
Akronim dibuat sedemikian rupa sehingga pembaca atau pembicara tidak kesulitan dalam
mengucapkannya. Selain itu, penggunaan akronim akan menghemat kata-kata. Artinya, kata-kata
panjang yang perlu diucapkan atau ditulis dapat direduksi menjadi akronim dan tetap mudah
dibaca.
Dikutip dari buku Standar Aturan Bahasa Penulisan yang Baik & Benar (EYD): Ejaan Yang
Disempurnakan (2015) karya Rudiyant, apabila perlu membuat akronim, ada dua syarat yang
harus diperhatikan, yaitu:
- Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim digunakan di
Indonesia, yakni maksimal tiga suku kata.
- Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan,
sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim, agar mudah diucapkan dan diingat.
Contoh Akronim :
Dilansir dari PUEBI Daring, penggunaan akronim dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:
• Akronim nama diri yang terdiri dari huruf awal, setiap katanya ditulis menggunakan huruf
kapital tanpa tanda ttitik.

8
Contohnya:
BIN = Badan Intelijen Negara
LIPI = Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN = Lembaga Administrasi Negara
PASI = Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
BIG = Badan Informasi Geospasial
• Akronim nama diri berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata, ditulis dengan huruf awal kapital
Contohnya:
Bulog = Badan Urusan Logistik
Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Jateng = Jawa Tengah
Suramadu = Surabaya Madura
Kowani = Kongres Wanita Indonesia
• Akronim campuran adalah akronim yang terdiri dari gabungan huruf, suku kata, atau keduanya
dan ditulis dengan huruf kecil.
Contohnya :
Sumatera Utara akan mengadakan pemilu tahun ini. (pemilihan umum)
Setiap hari Senin biasanya akan diadakan sidak oleh pimpinan. ( inspeksi mendadak)
Kakak bekerja di bagian humas di kantornya. (hubungan masyarakat)
Pemerintah terus gencar membenahi alutista negara. (alat utama sistem senjata)
Ayah menjabat sebagai sekdes di desa kami. (sekretaris desa)

9
2.5 Penulisan Angka & Lambang Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab
: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi
: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50),
C (100), D (500), M (1.000), V (5.000),
M (1.000.000)
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
paparan.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak
memberikan suara.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan
kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada
awal kalimat.
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.

10
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan:
250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu
3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah
dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan
waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter
Tahun 1928
5 kilogram
17 Agustus 1945
10 liter
Pukul 15.00
Rp5.000,00
10 persen
US$ 3,50*
27 orang
£5,10*
¥100

11
Catatan:
(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
(2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan
tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 Jalan Wijaya No. 14 Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169
6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a.Bilangan utuh
Misalnya:
Dua belas (12)
Tiga puluh (30)
Lima ribu (5000)
b.Bilangan pecahan
Misalnya:
Setengah (1/2)
Seperenam belas (1/16)

12
Tiga perempat (3/4)
Dua persepuluh (2/10) atau (0,2)
Tiga dua pertiga (3 2/3)
Satu persen (1%)
Satu permil (1o/oo)
Catatan:
(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh
dan bilangan pecahan.
(2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang dapat
menimbulkan salah pengertian.
Misalnya:
20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)
22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)
20 15/17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas)
150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga)
152/3 (seratus-lima-puluh-dua pertiga)
8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
- Pada awal abad XX (angka Romawai kapital)
Dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab)
Pada awal abad kedua puluh (huruf)
- Kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
Di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)

13
Di tingkat kedua gedung itu (huruf)
9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut. (Lihat juga
keterangan tentang tanda hubung, huruf A, nomor 5).
Misalnya:
Lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
Tahun 1950-an (Tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
Uang 5.000-an (uang lima-ribuan)
10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di
dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah
lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan
pada laporan pertanggungjawaban.
Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
Catatan:
(1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
(2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk
perundang-undangan) dan nomor jalan.

14
(3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan
buku.

2.6 Penulisan Tanda Baca


Tanda baca merupakan lambang bahasa Indonesia yang mempunyai banyak bentuk dan
fungsi. Fungsi tanda baca berkaitan dengan struktur, jeda, dan intonasi dalam membaca.
Faktanya, tanda baca memudahkan pemahaman teks.
Penggunaan tanda baca sangatlah penting karena penggunaan yang tidak tepat akan
mengubah makna bahasa yang ingin diungkapkan. Tanda baca mempunyai banyak jenis dan
masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Secara umum fungsi tanda baca adalah untuk
menjaga komunikasi yang efektif. Setiap tanda baca dapat menunjukkan apakah kalimat tersebut
berbentuk kalimat interogatif, imperatif, atau deklaratif. Tanda baca yang tidak tepat dapat
menyebabkan makna suatu kalimat berbeda dengan konsep maknanya.
Tanda baca merupakan salah satu lambang dalam bahasa Indonesia yang mempunyai banyak
bentuk. Selain tersedia dalam berbagai bentuk, fungsi tanda baca juga bermacam-macam. Saat
mengerjakan karya tulis seperti naskah, laporan, novel, tanda baca merupakan elemen tambahan
yang sebaiknya digunakan. Tanda baca dapat membantu pembaca memahami karya tulis dengan
lebih mudah.
Tanda baca tidak berhubungan dengan bunyi, fenomena dan kalimat. Peran tanda baca dapat
mewakili struktur tulisan, intonasi, dan jeda dalam membaca.
Setiap karya tulis mempunyai ciri tanda baca yang berbeda-beda. Perbedaan ini sebenarnya
tergantung pada sifat gaya penulisan penulisnya. Namun, selalu ada aturan khusus yang bisa
diterapkan dalam praktik.

Jenis-jenis Tanda Baca :


Terdapat dua jenis tanda baca yang paling sering digunakan dalam berbagai tulisan, yakni
tanda baca titik (.) dan tanda baca koma (,).

15
Keduanya adalah tanda baca dengan simbol bentuk yang hampir sama. Fungsi tanda baca titik
adalah untuk mengakhiri sebuah kalimat. Sementara fungsi tanda baca koma adalah untuk
memberikan jeda dalam sebuah kalimat. Keduanya saling melengkapi satu sama lain.
Keberadaan dua tanda baca ini dalam satu kalimat adalah hal yang sangat lumrah.
Selain tanda baca titik dan koma, masih ada 13 jenis tanda baca lainnya yang umum
digunakan dalam pembuatan karya tulis. Misalnya tanda titik koma (;), titik dua (:), hubung (-),
pisah (__), tanya (?), seru (!), elipsis (…), petik (“…”), petik tunggal (‘…’), kurung ((…)),
kurung siku ([…]), garis miring (/), dan penyingkat (“).
- Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupaun rasa emosi yang kuat. Contoh:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
- Tanda Kurung ((...))
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh: Bagian Perencanaan
sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
- Tanda Kurung Siku ([ ])
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi
gerimis.
- Tanda Petik (“...”)
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan
tertulis lain. Contoh: “Saya belum siap ,” kata Mira, ”tunggu sebentar!”.
- Tanda Petik Tunggal („...‟)
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Contoh: Tanya Basri,
”Kau dengar bunyi „kring-kring‟ tadi?

16
- Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Contoh: No. 7/PK/1973 Jalan Kramat III/10
Tahun anggaran 1985/1986
- Tanda Penyingkat atau apostrof ( „)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Contoh: Ali
„kan kusurati. („kan = akan ) 1 Januari ‟88 ( ‟88 = 1988)
17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ejaan adalah seperangkat kaidah yang menggambarkan lambang bunyi ujaran suatu bahasa
dan mengasosiasikannya satu sama lain, menggabungkan atau membagi bahasa tersebut. Ejaan
bahasa Indonesia diawali dengan van Ophuysen. Ejaan Van Ophuysen ditetapkan sebagai tulisan
Melayu bersama Latin pada tahun 1901. Aturan baku ejaan meliputi penggunaan huruf kapital,
penggunaan huruf miring, penggunaan huruf tebal, serta penggunaan aksen kalimat dan ejaan.
Istilah adalah kata atau frasa yang digunakan sebagai nama atau simbol yang secara akurat
mewakili makna konsep, proses, kondisi, atau karakteristik yang ada dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
Ada dua jenis istilah, yaitu istilah umum dan istilah khusus. Istilah generik adalah istilah
yang menjadi bagian dari bahasa yang digunakan secara umum. Istilah khusus adalah istilah
yang penggunaan dan maknanya terbatas pada bidang tertentu. Dalam menulis artikel sebaiknya
menggunakan kata dan ejaan yang mudah dipahami dan dipahami pembaca, serta tidak sopan.
Ejaan dan terminologi menggunakan kata atau bahasa yang ringkas, jelas, dan mudah dipahami.

B. Saran
Pada penyajian dalam laporan ini mungkin tidak menampilkan penjelasan - penjelasan secara
mendalam. Selain itu juga penulis meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sehingga penulis dapat meng-upgrade diri lebih baik dalam pembuatan laporan.

18

DAFTAR PUSTAKA

https://slideplayer.info/amp/2681061/

https://www.slideshare.net/DwiPutraMahardhika/penulisan-huruf-dan-kata
https://m.kumparan.com/amp/kabar-harian/pengertian-singkatan-dan-akronim-beserta-
contohnya-1wsV3SP80sX

https://www.rijalakbar.id/2019/10/penulisan-angka-dan-lambang-bilangan-eyd.html?m=1

19

Anda mungkin juga menyukai