Anda di halaman 1dari 19

Resume Makalah

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu : Ferdiawan, S.Pd., M.Pd.

DI SUSUN OLEH :
Nama : Andini
Nim : 193090017
Jurusan : AS 1 / Semester 1

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU


FAKULTAS SYARIAH PRODI AHWAL SYAKHSIYAH
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

JUDUL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................3
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ragam Bahasa Indonesia………………………………………....................4


B. Ejaan Bahasa Indonesia..……………………………....................................6
C. Pilihan Kata Atau Diksi..................................................................................9
D. Kalimat Efektif..............................................................................................11
E. Paragraf.........................................................................................................14
F. Daftar Pustaka...............................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penulisan yang bersifat sederhana ini, di buat berdasarkan tugas individu


yang di berikan oleh dosen pelajaran bahasa indonesia yang berjudul meresume
makalah. Maka dengan adanya tugas ini, dapat membantu dalam proses
penilaian. Namun, pada penulisan serta meresume kembali apa-apa yang telah
dipelajari selama ini, masih banyak terdapat kekurangan serta kesalahan, baik
dalam penulisan maupun dalam pemahamannya. Penulis juga berharap, atas apa-
apa yang telah dibuat ini,mudah-mudahan dapat berjalan dengan baik seperti
yang diharapkan penulis.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis dalam pembuatan tugas ini, yaitu :

 Untuk memenuhi kewajiban penulis terhadap dosen yang bersangkutan,


 Untuk menambah pengetahuan penulis tentang pendidikan bahasa indonesia,
dan
 Untuk menyimpulkan kembali hasil dari presentasi makalah yang telah ada.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ragam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas
pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus
mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar
belakangnya.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan
perkembangan zaman yang sekarang ini banyak masyarakat yang mengalami perubahan.
Bahasa pun juga mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang
dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih
variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto,
2000). Ragam Bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

1. berdasarkan media
2. berdasarkan cara pandang penutur
3. berdasarkan topik pembicaraan.

1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam
bahasa terdiri

 Ragam bahasa lisan


 Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan dinamakan ragam
bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf
sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis.

2. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur


Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari beberapa ragam
diantara nya adalah :
· Ragam dialek

4
Contoh : ‘Gue udah baca itu buku.’
· Ragam terpelajar
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
· Ragam resmi
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
· Ragam tak resmi
Contoh : ‘Saya sudah baca buku itu.’

3. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan


Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari beberapa ragam diantara nya
adalah :
1. Ragam bahasa ilmiah
2. Ragam hukum
3. Ragam bisnis
4. Ragam agama
5. Ragam sosial
6. Ragam kedokteran
7. Ragam sastra

Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :
• Faktor Budaya atau letak Geografis
• Faktor Ilmu pengetahuan
• Faktor Sejarah

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut media pembicara. Ragam bahasa terbagi dua jenis yaitu bahasa
lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis kita harus menguasai penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dan menguasai EYD, sedangkan untuk ragam bahasa lisan kita harus mampu
mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan.

5
B. Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan merupakan hal penting dalam pemakaian bahasa, terutama dalam ragam bahasa tulis.
Penulisan huruf, penulisan kata, sinonim, akronim, angka, dan lambang bilangan serta
penggunaan tanda baca termasuk ke dalam ejaan. Seiring berjalannya waktu, Indonesia
memiliki beberapa perubahan ejaan dari waktu ke waktu.
Ejaan Van Ophuijsen, Ejaan Suwandi, Ejaan Pembaruan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK, dan
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan merupakan akhir dari sejarah ejaan bahasa
indonesia yang berisi kaidah aturan ejaan yang dipakai pada saat ini.
Fungsi ejaan yang utama adalah sebagai penyaring masuknya unsur-unsur bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia. Sebagai masyarakat Indonesia, terutama sebagai pelajar,
mempelajari dan mengaplikasikan ejaan yang benar adalah sebuah kewajiban agar tidak
terjadi hilangnya makna yang ingin disampaikan kepada pembaca

1. Ejaan Van Ophuijsen


Awal dari lahirnya ejaan ini adalah pemerintah yang menugaskan Van Ophuijsen untuk
merancang sistem ejaan dasar yang mantap dan ilmiah untuk digunakan dalam pengajaran.
Tugas itu ia terima pada tahun 1896 dan selesai pada tahun 1901. Ejaan van ophuijsen terlahir
dalam bentuk sebuah daftar kata yang diawali dengan uraian singkat tentang aturan-aturan
ejaan, Kitab Logat Melajoe. Aturan-aturan tersebut, di antaranya adalah sebagai berikut.
Kata koe (akoe), kau, se, ke, dan di ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh: koelihat, kaudengar, seorang, keroemah, dibawa.
Kata poen- selamanya dihubungkan dengan kata sebelumnya. Contoh:

Adapoen radja itoe hendak berangkat.


Sekalipoen tiada lagi berbunji.

Sebelum ejaan van ophuijsen disusun, para penulis pada umumnya mempunyai aturannya
sendiri-sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh karena
itu, sistem ejaan yang digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya ejaan van
ophuijsen sedikit banyak mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.

2. Ejaan Suwandi (Ejaan Republik)


Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik disusun oleh Mr. Soewandi yang merupakan nama
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Penyusunan ejaan baru ini dimaksudkan
untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya juga untuk menyederhanakan sistem
ejaan bahasa Indonesia.

Ejaan tersebut mengatur beberapa hal, di antaranya sebagai berikut:

Huruf oe diganti dengan huruf u. Contoh: oesia menjadi usia.

6
Bunyi hamzah dan bunyi sentak diganti dengan huruf k. Contoh: tak, rakyat, tidak.
Pengulangan diberi angka dua. Contoh: buku2, mudah2an.
Meskipun dimaksud untuk menyempurnakan sistem ejaan sebelumnya, namun Ejaan
Suwandi ini masih memiliki beberapa kelemahan.

3. Ejaan Pembaruan
Konsep Ejaan Pembaruan dikenal dengan ejaan Prijono-Katoppo, yaitu sebuah nama yang
diambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitia ejaan itu. Prof. Prijono
merupakan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Keberlanjutan tugas Prof.
Prijono dilakukan oleh E. Katoppo.
Prof M. Yamin memprakarsai kongres bahasa yang memutuskan agar ejaan Soewandi
disempurnakan. Kongres tersebut diselenggarakan di Medan pada tahun 1954. Pada waktu itu
disarankan agar dapat diusahakan tiga hal sebagai berikut.

Satu bunyi, satu huruf,


Penetapan hendaknya dilakukan oleh badan yang kompeten,
Ejaan itu hendaknya praktis, tetapi ilmiah.

4. Ejaan Melindo
Tindak lanjut perjanjian persahabatan antara Republik Indonesia dan Persekutuan Tanah
Melayu pada tahun 1959, antara lain usaha mempersamakan ejaan bahasa kedua negara ini.
Pada akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia Melayu (Slamet Mulyana-Syed Nasir
bin Ismail sebagai ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan
ejaan Melindo (Melayu Indonesia).
Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmiannya. Ejaan
melindo mengatur beberapa hal, di antaranya adalah sebagai berikut.

 Fonem tambah f, ś, z. Contoh: fikiran, śair, ś


 Penulisan diftong: ay, aw, oy.
 Ejaan yang menggunakan tanda fonem lain dari yang sudah ditetapkan sebagai fonem
 Melindo dianggap kata asing, misal: universitas, varia, vokal.

Ejaan Melindo tidak jauh berbeda dengan Ejaan Pembaruan karena ejaan itu sama-sama
berusaha untuk menyederhanakan ejaan dengan menggunakan sistem donemis.

5. Ejaan LBK
Ejaan Baru merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan Melindo. Ejaan ini
dikeluarkan pada tahun 1966 sebelum dikeluarkannya Ejaan Yang Disempurnakan.

7
Pelaksananya terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusaatraan
yang sekarang bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) juga terdiri dari
panitia Ejaan Melayu yang berhasil merumuskan ejaan tersebut.
Ejaan LBK muncul karena ketidaksetujuan akan konsep Melindo. Beberapa hal yang
dibahas dalam seminar sastra 1968 yang membentuk konsep Ejaan LBK ini adalah antara
lain.

Ada enam vokal (i, u, e, Ə, o, a).


Diftong tetap.
Di dan ke dibedakan antara preposisi dan imbuhan. Contoh: surat itu ditulisnya di
rumah.
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Mengenai istilah asing, misal guerilla (Spanyol), frasa coup de’etat (Prancis), dan
extra (Inggris) diubah menjadi gerilya, kudeta, dan ekstra.
Ejaan ini juga membahas mengenai qalb (hati) dan bahasa Arab juga mengenal
kata kalb (anjing), namun diputuskan tetap menggunakan kata kalbu untuk bahasa
Indonesia.

6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan


Presiden Republik Indonesia Soeharto meresmikan Ejaan Yang Disempurnakan pada
tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan ini merupakan lanjutan dari Ejaan Baru atau Ejaan LBK.
Pada Hari Proklamasi Kemerdekaan tahun 1972 diresmikan aturan ejaan baru ini
berdasarkan keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Pada tahun 1988, Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) edisi kedua
diterbitkan berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 0543a/U/1987 pad atanggal 9 September 1987. Setelah itu, edisi ketiga
diterbitkan pada tahun 2009 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Dr. Anis Baswedan, Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) diganti
dengan nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang kesempurnaan
naskahnya disusun oleh Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan
Pembina Bahasa. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan kaidah Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan secara tepat.

Huruf vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, i, u, e, dan o.
Contoh kata dengan penggunaan huruf vokal bahasa Indonesia antara lain, api, emas,
simpan, oleh, ulang. Terdapat tiga macam dalam pelafalan huruf e.

 Diakritik (é) dilafalkan [e]. Contoh: Anak-anak bermain di teras (téras).


 Diakritik (è) dilafalkan [ɛ]. Contoh: Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
 Diakritik (ê) dilafalkan [ə]. Contoh: Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank
Indonesia.

8
C. Pilihan Kata Atau Diksi
Diksi adalah suatu pilihan kata yang tepat dan selaras dengan penggunaannya dalam
menyampaikan sebuah gagasan atau cerita yang meliputi gaya bahasa, ungkapan, pilihan kata,
dan lain-lain, sehingga didapatkan efek sesuai dengan yang diinginkan.
Keterbatasan dalam kosa kata dapat mengakibatkan seseorang kesulitan dalam
menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Dan jika orang tersebut menggunakan kosa
kata yang berlebihan, ini juga akan membuat orang lain sulit mengerti pesan yang
disampaikan.
Itu sebabnya para pembicara sering membaca dan berlatih agar menguasai diksi atau
pilihan kata ketika berbicara. Dengan diksi yang tepat maka pendengar atau audiens dapat
dengan mudah memahami maksud seorang pembicara. fungsi diksi adalah agar pemilihan kata
dan cara penyampaiannya dapat dilakukan dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud
yang disampaikan.
Diksi juga berfungsi untuk memperindah suatu kalimat. Misalnya diksi dalam suatu cerita,
dengan diksi yang baik maka penyampaian cerita dapat dilakukan secara runtut, menjelaskan
tokoh-tokoh, mendeskripsikan latar dan waktu, dan lain sebagainya.
Secara umum diksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu diksi berdasarkan maknanya dan
diksi berdasarkan leksikal. Berikut penjelasannya:

I. Diksi Berdasarkan Maknanya


1. Makna Denotatif
Yang dimaksud dengan denotatif adalah makna yang sebenarnya dari suatu kata atau
kalimat. Berikut ini contoh diksi bermakna denotatif:

Ryan sering “kerja keras” untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
Robby adalah seorang yang “gemar membantu”, dia disukai banyak orang.
Carla berinvestasi sejak dulu, sekarang ia mendapatkan “keuntungan melimpah”

2. Makna Konotatfi
Konotatif adalah kata atau kalimat yang memiliki arti bukan sebenarnya. Berikut ini contoh
diksi dengan makna konotatif:

Rio harus “membanting tulang” untuk menghidupi keluarganya.


Hanny adalah seorang “kutu buku”, itu sebabnya ia banyak tahu tentang berbagai hal
Romeo suka berinvestasi sejak dulu, tahun ini ia mendapat “durian runtuh”.

II. Diksi Berdasarkan Leksikal


1. Sinonim
Sinonim adalah kata yang mempunyai arti yang sama dengan kata lain. Berikut ini contoh
sinonim,

Bahagia = Senang

9
Matahari = Mentari
Cantik = Elok

2. Antonim
Antonim adalah kata yang memiliki arti berlawanan dengan kata lain. Berikut contoh
antonim:

Naik x Turun
Besar x Kecil
Banyak x Sedikit

3. Homonim
Homonim adalah kata yang memiliki lafal dan ejaan yang sama namun artinya berbeda
satu sama lain. Berikut contoh homonim,

Bulan itu terlihat bulat penuh malam ini


Semua karyawan mendapatkan gaji setiap bulan

Kata bulan pada kedua kalimat tersebut memiliki arti yang berbeda walaupun ejaan dan
lafalnya sama.

4. Homofon
Homofon adalah kata yang memiliki ejaan dan makna yang berbeda, namun lafal sama.
Berikut contoh homofon,

Anton menabung uangnya di Bank secara rutin


Bang Anton bekerja di perusahaan pembiayaan

Kata “Bank” dan “Bang” pada kalimat di atas memiliki lafal yang sama, namun ejaan dan
maknanya berbeda.

5. Homograf
Homograf adalah kata yang memiliki lafal dan arti yang berbeda, namun ejaannya sama.
Berikut contoh homograf,

Makanan favorit wanita itu adalah tahu goreng


Wanita itu tidak tahu kalau hari ini libur

Kata “Tahu” pada kalimat di atas ejaannya sama, tapi memiliki arti yang berbeda.

6. Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki lebih dari satu arti. Berikut contoh polisemi,

Para nasabah yang menabung di Bank akan mendapat bunga setiap bulan
10
Andini adalah salah satu bunga desa yang paling cantik

Kata “Bunga” pada kalimat di atas memiliki arti yang berbeda walaupun menggunakan
kata yang sama.

7. Hipernim dan Hiponim


Hipernim adalah kata yang dapat mewakili banyak kata lainnya. Sedangkan hiponim
adalah kata yang dapat terwakili oleh kata hipernim.

Berikut contoh hipernim dan hiponim,

Di kebun binatang itu terdapat banyak binatang liar, misalnya gajah, singa, buaya, rusa,
kuda, dan lain-lain.
Pada kalimat di atas, binatang liar merupakan hipernim. Sedangkan kata hiponim gajah,
singa, buaya, rusa, kuda, dan lain-lain.

D. Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan
secara baik dan benar. Tentu saja karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang
menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini adalah kaidah bahasa Indonesia menurut
ejaan yang disempurnakan (EYD). Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat
dapat dikatakan efektif atau tidak antara lain :

1. Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat. Kata
baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak
tepat ejaannya.

2. Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat,
kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin guna
mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang
tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat.

3. Tidak Boros dan Bertele-tele


Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata dan
terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas
agar orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian tuangkan.

4. Tidak Ambigu
Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk
menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan

11
sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat
kalian sehingga tidak ada kesan ambigu.
Ciri-ciri Kalimat Efektif

Untuk membuat kalimat efektif tidaklah sulit asalkan sudah memahami ciri-ciri suatu
kalimat dikatakan efektif. Berikut ini adalah 5 ciri-ciri sehingga suatu kalimat dapat kita
katakan efektif.

1. Kesepadanan Struktur
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kelengkapan struktur dan penggunaannya.
Inilah yang dimaksud dengan kesepadanan struktur. Ada beberapa hal yang menyangkut
ciri-ciri yang satu ini.
a) Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap, yakni
subjek dan predikat.
b) Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan pelaku
di dalam kalimat tersebut.
c.) Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena membuatnya
menjadi perluasan dari subjek.
d.) Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu, namun lebih
ke arah menggabungkan subjek yang sama.

2. Kehematan Kata

Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-tele, kalian tidak
boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada dua hal yang
memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga tidak efektif. Yang pertama
menyangkut kata jamak dan yang kedua mengenai kata-kata bersinonim. Untuk menghindari
hal tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan dalam kata jamak dan sinonim yang
menghasilkan kalimat tidak efektif.

Contoh Kata Jamak:


Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)

Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah jamak, sementara siswa-
siswi juga mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu. Jadi, hilangkan salah satu kata
yang merujuk pada hal jamak tersebut.

Contoh Kata Sinonim:


Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ia masuk ruang kelas.

Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan frasa ke dalam sama-sama menunjukkan
arti yang sama. Namun, kata masuk lebih tepat membentuk kalimat efektif karena sifatnya
12
yang merupakan kata kerja dan dapat menjadi predikat. Sementara itu, jika menggunakan ke
dalam dan menghilangkan kata masuk—sehingga menjadi ia ke dalam ruang kelas—kalimat
tersebut akan kehilangan predikatnya dan tidak dapat dikatakan kalimat efektif menurut
prinsip kesepadanan struktur.

3. Kesejajaran Bentuk
Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat,
sesuai kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah berimbuhan
pararel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan imbuhan me-, selanjutnya
imbuhan yang sama digunakan pada fungsi yang sama.

Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
pengolahannya. (tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
mengolahnya. (efektif)

4. Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan
subjek seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus tertentu,
kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek penegasan. Ini
agar pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat tersebut. Penegasan
kalimat seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah, larangan, ataupun anjuran
yang umumnya diikuti partikel lah atau pun.

Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)

5. Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut kelogisan kalimat yang
kalian buat. Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat.
Karena itu, buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar
pembaca dapat dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.

Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu persilakan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)

13
E. Paragraf
Paragraf adalah kumpulan kalimat yang biasanya mempunyai satu ide pokok dan cara
penulisannya sedikit menjorok ke bagian dalam atau menggunakan garis baru. Nama lain
dari paragraf adalah alinea.

Paragraf terdiri dari beberapa jenis, mulai dari jenis paragraf berdasarkan isinya fungsinya
dan juga peletakan gagasan utama dari sebuah tulisan. Paragraf mempunyai berbagai
macam fungsi, diantara beberapa fungsi paragraf diantaranya adalah;

 Paragraf dalam sebuah kalimat dapat menjadi pengantar sebuah ide-ide, isi kalimat dan
kalimat penutup pada tulisan yang dibuat oleh penulis.
 Mencurahkan suatu perasan dan pemikiran penulis dalam sebuah karya atau kalimat
dalam bentuk tulisan yang dibuat secara logis dan dapat diterima oleh pembaca.
 Paragraf dapat membantu pembaca untuk memahami segala sesuatu mengenai isi dan
topik dalam sebuah tulisan.
 Memudahkan penulis untuk menyusun ide-ide tentang tulisan yang akan dibuatnya.
 Dapat membantu penulis dalam mengembangkan gagasan-gagasan atau ide dari segala
sesuatu yang berhubungan dengan topik yang ingin ditulis menjadi sebuah karya tulis.
Paragraf digolongkan menjadi beberapa jenis. Diantaranya adalah jenis paragraf
berdasarkan fungsinya, letak gagasan utama dan isinya.
a. Jenis Paragraf Berdasarkan Fungsi
 Paragraf Pembuka
Dalam sebuah karangan (kecuali karangan ilmiah). Paragraf pembuka umumnya
ditulis untuk memancing rasa keingintahuan pembaca terhadap isi artikel secara
keseluruhan.
 Paragraf Isi
Paragraf ini berisi bagian-bagian pokok dalam suatu karangan.
 Paragraf Penutup
Paragraf ini biasanya berisi kesimpulan, saran, harapan, ringkasan dan penekanan
kembali hal-hal penting yang terdapat dalam setiap karangan.
 Paragraf Penghubung
Paragraf ini fungsinya adalah untuk mengubungkan antara paragraf satu ke
paragraf lainnya atau karangan satu ke karangan lainnya.

b. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Gagasan Utama


 Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang letak gagasan utamanya terletak di awal
paragraf.
 Paragraf Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang letak gagasan utamanya berada di akhir
paragraf
 Paragraf Ineratif

14
Paragraf ineratif adalah paragraf yang letak gagasan utamanya berada ditengah
paragraf
 Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang letak gagasan utamanya berada di awal
dan juga akhir

c. Jenis Paragraf Berdasarkan Isinya


 Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang isinya bertujuan untuk memberikan
penjelasan atau pengertian secara singkat dan padat.
Contohnya: kegiatan dalam merayakan ulang tahun TNI ke 72 tanggal 5 Oktober
2017 di lapangan blang padang banda aceh. Semua warga banda aceh turut hadir
menyaksikan serangkaian acara ulang tahun TNI ke 72 dengan berbagai ragam
acara seperti : Drumband, Tari Saman dan acara lainnya.

 Paragraf Deskripsi
Paragraf ini adalah suatu kalimat yang memaparkan isi gambaran pada suatu
keadaan atau sebuah peristiwa yang bentuk tulisan sehingga pembaca seolah-olah
dapat melihat, mendengar dan merasakan serta mengalami peristiwa tersebut.
Contohnya: saat brownis coklat buatan ibuku dihidangkan untukku, wangi
brownis coklatnya langsung tercium enak oleh hidungku. Saat aku mencoba
memakannya, bentuk dan rasa manisnya langsung membuat lidahku bergoyang.
Sungguh, ibuku sangat pandai sekali membuat brownis coklat ini.

 Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang dimana isinya dapat mempengaruhi atau
membujuk pembaca untuk tertarik dengan gagasan atau ajakan yang dibuat.
Contohnya: membaca memang merupakan faktor penting dalam menguasai
berbagai ilmu pengetahuan. sebab seseorang tak memiliki niat untuk membaca
pasti tidak banyak memiliki tingkat pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan
biasanya bersumber dari buku.

 Paragraf Argumentasi
Paragraf ini adalah suatu kalimat paragraf dimana isinya dapat menyakinkan
pembaca sehingga memperoleh dan menerima gagasan dalam sebuah karya yang
ditulis oleh penulis.
Contohnya: membaca memang merupakan faktor penting dalam menguasai
berbagai ilmu pengetahuan. Seorang penasihat hukum pasti selalu membaca buku-
buku yang terkait dengan hukum, sebab jika tidak membaca buku hukum pasti ia
akan merasa kesulitan dan tidak tahu apa saja pasal-pasal yang tertera dibuku
hukum.

15
Seorang mahasiswa, tidak mau membaca buku maka akan mengalami kesulitan dalam
menjawab soal-soal dari dosen.

 Paragraf Narasi
Paragraf ini adalah suatu kalimat paragraf dimana isinya menceritakan suatu
peristiwa atau sebuah masalah, sehingga membuat pembaca menjadi tehibur atau
terharu.
Contohnya: beberapa hari yang lalu kami pergi ke sebuah pusat wisata yang
berada di Jakarta. Kami pergi dengan 2 mobil pribadi. Mobil kami melaju cukup
cepat secara beriringan dengan mobil lainnya. Perjalanan menjadi sangat
menyenangkan, semua orang tampak gembira. Cahaya sinar matahari menyinari
kami sehingga membuat pemandangan dari dalam kacamata mobil cukup indah

Selain memiliki fungsi, paragraf juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

 Pada kalimat pertama atau utama paragraf harus masuk agak kedalam dengan beberapa
ketukan spasi. Ketukan spasi dalam paragraf sekitar lima ketukan, biasanya ketukan lima
spasi ini digunakan untuk jenis kalimat atau karangan yang biasa.
 Paragraf biasanya digunakan sebagai pikiran utama dalam sebuah kalimat atau topik yang
telah ditentukan oleh penulis.
 Kalimat topik dan kalimat pengembang dalam paragraf memiliki fungsi dalam penulisan
dimana fungsi tersebut dapat menjelaskan atau menerangkan pikiran utama dari penulis
dalam menuliskan sebuah karya atau karangan dalam sebuah kalimat topik.
 Selain itu pada poin keempat paragraf juga memakai sebuah kalimat penjelas dalam tulisan
dimana kalimat penjelas tersebut berisikan tentang kedetailan dari kalimat topik. Paragraf
memang bukan kumpulan dari kalimat topik, tetapi paragraf disini berisi beberapa kalimat
penjelas dan hanya satu kalimat topik.

F. Daftar Pustaka
Dalam penulisan suatu karya ilmiah, kita dituntut untuk menyajikan informasi dengan
disertai sumber yang benar. Tuntutan menyajikan informasi dengan sumber yang benar
itulah yang membuat penulisan daftar pustaka dibutuhkan bahkan diwajibkan.
Daftar pustaka yaitu daftar yang berisi tentang semua buku atau tulisan yang dijadikan
acuan atau landasan dalam penelitian. Ada beberapa manfaat pencantuman daftar pustaka
atau catatan kaki, baik bagi penulis, pembaca atau penyumbang data/sumber yang diambil,
yaitu:
1. memenuhi etika penulisan;
2. sebagai ucapan terima kasih penulis kepada penyumbang data;
3. sebagai pendukung ide seorang penulis karena biasanya sumber yang diambil
ditulis oleh pakar yang terkenal;
4. sebagai petunjuk untuk melacak kebenaran data yang diambil;

16
5. sebagai referensi silang, yaitu menunjukkan pada halaman atau bagian mana data
itu diambil.
Tujuan penulisan sumber kutipan dan daftar pustaka:
1. Agar terhindar dari tuduhan penjiplakan (plagiarism)
Salah satu fungsi kutipan adalah untuk menguatkan atau mendukung tulisan ilmiah
Anda. Oleh karena itu, Anda harus mencantumkan sumber kutipan Anda secara
singkat di bagian akhir setelah kalimat kutipan atau tepat sebelum kalimat kutipan
(paling dekat dengan kalimat kutipan) dan menuliskan sumbernya secara lengkap pada
daftar pustaka. Dengan melakukan ini sebenarnya Anda sedang menghindarkan diri
dari masalah di kemudian hari terkait dengan mengambil hak cipta karya tulis
seseorang tanpa ijin.

2. Menghargai penulis sebelumnya


Ketika Anda menuliskan secara lengkap sumber kutipan dan daftar pustaka,
sebenarnya Anda sedang menghargai orang yang mempunyai ide tersebut. Selain itu,
juga pengakuan bahwa teks pada bagian tersebut adalah dari ide, argumen, dan atau
analisa orang lain.

3. Membantu pembaca yang ingin tahu lebih dalam mengenai sumber kutipan
Salah satu manfaat dari menuliskan sumber kutipan dan daftar pustaka secara lengkap
adalah membantu pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam tentang kutipan
tersebut. Kadang-kadang pembaca tertarik untuk membaca lebih dalam tulisan yang
Anda kutip. Dengan demikian, pembaca dapat menelusuri informasi dari sumber
kutipan dan kemudian mendapatkan rincian lengkapnya pada daftar pustaka.

Berdasarkan cara mengutipnya, kutipan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:


1. Kutipan tidak langsung
Yaitu penulis mengambil ide orang lain, kemudian merangkainya dengan kalimat
sendiri. Hal ini berarti penulis tidak menulis sama persis dengan kalimat asli yang
dikutip. Penulis merangkai dan merangkum kalimat berdasarkan artikel atau
sumber lain.

2. Kutipan langsung
Yaitu menulis ulang ide orang lain sesuai dengan aslinya. Hal ini berarti penulis
langsung menggunakan teknik copy lalu paste tanpa mengubah kalimat aslinya.Ada
dua jenis kutipan langsung, yaitu kutipan langsung panjang dan kutipan langsung
pendek.

Terdapat beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam penulisan daftar pustaka.
Mulai dari hal-hal yang harus ada dalam daftar pustaka, di antaranya adalah :
 nama penulis,
 tahun terbit,
 judul buku atau karya,

17
 tempat terbit yang biasanya menggunakan nama kota, serta
 nama penerbit.

Daftar pustaka juga takkan ditulis secara sembarangan karena kita harus memenuhi
beberapa aturan dalam penulisannya. Pertama adalah aturan terkait penulisan nama
penulis dari karya atau buku yang kita kutip.
Penulisan daftar pustaka dari buku diawali dengan nama penulis, tahun terbit, judul
buku, tempat terbit serta nama penerbit. Contohnya adalah:

Ali, Muhammad. 1989. Tata Bahasa Baku. Jakarta: Balai Pustaka.

Penulisan daftar pustaka yang sumbernya ditulis oleh dua atau tiga orang
adalah:

Ali, Muhammad dan Putra Ahmad. 1990. Metode Pembelajaran Guru Olahraga.
Jakarta: Balai Pustaka.

Jika sumber bacaan tidak memiliki nama penulis, maka tuliskan sebagai berikut:

Divisi SDM. 2006. Community Service. Jakarta: Citra Titipan Kilat.

Untuk referensi bacaan dari skripsi, tesis atau disertasi, penulisannya adalah
sebagai berikut:

Mustofa, Dimas. 2010. Sudut Pandang Ilmu Kanji. Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta.

Sementara untuk daftar pustaka yang sumbernya dari jurnal internet, tuliskan
bersama dengan link jurnal tersebut di internet serta tanggal kita mengakses
jurnal. Contohnya:

Gates, Harry. 2002. Advancing Quality. Chronicle. Vol. 2 number 20, January 3.
Diambil dari: http://www.jempolkaki.com. (21 Desember 2007).

Daftar pustaka tak jarang akan didapat pula dari kamus. Penulisannya harus
menyertakan nama kamus dan halaman kamus tempat kita mengutip
referensinya. Contoh:

Logan, David. 2005. Geographic Science. The New Encyclopedia Britannica.


Encyclopedia Britannica 300: 605-610.

Sementara untuk daftar pustaka yang berasal dari makalah, dapat ditulis dengan
contoh sebagai berikut:

18
Indriyati, W. 1998. Javanese People. Makalah dipresentasikan pada The Interntional
Conference of Paleoanthropology, November 14-15, Beijing.

Daftar pustaka yang berasal dari koran akan ditulis sebagai berikut:

Purba, Onno. 2004. Kemajuan Bulutangkis Indonesia. Jakarta: Berita Olahraga. (25
Mei 2005).

Menulis daftar pustaka dari internet hampir sama seperti penulisan daftar
pustaka untuk jurnal online. Kita harus sematkan pula alamat website tempat
mendapatkan artikel serta tanggal akses artikel tersebut. Contohnya:

Rahmat, Budi. 2001. Pentingnya Peran Aktif Orangtua Dalam Pendidikan


Keagamaan Anak. Diambil dari: http://agribisnis.org/2001/12/5-pentignya-peran-
aktif-orangtua.html. (13 Desember 2002).

Dapat juga ditulis sebagai berikut:

Ilham, Agung. 2015. Contoh Rumusah Masalah. www.anakkampus.com. Diakses


pada 20 November 2017.

Cara penulisan daftar pustaka yang berasal dari skripsi tak jauh beda seperti
penulisan daftar pustaka dari buku. Hanya saja, nama penerbit diganti nama
universitas. Contoh:

Maria, Anna. 2011. Rasisme Dalam Film 12 Years of Slave. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Mengingat pentingnya daftar pustaka pada sebuah karya ilmiah, maka hal ini harus
benar-benar diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan tulis yang menyebabkan revisi
berulang kali. Terutama pada penulisan skripsi di mana semua bab termasuk daftar
pustaka harus ditulis secara benar.
Kita bisa menemukan contoh daftar pustaka di halaman terakhir sebuah karya ilmiah
ataupun buku. Perhatikan bagaimana cara penulisannya agar kita bisa menirunya untuk
karya ilmiah sendiri. Bukan tidak mungkin skripsi yang dibuat harus kembali direvisi
jika daftar pustakanya masih salah.

19

Anda mungkin juga menyukai