Anda di halaman 1dari 46

EJAAN DALAM BAHASA INDONESIA

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia
Yang Diampu Oleh Ahsani Maulidina, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Abdul Nasyik Hidayat (210253628896)
Alexander Jonathan Wijaya (210253628869)
Farhan Aulia Iqbal (210253628844)
Innasya Pritama Tania Dewi (210253628904)
Oktavia Eka Wulandari (210141601254)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


DEPARTEMEN BAHASA INDONESIA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................... Error! Bookmark not defined.


BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia ............................................................. 4
2.2 Fungsi Ejaan ................................................................................................. 4
2.3 Penggunaan Penulisan Ejaan ....................................................................... 5
2.4 Penulisan Kata ............................................................................................ 16
2.5 Tanda Baca ................................................................................................. 33
2.6 Penulisan Unsur Serapan............................................................................ 40
2.7 Implementasi .............................................................................................. 43
BAB III ................................................................................................................. 44
PENUTUP ............................................................................................................. 44
3.1 Sesimpulan .................................................................................................. 44

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan
diajarkan. Dengan adanya bahasa, kebudayaan pada suatu bangsan dapat dibentuk,
dibina, dan dikembangkan serta dapat dituntunkan kepada generasi-generasi
mendatang. Menurut Keraf (2004: 1), bahasa merupakan alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Menulis teks bahasa Indonesia tidaklah mudah, harus memerhatikan


penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan penggunaan kalimat
yang efektif. Ejaan meliputi pemakaian huruf, penulisan kata, Keterampilan
menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa, karena menulis adalah
mengungkapkan sebuah gagasan, pendapat, dan perasaan yang melalui bahasa tulis
yang memperhatikan ketepatan gagasan, kosakata, gramatikal dan ejaan yang
digunakan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil bahwa rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Ejaan?


2. Apa saja Fungsi dari sebuah Ejaan?
3. Apa isi dalam Penulisan Ejaan dan contohnya?
4. Apa yang dimaksud dengan Penulisan Kata?
5. Dampak dari penggunaan kata-kata serapan ?
6. Kaidah Penyesuaian Ejaan Unsur
7. Apa yang di maksud huruf kapital dan huruf miring ?
8. Contoh dari huruf capital dan huruf miring ?

2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam penulisaan kata
2. Mengetahui cara penulisan kata dengan benar
3. Mengetahui cara penggunaan tanda baca yang baik dan benar
4. Mengetahui akan bentuk-bentuk kata serapan
5. Mengetahui Perbedaan huruf capital dan huruf miring

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia


Ejaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
kaidah-kaidah cara yang menggambarkan bunyi-bunyi baik berupa kata,
kalimat, dan lain sebagainya dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta
penggunaan tanda baca.

Berdasarkan pengertian ejaan menurut KBBI bisa ditarik


kesimpulan bahwa ejaan adalah sebuah aturan dalam menuliskan bahasa
Indonesia dengan memperhatikan penggunaan huruf, kata, dan tanda baca yang
sesuai dengan kaidah yang disepakati untuk menyelaraskan keseragaman bentuk
penulisan terkhusus pada bahasa tulis yang nantinya hal tersebut akan
berdampak pada ketepatan dan juga kejelasan makna dari penulisan sebuah kata
maupun kalimat.

2.2 Fungsi Ejaan


Selain menjadi sebuah aturan dalam penulisan suatu kata maupun
kalimat dalam bahasa Indonesia, ejaan mempunyai 4 fungsi diantaranya:

1. sebagai standar baku dalam membuat tata bahasa Indonesia.


2. beragamnya kosa kata kata dan istilah yang lebih baku.
3. sebagai media untuk memilah unsur bahasa asing yang masuk ke
bahasa Indonesia agar tidak menghilangkan makna aslinya
4. mudahnya pemahaman informasi dengan penulisan yang sesuai
ejaan dikarenakan bahasa penulisan yang mudah dipahami dan
teratur.

4
2.3 Penggunaan Penulisan Ejaan

A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas
huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.

B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri
atas huruf a, e, i, o, dan u.

*Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan
kata menimbulkan keraguan. Misalnya: Anak-anak bermain di teras
(téras).

5
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia
terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p. q, r, s, t, v, w,
x, y, dan z. * Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah. **
Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan
dengan ai, au, dan oi.

6
E. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy

I. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf


pertama kata pada awal kalimat. Misalnya:

Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan


langsung. Misalnya:

Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”


Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya.
“Besok pagi,” kata Ibu.
“dia akan berangkat.”

7
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam
ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan
kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:

Allah Islam Alkitab


Yang Mahakuasa Quran Kristen
Yang Maha Pengasih Weda

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada


hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang
Engkau beri rahmat.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar


kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti
nama orang. Misalnya:

Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim

5. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama


gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak
diikuti nama orang. Misalnya:

Dia baru saja diangkat menjadi sultan.


Tahun ini ia pergi naik haji.

8
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama
jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat. Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik


Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Irian Jaya

7. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama


jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau
nama tempat. Misalnya:

Siapa gubernur yang baru dilantik itu?


Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi
mayor.

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur


nama orang. Misalnya:

Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere

9
9. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan
ukuran. Misalnya:

mesin diesel
10 volt
5 ampere

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama


bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya:

bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris

11. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama


bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk
dasar kata turunan. Misalnya:

mengidonesiakan kata asing


keinggris-inggrisan

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,


bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya:

bulan Agustus hari Natal


bulan Maulid Perang Candu
hari Galungan tahun Hijriah
hari Jumat tarikh Masehi
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

10
13. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan


kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya
perang dunia.

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama


geografi.
Misalnya:

Asia Tenggara Kali Brantas


Banyuwangi Lembah Baliem
Bukit Barisan Ngarai Sianok
Cirebon Selat Bali
Danau Toba Selat Lombok
Dataran Tinggi Dieng Tanjung Harapan
Gunung Semeru Teluk Benggala
Jalan Diponegoro Terusan Suez
Jazirah Arab

15. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah


geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya:

berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
pergi ke arah tenggara

11
16. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya:

garam inggris gula jawa


kacang bogor pisang ambon

17. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua


unsur nama negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata
seperti dan. Misalnya:

Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57,
Tahun 1972

18. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata


yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:

menjadi sebuah republik


beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menurut undang-undang yang berlaku

19. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur


bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan,

12
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi. Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

20. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata


(termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan,
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk
yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan


Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
la menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum
Perdata.”

21. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur


singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya:

Dr. doktor
M.A. master of arts
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya

13
Sdr. Saudara

22. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata


penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan. Misalnya:

“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.


Adik bertanya, “Itu apa, Bu?” Surat Saudara sudah
saya terima.
“Silakan duduk, Dik” kata Ucok. Besok Paman akan
datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

23. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata


penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai
dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.


Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga

24. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti


Anda. Misalnya:

Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima.

14
B. Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan


nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan. Misalnya:

majalah Bahasa dan Kesusastraan


buku Negarakertagama karangan Prapanca
surat kabar Suara Karya

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan


atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata. Misalnya:

Huruf pertama kata abad ialah a.


Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan

3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan


kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya. Misalnya:

Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia


mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri
ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi
‘pandangan dunia.’

15
2.4 Penulisan Kata
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, makalah, jurnal, hingga
skripsi. Diperlukan juga untuk memperhatikan aturan penulisan kata yang
sesuai dengan PUEBI, guna menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas.
Dalam kaidah penulisan kata, terdapat 11 hal yang harus diperhatikan
untuk membuat karya ilmiah, antara lain :

A. Kata Dasar
Kata dasar merupakan suatu kata yang ditulis sebagai satu
kesatuan, misalnya:

Ibu percaya bahwa engkau tahu.


Saya pergi ke sekolah
Buku itu sangat tebal

B. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan merupakan kata dasar yang mendapat tambahan
imbuhan baik dari awal kalimat, pertengahan, akhiran, hingga
sisipan.

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan


akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya:

Berjalan lukisan
Bergeletar batuan
Mempermudah peringatan
Menengok penetapan

16
2. Jika suatu kata dasar memiliki bentuk terikat, maka
penulisannya akan diikuti serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Misalnya:

Antarkota Dwitunggal

Antibiotik Demoralisasi

Adikuasa Ekstrakulikuler

Aerodinamika Infrastruktur

Bioteknologi Mancanegara

Biokimia Mahasiswa

Bikarbonat Multilateral

C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang merupakan gabungan kata yang ditulis secara
lengkap dengan menambahkan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya sebagai pengulangan kata. Misalnya:

Anak-anak Terus-menerus
Buku-buku Berjalan-jalan
Biri-biri Laba-laba
Kuda-kuda Sia-sia
Pedang-pedang Berputar-putar
Mondar-mandir Barang-barang
Sayur-mayur Undang-undang

17
D. Gabungan Kata
Gabungan kata merupakan perpaduan dari dua kata dasar sehingga
menciptakan sebuah kata dengan makna yang baru.

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk


istilah khusus, ditulis terpisah. Misalnya,

Duta besar mata kuliah


Orang tua mata acara
Persegi panjang pesawat terbang
Meja tulis kapal selam
Simpang tiga model linear

2. Gabungan kata yang menimbulkan salah pengertian, ditulis


dengan menambahkan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya. Misalnya:

Ibu-bapak kami orang-tua muda


Anak-istri saya kaki-tangan penguasa
Anak istri-pejabat mesin-hitung tangan
Buku semiotika-baru alat pandang-dengar

3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah


jika mendapat awalan dan akhiran. Misalnya:

Bertepuk tangan Bersendau gurau


Garis bawahi Bertolak belakang
Sebar luaskan Menganak sungai

18
4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus
ditulis serangkai. Misalnya:

Dilipatgandakan Menggarisbawahi
Pertanggungjawaban Penghancurleburan
Menyebarluaskan Berkesinambungan

5. Gabungan kata berikut ditulis dengan serangkai. Misalnya:

Apalagi Radioaktif
Bagaimana Saputangan
Barangkali Sediakala
Dukacita Sukacita
Kilometer Daripada
Belasungkawa Adakalanya

E. Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata merupakan suatu kata dasar yang
dipotong sehingga bisa dieja dan dibicarakan dengan baik.

1. Pemenggalan kata pada kata dasar memiliki aturan sebagai


berikut:

a. Jika terdapat huruf vokal yang berurutan di tengah-


tengah kata, pemenggalannya terjadi diantara kedua
huruf vokal tersebut. Misalnya:

Bu-ah Ni-at
Di-am Ma-in

19
Ba-ut Sa-at

b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.


Misalnya:

Pan-dai Sur-vei
Au-la Am-boi
Sau-da-ra

c. Jika di tengah kata terdapat huruf konsonan dan di


antara huruf vokal. Maka, pemenggalannya akan
dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya:

Ba-pak Ke-nyang
Ka-kek Mu-sya-wa-rah
De-ngan Ba-ngun

d. Jika di tengah kata terdapat dua huruf konsonan yang


berurutan. Maka, pemenggalannya akan dilakukan
diantara kedua huruf konsonan tersebut. Misalnya:

Swas-ta Ban-teng

Pang-gung Bing-kai

Man-di Cang-kir

e. Jika di tengah kata terdapat tiga huruf konsonan atau


lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi.

20
Maka, pemenggalannya akan dilakukan di antara huruf
konsonan pertama dan kedua. Misalnya:

In-fra Am-blas
In-stru-men Ben-trok
Ek-sklu-sif Ul-tra

f. Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu


bunyi ada juga yang tidak dipenggal. Misalnya:

Bang-krut makh-luk
Bang-sa sang-gup
Ikh-las kong-res

2. Pemenggalan kata yang berimbuhan sedapat-dapatnya


dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya.
Misalnya:

Mem-pertanggungjawabkan Memper-tanggungjawabkan

Mempertanggung-jawabkan Mempertanggungjawab-kan

Me-rasakan Merasa-kan

Per-buatan Perbuat-an

Le-takkan Letak-kan

Ke-kuatan Kekuat-an

21
3. Pemenggalan kata berimbuhan yang ternyata mengalami
perubahan pada bentuk kata dasarnya. Maka, pemenggalannya
akan dilakukan seperti kata dasar. Misalnya:

Me-nu-tup Me-nge-cat
Me-ma-kai Pe-mi-kir
Me-nyem-prot Pe-no-long
Me-nya-pu Pe-nge-tik
Pe-nye-but Pe-nga-rang

4. Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti kata dasar.


Misalnya:

Ge-ri-gi Ge-mu-ruh
Si-nam-bung Se-ru-ling
Te-lun-juk Ge-le-tar
Ge-lem-bung Ke-ru-dung

5. Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di


awal atau akhir baris tidak dilakukan. Misalnya:

Ini ada
Ibu mau

6. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu
unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain,
pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap
unsur gabungan itu dipenggal seperti kata dasar. Misalnya:

22
Biografi Bio-grafi Bi-o-gra-fi
Fotokopi Foto-kopi Fo-to-ko-pi
Reprografi Repro-grafi Re-pro-gra-fi
Interaktif Inter-aktif In-ter-ak-tif
Kilogram Kilo-gram Ki-lo-gram
Pascapanen Pasca-panen Pas-ca-pa-nen

F. Kata Depan

Kata depan merupakan jenis kata yang biasanya ditulis di


depan sebelum dilanjutkan dengan jenis kata-kata yang lain, seperti
kata benda, kerja, hingga keterangan.

1. Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya

Di mana Farhan sekarang?


Tugasnya ternyata disimpang di dalam lemari.
Aku pergi ke sana mencarinya.
Rifka berangkat ke ruang dosen.
Gabril galau di saat senja.
Laptop milik Naufal ini di jual.
Sqauqy mencuri makanan ini dari rumah makan tersebut.

G. Partikel

Partikel merupakan kata pelengkap yang bertujuan untuk


menunjukkan hubungan antara kata yang satu dengan yang lain
sehingga mempertegas kata sebelumnya.

23
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya:

Bacalah skripsi ini dengan baik-baik.


Jakarta adalah ibukota negara Republik Indonesia
Apakah ada yang ditanyakan?
Apatah gunanya bersedih hati?

2. Partikel -pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


Misalnya:

Apa pun yang terjadi, jangan lupa makan


Jika ayah pergi, adik pun ikut pergi

3. Beberapa kalimat yang menggunakan partikel -pun yang lazim


akan dianggap padu. Maka penulisannya tidak dipisah.
Misalnya:

Bagaimanapun Maupun
Adapun Meskipun
Ataupun Sekalipun
Biarpun Walaupun
Kalaupun Sungguhpun

4. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis


terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:

Harga kain itu Rp50.000,00 per meter


Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu

24
Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari

H. Singkatan dan Akronim

Singkatan merupakan bentuk yang dipendekkan yang


terdiri atas satu huruf atau lebih.

1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat


diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:

A. H. Nasution Abdul Haris Nasution


H. Hamid Haji Hamid
W. R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M. Hum Magister humaniora
M. Si Magister sains
S. E. Sarjana ekonomi
S. Sos Sarjana sosial
S. Kom Sarjana komunikasi
Sdr. saudara
Kol. Darmawati Kolonel Darmawati

2. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama


lemebaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga Pendidikan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:

UB Universitas Brawijaya
UI Universitas Indonesia

25
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO World Health Organization
DPR Dewan Perwakilan Rakyat

3. Singkatan yang terdiri atas huruf awal seyiap kata yang bukan
nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:

PT Perseroan terbatas

MAN Madrasah aliah negeri

SD Sekolah dasar

KTM Kartu tanda mahasiswa

4. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan
tanda titik. Misalnya:

Hlm. halaman
Dll. Dan lain-lain
Dsb. Dan sebagainya
Dsr. Dan seterusnya
Yth. Yang terhormat
Ttd. Tertanda
Dkk. Dan kawan-kawan

5. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam
surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:

26
a. n. atas nama
d. a. dengan alamat
u. b. untuk beliau
s. d. sampai dengan

6. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan,


dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:

Kg kilogram
Cm sentimeter
Fe ferum
l liter
Rp rupiah

7. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:

BIG Badan Informasi Geospasial


BIN Badan Intelijen Negara
LAN Lembaga Administrasi
Negara

8. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau


gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal kapital. Misalnya:

Bulog Badan Urusan Logistik


Kowani Kongres Wanita Indonesia

27
Kaltim Kalimantan Timur
Suramadu Surabaya-Madura
Jabar Jawa Barat

9. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal


dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf
kecil. Misalnya:

posyandu pos pelayanan terpadu


tilang bukti pelanggaran
puskesmas pusat Kesehatan masyrakat
iptek ilmu pengetahuan dan
tekhnologi
rabes rapat besar

I. Angka dan Bilangan

1. Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai


lambang bilangan atau nomor. Misalnya:

Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII,
IX

2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat,


luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv)
kuantitas. Misalnya:

28
0,5 sentimeter 6 jam 6 menit
11 kilogram Pukul 14.10
3 meter persegi Tahun 2023
Rp100.000,00 13 Februari 2023
US$3.50* 10 dolar Amerika
2.000 rupiah 111 orang

3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan,


rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya:

Jalan Dharma Praja V No. 47


Hotel Indonesia, Kamar 169
Jalan Tanah Abang I No. 15

4. Angka digunakan juga menomori bagian karangan dan ayat


kitab suci. Misalnya:

Bab X, Pasal 5, Halaman 252


Surah Yasin: 9

5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai


berikut.

a. Bilangan Utuh
Misalnya:

Tujuh 7
Tujuh puluh tujuh 77

29
Tujuh ratus tujuh puluh tujuh 777

b. Bilang pecahan
Misalnya:

Setengah
Tiga perempat
Satu per enam belas
Satu persen
Satu permil

6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan


cara berikut.

Paku Buwono X Bab II


Paku Buwono ke-10 Bab ke-2
Paku Buwono kesepuluh Bab kedua
Abad XX Tingkat V
Abad ke-20 Tingkat ke-5
Abad kedua puluh Tingkat kelima

7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an, maka


penulisannya mengikuti dengan cara berikut.

Tahun ’50-an tahun lima puluhan


Uang 5000-an uang lima ribuan
Uang lima 1000-an uang lima seribuan

30
8. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika
perlu, susunan kalimatnya diubah sehingga bilangan yang tidak
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat
diawal kalimat. Misalnya:

Lima belas orang mengalami cedera dalam kecelakaan itu.


Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.

Contoh penulisan yang kurang tepat:

15 orang mengalami cedera dalam kecelakaan itu.


250 orang tamu diundang Pak Darmo.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

9. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua


kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang
bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan
pemaparan. Misalnya:

Gabril nonton drama itu sampai tiga kali.


Dhea memesan tiga ratus ekor ayam.
Diantara 33 orang yang hadir, 29 orang setuju, 3 orang tidak
sssetuju, dan 2 orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri
atas ss50 bus, 100 helicak, 100 bemo.

10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja
sebagiannya agar lebih mudah untuk dibaca. Misalnya:

31
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang

11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus
dalam teks, kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan
kuitansi. Misalnya:

Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.


Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

12. Jika bilangan dilambangkan depan angka dan huruf,


penulisannya harus tepat. Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan


rrratus sembilan puluh Sembilan dan tujuh puluh lima
perseratus rrrupiah).

J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya

Kata ganti -ku dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya

Rumah itu telah kujual


Majalah ini boleh kaubaca
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan
Rumahnya sedang diperbaiki

32
K. Kata Sandang si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang


mengikutinya. Misalnya:

Surat itu dikembalikan kepada si pengirim


Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli
Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.

2.5 Tanda Baca


2.5.1 Pengertian Tanda Baca
Tanda baca ialah tanda yang digunakan dalam sistem ejaan. Tanda baca
dapat membantu pembaca untuk memahami makna tulisan dengan tepat. Tanda
baca sangat penting dalam penulisan, karena membantu untuk memahami makna
tulisan tersebut. Oleh karena itu, tanda baca sangat penting agar kalimat dalam
suatu paragraf mudah dipahami sehingga tidak terjadi kesalahan makna yang
disampaikan oleh penulis.
Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana memotong-motong suatu kata,
bagaimana menggabungkan kata-kata baik dengan imbuhan maupun antara kata
dengan kata, dan sebagainya tetapi perlu pula diperhatikan bagaimana penggunaan
tanda-tanda baca dalam kalimat.
Segala macam tanda untuk menggambarkan perhentian antara, perhentian akhir,
tekanan, tanda Tanya, dan lain-lain disebut tanda baca atau pungtuasi (Adriansyah,
2011:23).
Suparno, dkk (2009:3.39), mengemukakan bahwa tanda baca adalah tanda-tanda
yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat yang kita tulis dapat dipahami
orang persis seperti kita maksudkan.
Bedasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, tanda
baca ialah tanda-tanda yang dipakai dalam sistem ejaan bahasa tulis yang berfungsi
untuk memudahkan pemahaman orang terhadap apa yang kita maksudkan.

33
2.5.2 Ragam-ragam Tanda Baca

Sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakah (EYD), tanda


baca terbagi menjadi lima belas jenis (Wijaya, 2012: 41). Adapun jenis dan aturan
penggunaannya sebagai berikut:

1 ) Tanda titik (.)

a) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat,


dan sapaan.
b) Tanda titik dipakai di belkaang angka atau huruf dalam suatu
bagan atau sebuah daftar.
c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu.
d) Tanda titik digunakan pada akhit kalimat yang bukan pernyataan
dan seruan.
e) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka diantara nama penulis,
judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda
seru dan tempat terbit.
f) Tanda titik untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatan yang
menunjukkan jumlah
g) Tanda titik dipakai pada penulisan tingkatan.
h) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka pada jam, menit, dan
detik yang menunjukkan jangka waktu.
i) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
j) tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah
dianggap umum. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih,
hanya dipakai satu tanda titik.

2) Tanda koma ( , )

34
a) Tanda koma biasa dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata
seperti, namun, tetapi, melainkan
b) Tanda koma biasa dipakai di anatara unsur-unsur dalam seuatu
pembilangan.
c) Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain yang mengiringinya dalam suatu kalimay jika petikan
langsung itu berakhir dengan tanda tanya ataupun tanda seru.
d) Tanda koma digunakan unruk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
e) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat, apabila anak kalimat tersebut mendahului induk
kalimatnya.
f) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti, o, ya,
wah, aduh, dan kasiahan, atau kata-kata yang digunakan sebagai
sapaan seperti, Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di
dalam sapaan.

3) Tanda Hubung ( - )

a) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata


ulang.
b) Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
kata atau ungkapan.
c) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa aing.
d) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka,
angka dengan –an, dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan
atau kata.

35
e) Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
kata atau ungkapan.
f) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah
oleh pergantian baris.
g) Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian
tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.

4) Titik koma ( ; )

a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap uang
diikuti rangkaian atau pemerian.
b) Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, bab
dan ayat dalam kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan,
serta nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
c) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
d) Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk
setara
e) Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
f) Tanda titik koma digunakan untuk akhiri pertanyaan perincian
dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam
hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan
kata dan.

5) Tanda Titik Dua (:)

a) Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap


yang langsung diikuti perincian atau penjelasan.

36
b) Tanda titik dua digunakan sesudah kata atau frasa yang
memerlukan pemerian.
c) Tanda titik dua digunakan di antara (a) jilid atau nomor dan
halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, serta (c) judul dan
anak judul suatu karangan.
d) Tanda titik dua digunakan untuk menuliskan rasio dan hal lain
yang menyatakan perbandingan dalam bentuk angka.
e) Tanda titik dua dapat digunakan untuk memisahkan angka jam,
menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
f) Tanda titik dua digunakan dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.

6) Tanda Tanya (?)

Menurut Depdikbud (2012: 78-79) soal penggunaan tanda tanya


adalah sebagai berikut :

Tanda tanya yang dipakai di dalam tanda kurung untuk


menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya

seperti contoh : Pria itu di lahirkan pada tahun 1877 (?)

7) Tanda Seru (!)

menurut Depdikbud (2012: 79), Tanda seru dipakai sesudah


ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, maupun rasa emosi yang kuat

8) Tanda Elipsis (...)

a) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus- putus,

37
b) Tanda elipsis juga digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam
kalimat atau naskah ada yang dihilangkan.
c) Tanda elipsis digunakan untuk menunjukkan jika dalam suatu
kalimat atau kutipan, ada bagian yang dihilangkan.

9) Tanda Petik Tunggal (‘...’)

a) Tanda petik dipakai untuk mengapit makna, kata, atau ungkapan


bahasa daerah atau bahasa asing,
b) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat
di dalam petikan lain.

10) Tanda Petik (“...”)

a) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang


dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Contoh: Pekerjaan
itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja,
b) Tanda petik digunakan untuk petikan langsung yang berasal dari
pembicara, naskah, atau bahan tertulis lain. Contoh: Pasal 36 UUD
1945 menyatakan, “Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.”,
c) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat. Contoh: Sajak “Pahlawanku”
terdapat pada halaman lima buku itu.

11) Tanda Kurung ((...))

a) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau


penjelasan. Contoh: Anak itu memiliki KTP (Kartu Tanda
Penduduk),

38
b) Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang
memerinci urutan keterangan. Contoh: Faktor produksi
menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, (c) tenaga
kerja,
c) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang
kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Contoh Pejalan kaki
itu berasal dari (kota) Surabaya.

12) Tanda Kurung Siku ([...])

Penggunaan tanda kurung siku menurut Depdikbud (2012: 85-86)


adalah sebagai berikut:

a) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam


kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Contoh: Persamaan
kedua proses ini [perbedaannya dibicarakan di dalam Bab 2] perlu
b) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau
kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan
bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang ada pada naskah
asli. Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik
dibentangkan di sini.

13) Tanda Pisah (−)

a) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat


yang memberikan penjelasan di luar bangun kalimat
b) Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi
atau keterangan yang lain, sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

39
14) Tanda Garis Miring (/)

a) Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata dan, atau,


serta setiap.
b) Tanda garis miring digunakan dalam nomor surat, nomor pada
alamat, dan penandaan masa 1 tahun yang terbagi dalam 2 tahun
takwim.

15) Tanda Penyingkat atau Apotrof (×)

Penggunaan tanda penyingkat atau apostrof menurut Depdikbud


(2012: 87) yaitu menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun. Contoh: Dia ×kan sudah kusurati. (×kan = bukan).

2.5.3 Fungsi Tanda Baca


Tanda baca merupakan bagian dari kaidah ejaan. Fungsi tanda baca dan
ejaan sangat menentukan dalam pencapaian tujuan komunikasi. Tanda baca dan
ejaan berisikan tentang kaidah-kaidah pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan
benar, yang sesuai dengan konvensi bahasa yang berlaku

2.6 Penulisan Unsur Serapan


Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah
diintegrasikan ke dalam suatu bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum

1) Rumus Unsur Serapan Bahasa Inggris ke Indonesia

a. Tion = si
b. Tics = tik
c. Aph = raf
d. Ex = eks
e. Ty = tas

40
f. E = es
g. List = lis
h. Is = se
i. Ox = oks
j. Dy = di

2) Contoh kata yang digunakan kebanyakan masyarakat Indonesia


diambil dari beberepa sumber. Seperti Bahasa Arab menjadi
sumber serapan ungkapan, terutama dalam bidang agama Islam.
Sebagian kata-kata Arab ini masih utuh dalam arti yang sesuai
antara lafal dan maknanya, dan ada sebagian lagi berubah.

Adapun contoh – contoh kata serapan sebagai berikut :

1. Lafal dan arti masih sesuai dengan aslinya

a. abad, abadi, abah, abdi, adat, adil, amal, aljabar, almanak,


awal, akhir
b. bakhil, baligh, batil, barakah
c. daftar, hikayat, ilmu, insan, hikmah, halal, haram, hakim

2. Lafalnya berubah, artinya tetap

a. berkah, barakat, atau berkat dari kata barakah


b. buya dari kata abuya
c. derajat dari kata darajah

3. Lafal dan arti berubah dari lafal dan arti semula, seperti

41
a. keparat dalam bahasa Indonesia merupakan kata makian
yang kira-kira bersepadan dengan kata sialan, ber asal dari
xssssssskata kafarat yang dalam bahasa Arab berarti tebusan.
b. logat dalam bahasa Indonesia bermakna dialek atau aksen,
ddddddberasal dari kata lughah yang bermakna bahasa atau aksen.
c. naskah dari kata nuskhatun yang bermakna secarik kertas.

3) Bahasa Inggris juga menjadi salah satu sumber serapan,


khususnya dibidang teknologi yang kebanyakan berbahasa inggris,
walaupun produk teknologi tersebut dibuat di Indonesia.
Contohnya:

a. application – aplikasi
b. actor – aktor
c. aquarium – akuarium
d. allergy – alergi
e. artist – artis
f. access – akses
g. acting – akting
h. accessory – asesori

4) Contoh kata-kata serapan dalam bahasa belanda :

a. abonemen (abonnemen)
b. absen (absent)
c. absensi (absentie)
d. afdruk (afdruk)
e. Agustus (augustus)
f. agen (agent)

42
g. ajudan (adjudant)
h. administrasi (administratie)
i. admiral (admiraal)

2.7 Implementasi
Pagi itu, Santi sedang belajar biologi di kelas bersama
teman-temannya. Kebetulan guru yang mengajar menugaskan mereka untuk
menyalin materi yang ada, pada saat menulis dan menemukan bahasa asing
Santi langsung menggaris bawahi tulisan tersebut, temannya yang melihat
pun bingung dan bertanya, Santi yang paham pun menjelaskan bahwa
penulisan bahasa asing ketika ditulis tangan cukup digarisbawahi saja
karena hal tersebut sudah menandakan bahwa kata atau kalimat yang
digarisbawahi itu adalah bahasa asing.

43
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah sebuah aturan dalam menuliskan
bahasa Indonesia dengan memperhatikan penggunaan huruf, kata, dan tanda baca
yang sesuai dengan kaidah yang disepakati untuk menyelaraskan keseragaman
bentuk penulisan terkhusus pada bahasa tulis yang nantinya hal tersebut akan
berdampak pada ketepatan dan juga kejelasan makna dari penulisan sebuah kata
maupun kalimat yang mempunyai empat fungsi serta pnggunaan penulisan ejaan
digunakan untuk huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong,
gabungan huruf konsonan, dan penggunaan huruf kapital dan huruf miring dalam
tatanan penulisan bahasa Indonesia. Dan penggunaan penulisan diantaranya Kata
dasar, kata berimbuhan, bentuk ulang, gabungan kata, pemenggalan kata, kata
depan, partikel, angka dan bilangan, kata ganti ku-, kau-, mu-, dan nya-, serta kata
sandang si dan sang. Ragam-ragam tanda baca diantaranya tanda titik, tanda
koma, tanda hubung, titik koma, tanda titik dua, tanda tanya, tanda seru, tanda
elipsis, tanda petik tunggal, tanda petik, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda
pisah, tanda garis miring, tanda penyingkat atau apotrof.

44
DAFTAR RUJUKAN

Ramandika, S., & Saputra, C. T. (2016). MAKALAH MATA KULIAH Bahasa


Indonesia. 1–19.
Suwardjono. (1991). Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Balai
Pustaka, 1–17.
Sriyanto. (2015). Ejaan. di Ejaan. Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Syahputra, E., & Alvindi, A. (2022). Perubahan Ejaan Selesai (EYD) menjadi
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Mahaguru: Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar , 3 (1), 160-166.
Verlinda, D., Salamah, S., & Hakim, LN (2019, April). Perubahan Ejaan Bahasa
Indonesia di Era Digital. Dalam Prosiding Seminar Nasional STKIP PGRI Bandar
Lampung (Vol. 1, No. 1, hlm. 119-130).
Tobergte, D. R., & Curtis, S. (2013). Pedoman Eyd. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

45

Anda mungkin juga menyukai