Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 :

1. Minrohillah (2022143168)
2. Rani Laviski (2022143169)
3. Sri Wiyanti (2022143170)
4. Miftahul Jannah (2022143171)

Dosen Pengampu : Dr. Sri Wahyu Indrawati M.Pd.


Mata Kuliah : Konsep Dasar Bahasa Indonesia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Selain
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan
sebagai alat komunikasi secara tulisan. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan
yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat
mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu
dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.

Ejaan (Bahasa Indonesia) yang disempurnakan (EYD) pada dasarnya merupakan


ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terakhir atas ejaan-ejaan yang pernah
berlaku di Indonesia. Adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesia, melainkan
ejaannya, yakni tata cara penulisan baku. EYD diberlakukan sejak tanggal17 Agustus 1972.
Berarti, hingga kini EYD telah berlaku secara resmi sebagai ejaan bahasa Indonesia selama
tiga dasawarsa lebih. Dalam rangka membagikan pengetahuan dan wawasan dalam EYD
Itulah makalah ini dibuat. Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dan petunjuk praktis bagi pembaca makalah ini. Dengan demikian, penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat terwujud.

Pemahaman dan keberadaan EYD tersebut sangat penting untuk dikuasai dalam
kehidupan sehari-hari. Hal tersebut terjadi karena Bahasa Indonesia yang benar adalah
Bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah yang berlaku. Selain itu, pemahaman mengenai
penggunaan kata dan penulisan kalimat dalam EYD sangat penting untuk dipelajari. Sehingga
dalam penyampaian dan penulisan kata dapat dilakukan dengan benar dan informasi yang
disampaikan dapat dipahami oleh orang lain.

1.2. Rumusan Masalah


Agar makalah yang kami bahas tidak terlalu luas, maka kami membatasi rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan EYD ?
2. Apa saja kaidah penulisan huruf kapital dan miring?
3. Apa saja kaidah penulisan kata?
4. Apa saja kaidah pemakaian tanda baca?
5. Apa saja kaidah penulisan angka dan lambang bilangan?
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian ejaan Bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui kaidah penulisan huruf kapital dan miring.

1
3. Untuk mengetahui kaidah penulisan kata.
4. Untuk mengetahui kaidah pemakaian tanda baca.
5. Untuk mengetahui kaidah penulisan angka dan lambang bilangan.
1.4. Manfaat
Dalam pembuatan makalah ini, manfaat yang kami rasakan sebagai berikut
Memberikan informasi kepada pembaca terkait perkembangan ejaan Bahasa Indonesia.
1. Memberikan informasi tentang pengertian EYD dengan benar dan baik
2. Memberikan informasi kepada pembaca terkait kaidah penulisan huruf kapitan dan
miring.
3. Memberikan informasi kepada pembaca terkait kaidah penulisan kata.
4. Memberikan Informasi kepada pembaca terkait kaidah pemakaian tanda baca.
5. Memberikan informasi kepada pembaca kaidah penulisan angka dan lambang
bilangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian EYD

Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan


sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf serta penggunaan tanda baca). Tiap negara
mempunyai aturan ejaan tersendiri dalam melambangkan bunyi-bunyi bahasa negaranya.
Demikian juga di Indonesia, tercatat ada enam sejarah ejaan yang pernah dikenal di
Indonesia.
Kepanjangan EYD adalah Ejaan Yang Disempurnakan. EYD merupakan singkatan
resmi dalam Bahasa Indonesia. EYD dijadikan syarat untuk penulisan karya tulis ilmiah
dalam Bahasa Indonesia. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah aturan dasar ejaan dalam
Bahasa Indonesia yang hingga saat ini masih digunakan. Contoh perubahan yang terjadi pada
EYD dengan ejaan sebelumnya (Soewandi) antara lain :
• 'j' menjadi 'y'
• 'dj' menjadi 'j'
• 'nj' menjadi 'y'
• 'ch' menjadi 'kh'
• 'tj' menjadi 'c'
• 'sj' menjadi 'sy'
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan
huruf kapital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD di sini diartikan sebagai
tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata
bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. arena dalam sebuah
karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan
untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

2.2. Kaidah Penulisan Huruf Kapital dan Miring


Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu:
a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal,yaitu :
1. Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya :
Dia menulis surat di kamar
Tugas bahasa Indonesia sudah dikerjakan.
2. Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya :
Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.
“Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.
3. Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci. Misalnya :
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang

3
Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.
4. Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan
yang diikuti nama orang. Misalnya :
Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin
Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.
5. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat. Misalnya :
Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil
Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.
6. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang. Misalnya :
Ibrahim Naki
Nofayanti
7. Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya :
bangsa Indonesia
suku Sunda
8. Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah. Misalnya :
tahun Hijriyah hari Jumat
bulan Desember hari Lebaran
9. Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri. Misalnya :
Laut Jawa Jazirah Arab
Asia Tenggara Tanjung Harapan
10. Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah,
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
11. Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya :
Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.
12. Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya :
Surat Anda telah saya balas
Sudahkah Anda sholat?
13. Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya :
Dr. Ibrahim Naki
Abdul Manaf Husain, S.H
14. Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

4
15. Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar,
dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung. Misalnya :
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”
b. Penulisan Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk :
1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Buku Negara kertagama karangan Prapanca.
Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.
2. Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu
3. Menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya.
Misalnya :
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia Mangostama.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.

2.3 Kaidah Penulisan Kata

Ada beberapa hal yang pelru diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai
suatu kesatuan. Misalnya :
Dia teman baik saya.
2. Kata Turunan (Kata berimbuhan)
a. Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu : Imbuhan
semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya :
Membaca
Menulis
b. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Misalnya :
Bertepuk tangan
Sebar luaskan.
c. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan
akhiran, kata itu ditulis serangkai. Misalnya :
Menandatangani
Keanekaragaman.
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai. Misalnya :
Antarkota

5
Mahaadil
3. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis jenis kata
ulang yaitu :
a. Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.
Misalnya = Laki : Lelaki
b. Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
Misalnya = Laki : Laki-laki
c. Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Misalnya = Sayur : Sayur-mayur
d. Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.
Misalnya =Main : Bermain-main
4. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kambing hitam, mata pelajaran, meja tulis,simpang empat.

b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan


pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur
yang bersangkutan.
Misalnya:
Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin- hitung tangan,
ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda.

c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.


Misalnya:
Adakalanya, akhirulkalam, astaghfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana,
bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra

5. Kata Ganti-ku-, -mu, dan-nya


Kata ganti ku ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, mu, dan -nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kamu ambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
6. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada. Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam sajalah di sini.
Di mana Violin sekarang?
Ke mana saja ia selama ini?

6
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Wili datang dari Surabaya kemarin.

7. Kata Si dan Sang


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

8. Partikel
a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?

b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.

Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.

Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.

c. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.

7
9. Singkatan dan Akronim
a. Singkatan adalah salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau
gabungan huruf yang dieja huruf demi huruf (Kridalaksana, 2008).
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti
dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S Kramawijaya
Muh. Yarnin
Suman Hs.
M.B.A Master of Business Administration
M.Sc. Master of Science
S.E. Sarjana Ekonomi
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
Tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat untuk beliau
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian

4. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Misalnya :
Cu Cuprum
TNT Trinitrotulen
Cm Sentimeter
b. Akronim adalah bentuk penyingkatan satu kata atau lebih menjadi gabungan
beberapa suku kata yang diperlakukan sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

8
Misalnya:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia
Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan
huruf kecil.
Misalnya:
Pemilu pemilihan umum
Radar radio detecting and ranging
Tilang bukti pelanggaran

10. Angka dan Lambang


a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9
Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500),
M(1000), V (5.000), M (1.000.000)
b. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilogram pukul 15.00

c. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169
d. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
e. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
1) Bilangan utuh Misalnya:
Dua belas 12
Dua puluh dua 22
2) Bilangan pecahan Misalnya:
Setengah 1/2
Tiga perempat 3/4
f. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
Misalnya:
Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalam kehidupan abad ke-20 ini; lihan
Bab II; Pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II itu; di tingkat
kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat II itu.

9
g. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran-an mengikuti cara yang
berikut.
Misalnya:
tahun '50-an atau tahun lima puluhan uang 5000-an atau uang lima ribuan
h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan,
seperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
j. Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 200 juta orang.
k. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali
di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
l. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan
puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Bukan :
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan
puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

2.4. Kaidah Pemakaian Tanda Baca

Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat-
kalimat yang kita tulis dapat dipahami orang persis seperti yang kita maksudkan,

10
mengutip Abdul Chaer dalam buku Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Tanda baca adalah
tanda yang dipakai dalam sistem ejaan (seperti titik, koma, titik dua, dan sebagainya). Tanda
baca dapat membantu pembaca untuk memahami makna tulisan dengan tepat. Bayangkan
jika tulisan dibuat tanpa tanda baca, pasti tulisan tersebut akan membuat bingung dan susah
dicerna.
Sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Telah Disempurnahkan (EYD), ada lima
belas tanda baca yang lazim digunakan dalam penulisan, antara lain tanda titik, tanda koma,
tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru, tanda
elipsis, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda garis miring,
dan tanda penyingkat atau apostrof.
A. Tanda titik (.)
1. Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan dan seruan.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau
daftar.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru dan tempat terbit.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan.
7. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
8. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah dianggap
umum. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih, hanya dipakai satu tanda
titik.
9. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
B. Tanda koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti, tetapi, melainkan.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, apabila anak
kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
4. Tanda koma dipakai di belakang ungkapan atau kata penghubung antara kalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti, o, ya, wah, aduh, dan
kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan seperti, Bu, Dik, atau Mas dari
kata lain yang terdapat di dalam sapaan.
6. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.

11
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru.
8. Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan
tinggal, nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
10. Tanda koma dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun
penerbitan.
11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya,
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
14. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
C. Titik koma (;)
1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
2. Tanda titik koma digunakan untuk akhiri pertanyaan perincian dalam kalimat yang
berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir
tidak perlu digunakan kata dan.
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila
unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata penghubung.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap uang diikuti rangkaian
atau pemerian.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
3. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
4. Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, bab dan ayat dalam
kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit buku
acuan dalam karangan.
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau
akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
4. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam
kata yang dieja satu-satu.
5. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan.

12
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, dan singkatan huruf
kapital dengan imbuhan atau kata.
F. Tanda Pisah (‒)
1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun utama kalimat.
2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai
dengan’ atau sampai ke’.
G. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
H. Tanda Seru (!)
1. Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi
yang kuat.
I. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
J. Tanda Petik (“...”)
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal
atau kata yang mempunyai arti khusus.
K. Tanda Petik Tunggal (‘... ‘)
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan-petikan yang terdapat di dalam
petikan lain.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa
daerah atau bahasa asing.
L. Tanda Kurung ((...))
1. anda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama kalimat.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam
teks dapat dihilangkan.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang merinci urutan
keterangan.
M. Tanda Kurung Siku ([...])

13
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat, atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
2. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di
dalam naskah asli.
3. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)


1. Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

2.5. Kaidah Penulisan Angka dan Lambang Bilangan


Angka merupakan lambang bilangan, sedangkan bilangan dapat dinyatakan dengan
angka atau kata. Penulisan angka dan bilangan dalam bahasa Indonesia harus diperhatikan.
Penggunaan dan penulisannya juga tergantung konteks kalimatnya. Dalam buku Standar
Aturan Bahasa Penulisan yang Baik dan Benar (EYD) Ejaan Yang Disempurnakan (2015)
oleh Rudiyant, angka Romawi atau Arab dalam tulisan bahasa Indonesia sebagai lambang
bilangan atau nomor. Angka Romawi terdiri atas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50),
C (100), D (500), M (1000), dan seterusnya. Sedangkan angka Arab terdiri atas 0, 1, 2, 3, 4,
5, 6,7,8,9 dan seterusnya. Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai
sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau
angka Romawi.
Ada 12 aturan penulisan angka dan bilangan dalam kalimat Berikut ini :
1. dengan satu atau dua kata Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata, ditulis dengan huruf, kecuali bilangan tersebut dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian.
Contohnya:
a. Hari ini aku sudah makan nasi empat kali. Kata ‘empat’ ditulis menggunakan huruf,
karena termasuk bilangan yang bisa dinyatakan dengan satu kata.
b. Perpustakaan itu memiliki koleksi dua juta buku. Kata ‘dua juta’ ditulis menggunakan
huruf, karena termasuk bilangan yang bisa dinyatakan dengan dua kata. Dari 58 orang
yang hadir, 41 orang di antaranya memesan ayam goreng, dan 17 orang lainnya
memesan soto sapi. Bilangan ‘58’ (lima puluh delapan) ditulis dalam bentuk angka
karena tidak bisa ditulis dengan dua suku kata saja. Begitu pula dengan angka lainnya,
yakni ‘41’ dan ‘17’.
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf
Contohnya:
a. Dua orang pria itu terlihat mencurigakan. Kata ‘dua’ ditulis dalam bentuk kata karena
terletak di awal kalimat. Empat siswa itu berhasil mendapat beasiswa ke luar negeri
b. Kata ‘empat’ ditulis dalam bentuk kata karena terletak di awal kalimat.

14
3. Menunjukkan bilangan besar Angka yang menunjukkan bilangan besar, ditulis sebagian
dengan huruf, supaya lebih mudah dibaca.
Contohnya:
a. Harga mobil mewah itu mencapai 780 juta rupiah. Kata ‘780 juta rupiah’, sebagian
ditulis dengan huruf supaya mudah membacanya.
b. Dia baru saja membeli rumah seharga Rp10 miliar. Kata ‘Rp10 miliar’ ditulis
sebagian dengan huruf. Atau juga bisa ditulis seperti contoh pertama, namun kata
‘Rp’ dihilangkan menjadi, “Dia baru saja membeli rumah seharga 10 miliar rupiah.”
4. Angka dipakai untuk menyatakan ukuran, waktu dll.
Contohnya:
a. Ukuran panjang, berat, luas, isi, serta waktu Contohnya: 9,8 sentimeter, 20 kilogram,
5 liter, 2 jam 45 menit, 1 tahun 3 bulan, dan lainnya.
b. Nilai uang Contohnya: Rp 10.000,00, US$3,50, dan lainnya.
5. Memberi penomoran alamat Angka dipakai untuk memberi penomoran pada alamat,
seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Contohnya:
a. Jalan Megah II No. 12
b. Hotel Kenangan, Kamar 300
6. Menomori karangan atau ayat kitab suci Angka dipakai untuk menomori
bagian karangan atau ayat kitab suci.
Contohnya:
a. Bab XI, Pasal 20, halaman 100
b. Surah Yasin: 9
c. Markus 16: 15-16
7. Penulisan bilangan dengan huruf Penulisan bilangan menggunakan huruf, dilakukan
sebagai berikut:
Contohnya:
a. Bilangan Utuh : enam belas (16), sepuluh ribu (10.000), tujuh puluh (70).
b. Bilangan pecahan : setengah (1/2), dua pertiga (2/3), lima persen (5%).
8. Penulisan bilangan tingkat Untuk penulisan bilangan tingkat, bisa dilakukan seperti
contoh berikut:
a. Abad XX, bisa ditulis dengan abad ke-20, atau abad kedua puluh.
b. Perang Dunia II, bisa ditulis dengan Perang Dunia Ke-2, atau Perang Dunia Kedua.
9. Angka dengan akhiran -an Penulisan angka yang mendapat akhiran ‘-an’, dapat dilakukan
dengan contoh sebagai berikut:
a. Dua lembar uang 5.000-an
b. Tahun 2000-an
10. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus Penulisan bilangan dengan angka
dan huruf sekaligus, dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, serta kuitansi.
Contohnya:
a. Telah diterima uang sebanyak Rp 5.500.000 (lima juta lima ratus ribu rupiah) untuk
pembayaran cicilan sepeda motor.
b. Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1

15
(satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
11. Penulisan bilangan yang dilambangkan angka dan huruf Penulisan bilangan yang
dilambangkan dengan angka dan diikuti dengan huruf, dilakukan dengan cara berikut.
Contohnya:
a. Berikut saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp120.000,00 (seratus dua puluh
ribu rupiah).
b. Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus
dilampirkan pada laporan.
12. Bilangan pada unsur geografi Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi
ditulis dengan huruf. Contohnya:
a. Rajaampat
b. Simpanglima
c. Tigaraksa
d. Kelapadua

16
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

1. Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan


sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf serta penggunaan tanda baca). Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) adalah aturan dasar ejaan dalam Bahasa Indonesia yang
hingga saat ini masih digunakan.
2. Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu:
penulisan huruf besar (kapital) dan penulisan huruf miring.
3. Ada beberapa hal yang pelru diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu : Kata dasar,
kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti-ku, -mu, dan -nya, kata depan
di,ke, dan dari, kata si dan sang, partikel, singkatan dan akronim, dan angka dan
lambang.
4. Sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Telah Disempurnahkan (EYD), ada lima
belas tanda baca yang lazim digunakan dalam penulisan, antara lain tanda titik, tanda
koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda
seru, tanda elipsis, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung, tanda kurung siku,
tanda garis miring, dan tanda penyingkat atau apostrof.
5. Angka merupakan lambang bilangan, sedangkan bilangan dapat dinyatakan dengan
angka atau kata. Penulisan angka dan bilangan dalam bahasa Indonesia harus
diperhatikan. Ada 12 aturan penulisan angka dan bilangan dalam kalimat yaitu :
dengan satu atau dua kata Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, ditulis dengan huruf, kecuali bilangan tersebut dipakai secara berurutan
seperti dalam perincian, Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf,
Menunjukkan bilangan besar Angka yang menunjukkan bilangan besar, ditulis
sebagian dengan huruf, supaya lebih mudah dibaca, angka dipakai untuk menyatakan
ukuran, waktu dll, Memberi penomoran alamat Angka dipakai untuk memberi
penomoran pada alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar, Penulisan
bilangan dengan huruf Penulisan bilangan menggunakan huruf, Penulisan bilangan
tingkat, Angka dengan akhiran -an, Penulisan bilangan dengan angka dan huruf
sekaligus, Penulisan bilangan yang dilambangkan angka dan huruf, Bilangan pada
unsur geografi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. (1993). Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Jakarta:
Grasindo.
Sri Hapsari Wijayanti, A.C. (2014). BAHASA INDONESIA penulisan dan penyajian karya
ilmiah. Rajawali Pers
Chaer, Abdul. (2016) Tata bahasa praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dalman (2015). Keterampilan menulis. Jakarta: Raja Grafindo persada.
Mulyati, (2015) Terampil berbahasa Indonesia, Jakarta: Prenada media Group
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis: sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung:
Angkasa Bandung.
P.suryadi, (1988). Berbahasa dan sastra Indonesia. Bandung: Armico.
Departemen pendidikan nasional. (1996). Kamus besar berbahasa Indonesia Edisi Kedua,
Jakarta: Balai Pustaka.

18

Anda mungkin juga menyukai