Anda di halaman 1dari 21

1.

PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF


Kalimat efektif adalah susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan
secara baik dan benar. Kaidah yang menjadi patokan kalimat efektif
dalam bahasa ini adalah kaidah bahasa Indonesia menurut ejaan yang
disempurnakan (EYD).
2. UNSUR-UNSUR KALIMAT
1. Subjek
Subjek adalah unsur yang terdapat pada sebuah kalimat di samping
unsur predikat. Subjek wajib ada dalam sebuah kalimat, biasanya
terletak di awal kalimat.
Ciri-ciri subjek :
- Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan degan mencari jawaban atas
pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat.
Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan
kata tanya siapa.
- Disertai kata ini, itu, dan tersebut
- Subjek disertai kata ganti petunjuk ini, itu, dan tersebut yang
ditempatkan di antara subjek dan predikat, bahkan kata ganti
petunjuk itu sendiri dapat bertindak sebagai subjek.
- Didahului kata bahwa
Di dalam kalimat pasti kata “bahwa” menandakan jika unsur yang
menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di
samping itu, kata “bahwa” juga merupakan penenda subjek yang
berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah
atau ialah.
- Mempunyai keterangan pewatas “yang”
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan
lebih lanjut dengan menggunakan penghubung “yang”.
Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.

1
- Tidak didahului preposisi
Subjek tidak didahului preposisi seperti dari, dalam, di, ke,
kepada, dan pada. Orang sering memulai kalimat dengan
menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan
kalimat itu tidak bersubjek.
- Berupa nomina atau frasa nominal
Subjek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Di samping
nomina subjek dapat berupa verba atau adjektiva, disertai kata
petunjuk itu.
Subjek boleh didahului kata tugas, yaitu kata penghubung dan
kata depan.
- Subjek dapat dihilangkan dalam kalimat majemuk

2. Predikat
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping
subjek, biasanya diletakkan setelah subjek.
Ciri-ciri predikat :
- Predikat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan,
dan kata depan.
- Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan
informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah
predikat kaimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat
digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina
penolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk
menentukan predikat yaang berupa numeralia (kata bilangan).
- Kata “adalah” atau “ialah”
Predikat dapat berupa kata “adalah” atau “ialah”. Predikat itu
terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang
panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
- Dapat diingkarkan

2
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk
pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk
pengingkaran “tidak” ini digunakan untuk predikat yang berupa
verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat,
kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa
nomina.
- Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
Predikat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata
aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata
itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang
subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas,
kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti
ingin, hendak, dan mau.

3. Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif
yaitu kalimat yang setidaknya mempunyai tiga unsur utama, yaitu
subjek, predikat, dan objek.
Ciri-ciri objek :
- Langsung di belakang predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah
mendahului predikat.
- Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
Objek hanya terdapat dalam kalimat aktif dan dapat menjadi
subjek dalam kalima pastif. Perubahan dari aktif menjadi pasif
ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif
menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan
perbuahan bentuk verba predikatnya.
- Tidak didahului preposisi

3
Objek yang selalu memiliki posisi di belakang predikat tidak
didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan
objek tidak dapat disisipkan preposisi.
- Didahului kata bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan
anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat
intransitif.

4. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi
lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat, misalnya
memberikan informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan
tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yanng berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke,
dari, dalam, pada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan
yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti
ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
Ciri-ciri keterangan :
- Bukan unsur utama
- Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan
merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur
dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
- Tidak terkait preposisi
- Di dalam kalimat, keterngan merupakan unsur kalimat yang
memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi
di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
- Jenis keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan peranannya di dalam kalimat,
yaitu ada keterangan waktu, keteranngan cara, keterangan tempat,
keterangan sebab, keterangan tujuan, keterangan aposisi,
keterngan pewatas, keterangan tambahan.

4
5. Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan keduanya ialah :
- Menempati posisi di belakang predikat
- Tidak didahului preposisi
-
3. SYARAT KALIMAT EFEKTIF

Pada dasarnya, ada empat syarat utama kalmat dapat dikatan efetif, yaitu:

1. Sesuai EYD
Sebuah kaliat efektif haruslah menggunakan ejaaan yang
disempurnakan dan tanda baca yang tepat. Kata baku pun harus
menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang ditulis ternyata tidak
tepat ejaannya.

2. Sistematis
Sebuah kalimat sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan
predikat, kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, dan
keterangan. Sebisa mungkin guna mengefektifkan kalimat, buatlah
kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang tidak ada
penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal
kalimat.

3. Tidak Boros dan bertele-tele


Jangan sampai kalimat yang dibuat terlalu banyak menghambur-
hamburkan kata dan terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat
yang dirumuskan ringkas agar orang yang membacanya mudah
menangkap gagasan yang kalian tuangkan.

5
4. Tidak Ambigu
Dengan susunan kata yang sesuai EYD, ringkas, sistematis, dan
sesuai kaidah kebahasaan pembaca tidak akan kesuitan mengartikan
ide atau menapkap gagasan pokok dari kalimat yang dibuat sehingga
tidak ada kesan ambigu.

4. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

1. Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur
subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat
efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur
bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan. (tidak
efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan. (efektif)

2. Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata


Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang
ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah.
(ambigu dan tidak efektif)
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu
mendapatkan hadiah. (efektif)

6
3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak
perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan,
penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat.
Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat
melakukan penghematan, yaitu:

a. Menghilangkan pengulangan subjek.

b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.

d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

Contoh:

Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku.


(tidak efektif)

Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku.


(efektif)

Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)

Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

4. Kelogisan

Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami
dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan
unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis atau
masuk akal.

Contoh:

Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)

7
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

5. Kesatuan atau Kepaduan

Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan


pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:

a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara


berpikir yang tidak simetris.

b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal


secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti


daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Contoh:

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-


orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu.
(tidak efektif)

Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah


meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)

Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)

Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)

6. Keparalelan atau Kesajajaran

Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau


imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika
kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka

8
kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-
juga.

Contoh:

Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak


efektif)

Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.


(efektif)

Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.


(efektif)

Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak


efektif)

Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

7. Ketegasan

Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap


ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu
kalimat, ada beberapa cara, yaitu:

a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal


kalimat).

Contoh:

Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain.

9
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi
soal ini. (ketegasan)

Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara


ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan


negaranya. (ketegasan)

b. Membuat urutan kata yang bertahap.

Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah


disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah


disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)

c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh:

Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

Contoh:

Anak itu bodoh, tetapi pintar.

e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel


–lah, -pun, dan –kah.

Contoh:

Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?

8. Kecermatan Penalaran

10
Yang dimaksud dengan cermat adalah kalimat itu tidak
menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Artinya
bahwa penafsiran ganda dapat mengakibatkan ketidakcermatan
penalaran. Tafsiran ganda disebut juga ketaksaan atau ambiguitas.
Ambiguitas atau ketaksaan sering diartian sebagai kata yang
bermakna ganda mendua arti. Ambiguitas timbul dalam berbagai
variasi uajaran atau bahasa tertulis. Umpamanya, frase buku sejarah
baru dapat ditafsirkan sebagai
(1) Buku sejarah itu baru etrbit, atau
(2) Buku berisi sejarah zaman baru.
Tiga bentuk utama ketaksaan, ketiganya berhubungan dengan
fonetik, gramatikal, dan leksikal.
Pemilihan kata yang tidak tepat dapat disebabkan beberapa hal,
antara lain :
(a) Pemakaian kata tutur
Kata tutur adalahkata yang hanya dipakai dalam pergaulan
sehari-hari, terutama dalam percakapan.
Contoh :
Saya sedang bikin kue. (salah)
Saya sedang membuat kue. (benar)
(b) Pemaikan kata-kata bersinonim
Kata-kata bersinonim ada yang dapat saling menggantikan, ada
yang tidak. Adapun kata-kata bersinonim yang pemakaiannya
dibatasi oleh persandingan yang dilazimkan.
Contoh :
Saya suka melihat wayang kulit. (salah)
Saya suka menonton wayang kulit. (benar)

(c) Pemaikan kata-kata yang bernilai rasa


Kata-kata yang bernilai rasa hendaknya dipiluh secara cermat
agar keefektifan penuturan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.

11
Salah pilih terhadap yang bernilai rasa akan mengganggu
perasaan pembicara.
Contoh:
Banyak pahlawan kita yang mati di medan perang. (salah)
Banyak pahlawan kita yang gugur di medan perang. (benar)

(d) Pemaikan kata-kata/istilah asing


Ada kata-kata/istilah asing yang sudah ada padanannya dalam
bahasa Indonesia, ada juga yang belum. Jika sudah ada
padanannya, hendaknya dipakai padanannya, bukan asingnya.
- Lebih cocok karena konotasinya, misalnya :
Kritik-kecaman
Dianalisis-diolah
- Lsebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahannya,
misalnya:
Eksekusi- pelaksanaan huuman mati
Imunisasi- pengebalan tubuh terhadap penyakit
- Bersifat internasional,misalnya :
Matematika – ilmu pasti
Hydrogen – zat air

(e) Pemakaian kata-kata konkret dan abstrak


Kata konkret ialah kata-kata yang menunjuk kepada objek yang
dapat dilihat, didengar, dirasakan, diraba, atau dibaca,
sedangkan kata-kata abstrak ialah kata-kata yang menunjuk
kepada sifat, konsep, atau gagasan. Oleh karena itu, dalam
karangan dupakai kata-kata konkret sebanyak-banyakya agar isi
karangan itu menjadi lebih jelas.

(f) Pemakaian kata umum dan khusus

12
Kata-kata umum adalah kata-kata yang luas ruang lingkupnya,
sedangkan kata-kata khusus adalah kata yang mempunyai ruang
lingkup yang lebih sempit. Untuk keefektifan penuturan
sebaiknya memakai kata-kata yang lebih khusus.

(g) Pemakaian kata-kata lugas


Dalam karangan sebaiknya memakai kata-kata lugas yang
bersahaja apa adanya, tidak berupa frase yang panjang.
Contoh:
Setelah diberikan penjelasan secara mendalam, merekatidak lagi
melakukan perusakan terhadap toko-toko itu. (salah)
Setelah dijelaskan, mereka tidak merusak toko-toko itu. (benar)

5. Kesalahan Dalam Berbahasa


Bahasa persatuan negara kita adalah bahasa Indonesia .
Lebih tepatnya bahasa yang baku dan sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Namun dewasa ini, semakin banyak
orang yang tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Di Jakarta orang banyak menggunakan bahasa gaul
sebagai bahasa yang digunakan sehari-hari sedangkan di daerah
lainnya banyak orang yang menggunakan bahasa daerah sebagai
bahasa sehari-hari. Berikut beberapa kesalahan dalam
penggunaan EYD.

1. Penggunaan "di"

Kesalahan ini sangat sering terjadi baik di tempat umum, media,


maupun internet. Banyak orang melakukan kesalahan dalam
menempatkan "di" sebagai kata depan dan sebagai imbuhan.
Kata "di" yang seharusnya ditulis sebagai imbuhan malah ditulis
sebagai kata depan dan sebaliknya. Berikut contohnya:
Permasalahan itu di selesaikan dengan melakukan musyawarah
dikantor kepala desa
Kalimat di atas mengandung dua kesalahan sekaligus. Pertama,
kata "di" pada "di selesaikan" dipisahkan, sementara pada
"dikantor" malah

13
digabung. Penulisan yang benar adalah sebagai berikut :
Permasalahan itu diselesaikan dengan melakukan musyawarah
di kantor kepala desa.
Agar tak bingung, ini penggunaan "di" yang benar :

Patokan penulisan "di" sebenarnya sederhana saja.Bila "di"


diikuti oleh kata kerja, maka gabungkanlah, misalnya
"dikerjakan". Akan tetapi, bila diikuti oleh nama tempat, maka
pisahkanlah, misalnya " di rumah".

2. Penyebutan Tahun sebelum 2000

Kita cenderung menyebut tahun sebelum 2000 mengikuti


cara orang berbahasa Inggris. Misalnya, tahun 1980 disebut
"Sembilan Belas Delapan Puluh" ketimbang "Seribu Sembilan
Ratus Delapan Puluh".Cara ini terjadi karena pengaruh bahasa
Inggris yang menyebut angka tahun per 2 angka ketimbang
menyebutnya seperti angka biasa dengan alasan
kemudahan.Misalnya tahun 1959 dalam bahasa Inggris adalah
Nineteen Fifty Nine. Jika menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, maka penyebutan angka tahun sama dengan
penyebutan angka biasa.

3. Penulisan Nilai Mata Uang

14
Kalau kita menulis harga 55 ribu rupiah misalnya, kita akan
menulis "Rp 55.000", "Rp. 55.000", atau "Rp 55.000-,".
Dalam bahasa Indonesia, penulisan harga yang benar
mengikuti pola ini : (Lambang mata uang)(angka)". Jadi,
tidak ada spasi maupun titik di antara lambang mata uang
dan angka. Penulisan harga di atas yang benar adalah
"Rp55.000,00". Meski secara baku sen juga harus ditulis,
namun jika tidak terlalu formal tidak masalah juga kalau sen
tidak ditulis karena sen tidak ada nilainya akibat begitu
rendahnya nilai rupiah. Sen hanyaharus ditulis pada
laporan keuangan perusahaan dan pembukuan bank
seperti pada buku tabungan.
4. Penulisan Waktu

Kalau kita disuruh menulis pukul 8 malam, kita pasti


akan menulis "20:00". Padahal cara ini salah. Pada
penulisan waktu, tanda baca yang digunakan adalah titik
bukan titik dua.Jadi, penulisan yang benar adalah "20.00".
Kemudian, sebaiknya padankan waktu dengan kata "pukul"
bukan "jam" karena jam merujuk pada durasi waktu (60
menit = 3.600 detik)

5.Tanda Koma Sebelum "dan"

15
Jika kita menuliskan minimal 3 hal yang tergolong sama
misalnya dalam kalimat ini :

Perundingan tersebut diikuti oleh perwakilan dari Amerika


Serikat,Jerman dan Cina.

Kita seringkali langsung memberi spasi sebelum kata "dan",


padahal seharusnya kita menuliskan tanda koma terlebih
dahulu dan setiap kali memberi tanda baca berilah jeda 1
spasi terlebih dahulu sehingga kalimat di atas seharusnya
menjadi seperti ini :

Perundingan tersebut diikuti oleh perwakilan dari Amerika


Serikat, Jerman, dan Cina.

Hal ini juga berlaku untuk kata "atau" dan "serta".

6. Penulisan Miring Istilah Asing

Jika kita menulis istilah asing, kata itu harus


dimiringkan. Misalnya :

Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan atau current


account deficit yang cukup besar karena ekspor yang
menurun dan impor yang meningkat.

7. Kata yang mubazir

Kita seringkali menggunakan kata yang sebenarnya


tidak perlu dituliskan lagi karena sebelumnya sudah
dituliskan kata yang bermakna sama atau mengandung
makna dari kata tersebut pula.

Kata yang mubazir Kata yang benar

16
Maju ke Depan Maju

Mundur ke Belakang Mundur

Bola yang Bundar Bola

Pada Zaman Dahulu Kala Pada Zaman Dahulu

Dengan Mata Kepala Saya Dengan Mata Kepala Saya


Sendiri

8. Peluruhan Kata Saat Diberi Imbuhan

Pada kondisi tertentu, kadang huruf pertama sebuah kata


harus diluruhkan jika akan diberi imbuhan tertentu.
Banyak orang sering melakukan kesalahan dalam
melakukan hal ini seperti berikut :

Benar Salah

Mensapu Menyapu
Mensukseskan Menyukseskan
Mencontek Menyontek
Merubah Mengubah

Kata-kata yang diawali dengan huruf K, T, S, dan P


mengalami peluruhan saat diberi imbuhan.

17
Bila kita akan memadankan imbuhan dengan istilah asing,
pisahkan dengan tanda garis(-). Misalnya di-charge dan
di-smash

9. Penggunaan Kata-kata yang Tidak Baku

Kita hampir setiap saat melakukan hal ini. Memakai kata


yang tidak baku ketimbang baku dalam menulis. Berikut
beberapa contoh kalimat baku dan tidak baku :

A
aberasi (abrasi) – penyimpangan dari yang umum
absorpsi (absorsi) – penyerapan
aki (accu) – alat himpun tenaga listrik
adab (adap) – moral
adidaya (adi daya) – adi kuasa
Abjad ( abjat) – huruf dalam bahasa indonesia
Aktif ( aktip) – ikut partisipasi / tidak pasif
Aktivitas ( aktifitas) – suatu kegiatan
Andal (handal) - dapat diharapkan / pintar dalam
bidangnya.
Analisis (analisa) - penyelidikan
Antre ( antri ) – menunggu giliran
Apotek (apotik) – tempat menjual obat atau tebus obat
Atlet (atlit) – orang yang disebut olahragawan

B
batalion (batalyon) – bagian dari resimen dalam kesatuan
tentara
baterai (baterei) – alat himpun dan pembangkit tenaga
listrik
blangko (belangko) – tanda bukti pembayaran
bengkuang (bengkoang/bengkowang) – termasuk dalam
umbi
beterbangan (berterbangan) – banyak barang yang terbang
/ jatuh kesana kemari

18
Bus (bis) – mesin transportasi
Bronkhitis (bronchitis) - radang tenggorokan
Budek(budge) - tuli; tunarungu; lemah atau kurang
pendengaran
bujet (budget) - anggaran pemasukan dan pengeluaran;
rencana anggaran
bumiputra (bumiputera) - penduduk asli; pribumi
bungalo(bungalow) - tempat peristirahatan di luar kota

10. Penggunaan Angka Arab dan Angka


Romawidalam bilangan Ordinal

Ada 2 cara menuliskan bilangan ordinal (urutan)


dalam bahasa Indonesia. Angka Arab (0, 1, 2, dan
seterusnya) dapat digunakan untuk menuliskan jumlah
maupun urutan.Namun angka Romawi (I, V, X, L,
dan seterusnya) hanya dapat digunakan untuk
menuliskan urutan. Jadi, penggunaan yang benar
untuk dua jenis angka di atas adalah sebagai berikut :
Jerman berada di peringkat ke-1 pada tabel ranking
FIFA saat ini.
Tahun 2014 termasuk dalam abad XXI.
Penduduk Indonesia pada tahun 2014 telah
melampaui 250 juta jiwa.
11. Penulisan Kalimat yang Tidak Lengkap

Terkadang kita tidak menuliskan sebuah kalimat


secara lengkap sehingga kalimat tersebut menjadi
terdengar tidak masuk akal.Contohnya seperti pada
ilustrasi di atas tertulis kalimat "JELANG
KENAIKAN BBM".Kalimat ini menjadi terdengar
tidak masuk akal karena bukan BBM yang dinaikkan,
tetapi harga jualnya.Kemudian sebagai tambahan,
kata "jelang" sebaiknya ditambahkan imbuhan "men-
".Kalimat tersebut seharusnya menjadi
"MENJELANG KENAIKAN HARGA BBM".Namun
karena kita sudah terbiasa dengan kesalahan ini, kita
tidak lagi merasa ada yang janggal saat mendengar
atau melihatnya.

19
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kaskus.co.id/thread/548d54e4148b464e538b456c/kesalahan-
berbahasa-dalam-bahasa-indonesia-yang-sering-kita-lakukan/

http://www.studiobelajar.com/kalimat-efektif/

http://rumpunnektar.com/2014/02/ciri-ciri-kalimat-efektif.html?m=1

http://dim24.wordpress.com/2010/11/07/pengertian-dan-syarat-kalimat-efektif/

20
KESIMPULAN

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah,jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh
penulis atau pembicaranya

*Unsur-unsur dalam kalimat


Meliputi :Subjek (S),Predikat (P),Objek (O),

Pelengkap (Pel),dan Keterangan (Ket)

*Ciri-ciri Kalimat efektif yaitu :

Kesepadanan,Keparaleran,Ketegasan,Kehematan,

Kecermatan,Kepaduan,Kelogisan

21

Anda mungkin juga menyukai