Anda di halaman 1dari 34

EJAAN BAHASA INDONESIA

Oleh: Kelompok V

Dzakkiyah Addawiyah Marpaung NIM 0601213031


M. Nawafil Hachi NIM 0601212077
Putri Ardina NIM 0601213046

Dosen Pengampu: Rina Devianty, M.Pd

PRODI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
TA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah matakuliah Bahasa Indonesia yang
berjudul “Ejaan Bahasa Indonesia”

Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Rina Devianty, M.Pd. selaku dosen pembimbing
mata kuliah Bahasa Indonesia, yang telah memberikan arahan dan petunjuk terkait tugas makalah ini.
Tanpa bimbingan dari beliau mungkin penulis tidak memiliki kesempatan dalam
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan format yang ditentukan. Dengan mempelajari materi
ini kita jadi mengetahui ejaan Bahasa Indonesia yang benar.

Semoga makalah ini dapat diterima sebagai bahan pembelajaran bagi semua. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

Medan, 07 Oktober 2021

Penulis, Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................
A. PEMAKAIAN HURUF.................................................................................................................
B. PENULISAN KATA..................................................................................................................
C. PEMAKAIAN TANDA BACA....................................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................


A. KESIMPULAN.............................................................................................................................
B. SARAN.........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam bahasa Indonesia, ejaan memiliki pengertian yang lebih luas, yaitu berhubungan
dengan ragam bahasa tulis. Ada berbagai macam pengertian yang mencoba menjelaskan pengertian
ejaan. Pengertian ejaan yang terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cara atau
aturan menuliskan kata-kata dalam huruf. Sedangkan di dalam Ensiklopedia Indonesia, ejaan adalah cara
menulis kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa. Ejaan pada dasarnya adalah aturan melambangkan
bunyi bahasa menjadi huruf, kata, ataupun kalimat. Secara umum ejaan dapat diartikan sebagai
seperangkat aturan yang mengatur penulisan bunyi bahasa menjadi huruf, huruf menjadi kata, dan kata
menjadi kalimat. Pada KBBI kalimat memiliki arti sepatah kata atau sekelompok kata yang merupakan
satuan yang mengutarakan suatu pikiran atau perasaan.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi dalam pemakaian bahasa agar tercipta keteraturan
bentuk dalam bahasa tulis. Apabila sudah teratur, maka makna yang ingin disampaikan akan jelas dan
tidak akan terjadi kesalahan dalam memahami makna tersebut. Ejaan yang benar harus selalu dipelajari,
dimengerti, dan diterapkan dalam pelajaran bahasa Indonesia agar bahasa Indonesia dapat digunakan
dengan benar. Penggunaan bahasa yang benar menurut kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
( PUEBI ) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis. Menurut Tarigan
(2008:4) “Keterampilan menulis sangat dibutuhkan di era kehidupan modern karena ketrampilan
menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar”.

Namun pada kenyataannya, keterampilan menulis tersebut tidak sejalan dengan kemampuan dan
minat siswa dalam pembelajaran menulis terutama kemampuan pada penggunaan ejaan. Dalam hal ini,
penulis menemukan beragam kemampuan penggunaan ejaan yang rendah yang dapat ditemukan pada
tulisan siswa yang menjadi salah satu pembuktian bahwa teks yang dibuat siswa masih banyak
ditemukan kesalahan dalam penggunaan bahasa terutama dalam hal ejaan dalam menulis sebuah teks.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam


berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, meliputi empat aspek keterampilan
yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek keterampilan tersebut saling
berkaitan satu sama lain dengan cara yang beraneka ragam.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta
didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Untuk dapat
berbahasa dengan baik dan benar, diperlukan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu
pemerintah membuat kurikulum bahasa Indonesia yang wajib untuk diajarkan kepada siswa pada setiap
jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT).

B . RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Pemakaian Huruf Pada Bahasa indonesia?


2. Bagaimana Penulisan Kata Pada Bahasa Indonesia?
3. Bagaimana Pemakaian Tanda Baca Pada Bahasa Indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pemakain Huruf Pada Bahasa Indonesia.


2. Untuk Mengetahui Bagaimana Penulisan Kata P ada Bahasa Indonesia.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pemakaian Tanda Baca Pada Bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

Secara umum, orang menganggap bahwa ejaan berhubungan dengan melisankan bahasa. Hal itu
terjadi karena orang terikat pada arti mengeja (kata atau nama), yaitu menyebutkan huruf demi huruf
pada kata atau nama itu. Di dalam bahasa, sebetulnya ejaan berhubungan dengan ragam bahasa tulis.
Ejaan adalah cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca.

Ejaan terakhir yang digunakan dalam bahasa Indonesia adalah Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Soeharto. Namun,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2015, pada saat ini bahasa Indonesia
menggunakan ejaan yang disebut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

A. PEMAKAIAN HURUF

1) Huruf Kapital

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.


Misalnya:
- Apa maksudnya?
- Kita harus bekerja keras
- Dia mengantuk

b. Huruf kapital dipakai sebegai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya:
Adik bertanya,”Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan,”Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,”katanya.

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama, Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:
- Allah
- Yang Maha kuasa
- Yang Maha Pengasih

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
- Mahaputra Yamin
- Sultan Hasanuddin
- Haji Agus Salim
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
- Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
- Tahun ini ia pergi naik haji.

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
- Wakil Presiden Adam Malik
- Perdana Menteri Nehru
- Profesor Supomo
- Laksamana Muda Udara Husen Sastranegera

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya:

- Amir Hamzah
- Dewi Sartika
- Wage Rudolf Supratman
- Halim Perdanakusumah

h. Huruf kapital dipakasi sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.

Misalnya:

- bangsa Indonesia
- suku Sunda
- bahasa Inggris

i. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
- mengindonesiakan kata asing
- keinggris-inggrisan

j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
- bulan Agustus
- bulan Maulid
- hari Jumat

k. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Misalnya:
- Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
- Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.


Misalnya:
- Asia Tenggara
- Banyuwangi
- Bukit Barisan

m. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
- berlayar ke teluk
- mandi di kali
- menyebrangi selat

n. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
- garam inggris
- gula jawa
- kacang bogor
- pisang ambon

o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
Misalnya:
- Republik Indonesia
- Majelis Permusyawaratan Rakyat
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
p. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen
resmi.
Misalnya:
- Menjadi sebuah republik
- Beberapa badan hukum

q. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
Misalnya:
- Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
- Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

r. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak
terletak pada posisi awal.

Misalnya:
- Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
- Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

s. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
- Dr.
- M.A
- master of arts
- sarjana hukum

t. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan


kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
- “Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
- Adik bertanya,”Itu apa, Bu?”
u. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
- Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
- Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga

v. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.


Misalnya:
- Sudahkah Anda tahu?
- Surat Anda telah kami terima.

2) Huruf Miring

a.) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:

- majalah Bahasa dan Kesusastraan


- buku Negarakertagama karangan Prapanca

b.) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya:

- Huruf pertama kata abad ialah a.

- Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

c.) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.

3) Huruf Tebal

EYD mencantumkan tiga kaidah penulisan huruf tebal, yakni

1) untuk menulisakan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambing, daftar
pustaka, indeks, dan lampiran.

2) tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata.

3) untuk menuliskan lema dan sublema, lambing bilangan yang menyatakan polisemi.

PUEBI hanya mencantumkan dua kaidah dalam penulisan huruf tebal, yakni

1) menegaskan bagian tulisan yang sudah miring (penggunaan dua kaidah, antara huruf tebal dan
huruf miring.

2) menegaskan bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab. Kaidah penulisan ketiga dalam
EYD dihilangkan.Selain itu, PUEBI menambahkan klausul bahwa huruf tebal tidal dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.

B. PENULISAN KATA

1. KATA DASAR

Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan.Dengan kata lain, kata dasar bisa
membentuk satu kesatuan kalimat. Contohnya: makan, minum, tidur.

Misalnya:

 Adik suka makan kue coklat.


 Setiap pagi ayah minum teh.
 Kakak sedang tidur di kamar.

2. KATA TURUNAN / IMBUHAN

Kata berimbuhan adalah kata-kata dasar yang mendapatkan imbuhan yang berupa awalan,
akhiran, sisipan, dan awalan-akhiran. Imbuhan berfungsi untuk menambahkan arti atau maksud dari
kata-kata dasar yang diberi imbuhan tersebut.

 Imbuhan awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Misalnya: diproses , penyalinan, membawakan.

Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya: berjabat tangan, bekerja sama, bertepuk tangan, garis bawahi, dan lain-lain.

 Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, mendapat awalan dan akhiran sekaligus,unsur
gabungan kata itu ditulus serangkai.

Misalnya: dilipatgandakan, menyebarluaskan, mempertanggungjawabkan.

 Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai. Misalnya: dasawarsa, prasangka, reinkarnasi, subseksi, transmigrasi.

Catatan :
 Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua
unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-). Misalnya : non-Indonesia, pan-Afrikanisme, pro-
Barat.

 Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata
berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya: - Aku berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.

3. KATA ULANG

Kata ulang adalah Bentuk kata yang ditulis berulang secara lengkap dengan menggunakan
tanda hubung. Misalnya : kupu-kupu, ibu-ibu, lauk-pauk, gerak-gerik, sia-sia.

4. GABUNGAN KATA

 Gabungan kata yang lazim disebuta kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsure-unsurnya
ditulis terpisah. Misalnya: orang tua, kereta api, mata pelajaran, duta besar, persegi panjang,
rumah sakit.

 Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan


pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya : anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam,
orang-tua muda.

 Gabungan kata ditulis serangkai.

Misalnya : Adakalanya, Alhamdulillah, bagaimana, barangkali,bilamana, bismillah, beasiswa,


belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti,kacamata, kasatmata, kepada,kilometer, manakala,
matahari, olahraga, padahal,peribahasa, puspawarna, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun,
sukacita, sukarela, sukaria,titimangsa.

5. KATA GANTI -ku-, kau-, -mu, dan –nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu, dan –nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : Bukuku, bukumu, dan bukunya
tersimpan di perpustakaan.

6. KATA DEPAN di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya :
 Ibu pergi ke pasar.
 Nenek tinggal di Yogyakarta.
 Paman datang dari desa.

Catatan:
 Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini dtulis serangkai.
Misalnya :
 Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
 Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
 Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
 Ia masuk, lalu keluar lagi.
 Bawa kemari gambar itu.

7. KATA Si dan Sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
 Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
 Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

8. PARTIKEL

 Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
 Bukalah mata hatimu..
 Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?
 Medan adalah ibukota Sumatera Utara.
 Siapakah dia?
 Apatah gunanya bersedih hati?

 Partikel ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:


 Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
 Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.

Catatan:
 Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun,
biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis
serangkai. Misalnya:
 Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
 Bagaimanapun juga kita harus menyelesaikan tugas ini.
 Baik mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
 Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
 Walaupun miskin, ia selalu gembira.\

 Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya. Misalnya :
 Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.
 Lika menulis surat perpisahan itu dengan penuh cinta per kalimatnya.

9. SINGKATAN DAN AKRONIM

1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
 A.S Kramawijaya
 Muh. Yamin
 Suman Hs.
 Sukanto S.A.
 M.B.A : master of business administration
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan
tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya :
 DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
 PGRI : Persatuan Guru Republik Indonesia
 GBHN : Garis-Garis Besar Haluan Negara

c. Singkatan umum terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya:
 dll. : dan lain-lain
 dsb. : dan sebagainya
 dst. : dan seterusnya
 hlm. : halaman
Tetapi :
 a.n. : atas nama
 d.a. : dengan alamat
 u.b. : untuk beliau
 u.p. : untuk perhatian

 Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik. Misalnya:
 Cu : cuprum
 TNT : trinitrotulen
 cm : sentimeter

2. Akronim kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda
titik.

a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital. Misalnya:
 ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
 LAN : Lembaga Administrasi Negara
 PASI : Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

b) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku.kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya:
 Akabri : Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
 Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
 Iwapi : Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

c) Akronim yang bukan nama diri berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf
dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya :
 pemilu : pemilihan umum
 radar : radio detecting and ranging
 rapim : rapat pimpinan
Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut :
1. Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang
sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

Angka dan Lambang

 Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000), V (5.000),
M (1.000.000).
Pemakaiannya diatur leih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.

 Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (2) satuan waktu,
(3) nilai uang, dan (4) kuantitas. Misalnya:
 0,5 sentimeter
 1 jam 20 menit
 5 kilogram
 pukul 15.00

Tanda titik merupakan tanda decimal.

 Angka lazim dipakai untuk melambangka nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat. Misalnya:
 Jalan Merdeka No. 15
 Hotel Indonesia, kamar 150.

 Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya:
 Bab IV, Pasal 3, halaman 252
 Surah Yasin: 9

 Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a. Bilangan utuh. Misalnya:


 Lima belas 15
 Dua puluh lima 25
 Dua ratus lima puluh lima 255

b. Bilangan pecahan. Misalnya:


 Setengah ½
 Tiga perempat ¾
 Seperenam belas 1/16
 Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya: Paku
Buwono X; pada awal abad XX; dalamkehidupan abad ke-20 ini; lihan Bab II; Pasal 5; dalam
bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu;
kantor di tingkat II itu.

 Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut. Misalnya:
 tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
 uang 5000-an atau uang lima ribuan
 lima uang 1.000-an atau lima uang seribuan

 Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti berikut ini.
Misalnya:
 Dina membaca buku itu sampai empat kali.
 Ayah membawa lima kantong plastik sampah.
 Di antara 30 anggota yang hadir, 22 orang setuju, 5 orang tidak setuju, dan 3orang
memberikan suara.

 Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah
sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada
awal kalimat. Misalnya:
 Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
 Pak Muji mengundang 150 orang tamu

Bukan:
 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
 Seratus lima puluh orang tamu diundang PakMuji.

 Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja. Misalnya:
 Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
 Penduduk Indonesia brjumlah lebi dari 200 juta orang.

 Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali di dalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya:
 Kantor kami mempunyai tiga puluh orang pegawai.
 Di lemari itu tersimpan 900 buku dan majalah.

Bukan:
 Kantor kami mempunyai 30 (tiga puluh) orang pegawai.
 Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
 Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya:
Saya lamirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan
dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

Bukan: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh
Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik
dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda,
atauInggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas
dua golongan besar.
Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti
reshuffle, shuttle cock, l’axplanation de l’homme. Unsur-unsur yang dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
1) aa (Belanda) menjadi a
 paal pal
 baal bal
 actaaf oktaf

2) ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e


 aerob aerob
 aerodimanics aerodonamika

3) ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e


 haemoglobin hemoglobin
 haematite hematite

4) ai tetap ai
 trailer trailer
 caisson kaison

5) au tetap au
 audiogram audiogram
 autrotoph autrotof
 tautomer tautomer

6) c di muka a, u, o dan konsonan menjadi k


 calomel kalomel
 construction konstruksi
 cubic kubik
7) c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
 central sentral
 cent sen
 cybernetics sibernetika

8) cc di muka o, u dan konsonan menjadi k


 accomodation akomodasi
 acculturation akulturasi

9) cc di muka e dan i menjadi ks


 accent aksen
 accessory aksesori
 vaccine vaksin

10) cch dan ch di muka a, o dan konsonan menjadi k


 saccharin sakarin
 charisma karisma
 cholera kolera

11) ch yang lafalnya s atau sy menjadi s


 echelon eselon
 machine mesin
 ch yang lafalnya c menjadi c

12) ç (Sanskerta) menjadi s


 çabda sabda
 çastra sastra
 e tetap e

13) ea tetap ea
 idealist idealis
 habeas baheas

14) ee (Belanda) menjadi e


 stratosfeer stratosfer
 systeem sistem
15) eo tetap eo
 stereo stereo
 geometry geometri
 zeolite zeolit

16) eu tetap eu
 neutron neutron
 eugenol eugenol
 europium europium

17) f tetap f
 fanatic fanatik
 factor factor
 fossil fosil

18) gh menjadi g
 sorghum sorgum

19) gue menjadi ge


 igue ige
 gigue gige

20) i pada awal suku kata di muka vokal tetap i


 iambus iambus
 ion ion
 iota iota

21) ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i


 politiek politik
 riem rim

22) ie tetap ie jika lafalnya bukan i


 variety varietas
 patient pasien
 afficient efisien
23) kh (Arab) tetap kh
 khusus khusus
 akhir akhir

24) ng tetap ng
 contingent kontingen
 congres kongres
 linguistics linguistic

25) oe (oi Yunani) menjadi e


 oestrogen estrogen
 oenology enology
 foetus fetus

26) oo (Belanda) menjadi o


 komfoor kompor
 provoost provos

27) oo (Inggris) menjadi u


 cartoon kartun
 proof pruf
 pool pul

28) oo (vokal ganda) tetap oo


 zoology zoology
 coordination koordinasi

29) ou menjadi u jika lafalnya u


 gouverneur gubernur
 coupon kupon
 contour kontur

30) ph menjadi f
 phase fase
 physiology fisiologi
 spectograph spektograf
31) ps tetap ps
 pseudo pseudo
 psychiatry psikiatri
 psychic psikis

32) pt tetap pt
 pterosaur pterosaur
 pteridology pteridologi

33) q menjadi k
 aquarium akuarium
 frequency frekuensi
 equator ekuator

34) rh menjadi r
 rhapsody rapsodi
 rhombus rombus

35) sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk


 scandium skandium
 scoptopia skoptopia
 scutella skutela

36) sc di muka e, i, dan y menjadi s


 scenography senografi
 scintillation sintilasi
 scyphistoma sifistoma

37) t di muka i menjadi s jika lafalnya s


 ratio rasio
 actie aksi
 patient pasien

38) th menjadi t
 theocracy teokrasi
39) u tetap u
 unit unit
 nucleolus nucleolus

40) ua tetap ua
 dualism dualism
 aquarium akuarium
41) ue tetap ue
 suede sued
 duet duet

42) ui tetap ui
 equinox ekuinoks
 conduite konduite

43) uo tetap uo
 fluorescein fluoresein
 quorum kuorum

44) uu menjadi u
 prematuur prematur
 vacuum vakum

45) v tetap v
 vitamin vitamin
 television televise

46) x pada awal kata tetap x


 xanthate xantat
 xenon xenon

47) xc di muka e dan i menjadi ks


 exception eksepsi
 excess ekses
 excision eksisi
48) xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
 excavation ekskavasi
 excommunication ekskomunikasi

49) y tetap y jika lafalnya y


 yakitori yakitori
 yangonin yangonin
 yuan yuan

50) y manjadi y jika lafalnya i


 yttrium itrium
 dynamo dinamo
 propyl propil
 konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan. Misalnya:
 gabbro gabro
 commission komisi
 accu aki
Tetapi:
 mass massa
Catatan:
 Unsur pungutan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu lagi
diubah. Misalnya: kabar, sirsak, iklan, bengkel, hadir.

 Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad
bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diIndonesiakan menurut kaidah
yang terurai . Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, seperti dalam
pembedaan nama dan istilah khusus.

Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut inididaftarkan
juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai
bagian kata yang utuh. Kata seperti standarisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di
samping kata standar, efek, dan implemen.

1) -aat (Belanda) menjadi -at


 advocaat advokat

2) -age menjadi -ase


 percentage persentase
 etalage etalase

3) -al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al


 structural, structureel structural
 formal, formeel formal
 normal, normaal normal
4) -ant menjadi -an
 accountant akuntan
 informant informan

5) -archy, -archie (Belanda) menjadi –arki


 anarchy, anarchie anarki
 oligarchy, oligarchie oligarki

6) -ary, -air (Belanda) menjadi -er


 complementary, komplementer
 complementair
 primary, primair primer

7) -(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -as


 action, actie aksi
 publication, publicatie publikasi

8) -eel (Belanda) menjadi -el


 materieel materiel
 moreel morel

9) -ein tetap -ein


 casein kasein
 protein protein

10) -ic, -ics, ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika
 logic, logica logika
 phonetics, phonetiek fonetik
 physics, physica fisika
 dialectics, dialektica dialektika
 technique, techniek teknik

11) -ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik


 electronic, elektronisch elektronik
 mechanic, mechanisch mekanik

12) -ical, isch (Belanda) menjadi -is


 economical, economisch ekonomis
 practical, practisch praktis
 logical, logisch logis

13) -ile, -iel menjadi -il


 percentile, percentiel persenril
 mobile, mobiel mobil

14) -ism, isme (Belanda) menjadi -isme


 modernism, modernisme modernisme
 communism, communisme komunisme

15) -ist menjadi -is


 publicist publisis
 egoist egois
C. PEMAKAIAN TANDA BACA
Pada umumnya penulis harus menguasai tata cara penulisan termasuk di dalamnya tanda baca
sebagai intonasi atau jeda dalam tulisan agar mudah dipahami. Tanda baca ialah tanda yang digunakan
dalam sistem ejaan. Tanda baca dapat membantu pembaca untuk memahami makna tulisan dengan tepat.
Tanda baca sangat penting dalam penulisan, karena membantu untuk memahami makna tulisan tersebut.
Oleh karena itu, tanda baca sangat penting agar kalimat dalam suatu paragraf mudah dipahami sehingga
tidak terjadi kesalahan makna yang disampaikan oleh penulis. Tanda – tanda baca terbagi atas tanda titik,
tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda elipsis, tanda tanya, tanda
seru, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda ulang, tanda garis miring,
dan tanda penyingkat (apostrof).

1. Tanda Titik (.)

a) Tanda titik (.) memiliki beberapa kegunaan sebagai berikut. Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan contohnya sebagai berikut :
 Nabila kuliah di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
 Saya lahir di Kota Binjai.
 Rijal bekerja sebagai dosen Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

b) Tanda titik di gunakan pada akhir singkatan nama orang contohnya sebagai berikut:
 Ahmad S. Hendrawan
 Fatimah R. Azzahra
 Muh. Yamin
 Jenderal A.H. Nasution

c) Tanda titik di yang gunakan pada akhir singkatan,gelar,jabatan,pangkat contohnya sebagai


berikut:
1) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya:

Prof. Profesor

Dr. Dokter

Drs. Doktorandus

d) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada
singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik. Misalnya:

a.n. atas nama

dkk. dan kawan-kawan

dll. dan lainlain

e) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian, iktisar, atau daftar.
Misalnya:
f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu. Misalnya:
 pukul 1.25.10 (pukul 1 lewat 25 menit 10 detik)
 pukul 12.15.25 (pukul 12 lewat 15 menit 25 detik)
 pukul 9.10.6 (pukul 9 lewat l-0 menit 6 detik)

g) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu. Misalnya:

- 4.15.10 jam (4 jam, 15 menit, 10 detik)

- 15.40.77 jam (15 jam, 40 menit, 17 detik)

Agar kita mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai pemakaian tanda titik, perhatikanlah gambar
berikut Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari

huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat di dalam akronim
yang sudah diterima oleh masyarakat. Misalnya:

 ALRI Angkatan Laut Republik Indonesia


 AURI Angkatan Udara Republik Indonesia
 AMPI Angkatan Muda Pembangunan Indonesia
 TVRI Televisi RePublik Indonesia tilang bukti Pelanggaran rudal Peluru kendali

h) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia,satuan ukuran, takaran, timbangan,
dan mata uang. Misalnya:

H Hidrogen

He Helium

Li Litium

Be Berilium

i) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan

kepala karangan, atau kepala ilustrasi tabel, dan sebagainya.

Misalnya:

 Salah Asuhan
 Siti Nurbaya

j) Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan

tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat. Misalnya:

 Jalan Bayangkara 5,Kabanjahe,23 September 1984


2. Tanda Koma (,)

Kaidah-kaidah pemakaian tanda koma yang harus kita terapkan adalah sebagai berikut ini.

a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau Pembilangan.
Misalnya:
 Nenek, kakek, ayah, ibu, paman, bibi, kakak, adik dan seluruh kaum kerabat
berkumpul menyambut kedatangan saya dari Negeri Belanda.
 Ibu membeli beras, gula, minyak, tepung terigu, kacang, dan garam.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara , yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan. Misalnya:
 Dia ingin sekali membeli sawah itu, tetapi uangnya belum cukup.
 Saya ingin benar beristirahat di tepi Danau Toba, tetapi waktu belum mengizinkan.
 Bukan kamu yang saya suruh ke sawah, tetapi kakakmu.

c) Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Misalnya:

1.) Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.

2.) Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.

3.) Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.

d) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:
 Ny. Khadijah, M.A. b) Bambang Irawan, S.H., M.Hum.

e) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi. Misalnya:

1) Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.

2) Soekarno, Presiden Pertama RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.

3. Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk dan tanda titik koma
dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda
koma. Misalnya:
a) Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.

b) Agenda rapat ini meliputi

(1) pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;

(2) penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan

(3) pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

4. Tanda Titik Dua (:)

 Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau
penjelasan. Misalnya:

a) Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

b) Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.

 Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya:

a.) Ketua : Ahmad Wijaya

b.) Sekretaris : Siti Aryani

c.) Bendahara: Aulia Arimbi

5. Tanda Hubung (-)

 Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan
angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satusatu. Misalnya:

a) 11-11-2016

b) p-a-n-i-t-i-a 2)

 Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:

a) meng-ukur

b) dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000) c) 23/25 (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)

 Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah
atau bahasa asing. Misalnya:

a) di-sowan-i (bahasa Jawa, ‗didatangi‘)


b) ber-pariban (bahasa Batak, ‗bersaudara sepupu‘)

c) di-back up

6. Tanda Pisah (--)

 Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya: a) Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan
tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. b) Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat
dicapai jika kita mau berusaha keras.
 Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain. Misalnya:

a) Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara


internasional.

b) Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.

 Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan'
atau 'sampai ke'. Misalnya:

a) Tahun 2010—2013

b) Tanggal 5—10 April 2013

7. Tanda Tanya (?)

 Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:

a.) Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?)

b.) Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.

8. Tanda Ellipsis (...)

 Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian
yang dihilangkan. Misalnya: Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
 Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog. Misalnya:
“Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?”
 “Jadi, simpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat.”

Catatan:

a) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.


b) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).

9. Tanda Petik (“...”)

a.) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:

 Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.


 Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
 Film “Habibie dan Ainun” merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.

b.) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus. Misalnya:

a) "Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.

b) Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!

10. Tanda Petik Tunggal (‘...’)

a.) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Misalnya:

a) Ia bertanya, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"

b) "Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan. b.)

Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan. Misalnya:

a) tergugat 'yang digugat'

b) regina 'dinding mata sebelah dalam'


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan/penulis mencoba memberikan
kesimpulan berdasarkan data-data dan fakta dilapangan menunjukkan masih banyak orang-orang tidak
memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Jadi
dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa
berinteraksi sesama yang lain. Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana
kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudahmudahan urain
singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu
penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul ”Berbahasa Indonesia Yang Baik
Dan Benar”.

B. SARAN

Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar khususnya dalam bahasa tulis. Dengan adanya penjabaran tentang pamakaian EYD
diharapkan para pembaca dapat memahami dan menerapkan penggunaan EYD dalam pembuatan suatu
karya tulis.Dan semoga penjabaran ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, S. R. (1975). Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Prof. Dr. Dadang Sunendar, M. (2016). Pedoman Umum Ejaan Bahasa indonesia. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
.
Rina Devianty, S. (2019). Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi . Medan: Perdana Publishing.

Tarigan, D. H. (1985). Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung : Angkasa Bandung.

Anda mungkin juga menyukai