Oleh: Kelompok V
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah matakuliah Bahasa Indonesia yang
berjudul “Ejaan Bahasa Indonesia”
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Rina Devianty, M.Pd. selaku dosen pembimbing
mata kuliah Bahasa Indonesia, yang telah memberikan arahan dan petunjuk terkait tugas makalah ini.
Tanpa bimbingan dari beliau mungkin penulis tidak memiliki kesempatan dalam
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan format yang ditentukan. Dengan mempelajari materi
ini kita jadi mengetahui ejaan Bahasa Indonesia yang benar.
Semoga makalah ini dapat diterima sebagai bahan pembelajaran bagi semua. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Penulis, Kelompok V
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................
A. PEMAKAIAN HURUF.................................................................................................................
B. PENULISAN KATA..................................................................................................................
C. PEMAKAIAN TANDA BACA....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam bahasa Indonesia, ejaan memiliki pengertian yang lebih luas, yaitu berhubungan
dengan ragam bahasa tulis. Ada berbagai macam pengertian yang mencoba menjelaskan pengertian
ejaan. Pengertian ejaan yang terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cara atau
aturan menuliskan kata-kata dalam huruf. Sedangkan di dalam Ensiklopedia Indonesia, ejaan adalah cara
menulis kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa. Ejaan pada dasarnya adalah aturan melambangkan
bunyi bahasa menjadi huruf, kata, ataupun kalimat. Secara umum ejaan dapat diartikan sebagai
seperangkat aturan yang mengatur penulisan bunyi bahasa menjadi huruf, huruf menjadi kata, dan kata
menjadi kalimat. Pada KBBI kalimat memiliki arti sepatah kata atau sekelompok kata yang merupakan
satuan yang mengutarakan suatu pikiran atau perasaan.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi dalam pemakaian bahasa agar tercipta keteraturan
bentuk dalam bahasa tulis. Apabila sudah teratur, maka makna yang ingin disampaikan akan jelas dan
tidak akan terjadi kesalahan dalam memahami makna tersebut. Ejaan yang benar harus selalu dipelajari,
dimengerti, dan diterapkan dalam pelajaran bahasa Indonesia agar bahasa Indonesia dapat digunakan
dengan benar. Penggunaan bahasa yang benar menurut kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
( PUEBI ) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis. Menurut Tarigan
(2008:4) “Keterampilan menulis sangat dibutuhkan di era kehidupan modern karena ketrampilan
menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar”.
Namun pada kenyataannya, keterampilan menulis tersebut tidak sejalan dengan kemampuan dan
minat siswa dalam pembelajaran menulis terutama kemampuan pada penggunaan ejaan. Dalam hal ini,
penulis menemukan beragam kemampuan penggunaan ejaan yang rendah yang dapat ditemukan pada
tulisan siswa yang menjadi salah satu pembuktian bahwa teks yang dibuat siswa masih banyak
ditemukan kesalahan dalam penggunaan bahasa terutama dalam hal ejaan dalam menulis sebuah teks.
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta
didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Untuk dapat
berbahasa dengan baik dan benar, diperlukan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu
pemerintah membuat kurikulum bahasa Indonesia yang wajib untuk diajarkan kepada siswa pada setiap
jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT).
B . RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
Secara umum, orang menganggap bahwa ejaan berhubungan dengan melisankan bahasa. Hal itu
terjadi karena orang terikat pada arti mengeja (kata atau nama), yaitu menyebutkan huruf demi huruf
pada kata atau nama itu. Di dalam bahasa, sebetulnya ejaan berhubungan dengan ragam bahasa tulis.
Ejaan adalah cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca.
Ejaan terakhir yang digunakan dalam bahasa Indonesia adalah Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Soeharto. Namun,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2015, pada saat ini bahasa Indonesia
menggunakan ejaan yang disebut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
A. PEMAKAIAN HURUF
1) Huruf Kapital
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama, Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
- Allah
- Yang Maha kuasa
- Yang Maha Pengasih
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
- Mahaputra Yamin
- Sultan Hasanuddin
- Haji Agus Salim
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
- Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
- Tahun ini ia pergi naik haji.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
- Wakil Presiden Adam Malik
- Perdana Menteri Nehru
- Profesor Supomo
- Laksamana Muda Udara Husen Sastranegera
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya:
- Amir Hamzah
- Dewi Sartika
- Wage Rudolf Supratman
- Halim Perdanakusumah
h. Huruf kapital dipakasi sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya:
- bangsa Indonesia
- suku Sunda
- bahasa Inggris
i. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
- mengindonesiakan kata asing
- keinggris-inggrisan
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
- bulan Agustus
- bulan Maulid
- hari Jumat
k. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Misalnya:
- Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
- Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
m. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
- berlayar ke teluk
- mandi di kali
- menyebrangi selat
n. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
- garam inggris
- gula jawa
- kacang bogor
- pisang ambon
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
Misalnya:
- Republik Indonesia
- Majelis Permusyawaratan Rakyat
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
p. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen
resmi.
Misalnya:
- Menjadi sebuah republik
- Beberapa badan hukum
q. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
Misalnya:
- Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
- Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
r. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak
terletak pada posisi awal.
Misalnya:
- Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
- Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
s. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
- Dr.
- M.A
- master of arts
- sarjana hukum
2) Huruf Miring
a.) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
b.) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
c.) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
3) Huruf Tebal
1) untuk menulisakan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambing, daftar
pustaka, indeks, dan lampiran.
2) tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata.
3) untuk menuliskan lema dan sublema, lambing bilangan yang menyatakan polisemi.
PUEBI hanya mencantumkan dua kaidah dalam penulisan huruf tebal, yakni
1) menegaskan bagian tulisan yang sudah miring (penggunaan dua kaidah, antara huruf tebal dan
huruf miring.
2) menegaskan bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab. Kaidah penulisan ketiga dalam
EYD dihilangkan.Selain itu, PUEBI menambahkan klausul bahwa huruf tebal tidal dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
B. PENULISAN KATA
1. KATA DASAR
Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan.Dengan kata lain, kata dasar bisa
membentuk satu kesatuan kalimat. Contohnya: makan, minum, tidur.
Misalnya:
Kata berimbuhan adalah kata-kata dasar yang mendapatkan imbuhan yang berupa awalan,
akhiran, sisipan, dan awalan-akhiran. Imbuhan berfungsi untuk menambahkan arti atau maksud dari
kata-kata dasar yang diberi imbuhan tersebut.
Imbuhan awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Misalnya: diproses , penyalinan, membawakan.
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: berjabat tangan, bekerja sama, bertepuk tangan, garis bawahi, dan lain-lain.
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, mendapat awalan dan akhiran sekaligus,unsur
gabungan kata itu ditulus serangkai.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai. Misalnya: dasawarsa, prasangka, reinkarnasi, subseksi, transmigrasi.
Catatan :
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua
unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-). Misalnya : non-Indonesia, pan-Afrikanisme, pro-
Barat.
Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata
berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya: - Aku berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
3. KATA ULANG
Kata ulang adalah Bentuk kata yang ditulis berulang secara lengkap dengan menggunakan
tanda hubung. Misalnya : kupu-kupu, ibu-ibu, lauk-pauk, gerak-gerik, sia-sia.
4. GABUNGAN KATA
Gabungan kata yang lazim disebuta kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsure-unsurnya
ditulis terpisah. Misalnya: orang tua, kereta api, mata pelajaran, duta besar, persegi panjang,
rumah sakit.
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu, dan –nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : Bukuku, bukumu, dan bukunya
tersimpan di perpustakaan.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya :
Ibu pergi ke pasar.
Nenek tinggal di Yogyakarta.
Paman datang dari desa.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini dtulis serangkai.
Misalnya :
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
8. PARTIKEL
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Bukalah mata hatimu..
Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?
Medan adalah ibukota Sumatera Utara.
Siapakah dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun,
biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis
serangkai. Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga kita harus menyelesaikan tugas ini.
Baik mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun miskin, ia selalu gembira.\
Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya. Misalnya :
Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.
Lika menulis surat perpisahan itu dengan penuh cinta per kalimatnya.
1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S Kramawijaya
Muh. Yamin
Suman Hs.
Sukanto S.A.
M.B.A : master of business administration
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan
tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya :
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI : Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN : Garis-Garis Besar Haluan Negara
c. Singkatan umum terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya:
dll. : dan lain-lain
dsb. : dan sebagainya
dst. : dan seterusnya
hlm. : halaman
Tetapi :
a.n. : atas nama
d.a. : dengan alamat
u.b. : untuk beliau
u.p. : untuk perhatian
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik. Misalnya:
Cu : cuprum
TNT : trinitrotulen
cm : sentimeter
2. Akronim kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda
titik.
a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital. Misalnya:
ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN : Lembaga Administrasi Negara
PASI : Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
b) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku.kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya:
Akabri : Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Iwapi : Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
c) Akronim yang bukan nama diri berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf
dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya :
pemilu : pemilihan umum
radar : radio detecting and ranging
rapim : rapat pimpinan
Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut :
1. Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
2. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang
sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000), V (5.000),
M (1.000.000).
Pemakaiannya diatur leih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (2) satuan waktu,
(3) nilai uang, dan (4) kuantitas. Misalnya:
0,5 sentimeter
1 jam 20 menit
5 kilogram
pukul 15.00
Angka lazim dipakai untuk melambangka nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat. Misalnya:
Jalan Merdeka No. 15
Hotel Indonesia, kamar 150.
Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya:
Bab IV, Pasal 3, halaman 252
Surah Yasin: 9
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut. Misalnya:
tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
uang 5000-an atau uang lima ribuan
lima uang 1.000-an atau lima uang seribuan
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti berikut ini.
Misalnya:
Dina membaca buku itu sampai empat kali.
Ayah membawa lima kantong plastik sampah.
Di antara 30 anggota yang hadir, 22 orang setuju, 5 orang tidak setuju, dan 3orang
memberikan suara.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah
sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada
awal kalimat. Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Muji mengundang 150 orang tamu
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Seratus lima puluh orang tamu diundang PakMuji.
Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja. Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia brjumlah lebi dari 200 juta orang.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali di dalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya:
Kantor kami mempunyai tiga puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 900 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 30 (tiga puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya:
Saya lamirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan
dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Bukan: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh
Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik
dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda,
atauInggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas
dua golongan besar.
Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti
reshuffle, shuttle cock, l’axplanation de l’homme. Unsur-unsur yang dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
1) aa (Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
actaaf oktaf
4) ai tetap ai
trailer trailer
caisson kaison
5) au tetap au
audiogram audiogram
autrotoph autrotof
tautomer tautomer
13) ea tetap ea
idealist idealis
habeas baheas
16) eu tetap eu
neutron neutron
eugenol eugenol
europium europium
17) f tetap f
fanatic fanatik
factor factor
fossil fosil
18) gh menjadi g
sorghum sorgum
24) ng tetap ng
contingent kontingen
congres kongres
linguistics linguistic
30) ph menjadi f
phase fase
physiology fisiologi
spectograph spektograf
31) ps tetap ps
pseudo pseudo
psychiatry psikiatri
psychic psikis
32) pt tetap pt
pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
33) q menjadi k
aquarium akuarium
frequency frekuensi
equator ekuator
34) rh menjadi r
rhapsody rapsodi
rhombus rombus
38) th menjadi t
theocracy teokrasi
39) u tetap u
unit unit
nucleolus nucleolus
40) ua tetap ua
dualism dualism
aquarium akuarium
41) ue tetap ue
suede sued
duet duet
42) ui tetap ui
equinox ekuinoks
conduite konduite
43) uo tetap uo
fluorescein fluoresein
quorum kuorum
44) uu menjadi u
prematuur prematur
vacuum vakum
45) v tetap v
vitamin vitamin
television televise
Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad
bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diIndonesiakan menurut kaidah
yang terurai . Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, seperti dalam
pembedaan nama dan istilah khusus.
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut inididaftarkan
juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai
bagian kata yang utuh. Kata seperti standarisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di
samping kata standar, efek, dan implemen.
10) -ic, -ics, ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika
logic, logica logika
phonetics, phonetiek fonetik
physics, physica fisika
dialectics, dialektica dialektika
technique, techniek teknik
a) Tanda titik (.) memiliki beberapa kegunaan sebagai berikut. Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan contohnya sebagai berikut :
Nabila kuliah di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Saya lahir di Kota Binjai.
Rijal bekerja sebagai dosen Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
b) Tanda titik di gunakan pada akhir singkatan nama orang contohnya sebagai berikut:
Ahmad S. Hendrawan
Fatimah R. Azzahra
Muh. Yamin
Jenderal A.H. Nasution
Prof. Profesor
Dr. Dokter
Drs. Doktorandus
d) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada
singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik. Misalnya:
e) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian, iktisar, atau daftar.
Misalnya:
f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu. Misalnya:
pukul 1.25.10 (pukul 1 lewat 25 menit 10 detik)
pukul 12.15.25 (pukul 12 lewat 15 menit 25 detik)
pukul 9.10.6 (pukul 9 lewat l-0 menit 6 detik)
g) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu. Misalnya:
Agar kita mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai pemakaian tanda titik, perhatikanlah gambar
berikut Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari
huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat di dalam akronim
yang sudah diterima oleh masyarakat. Misalnya:
h) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia,satuan ukuran, takaran, timbangan,
dan mata uang. Misalnya:
H Hidrogen
He Helium
Li Litium
Be Berilium
Misalnya:
Salah Asuhan
Siti Nurbaya
Kaidah-kaidah pemakaian tanda koma yang harus kita terapkan adalah sebagai berikut ini.
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau Pembilangan.
Misalnya:
Nenek, kakek, ayah, ibu, paman, bibi, kakak, adik dan seluruh kaum kerabat
berkumpul menyambut kedatangan saya dari Negeri Belanda.
Ibu membeli beras, gula, minyak, tepung terigu, kacang, dan garam.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara , yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan. Misalnya:
Dia ingin sekali membeli sawah itu, tetapi uangnya belum cukup.
Saya ingin benar beristirahat di tepi Danau Toba, tetapi waktu belum mengizinkan.
Bukan kamu yang saya suruh ke sawah, tetapi kakakmu.
c) Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Misalnya:
1.) Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
d) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:
Ny. Khadijah, M.A. b) Bambang Irawan, S.H., M.Hum.
e) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi. Misalnya:
1) Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
2) Soekarno, Presiden Pertama RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk dan tanda titik koma
dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda
koma. Misalnya:
a) Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.
(2) penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau
penjelasan. Misalnya:
b) Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan
angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satusatu. Misalnya:
a) 11-11-2016
b) p-a-n-i-t-i-a 2)
Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:
a) meng-ukur
Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah
atau bahasa asing. Misalnya:
c) di-back up
Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya: a) Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan
tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. b) Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat
dicapai jika kita mau berusaha keras.
Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain. Misalnya:
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan'
atau 'sampai ke'. Misalnya:
a) Tahun 2010—2013
Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:
Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian
yang dihilangkan. Misalnya: Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog. Misalnya:
“Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?”
“Jadi, simpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat.”
Catatan:
a.) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:
b.) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus. Misalnya:
a.) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Misalnya:
b) "Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan. b.)
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan. Misalnya:
A. KESIMPULAN
Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan/penulis mencoba memberikan
kesimpulan berdasarkan data-data dan fakta dilapangan menunjukkan masih banyak orang-orang tidak
memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Jadi
dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa
berinteraksi sesama yang lain. Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana
kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudahmudahan urain
singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu
penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul ”Berbahasa Indonesia Yang Baik
Dan Benar”.
B. SARAN
Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar khususnya dalam bahasa tulis. Dengan adanya penjabaran tentang pamakaian EYD
diharapkan para pembaca dapat memahami dan menerapkan penggunaan EYD dalam pembuatan suatu
karya tulis.Dan semoga penjabaran ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi, S. R. (1975). Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Prof. Dr. Dadang Sunendar, M. (2016). Pedoman Umum Ejaan Bahasa indonesia. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
.
Rina Devianty, S. (2019). Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi . Medan: Perdana Publishing.