Nama NIM
Tak lupa pula kami ucapkan shalawat dan salam keharibaan junjungan kita terhadap
Nabi Muhammad SAW semoga dengan memperbanyak sholawat kepada nabi kita mendapat
syafaat kemudian hari kelak.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih sebanyak- banyaknya kepada rekan- rekan
yang telah membantu dan bekerja sama kepada penyusun sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangannta. Untuk itu kami harapkan agar rekan- rekan
memberi kritik dan saran yang membangun terhadap makalah ini. Kami juga berharap agar
makalah ini dapat membantu pembaca untuk megetahui Ejaan Bahasa Indonesia lebih baik
lagi.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemakaian Huruf............................................................................................2
B. Penulisan Kata................................................................................................5
C. Pemakaian Tanda Baca..................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................17
B. Saran ..............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ejaan tidak menyangkut dengan pelafalan kata saja tetapi juga menyangkut cara
penulisan. Dalam KBBI ejaan diartikan kaidah cara menggambarkan bunyi- bunyi (kata,
kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf – huruf) serta penggunaan tanda baca.
Ejaan merupakan cara menuliskan kata atau kalimat dengan memperhatikan penggunaan
tanda baca dan huruf (Yulianto dalam Kustomo, 2015: 59). 1
Bahasa Indonesia telah menggunakan beberapa ejaan. Ejaan yang pernah digunakan,
antara lain van Ophuisen pada 1901, ejaan Suwandi pada 1947, dan Ejaan yang
Disempurnakan (EyD). EyD mulai diberlakukan pada 16 Agustus 1972 semasa pemerintahan
Orde Baru. Semenjak itu EyD terus disempurnakan. Pada 26 November 2015 melalui
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan EyD kembali disempurnakan. Ejaan yang
Disempurnakan (EyD) diganti dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemakaian huruf?
2. Bagaimana cara pemakaian kata?
3. Bagaimana cara pemakaian tanda baca?
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
pemakaian huruf, pemakaian kata, dan pemakaian tanda baca yang baik dan benar.
1
Yerry Mijianti, April 2020, PENYEMPURNAAN BAHASA INDONESIA, Jurnal Ilmiah Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, jurnal.unmuhjember.ac.id, diunduh pada tanggal 01
April 2020,pukul 13.27
2
Firman Aziz, Ferina Meliasanti, Rika Widawati, Imam Muhtarom, BAHASA INDONESIA di Perguruan
Tinggi, (Bandung: CV. Maulana Media Grafika, 2016), hlm. 115
3
Rina Devianty, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 46
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemakaian Huruf4
1. Huruf Kapital
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
Apa maksudnya?
Pekerjaan itu belum selesai
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
c. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya “Kapan kita pulang”
Bapak menasihatkan “Jagalah kebersihan”
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan
Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Alquran
Allah
Ya, Tuhan bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan
keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang
mengikuti nama orang.
Misalnya:
Nabi Ibrahim
Agung Permana, Sarjana Hukum
f. Huruf kapital dipakai sebagi huruf pertama unsur nama gelar, kehormatan, keturunan ,
keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
4
Tim Pengembangan Pedoman Bahasa Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)
2
Selamat datang, Yang Mulia
Selamat pagi, Prof
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan nama pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tersebut,
nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil presiden Adam Malik
Brigadier Jendral Ahmad
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Jawa
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari besar atau
hari raya dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah
Konferensi Asia Afrika
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Jakarta
Jalan Diponegoro
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata, dalam nama Negara,
lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali tugas seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata. Didalam judul buku,
karangan, artikel, dan makalah serta nam majalah dan surat kabar, kecuali di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra
3
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singakatan nama gelar, pangkat,
atau sapaan.
Misalnya:
S.S. ( sarjana sastra)
M.Hum. (magister humaniora)
Dr. (doctor)
Tn. (tuan)
Sdr. (saudara)
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai
dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” Tanya Hasan
Surat Saudara telah kami terima dengan baik
Besok Paman akan dating
Mereka pergi ke rumah Pak Camat5
2. Huruf Miring
a. Huruf miring dipakai unruk menuliskan judul buku, nama majalah, atau surat
kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Majalah Bahasa dan Indonesia
Buku Negarakertagama
b. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf petama kata abad adalah a
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital
c. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing
kecuali telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini6
5
Ibid, hlm.47-50.
6
Khairina, Bahasa Indonesia (Medan: TP, 1997), hlm.48-49.
4
Catatan:
Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing
atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang
dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
Kalimat atau teks berbahasa asing atau bahasa daerah yang dikutip dalam teks
berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.7
3. Huruf Tebal
a. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring
Misalnya:
Huruf df, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa
Indonesia
Kata et dalam ungkapa ora et labora berarti dan
b. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan seperti judul
buku, bab, atau subbab.
Misalnya:
1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.2 Tujuan
B. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Misalnya:
Saya pergi kesekolah
Buku ini sangat tebal
2. Kata Berimbuhan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis
serangkai dengan awal dasarnya
Misalnya:
berjalan
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing seperti –isme, -man,-wan atau –wi, ditulis
serangkai dengan bentuk dasarnya.
7
Ibid, hlm.51-52.
5
Misalnya:
Misalnya:
adibusana infrastruktur
dwiwarna pascasarjana
Catatan:
Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau sinkatan yang
berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia
anti-PKI
Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan
ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur jepada Tuhan Yang Maha Pengasih
Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan,
kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita
3. Bentuk Ulang
Bentukulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) diantara unsurnya dan
ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
Buku-buku
Surat kabar => surat-surat kabar
4. Gabungan Kata
a. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
ditulis terpisah.
6
Misalnya:
duta besar
kambing hitam
b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-istri saya
buku sejarah-baru
c. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan
atau akhiran
Misalnya:
bertepuk tangan
garis bawahi
d. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
menyebarluaskan
menggarisbawahi
e. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
kacamata
dukacita
5. Pemenggalan Kata
a. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
1. Jika ditengah kata terdapat huruf vocal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan
diantara kedua huruf vocal itu.
Misalnya: bu-ah
2. Huruf diftong au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya: au-la, sau-da-ra.
3. Jika ditengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) diantara dua huruf vocal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu.
Misalnya: ba-pak, mu-sya-wa-rah.
4. Jika di tengan kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu.
7
Misalnya: Ap-ril, man-di
5. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan diantara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang kedua
Misalnya: ul-tra in-stru-men
Catatan:
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipernggal.
b. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan diantara bentuk dasar dan
unsur pembentukannya.
Misalnya: ber-ja-lan, me-rasakan
Catatan:
1. Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasar-nya mengalami perubahan
dilakukan pada kata dasar
2. Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar
3. Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir
baris tidak dilakukan.
c. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan diantara unsur-unsur itu.
Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya: fotokopi foto-kopi fo-to-ko-pi
d. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya: Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
e. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal
Misalnya: Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R. Ng.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R. Ng. Rangga Warsita.
6. Kata Depan
Kata depan seperti di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya :
8
7. Partikel
a. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya
Misalnya : Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkkunjung
ke rumahku.
c. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya : Karyawan itu masuk ke dalam ruangan satu per satu.
8. Singkatan dan Akronim
a. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik
pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya : A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama
dokumenresmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya : PT perseroan terbatas
NIP nomor induk pegawai
c. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya : hlm. Halaman
dkk. Dan kawan-kawan
d. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat
masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya : a.n atas nama
s.d sampai dengan
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Misalnya : Cm sentimeter
Cu kuprum
f. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik
Misalnya : LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
g. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengn huruf awal kapital.
Misalnya : Kalteng Kalimantan Tengah
Suramadu Surabaya-Madura
h. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya : pemilu pemilihan umum
puskesmas pusat kesehatan masyarakat
9. Angka dan Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
9
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X
10. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinnya, sedangkan –
ku, -mu dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Rumah itu telah kujual
Majalah ini boleh kau baca
11. Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Surat itu dikembalikan kepada si pengirim
Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja.
10
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya.
Misalnya : Kalau diundang, saya akan datang.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun begitu, akan tetapi.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: O, begitu.
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT
Wikipedia Indonesia.
Contoh: Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
11
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
m. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Bandingkan dengan:
n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan
nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan
pendengar.
Contoh:
-Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
-Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua : Borgx
Wakil Ketua : Hayabuse
12
Sekretaris : Ivan Lanin
Wakil Sekretaris : Irwan Gatot
Bendahara : Rinto Jiang
c. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh:
Borgx :"Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex : "Siap, Boss!"
d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab
dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
e. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
f. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
b. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Contoh: - p-e-n-g-u-r-u-s
c. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
13
Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
d. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh: se-Indonesia, hadiah ke-2
e. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Contoh: di-charter, pen-tackle-an
f. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.
Contoh: kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta
6. Tanda Pisah (-)
a. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
b. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain.
Misalnya: Soekarno- Hatta- Proklamator Kemerdekaan RI- diabadikan menjadi nama
Bandar udar internasional
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti ‘sampai
dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya: Tanggal 5-10 April 2017
7. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya: kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: Di Indonesia 740 (?) bahasa daerah.
8. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang
kuat.
Misalnya: Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
9. Tanda Elipsis (…)
a. Tanda ellipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
kutipan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahsa negara
ialah…
b. Tanda ellipsis dipakai untuk ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya: “Menurut saya … seperti … bagaimana, Bu?
14
10. Tanda Petik (“…”)
a. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya: “ Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.
b. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel,
naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya: Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu.
c. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
Misalnya: “Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi.
11. Tanda Petrik Tunggal (‘ … ‘)
a. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan
lain.
Misalnya: Tanya dia, “kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
b. Dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.
Misalnya: retina ‘dinding mata sebelah dalam’
12. Tanda Kurung((...))
a. Dipakai untuk mengapit tambhan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
b. Dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama
kalimat.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di
Bali) ditulis pada tahun 1962.
c. Dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat
dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya: Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
d. Dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda
pemerincian.
Misalnya: Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan
(c) tenaga kerja.
13. Tanda Kurung Siku ([…])
a. Dipakai untuk mengap[it huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang di- tulis
orang lain.
Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bayi gemerisik.
b. Dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam
tanda kurung.
Misalnya; Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II
[lihat halaman 35%38])perlu dibentangkan disini.
14. Tanda Garis Miring(/)
a. Dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun
yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya: Nomor: 7/PK/II/2013
b. Dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
15
Misalnya: mahasiwa/mahasiswi
c. Dipakai untuk mengapit huruf, kata,atau kelompok kata sebagai koreksi atau
pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang
lian.
Misalnya: Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
15. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam
konteks tertentu.
Misalnya: Dia ‘kan kusurati’. (‘kan= akan).8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
Ibid, hlm. 57-77
16
Dalam KBBI ejaan diartikan kaoidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tylisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Ejaan merupakan cara menuliskan kata atau kalimat dengan memperhatikan penggunaan
tanda baca dan huruf (Yulianto dalam Kustomo, 2015: 59).
1. Pemakaian Huruf
Yang terdiri dari sebagai berikut:
a. Huruf Kapital
b. Huruf Miring
c. Huruf Tebal
2. Penulisan Kata
Yang terdiri dari:
a. Kata Dasar
b. Kata Berimbuhan
c. Bentuk Ulang
d. Gabungan Kata
e. Pemenggalan Kata
f. Kata Depan
g. Partikel
h. Singkatan dan Akronim
i. Angka dan Bilangan
j. Kata Ganti ku-, kau-, -mu, dan –nya
k. Kata Sandang si dan sang
3. Pemakain atanda Baca
Yang terdiri dari:
a. Tanda Titik (.)
b. Tanda Koma (,)
c. Tanda Titik Koma (;)
d. Tanda Titik Dua (:)
e. Tanda Hubung (-)
f. Tanda Pisah (-)
g. Tanda Tanya (?)
h. Tanda Seru (!)
i. Tanda Elipsis (…)
j. Tanda Petik (“…”)
k. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
l. Tanda Kurung ((…))
m. Tanda Kurung Siku ([…])
n. Tanda Garis Miring (/)
o. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
B. Saran
17
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan dapat dijadikan bahan
bacaan yang tepat. Serta memudahkan pembacanya dalam memahani penggunaan Ejaan
Bahasa Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya
penulis dapat memperbaiki pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
18
Aziz, Firman, Ferina Meliasanti. dkk. 2016. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.
Bandung: CV. Maulana Media Grafika.
Devianty, Rina. 2019. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Medan: Perdana
Publishing.
Mijianti, Yerry. 2020. Penyempurnaan Bahasa Indonesia. Jurnal Ilmiah Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. 3. No. 1. Jurnal.unmuhjember.ac.id. diunduh
pada tanggal 01 April 2020. Pukul 13.27.
Tim Pengembangan Pedoman Bahasa Indonesia. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
19
20