DI SUSUN OLEH :
Nama : Andini
Nim : 193090017
Jurusan : AS 1 / Semester 1
JUDUL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................3
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas
pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus
mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar
belakangnya.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan
perkembangan zaman yang sekarang ini banyak masyarakat yang mengalami perubahan.
Bahasa pun juga mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang
dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih
variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto,
2000). Ragam Bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. berdasarkan media
2. berdasarkan cara pandang penutur
3. berdasarkan topik pembicaraan.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam
bahasa terdiri
4
Contoh : ‘Gue udah baca itu buku.’
· Ragam terpelajar
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
· Ragam resmi
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
· Ragam tak resmi
Contoh : ‘Saya sudah baca buku itu.’
Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :
• Faktor Budaya atau letak Geografis
• Faktor Ilmu pengetahuan
• Faktor Sejarah
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut media pembicara. Ragam bahasa terbagi dua jenis yaitu bahasa
lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis kita harus menguasai penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dan menguasai EYD, sedangkan untuk ragam bahasa lisan kita harus mampu
mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan.
5
B. Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan merupakan hal penting dalam pemakaian bahasa, terutama dalam ragam bahasa tulis.
Penulisan huruf, penulisan kata, sinonim, akronim, angka, dan lambang bilangan serta
penggunaan tanda baca termasuk ke dalam ejaan. Seiring berjalannya waktu, Indonesia
memiliki beberapa perubahan ejaan dari waktu ke waktu.
Ejaan Van Ophuijsen, Ejaan Suwandi, Ejaan Pembaruan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK, dan
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan merupakan akhir dari sejarah ejaan bahasa
indonesia yang berisi kaidah aturan ejaan yang dipakai pada saat ini.
Fungsi ejaan yang utama adalah sebagai penyaring masuknya unsur-unsur bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia. Sebagai masyarakat Indonesia, terutama sebagai pelajar,
mempelajari dan mengaplikasikan ejaan yang benar adalah sebuah kewajiban agar tidak
terjadi hilangnya makna yang ingin disampaikan kepada pembaca
Sebelum ejaan van ophuijsen disusun, para penulis pada umumnya mempunyai aturannya
sendiri-sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh karena
itu, sistem ejaan yang digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya ejaan van
ophuijsen sedikit banyak mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.
6
Bunyi hamzah dan bunyi sentak diganti dengan huruf k. Contoh: tak, rakyat, tidak.
Pengulangan diberi angka dua. Contoh: buku2, mudah2an.
Meskipun dimaksud untuk menyempurnakan sistem ejaan sebelumnya, namun Ejaan
Suwandi ini masih memiliki beberapa kelemahan.
3. Ejaan Pembaruan
Konsep Ejaan Pembaruan dikenal dengan ejaan Prijono-Katoppo, yaitu sebuah nama yang
diambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitia ejaan itu. Prof. Prijono
merupakan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Keberlanjutan tugas Prof.
Prijono dilakukan oleh E. Katoppo.
Prof M. Yamin memprakarsai kongres bahasa yang memutuskan agar ejaan Soewandi
disempurnakan. Kongres tersebut diselenggarakan di Medan pada tahun 1954. Pada waktu itu
disarankan agar dapat diusahakan tiga hal sebagai berikut.
4. Ejaan Melindo
Tindak lanjut perjanjian persahabatan antara Republik Indonesia dan Persekutuan Tanah
Melayu pada tahun 1959, antara lain usaha mempersamakan ejaan bahasa kedua negara ini.
Pada akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia Melayu (Slamet Mulyana-Syed Nasir
bin Ismail sebagai ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan
ejaan Melindo (Melayu Indonesia).
Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmiannya. Ejaan
melindo mengatur beberapa hal, di antaranya adalah sebagai berikut.
Ejaan Melindo tidak jauh berbeda dengan Ejaan Pembaruan karena ejaan itu sama-sama
berusaha untuk menyederhanakan ejaan dengan menggunakan sistem donemis.
5. Ejaan LBK
Ejaan Baru merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan Melindo. Ejaan ini
dikeluarkan pada tahun 1966 sebelum dikeluarkannya Ejaan Yang Disempurnakan.
7
Pelaksananya terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusaatraan
yang sekarang bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) juga terdiri dari
panitia Ejaan Melayu yang berhasil merumuskan ejaan tersebut.
Ejaan LBK muncul karena ketidaksetujuan akan konsep Melindo. Beberapa hal yang
dibahas dalam seminar sastra 1968 yang membentuk konsep Ejaan LBK ini adalah antara
lain.
Huruf vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, i, u, e, dan o.
Contoh kata dengan penggunaan huruf vokal bahasa Indonesia antara lain, api, emas,
simpan, oleh, ulang. Terdapat tiga macam dalam pelafalan huruf e.
8
C. Pilihan Kata Atau Diksi
Diksi adalah suatu pilihan kata yang tepat dan selaras dengan penggunaannya dalam
menyampaikan sebuah gagasan atau cerita yang meliputi gaya bahasa, ungkapan, pilihan kata,
dan lain-lain, sehingga didapatkan efek sesuai dengan yang diinginkan.
Keterbatasan dalam kosa kata dapat mengakibatkan seseorang kesulitan dalam
menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Dan jika orang tersebut menggunakan kosa
kata yang berlebihan, ini juga akan membuat orang lain sulit mengerti pesan yang
disampaikan.
Itu sebabnya para pembicara sering membaca dan berlatih agar menguasai diksi atau
pilihan kata ketika berbicara. Dengan diksi yang tepat maka pendengar atau audiens dapat
dengan mudah memahami maksud seorang pembicara. fungsi diksi adalah agar pemilihan kata
dan cara penyampaiannya dapat dilakukan dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud
yang disampaikan.
Diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat. Misalnya diksi dalam suatu cerita,
dengan diksi yang baik maka penyampaian cerita dapat dilakukan secara runtut, menjelaskan
tokoh-tokoh, mendeskripsikan latar dan waktu, dan lain sebagainya.
Secara umum diksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu diksi berdasarkan maknanya dan
diksi berdasarkan leksikal. Berikut penjelasannya:
Ryan sering “kerja keras” untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
Robby adalah seorang yang “gemar membantu”, dia disukai banyak orang.
Carla berinvestasi sejak dulu, sekarang ia mendapatkan “keuntungan melimpah”
2. Makna Konotatfi
Konotatif adalah kata atau kalimat yang memiliki arti bukan sebenarnya. Berikut ini contoh
diksi dengan makna konotatif:
Bahagia = Senang
9
Matahari = Mentari
Cantik = Elok
2. Antonim
Antonim adalah kata yang memiliki arti berlawanan dengan kata lain. Berikut contoh
antonim:
Naik x Turun
Besar x Kecil
Banyak x Sedikit
3. Homonim
Homonim adalah kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama namun artinya berbeda
satu sama lain. Berikut contoh homonim,
Kata bulan pada kedua kalimat tersebut memiliki arti yang berbeda walaupun ejaan dan
lafalnya sama.
4. Homofon
Homofon adalah kata yang memiliki ejaan dan makna yang berbeda, namun lafal sama.
Berikut contoh homofon,
Kata “Bank” dan “Bang” pada kalimat di atas memiliki lafal yang sama, namun ejaan dan
maknanya berbeda.
5. Homograf
Homograf adalah kata yang memiliki lafal dan arti yang berbeda, namun ejaannya sama.
Berikut contoh homograf,
Kata “Tahu” pada kalimat di atas ejaannya sama, tapi memiliki arti yang berbeda.
6. Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki lebih dari satu arti. Berikut contoh polisemi,
Para nasabah yang menabung di Bank akan mendapat bunga setiap bulan
10
Andini adalah salah satu bunga desa yang paling cantik
Kata “Bunga” pada kalimat di atas memiliki arti yang berbeda walaupun menggunakan
kata yang sama.
Di kebun binatang itu terdapat banyak binatang liar, misalnya gajah, singa, buaya, rusa,
kuda, dan lain-lain.
Pada kalimat di atas, binatang liar merupakan hipernim. Sedangkan kata hiponim gajah,
singa, buaya, rusa, kuda, dan lain-lain.
D. Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan
secara baik dan benar. Tentu saja karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang
menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini adalah kaidah bahasa Indonesia menurut
ejaan yang disempurnakan (EYD). Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat
dapat dikatakan efektif atau tidak antara lain :
1. Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat. Kata
baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak
tepat ejaannya.
2. Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat,
kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin guna
mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang
tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat.
4. Tidak Ambigu
Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk
menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan
11
sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat
kalian sehingga tidak ada kesan ambigu.
Ciri-ciri Kalimat Efektif
Untuk membuat kalimat efektif tidaklah sulit asalkan sudah memahami ciri-ciri suatu
kalimat dikatakan efektif. Berikut ini adalah 5 ciri-ciri sehingga suatu kalimat dapat kita
katakan efektif.
1. Kesepadanan Struktur
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kelengkapan struktur dan penggunaannya.
Inilah yang dimaksud dengan kesepadanan struktur. Ada beberapa hal yang menyangkut
ciri-ciri yang satu ini.
a) Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap, yakni
subjek dan predikat.
b) Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan pelaku
di dalam kalimat tersebut.
c.) Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena membuatnya
menjadi perluasan dari subjek.
d.) Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu, namun lebih
ke arah menggabungkan subjek yang sama.
2. Kehematan Kata
Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-tele, kalian tidak
boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada dua hal yang
memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga tidak efektif. Yang pertama
menyangkut kata jamak dan yang kedua mengenai kata-kata bersinonim. Untuk menghindari
hal tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan dalam kata jamak dan sinonim yang
menghasilkan kalimat tidak efektif.
Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah jamak, sementara siswa-
siswi juga mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu. Jadi, hilangkan salah satu kata
yang merujuk pada hal jamak tersebut.
Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan frasa ke dalam sama-sama menunjukkan
arti yang sama. Namun, kata masuk lebih tepat membentuk kalimat efektif karena sifatnya
12
yang merupakan kata kerja dan dapat menjadi predikat. Sementara itu, jika menggunakan ke
dalam dan menghilangkan kata masuk—sehingga menjadi ia ke dalam ruang kelas—kalimat
tersebut akan kehilangan predikatnya dan tidak dapat dikatakan kalimat efektif menurut
prinsip kesepadanan struktur.
3. Kesejajaran Bentuk
Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat,
sesuai kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah berimbuhan
pararel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan imbuhan me-, selanjutnya
imbuhan yang sama digunakan pada fungsi yang sama.
Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
pengolahannya. (tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
mengolahnya. (efektif)
4. Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan
subjek seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus tertentu,
kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek penegasan. Ini
agar pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat tersebut. Penegasan
kalimat seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah, larangan, ataupun anjuran
yang umumnya diikuti partikel lah atau pun.
Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)
5. Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut kelogisan kalimat yang
kalian buat. Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat.
Karena itu, buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar
pembaca dapat dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu persilakan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)
13
E. Paragraf
Paragraf adalah kumpulan kalimat yang biasanya mempunyai satu ide pokok dan cara
penulisannya sedikit menjorok ke bagian dalam atau menggunakan garis baru. Nama lain
dari paragraf adalah alinea.
Paragraf terdiri dari beberapa jenis, mulai dari jenis paragraf berdasarkan isinya fungsinya
dan juga peletakan gagasan utama dari sebuah tulisan. Paragraf mempunyai berbagai
macam fungsi, diantara beberapa fungsi paragraf diantaranya adalah;
Paragraf dalam sebuah kalimat dapat menjadi pengantar sebuah ide-ide, isi kalimat dan
kalimat penutup pada tulisan yang dibuat oleh penulis.
Mencurahkan suatu perasan dan pemikiran penulis dalam sebuah karya atau kalimat
dalam bentuk tulisan yang dibuat secara logis dan dapat diterima oleh pembaca.
Paragraf dapat membantu pembaca untuk memahami segala sesuatu mengenai isi dan
topik dalam sebuah tulisan.
Memudahkan penulis untuk menyusun ide-ide tentang tulisan yang akan dibuatnya.
Dapat membantu penulis dalam mengembangkan gagasan-gagasan atau ide dari segala
sesuatu yang berhubungan dengan topik yang ingin ditulis menjadi sebuah karya tulis.
Paragraf digolongkan menjadi beberapa jenis. Diantaranya adalah jenis paragraf
berdasarkan fungsinya, letak gagasan utama dan isinya.
a. Jenis Paragraf Berdasarkan Fungsi
Paragraf Pembuka
Dalam sebuah karangan (kecuali karangan ilmiah). Paragraf pembuka umumnya
ditulis untuk memancing rasa keingintahuan pembaca terhadap isi artikel secara
keseluruhan.
Paragraf Isi
Paragraf ini berisi bagian-bagian pokok dalam suatu karangan.
Paragraf Penutup
Paragraf ini biasanya berisi kesimpulan, saran, harapan, ringkasan dan penekanan
kembali hal-hal penting yang terdapat dalam setiap karangan.
Paragraf Penghubung
Paragraf ini fungsinya adalah untuk mengubungkan antara paragraf satu ke
paragraf lainnya atau karangan satu ke karangan lainnya.
14
Paragraf ineratif adalah paragraf yang letak gagasan utamanya berada ditengah
paragraf
Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang letak gagasan utamanya berada di awal
dan juga akhir
Paragraf Deskripsi
Paragraf ini adalah suatu kalimat yang memaparkan isi gambaran pada suatu
keadaan atau sebuah peristiwa yang bentuk tulisan sehingga pembaca seolah-olah
dapat melihat, mendengar dan merasakan serta mengalami peristiwa tersebut.
Contohnya: saat brownis coklat buatan ibuku dihidangkan untukku, wangi
brownis coklatnya langsung tercium enak oleh hidungku. Saat aku mencoba
memakannya, bentuk dan rasa manisnya langsung membuat lidahku bergoyang.
Sungguh, ibuku sangat pandai sekali membuat brownis coklat ini.
Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang dimana isinya dapat mempengaruhi atau
membujuk pembaca untuk tertarik dengan gagasan atau ajakan yang dibuat.
Contohnya: membaca memang merupakan faktor penting dalam menguasai
berbagai ilmu pengetahuan. sebab seseorang tak memiliki niat untuk membaca
pasti tidak banyak memiliki tingkat pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan
biasanya bersumber dari buku.
Paragraf Argumentasi
Paragraf ini adalah suatu kalimat paragraf dimana isinya dapat menyakinkan
pembaca sehingga memperoleh dan menerima gagasan dalam sebuah karya yang
ditulis oleh penulis.
Contohnya: membaca memang merupakan faktor penting dalam menguasai
berbagai ilmu pengetahuan. Seorang penasihat hukum pasti selalu membaca buku-
buku yang terkait dengan hukum, sebab jika tidak membaca buku hukum pasti ia
akan merasa kesulitan dan tidak tahu apa saja pasal-pasal yang tertera dibuku
hukum.
15
Seorang mahasiswa, tidak mau membaca buku maka akan mengalami kesulitan dalam
menjawab soal-soal dari dosen.
Paragraf Narasi
Paragraf ini adalah suatu kalimat paragraf dimana isinya menceritakan suatu
peristiwa atau sebuah masalah, sehingga membuat pembaca menjadi tehibur atau
terharu.
Contohnya: beberapa hari yang lalu kami pergi ke sebuah pusat wisata yang
berada di Jakarta. Kami pergi dengan 2 mobil pribadi. Mobil kami melaju cukup
cepat secara beriringan dengan mobil lainnya. Perjalanan menjadi sangat
menyenangkan, semua orang tampak gembira. Cahaya sinar matahari menyinari
kami sehingga membuat pemandangan dari dalam kacamata mobil cukup indah
Pada kalimat pertama atau utama paragraf harus masuk agak kedalam dengan beberapa
ketukan spasi. Ketukan spasi dalam paragraf sekitar lima ketukan, biasanya ketukan lima
spasi ini digunakan untuk jenis kalimat atau karangan yang biasa.
Paragraf biasanya digunakan sebagai pikiran utama dalam sebuah kalimat atau topik yang
telah ditentukan oleh penulis.
Kalimat topik dan kalimat pengembang dalam paragraf memiliki fungsi dalam penulisan
dimana fungsi tersebut dapat menjelaskan atau menerangkan pikiran utama dari penulis
dalam menuliskan sebuah karya atau karangan dalam sebuah kalimat topik.
Selain itu pada poin keempat paragraf juga memakai sebuah kalimat penjelas dalam tulisan
dimana kalimat penjelas tersebut berisikan tentang kedetailan dari kalimat topik. Paragraf
memang bukan kumpulan dari kalimat topik, tetapi paragraf disini berisi beberapa kalimat
penjelas dan hanya satu kalimat topik.
F. Daftar Pustaka
Dalam penulisan suatu karya ilmiah, kita dituntut untuk menyajikan informasi dengan
disertai sumber yang benar. Tuntutan menyajikan informasi dengan sumber yang benar
itulah yang membuat penulisan daftar pustaka dibutuhkan bahkan diwajibkan.
Daftar pustaka yaitu daftar yang berisi tentang semua buku atau tulisan yang dijadikan
acuan atau landasan dalam penelitian. Ada beberapa manfaat pencantuman daftar pustaka
atau catatan kaki, baik bagi penulis, pembaca atau penyumbang data/sumber yang diambil,
yaitu:
1. memenuhi etika penulisan;
2. sebagai ucapan terima kasih penulis kepada penyumbang data;
3. sebagai pendukung ide seorang penulis karena biasanya sumber yang diambil
ditulis oleh pakar yang terkenal;
4. sebagai petunjuk untuk melacak kebenaran data yang diambil;
16
5. sebagai referensi silang, yaitu menunjukkan pada halaman atau bagian mana data
itu diambil.
Tujuan penulisan sumber kutipan dan daftar pustaka:
1. Agar terhindar dari tuduhan penjiplakan (plagiarism)
Salah satu fungsi kutipan adalah untuk menguatkan atau mendukung tulisan ilmiah
Anda. Oleh karena itu, Anda harus mencantumkan sumber kutipan Anda secara
singkat di bagian akhir setelah kalimat kutipan atau tepat sebelum kalimat kutipan
(paling dekat dengan kalimat kutipan) dan menuliskan sumbernya secara lengkap pada
daftar pustaka. Dengan melakukan ini sebenarnya Anda sedang menghindarkan diri
dari masalah di kemudian hari terkait dengan mengambil hak cipta karya tulis
seseorang tanpa ijin.
3. Membantu pembaca yang ingin tahu lebih dalam mengenai sumber kutipan
Salah satu manfaat dari menuliskan sumber kutipan dan daftar pustaka secara lengkap
adalah membantu pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam tentang kutipan
tersebut. Kadang-kadang pembaca tertarik untuk membaca lebih dalam tulisan yang
Anda kutip. Dengan demikian, pembaca dapat menelusuri informasi dari sumber
kutipan dan kemudian mendapatkan rincian lengkapnya pada daftar pustaka.
2. Kutipan langsung
Yaitu menulis ulang ide orang lain sesuai dengan aslinya. Hal ini berarti penulis
langsung menggunakan teknik copy lalu paste tanpa mengubah kalimat aslinya.Ada
dua jenis kutipan langsung, yaitu kutipan langsung panjang dan kutipan langsung
pendek.
Terdapat beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam penulisan daftar pustaka.
Mulai dari hal-hal yang harus ada dalam daftar pustaka, di antaranya adalah :
nama penulis,
tahun terbit,
judul buku atau karya,
17
tempat terbit yang biasanya menggunakan nama kota, serta
nama penerbit.
Daftar pustaka juga takkan ditulis secara sembarangan karena kita harus memenuhi
beberapa aturan dalam penulisannya. Pertama adalah aturan terkait penulisan nama
penulis dari karya atau buku yang kita kutip.
Penulisan daftar pustaka dari buku diawali dengan nama penulis, tahun terbit, judul
buku, tempat terbit serta nama penerbit. Contohnya adalah:
Penulisan daftar pustaka yang sumbernya ditulis oleh dua atau tiga orang
adalah:
Ali, Muhammad dan Putra Ahmad. 1990. Metode Pembelajaran Guru Olahraga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Jika sumber bacaan tidak memiliki nama penulis, maka tuliskan sebagai berikut:
Untuk referensi bacaan dari skripsi, tesis atau disertasi, penulisannya adalah
sebagai berikut:
Mustofa, Dimas. 2010. Sudut Pandang Ilmu Kanji. Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta.
Sementara untuk daftar pustaka yang sumbernya dari jurnal internet, tuliskan
bersama dengan link jurnal tersebut di internet serta tanggal kita mengakses
jurnal. Contohnya:
Gates, Harry. 2002. Advancing Quality. Chronicle. Vol. 2 number 20, January 3.
Diambil dari: http://www.jempolkaki.com. (21 Desember 2007).
Daftar pustaka tak jarang akan didapat pula dari kamus. Penulisannya harus
menyertakan nama kamus dan halaman kamus tempat kita mengutip
referensinya. Contoh:
Sementara untuk daftar pustaka yang berasal dari makalah, dapat ditulis dengan
contoh sebagai berikut:
18
Indriyati, W. 1998. Javanese People. Makalah dipresentasikan pada The Interntional
Conference of Paleoanthropology, November 14-15, Beijing.
Daftar pustaka yang berasal dari koran akan ditulis sebagai berikut:
Purba, Onno. 2004. Kemajuan Bulutangkis Indonesia. Jakarta: Berita Olahraga. (25
Mei 2005).
Menulis daftar pustaka dari internet hampir sama seperti penulisan daftar
pustaka untuk jurnal online. Kita harus sematkan pula alamat website tempat
mendapatkan artikel serta tanggal akses artikel tersebut. Contohnya:
Cara penulisan daftar pustaka yang berasal dari skripsi tak jauh beda seperti
penulisan daftar pustaka dari buku. Hanya saja, nama penerbit diganti nama
universitas. Contoh:
Maria, Anna. 2011. Rasisme Dalam Film 12 Years of Slave. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Mengingat pentingnya daftar pustaka pada sebuah karya ilmiah, maka hal ini harus
benar-benar diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan tulis yang menyebabkan revisi
berulang kali. Terutama pada penulisan skripsi di mana semua bab termasuk daftar
pustaka harus ditulis secara benar.
Kita bisa menemukan contoh daftar pustaka di halaman terakhir sebuah karya ilmiah
ataupun buku. Perhatikan bagaimana cara penulisannya agar kita bisa menirunya untuk
karya ilmiah sendiri. Bukan tidak mungkin skripsi yang dibuat harus kembali direvisi
jika daftar pustakanya masih salah.
19