BAHASA INDONESIA
DISEKITAR EJAAN BAHASA INDONESIA
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
Kiki Dwi Lestari
Amelia Putri
Siti Nurkhosiah
Hermawan
Ahmad Fahmi Maulana
PRODI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MIFTAHUL HUDA
SUBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkankehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Makalah yang
berjudul “Disekitar Ejaan Bahasa Indonesia” Ini sebagai pemenuhan tugas dari Dosen Pembina
Bahasa Indonesia.
Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun berkat bimbingan
serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini
dengan ketulusan hati penulis, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada yang terhormat :
Penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Amin.
1
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................... 4
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam penulisan karya tulis ilmiah di samping perbendaharaan kata dan tata
bahasa,ejaan memegang peranan yang cukup penting agar tulisan yang dibuat tertata
dengan baik. Permasalahan ejaan bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah
meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan
kata,penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca dibahas dalam topik makalah
yang berjudul “Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah” dikaji
dengan menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(1994) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pemakaian huruf meliputi pemakaian huruf vokal dan konsonan, baik gabungan
vokal maupun konsonan. Gabungan vokal yang disebut diftong tidak dipisahkan, tetapi
merupakan satu kesatuan. Demikian pula gabungan konsonan yang merupakan satu
kesatuan fonem tidak dipisahkan
Pengapitalan dan pemiringan huruf sering dilakukan karena huruf awal dari kata-
kata dan kata yang dicetak miring dianggap penting. Kenyataannya, pemakaian huruf
kapital dan huruf miring dalam penulisan karya ilmiah sering menyimpang dari kaidah-
kaidahejaan.Penulisan kata yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan karya tulis
ilmiah adalah penulisan bentuk ulang, gabungan kata, kata depan, kata si dan
sang,partikel, singkatan dan akronim, serta angka dan bilangan.Berdasarkan taraf
integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapatdipilahmenjadi dua, yakni unsur
serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan unsur serapan
yang pelafalan dan penulisannya disesuaikadengan kaidah bahasa Indonesia.Pemakaian
tanda baca yang dianalisis dalam makalah ini adalah pemakaiantanda titik; tanda koma;
tanda titik koma, tanda titik dua; tanda pisah [--]; tandakurung (...); tanda petik ganda
”...”; dan tanda petik tunggal `...`.Kata kunci: pemakaian huruf, huruf kapital, huruf
miring, kata, unsur serap.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kita Mengetahui Sejarah Terbentuknya Ejaan Bahasa Indonesia ?
2. Bagaimana Penggunaan Huruf ?
3. Bagaimana Penulisan Kata ?
4. Bagaimana Pemakaian Tanda Baca ?
5. Bagaimana Kita Mengetahui Penulisan Unsur Serapan ?
3
C. Tujuan Pembahasan
Untuk mengetaui tentang sejarah terbentuknya ejaan bahasa indonesia.
Mengetahui penulisan unsur serapan.
Menganalisa penggunaan huruf.
Menganalisa penulisan kata.
Menganalisa pemakaian tanda baca.
4
BAB II
PEMBAHSAN
Kalau kita melihat perkembangan bahasa Indonesia sejak dulu sampai sekarang,
tidak terlepas dari perkembangan ejaannya. Kita ketahui bahwa beberapa ratus tahun
yang lalu bahasa Indonesia belum disebut bahasa Indonesia, tetapi bahasa Melayu. Nama
Indonesia itu baru datang kemudian.
Kita masih ingat pada masa kerajaan Sriwijaya, Ada beberapa prasasti yang
bertuliskan bahasa Melayu Kuno dengan memakai huruf Pallawa (India) yang banyak
dipengaruhi bahasa Sanskerta, seperti  juga halnya bahasa Jawa Kuno. Jadi bahasa
pada waktu itu belum menggunakan huruf Latin. Bahasa Melayu Kuno ini kemudian
berkembang pada berbagai tempat di Indonesia, terutama pada masa Hindu dan masa
awal kedatangan Islam (abad ke-13). Pedagang-pedagang Melayu yang berkekeliling di
Indonesia memakai bahasa Melayu sebagai lingua franca , yakni bahasa komunikasi
dalam perdagangan, pengajaran agama, serta hubungan antarnegara dalam bidang
ekonomi dan politik.
Lingua franca ini secara merata berkembang di kota-kota pelabuhan yang menjadi
pusat lalu lintas perdagangan. Banyak pedagang asing yang berusaha untuk mengetahui
bahasa Melayu untuk kepentingan mereka. Bahasa Melayu ini mengalami pula
penulisannya dengan huruf Arab yang juga berkembang menjadi huruf Arab-Melayu.
Banyak karya sastra dan buku agama yang ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Huruf ini
juga dijadikan sebagai ejaan resmi bahasa Melayu sebelum mulai digunakannya huruf
Latin atau huruf Romawi untuk penulisan bahasa Melayu, walaupun masih secara sangat
terbatas.
Ejaan latin untuk bahasa Melayu mulai ditulis oleh Pigafetta, selanjutnya oleh de
Houtman, Casper Wiltens, Sebastianus Dancaert, dan Joannes Roman. Setelah tiga abad
kemudian ejaan ini baru mendapat perhatian dengan ditetapkannya Ejaan Van Ophuijsen
pada tahun 1901.
Keinginan untuk menyempurnakan ejaan Van Ophuijsen terdengar dalam
Kongres Bahasa Indonesia I, tahun 1938 di Solo, yang sembilan tahun kemudian
terwujud dalam sebuah Putusan Menteri Pengadjaran Pendidikan dan Kebudajaan, 15
April 1947, tentang perubahan ejaan baru. Perubahan tersebut terlihat, antara lain, seperti
di bawah ini.
Perubahan Ejaan bahasa Indonesia ini berlaku sejak ditetapkan pada tahun 1947.
Waktu perubahan ejaan itu ditetapkan rakyat Indonesia sedang berjuang menentang
kembalinya penjajahan Belanda. Penggunaan Ejaan 1947 ini yang lebih dikenal sebagai
5
Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik, sebenarnya memancing reaksi yang muncul setelah
pemulihan kedaulatan (1949). Reaksi ini kemudian melahirkan ide untuk mengadakan
perubahan ejaan lagi dengan berbagai pertimbangan mengenai sejumlah kekurangan.
Gagasan mengenai perubahan ejaan itu muncul dengan nyata dalam Kongres
Bahasa Indonesia II di Medan (1954). Waktu itu Menteri Pendidikan dan Kebudajaan
adalah Mr. Muh. Yamin. Dalam kongres itu dihasilkan keputusan mengenai ejaan sebagai
berikut :
1. Â Â Â Â Â Â Â Â Ejaan sedapat-dapatnya menggambarkan satu fonem dengan satu
huruf.
2. Â Â Â Â Â Â Â Â Penetapan ejaan hendaknya dilakukan oleh satu badan yang
kompeten.
3. Â Â Â Â Â Â Â Â Ejaan itu hendaknya praktis tetapi ilmiah.
Keputusan kongres ini kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah, yang
menghasilkan konsep sistem ejaan yang disebut Ejaan Pembaharuan. Namun Ejaan ini
tidak dapat dilaksanakan karena adanya beberapa huruf baru yang tidak praktis,yang
dapat memengaruhi perkembangan ejaan bahasa Indonesia.
Terilhami oleh Kongres Bahasa Indonesia II di Medan (1954), diadakan pula
kongres bahasa Indonesia di Singapura (1956) yang menghasilkan suatu resolusi untuk
menyatukan ejaan bahasa Melayu di Semenanjung Melayu dengan ejaan bahasa
Indonesia di Indonesia. Perkembangan selanjutnya dihasilkan suatu konsep ejaan
bersama yang diberi nama Ejaan Melindo (Ejaan Melayu-Indonesia). Namun, rencana
untuk meresmikan ejaan ini pada tahun 1962 mengalami kegagalan karena adanya
konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia beberapa tahun kemudian.
Pada tahun 1966 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) membentuk sebuah
panitia yang diketuai oleh Anton M. Moeliono dan mengusulkan konsep baru sebagai
ganti konsep Melindo.
Pada tahun 1972, setelah melalui  beberapa kali seminar, akhirnya konsep
LBKÂ menjadi konsep bersama Indonesia-Malaysia yang seterusnya menjadi Sistem
Ejaan Baru yang disebut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kalau kita beranalogi
dengan Ejaan Van Ophuijsen dan Ejaan Soewandi, EYD dapat disebut Ejaan Mashuri,
karena pada waktu itu Mashuri sebagai Mnteri Kebudayaan memperjuangkan EYD
sampai diresmikan oleh presiden.
Ada empat ejaan yang sudah diresmikan pemakaiannya yaitu :
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901)
2. Ejaan Soewandi (1947)
3. Ejaan Yang Disempurnakan (1972)
6
4. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (1975)
Sistem ejaan yang belum atau tidak sempat diresmikan oleh pemerintahadalah :
1. Ejaan Pembaharuan (1957)
2. Ejaan Melindo (1959)
3. Ejaan LBK (1966)
7
b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ]. Misalnya:
Kami menonton film seri (sèri).
Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə]. Misalnya:
Pertandingan itu berakhir seri (sêri).
Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.
Kecap (kêcap) dulu makanan itu.
e. Huruf Konsonan
Huruf konsonan adalah huruf yang melambangkan konsonan dalam
bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t,
v, w, x, y, dan z.
Sedangkan pengertian konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan
dengan menghambat aliran udara pada salah satu tempat di saluran suara di atas
glotis. Konsonan disebut juga huruf mati.
Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu.
Huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s].
f. Huruf Diftong
Diftong adalah gabungan dari dua huruf yang menghasilkan bunyi
rangkap. Di dalam bahasa Indonesia, diftong dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Gabungan Huruf Konsonan
8
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh :
• Dia pun menyapaku seraya berkata, “Hai, apa kabar kamu? Baik-baik
saja bukan?”
• Dia pun menghardikku dan berkata, “Kalau sampai kau melakukan
kesalahan yang, maka aku akan memberhentikanmu dari pekerjaan ini!”
• Dengan tenangnya, dia menjawab, “Permasalahan tersebut bukanlah
tanggung jawab saya, melainkan merupakan tanggung jawab dari pihak
yang tidak ada sangkut pautnya dengan pihak kami.”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
Contoh :
•Tuhan akan menunjukkan jalan. kepada hamba-Nya.
•Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh :
•Raden Ajeng Kartini
•Doktor Mohammad Hatta
•Agung Permana, Sarjana Hukum
•Irwansyah, Magister Humaniora
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
Contoh :
•Selamat datang, Yang Mulia.
•Semoga berbahagia, Sultan.
•Terima kasih, Kiai.
•Selamat pagi, Dokter.
•Silakan duduk, Prof.
9
•Mohon izin, Jenderal.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh :
•Wakil Presiden Adam Malik
•Laksamana Muda Udara Husein Sastranegar
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, bangsa dan
bahasa.
Contoh :
•bangsa Indonesia
•suku Dani
•bahasa Bali
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa besar.
Contoh :
•tahun Hijriah
•bulan Agustus
•bulan Maulid
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh :
Gunung Putri
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi kecuali kata
dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh :
Indonesia, America, Kanada, Inggris dst
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada
posisi awal.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
10
Contoh :
•Dina Noviantika A.P.Par. (Ahli Pratama Pariwisata)
•Budi Rachman A.Ma.Kom. (Ahli Muda Komputer)
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak, saudara, adik, dan paman yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan.
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
h. Huruf miring
Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah, dan
nama surat kabar yang ada dalam sebuah kalimat. Hal ini juga berlaku dalam
penulisan daftar pustaka.
Contoh :
•Salah satu novel Eka Kurniawan yang paling terkenal adalah Lelaki
Harimau.
•Kasus pencurian itu sudah diberitakan oleh koran Pikiran Rakyat.
Huruf miring digunakan untuk mengkhususkan huruf, kata, bagian kata,
atau kelompok kata dalam sebuah kalimat.
Contoh :
•Saya sedang mencari makna dari idiom bertekuk lutut.
Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan yang
berasal dari bahasa asing dan bahasa daerah.
Contoh :
Pengantin itu sedang melakukan prosesi nincakendog sesuai dengan adat
Sunda.
Nama orang, lembaga, dan organisasi dari bahasa asing atau bahasa daerah
tidak ditulis dengan huruf miring. Perhatikan contoh berikut:
Perdana Menteri Australia saat ini dijabat oleh Scott Morrison.
Kalimat atau teks berbahasa asing atau daerah yang dikutip secara
langsung dalam teks bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring. Perhatikan
contoh berikut!
Ada sebuah ungkapan yang paling saya sukai dari seorang Cak Nun, yaitu
ora usah ngungguli wong liyo, unggulono awakmu dewe, unggulono
nafsumu dewe.
11
i. Huruf Tebal
Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah
ditulis miring.
1. Huruf tebal dalaam karya tulisanya ilmiah.
Penggunaan huruf tebal dalam laporan atau karya ilmiah digunakan untuk
menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang/
simbol, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
2. Kata Turunan
12
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis dengan kata serangkai dengan
katadasarnya.Misalnya: dikelola, penetapan, mempermainkan.
b) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis
denganserangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului.
Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
c) Jika bentukdasar yang berupa gabungan kata dan mendapat awalan danakhiran
sekaligus, unsure gabungan kata itu ditulis serangkaian. Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan.
d) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai. Misalnya: antarkota, biokimia, paripurna,
prasangka,transmigrasi.
3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda penghubung.
Misalnya: sayur-mayur, porak-poranda, tukar-menukar, terus-menerus.
4. Gabungan Kata
a) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, kereta api, kambing hitam, rumah
sakit.
b) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur
yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri saya, ibu-bapak kami, buku sejarah-baru.
c) Gabungan kata berikut ditulis serangkaian. Misalnya: barangkali, kacamata,
matahari, olahraga.
Misalnya:
13
1. Kain itu ada di dalam lemari.
2. Mari kita berangkat ke pasar.
3. Ia dating dari Bandunng kemarin.
14
dsb.
Yth.
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Na
cm
kg
Rp
b) Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
kata sebagai.
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
UPI (Universitas Pendidikan Indonesia)
SIM (Surat Izin Mengemudi)
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
ABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun ganbungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
Pemilu pemilihan umum
Tilang bukti pelanggaran
10.AngkadanLambangBilangan
a) Angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Didalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5…
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X …
b) Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat luas dan isi, satuan
waktu, nilai uang, dan kuantitas.
Misalnya:
5 kilogram
10 liter
27 orang.
15
c) Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah apartemen, atau
kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15.
d) Angka juga digunakan untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
d) Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Bilangan utuh
Misalnya:
Dua belas
Dua puluh dua
Dua ratus dua puluh dua
Bilangan pecahan
Misalnya:
Tiga perempat
Tiga dua pertiga
Satu persen
e) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
Pada abad XX.
f) Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an.
Misalnya:
Uang 5000-an.
g) Lambang bilangan yang dapat dinyatakandengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti
dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir nonton drama itu sampai tiga kali.
h) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata tidak terdapat pada aawal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
i) Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120juta orang.
j) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali
di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
16
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
k) Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (Sembilan ratus Sembilan
puluh Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
17
5. Memperjelas Jumlah
Tanda titik digunakan untuk memperjelas bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh:
- Kasus COVID-19 di Indonesia tembus 1.000.000 kasus.
- Kecelakaan di jalan tol bulan lalu mencapai 1.200 kejadian.
18
-...... akan tetapi, peluang tim ini untuk menang masih terbuka lebar.
E. Kata Serapan
Pengertian Kata Serapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata serapan adalah kata yang
diserap dari bahasa lain berdasarkan kaidah bahasa penerima. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa kata serapan dapat dikatakan sebagai kata serapan jika memenuhi
kaidah-kaidah bahasa, khususnya pada bahasa Indonesia.
Asal Kata Serapan
Kata serapan dalam bahasa Indonesia bisa berasal dari bahasa-bahasa asing atau
juga berasal dari bahasa daerah tertentu. Di bawah ini adalah beberapa contoh asal kata
serapan dari bahasa asing dan bahasa daerah. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
19
1. Bahasa Jawa
Di bawah ini adalah beberapa contoh kata serapan bahasa Indonesia yang berasal
dari Bahasa Jawa.
Contoh:
Rampung = selesai = sudah jadi
Gampang = mudah = tidak berat/tidak sukar
Gosong = hangus = terbakar sampai habis
Gede = besar = lebih dari ukuran sedang
Joget = tari = gerakan badan yang berirama
Dan lain-lain.
2. Bahasa Sanskerta
Contoh:
Gambhira = gembira = suka/bahagia
Anugrah = anugerah = pemberian
Artha = uang = uang
Agama = agama = tradisi suci
Aksara = aksara = huruf
Dan lain-lain.
3. Bahasa Inggris
Contoh:
Access = akses = jalan masuk
Accomodation = akomodasi = sesuatu yang disediakan kebutuhan
Actor = aktor = pemeran cerita
Ballpoint = pulpen = pena yang diisi
Balloon = balon = pundi-pundi besar dari karet
4. Bahasa Belanda
Contoh:
Envelope = amplop = sampul surat
Horloge = arloji = jam kecil
Apotheek = apotek = toko obat
Annuleren = anulir = anggap tidak sah
Entreanen = antre = antrean
Dan lain-lain.
5. Bahasa Portugis
Contoh:
Acta = akta = surat tanda bukti berisi pernyataan
20
Armada = armada = rombongan satu kesatuan
Banco = bangku = papan dan sebagainya
Bataco = batako = terbuat adukan pasir dan semen
Garfo = garpu = porok
Dan lain-lain.
6. Bahasa Arab
Contoh:
Abad = abad = 100 tahun
Alam = alam = dunia
Abjad = abjad = aksara
Bab = bab = pasal
Zaitun = zaitun = buah zaitun
7. Bahasa Hokkien (Tiongkok)
Contoh:
Angpao = angpau = amplop kecil tempat uang
Anglo = anglo = tungku kecil dengan arang
Bakmi = bakmi = mi
Cincau = cincau = minuman dingin
Dim sum =dimsum = hidangan tradisional Tiongkok
Kaidah-kaidah Penulisan Kata Serapan
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi
dua kelompok besar. Dua hal tersebut dikutip dari puebi.readthedocs.io, penjelasannya
seperti di bawah ini.
1. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia.
Maksudnya adalah unsur asing tersebut dalam pengucapan dan penulisannya
masih mengikuti cara asing.
2. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan diusahakan agar ejaannya
diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan
dengan bentuk asal. Di bawah ini adalah kaidah-kaidah ejaan bagi unsur serapan
dalam bahasa Indonesia:
3. Serapan dari bahasa Arab
4. „Ain pada awal suku kata menjadi a, i, u,
„Aja‟ib (a) = ajaib
Saadah „ilm (i) = ilmu qa‟idah
Uzur ma‟unah(u) = maunah
5. Gain menjadi g
Ga‟ib = gaib
Magfirah = magfirah
21
Magrib = maghrib
6. Jim menjadi j
Jariyah = jariah
Janazah = jenazah
„Ijazah = ijazah
7. Qaf menjadi k
Aqiqah = akikah
Maqam = makam
Mu.laq = mutlak
8. Wau tetap jadi w
Jadwal = jadwal
Taqwa = takwa
Wujud = wujud
9. Ya di awal suku kata menjadi y
„Inayah = inayah
Yaqin = yakin
Ya‟ni = yakni
10. Zal menjadi z
Azan = azan
Izn = izin
Ustaz = ustaz
11. Serapan dari bahasa Belanda
12. Aa menjadi a
Paal = pal
Baal = bal
Octaaf = octaf
13. Ee menjada e
Stratosfeer = stratosfer
Systeem = sistem
14. Ie menjadi i (jika lafalnya i)
Politiek = politik
Riem = rim
15. Oo menjadi o
Komfoor = kompor
Provoost = provos
16. -aat menjadi -at
– advocaat = advokat
17. -eel menjadi -el
– materieel = materiel
22
– moreel = morel
18. Serapan dari bahasa Inggris
19. Oo menjadi u
Cartoon = kartun
Proof = pruf
Pool = pul
20. Ph menjadi f
Phase = fase
Physiology = fisiologi
Spectrograph = spektrograf
21. Q menjadi k
Aquarium = akuarium
Frequency = frekuensi
Equator = ekuator
22. F tetap f
Fanatik = fanatik
Factor = faktor
Fossil = fossil
23. Ch menjadi k
Check = cek
Charter = carter
Chip = cip
24. Cc di depan e dan i menjadi ks
Accent = aksen
Accessory = aksesori
Vaccine = vaksin
25. C di depan a,u,o dan konsonan menjadi k
Cubic = kubik
Crystal = kristal
Construction = konstruksi
26. Ng tetap ng
Contingent = kontingen
Congres = kongres
Linguistics = linguistik
27. Serapan dari bahasa Yunani
28. Oe menjadi e
Foetus = fetus
Oestrogen = estrogen
Oenology = enologi
23
BAB III
KESIMPULAN
Perubahan Ejaan bahasa Indonesia ini berlaku sejak ditetapkan pada tahun 1947. Waktu
perubahan ejaan itu ditetapkan rakyat Indonesia sedang berjuang menentang kembalinya
penjajahan Belanda. Penggunaan Ejaan 1947 ini yang lebih dikenal sebagai Ejaan Soewandi atau
Ejaan Republik, sebenarnya memancing reaksi yang muncul setelah pemulihan kedaulatan
(1949). Reaksi ini kemudian melahirkan ide untuk mengadakan perubahan ejaan lagi dengan
berbagai pertimbangan mengenai sejumlah kekurangan.
Penulisan kata termasuk kata dasar, kata berhimbuhan, bentuk ulang, gabungan kata, kata
depan, partikel, singkatan dan akromim, kata ganti kau-, -ku, -mu, dan -nya.
Tanda baca adalah simbol yang tidak ada hubungannya dengan suara, kata, atau frasa
dalam suatu bahasa. Tanda baca itu sendiri berperan menunjukkan sebuah struktur tulisan,
intonasi, dan jeda pada saat pembacaan. Antara lain penggunaan tanda baca titik, tanda koma,
penggunaan tanda baca seru, tanda baca tanya.
Kata serapan dalam bahasa Indonesia bisa berasal dari bahasa-bahasa asing atau juga
berasal dari bahasa daerah tertentu. Antarara lain penggunaan tata bahasa, tata aksara, kamus,
ensiklopedia, glosarium, rekaman tuturan atau bentuk lain yg sejenis.
24
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kemhan.go.id/badiklat/2012/07/31/sejarah-singkat-ejaan-bahasa-indonesia.html
https://www.google.com/amp/s/penerbitdeepublish.com/kata-serapan/amp/
http://depdikbud.www.google.com/
https://www.ruangguru.com/blog/penggunaan-tanda-baca-fungsi-dan-contohnya
APA: Moeliono, A. (1989). Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
MLA: Moeliono, Anton. Kembara Bahasa. Gramedia, 1989.
CMS: Moeliono, Anton. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
25