Anda di halaman 1dari 11

FIKIH

0
Fikih ekologi merupakan tema yang membahas tentang konsep konservasi
lingkungan, faktor dan dampak dari kerusakan lingkungan, pandangan Islam
terhadap konservasi lingkungan, dan peranan manusia dalam konservasi
lingkungan. Sebagai anggota masyarakat perlu menyadari bahwa membuang satu
sampah di jalanan atau di sembarang tempat merupakan perbuatan dosa yang akan
membawa dampak negatif bagi masyarakat sekarang dan generasi yang akan
datang. Berjualan di atas trotoar itu termasuk mengambil hak para pejalan kaki
yang diharamkan agama (Al Fikri, 2007).

A. Konsep Konservasi Lingkungan

Dalam sejarah kemanusiaan, konservasi alam bukanlah hal yang baru.


Nabi Muhammad SAW juga membuat kawasan konservasi yang dikenal dengan
hima‟ di Madinah. Dengan demikian, konservasi merupakan kepentingan fitrah
manusia di bumi yang dari masa ke masa terus mengalami perkembangan
disebabkan kesadaran manusia untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan
karena manusia mampu memikirkan kelangsungan hidup generasi kini maupun
yang akan datang.

1. Pengertian Konservasi Lingkungan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konservasi adalah


pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan
dan kemusnahan melalui proses pelestarian (Depdiknas, 2001). Konservasi
merupakan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana melalui pengelolaan
terencana sumber daya alam sehingga terjadi keberlanjutan serta keseimbangan
alami suatu lingkungan. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang
mencakup keadaan sumber daya alam, seperti: tanah, air, energi surya, mineral,
serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan. Dalam
pandangan Islam, konservasi adalah amanah dari Allah untuk manusia. Manusia
sebagai wakil Allah di muka bumi (khalifatullah fil ardh) harus memahami
hubungan antara dirinya dengan Allah dan lingkungan. Konservasi yang
dilakukan manusia melalui pemeliharaan, pemanfaatan secara wajar, dan
rehabilitasi akan memberikan efek positif terhadap lingkungan. Fikih ekologi
merupakan konservasi lingkungan berbasis syariat. Konservasi lingkungan bukan
hanya bermotif penyelamatan dan pemeliharaan lingkungan secara syar‟i, namun
lebih dari itu memiliki tujuan spiritual, yaitu membangkitkan semangat beribadah
kepada Allah melalui alam sekitar (Nursalim, 2013).

2. Lingkup Konservasi Lingkungan

Lingkup konservasi lingkungan meliputi: konservasi tanah, konservasi


daerah aliran sungai (DAS), konservasi daerah pesisir dan laut, konservasi hutan,
dan konservasi tipe ekosistem. Contoh upaya konservasi tanah adalah memelihara

1
dan mempertahankan produktifitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari,
dan menerapkan pola tanam yang dapat mengurangi erosi. Upaya yang bisa
dilakukan dalam konservasi DAS antara lain melalui pengendalian pencemaran
air, limbah rumah tangga, limbah industri,dan lain- lain. Untuk konservasi daerah
pesisir dan laut, upaya yang diperlukan antara lain adanya penetapan kawasan
lindung, kawasan budidaya yaitu kawasan pesisir yang diperuntukkan bagi usaha
budidaya baik berupa perikanan, tambak, atau flora fauna. Contoh upaya
konservasi hutan adalah menjamin pemanfaatan kayu dari hutan dan reboisasi.
Adapun contoh upaya konservasi tipe ekosistem adalah kegiatan pelestarian
tumbuhan dan hewan (Anonim, 2009).

B. Penyebab Kerusakan Lingkungan

Ada dua faktor penyebab kerusakan lingkungan yaitu faktor manusia dan
proses alam. Faktor manusia merupakan penyebab utama kerusakan yang terjadi
di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Rum:41:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan


tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

1. Faktor Manusia
Kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia jauh lebih besar
dibandingkan dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh proses
alam. Kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia terjadi dalam
berbagai bentuk, seperti: pencemaran, pengerukan, dan penebangan hutan.
Kedudukan manusia dan alam semesta adalah setara di hadapan Allah
(Shihab, 1995:233-234). Q.S. Al-A‟raaf:56 menyebutkan:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah


(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan), sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang yang berbuat baik.”

2
Beberapa bentuk kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia,
antara lain: kerusakan lingkungan akibat limbah, penebangan hutan, dan
penambangan, penebangan hutan untuk keperluan industri, lahan
pertanian, dan kebutuhan lainnya telah menimbulkan kerusakan
lingkungan yang luar biasa, diantaranya: timbulnya lahan kritis, ancaman
terhadap kehidupan flora dan fauna dan menyebabkan kekeringan. Selain
itu, penebangan hutan secara liar juga dapat mengubah permukaan bumi.

2. Faktor Alam
Kerusakan lingkungan yang disebabkan faktor alam pada
umumnya merupakan bencana alam seperti letusan gunung berapi, banjir,
angin puting beliung, gempa bumi, tsunami, dan sebagainya. Ada
beberapa faktor lain penyebab kerusakan lingkungan, antara lain
(a) pertambahan penduduk yang pesat, sehingga memacu
timbulnya eksploitasi terhadap sumberdaya alam hayati yang
berlebihan,
(b) perkembangan teknologi yang pesat, sehingga mempermudah
eksploitasi keanekaragaman hayati,
(c) kebijakan dan pengelolaan keanekaragaman hayati yang sangat
sentralistik, bersifat kapitalis, dan tidak tepat guna, dan
(d) perubahan sistem nilai budaya masyarakat dalam
memperlakukan keanekaragaman hayati sekitarnya.

Oleh karena itu, pengelolaan keanekaragaman hayati yang holistik,


berkelanjutan dan berkeadilan sosial bagi segenap warga masyarakat,
sungguh diperlukan untuk mempertahankan kelestarian keanekaragaman
hayati (Iskandar, 2011).

C. Dampak Kerusakan Lingkungan

Dampak kerusakan lingkungan terhadap makhluk hidup semakin


hari terus bertambah. Dampak tersebut berupa penyakit dan berbagai
macam permasalahan lain. Pembakaran bahan bakar minyak dan batubara
pada kendaraan bermotor dan industri menyebabkan naiknya kadar CO2 di
udara. Gas ini juga dihasilkan dari kebakaran hutan, yang akan berkumpul
di atmosfer bumi. Jika jumlahnya sangat banyak, gas CO2 akan
menghalangi pantulan panas dari bumi ke atmosfer sehingga panas akan
diserap dan dipantulkan kembali ke bumi. Akibatnya, suhu di Bumi
menjadi lebih panas. Keadaan ini disebut efek rumah kaca (green house
effect) atau lebih dikenal dengan pemanasan global. Akibat pemanasan
global ini, pola iklim dunia menjadi berubah. Permukaan laut menjadi naik

3
akibat mencairnya es di kutub sehingga pulau-pulau kecil menjadi
tenggelam.
Akibat pencemaran lingkungan adalah: (1) punahnya spesies, (2)
perkembangan hama yang cepat, (3) gangguan keseimbangan lingkungan,
(4) kesuburan berkurang (5) keracunan dan penyakit, (6) Pemekatan hayati
(7) terbentuknya lubang Ozon dan efek rumah kaca. Khusus untuk
pencemaran udara akan mengakibatkan terjadinya hujan asam. Jika hujan
asam terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanah, danau, atau
air sungai menjadi asam. Keadaan itu akan mengakibatkan tumbuhan dan
mikroorganisme yang hidup di dalamnya terganggu dan mati. Hal ini
tentunya akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan
kehidupan manusia (Irwanto, 2013).

D. Pandangan Islam Terhadap Konservasi Lingkungan

Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi
Muhammad SAW yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT (hablun
minallah), mengatur dirinya sendiri, mengatur hubungan antar manusia (hablun
minannas) dan mengatur hubungan dengan alam (hablun minal „alam).
Persepektif ini dibangun dari konsep tauhid dan ibadah. Konsep tauhid
memberikan cara pandang bahwa manusia, alam dan kehidupan diciptakan Allah
SWT dengan tujuan tertentu. Allah menciptakan manusia, alam, dan kehidupan
dalam suatu keseimbangan yang sinkron dan dinamis. Allah berfirman dalam al-
Qur‟an

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Q.S. Al Baqarah:
30).

Dalam kaitannya dengan penataan lingkungan, Islam memandang bahwa


sumber daya alam adalah suatu karunia besar yang tidak hanya dapat
dimanfaatkan tetapi juga harus dilestarikan agar dapat dimanfaatkan oleh generasi

4
sekarang dan generasi yang akan datang. Dalam kajian hukum Islam, menghuni
bumi dan mengelola kehidupan di bumi membutuhkan tiga muatan hukum.

Pertama, hukum rukun syari‟at yaitu ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul


yang secara jelas tertulis dalam al-Qur‟an dan hadis. Kedua, rukun hukum fikih,
yaitu hukum-hukum hasil pemahaman manusia terhadap al-Qur‟an dan hadis.
Ketiga adalah as-siyasah, yaitu at-tadbir (pengaturan). Bagaimana pengaturan
lingkungan hidup, bagaimana melestarikan alam. Berkaitan dengan rukun yang
kedua yakni rukun hukum fikih, terdapat sejumlah ayat al-Qur‟an dan hadis yang
terkait dengan lingkungan, misalnya tentang air, tanah, binatang dan
tumbuhtumbuhan, diantaranya adalah:

1) Q.S. Al-Hajj:65:

“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu


apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan
perintah-Nya. dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi,
melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (Q.S. al-Hajj:65).
2) Q.S. Al-Nur:43:

“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, Kemudian


mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, Kemudian menjadikannya
bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-
celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit,
(yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka
ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-
Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan
penglihatan”.
Adapun mengenai hadis Rasulullah SAW tentang peduli lingkungan
jumlah banyak sekali, diantaranya:

5
1) Larangan Menelantarkan Lahan

“Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata: Ada beberapa orang dari
kami mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan
sewakan tanah itu (untuk mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya,
seperempat dan seperdua. Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa ada
memiliki tanah, maka hendaklah ia tanami atau serahkan kepada
saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia enggan, hendaklah ia
memperhatikan sendiri memelihara tanah itu” (HR. Imam Bukhori
dalam kitab Al-Hibbah).

2) Penanaman pohon (reboisasi) adalah langkah terpuji

“Hadis dari Anas r.a. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:


Seseorang muslim tidaklah menanam sebatang pohon atau menabur benih
ke tanah, lalu datang burung atau manusia atau binatang memakan
sebagian daripadanya, melainkan apa yang dimakan itu merupakan
sedekahnya “ (HR. Imam Bukhari)

3) Larangan membunuh anak burung


Dari Ibnu Mas‟ud RA. berkata: Ketika kami bersama
Rasulullah SAW dalam bepergian dan Rasulullah sedang pergi
berhajat, kami melihat seekor burung yang mempunyai dua anak,
maka kami ambil kedua anaknya kemudian datanglah induknya
terbang diatas kami, maka datang Nabi SAW. dan bersabda:
Siapakah yang menyusahkan burung ini dengan mengambil
anaknya? Kembalikan kepadanya anaknya (Hadist Riwayat Abu
Dawud).
Dalam hal pengaturan lingkungan, para ulama juga
mempunyai tanggungjawab untuk menerangkan tentang
pengaturan ini kepada setiap umat dan masyarakat. Bahwa tugas
setiap pribadi dalam syari‟at Islam adalah menjaga dan memelihara

6
diri dan orang lain dari bahaya, sebagaimana sabda Nabi
SAW.,“Laa dharara wala dhirara” yang berarti jangan sampai kita
mendatangkan bahaya atau jangan sampai kita membiarkan orang
mendatangkan bahaya.

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam

1. Hima
Hima merupakan kawasan yang dilindungi untuk kemaslahatan
umum dan pengawetan habitat alami. Hima merupakan kawasan yang
khusus dilindungi oleh pemerintah atas dasar syariat guna melestarikan
(mengkonservasi) dan mengelola hutan dan semak belukar, daerah
aliran sungai (watersheds), dan kehidupan liar (wildlife). Istilah hima
diterjemahkan menjadi kawasan lindung (protected area), kawasan
konservasi: taman nasional, suaka alam, hutan lindung dan suaka
margasatwa (Onrizal, 2010).
Al-Mawardi dalam kitab Al Ahkaamus-sulthaaniyah menyebutkan
bahwa Rasulullah SAW pernah menetapkan suatu tempat seluas 6 mil
menjadi hima bagi kuda-kuda kaum muslimin dari kalangan Muhajirin
dan Anshar. Menurut al-Suyuti dan para ahli fikih, sebuah kawasan
dapat menjadi hima bila memenuhi empat syarat, yaitu: (1) ditentukan
berdasarkan keputusan pemerintah, (2) dibangun berdasarkan ajaran
Allah SWT untuk tujuan-tujuan yang berkaitan dengan kesejahteraan
umum, (3) tidak menimbulkan kesulitan bagi masyarakat sekitar, dan
(4) harus mewujudkan manfaat yang nyata bagi masyarakat.
Hima yang telah diakui oleh Food and Agriculture Organization
(FAO) memiliki ukuran berbeda-beda. Hima Al- Rabadha, yang
dibangun oleh Khalifah Umar ibn Khattab dan kemudian diperluas
oleh Khalifah Utsman, adalah salah satu hima terbesar yang
membentang dari Al-Rabadhah di barat Najd hingga ke daerah sekitar
kampung Dariyah. Pada tahun 1965 terdapat kurang lebih 3000 hima
di Arab Saudi. Sebagai peninggalan Islam, sampai sekarang banyak
hima di Arab Saudi yang masih memiliki keanekaragaman hayati dan
habitat-habitat biologi penting.

2. Iqta
Iqta merupakan lahan (garap) yang dipinjamkan oleh negara
kepada para investor atau pengembang dengan perjanjian kesanggupan
untuk mengadakan reklamasi (perbaikan lahan yang digarap). Oleh
karena itu, dalam menggarap iqta harus ada jaminan tanggung jawab
dan keuntungan baik untuk investor penggarap maupun untuk
masyarakat sekitarnya.

7
Lahan yang digunakan untuk iqta adalah lahan yang di dalamnya
tidak terdapat kepentingan umum, misalnya sumber daya air,
kepentingan ekosistem dan tidak menimbulkan masalah baru bagi
daerah sekitar pada masa penggarapan. Dalam kawasan tersebut tidak
boleh terdapat sumber daya mineral atau keuntungan umum lain yang
seharusnya dikuasai oleh pemerintah.

3. Harim
Harim merupakan zona dimana pembangunan terlarang dilakukan
atau sangat terbatas untuk mencegah terjadinya kerusakan atau
menurunnya manfaat dan sumber daya alam (Onrizal, 2010). Harim
dapat dimiliki atau dicadangkan oleh kelompok atau individu.
Biasanya harim terbentuk bersamaan dengan keberadaan ladang dan
persawahan, dan luas kawasan ini berbeda dengan keduanya. Di dalam
sebuah desa, harim dapat difungsikan untuk menggembalakan hewan
ternak atau mencari kayu bakar.
Unsur penting dalam harim adalah adanya kawasan yang masih asli
(belum dirambah) dan menjadi hak milik umum. Pemerintah dapat
mengadministrasikan atau melegalisasi kawasan ini untuk keperluan
bersama.

4. Ihya al-Mawat
Tanah sebagai unsur lingkungan paling mendasar mendapat
perhatian khusus dalam Islam. Menghidupkan (ihya) kawasan
mati/tidak produktif (al-mawat) merupakan anjuran kepada setiap
muslim supaya tidak ada kawasan yang terlantar. Menghidupkan di
sini termasuk juga menjaga dan memelihara kawasan tertentu untuk
kemaslahatan umum dan mencegah bencana. Semangat menghidupkan
lahan ini penting sebagai landasan untuk memakmurkan bumi.

E. Peranan Manusia Dalam Konservasi Lingkungan

Ada dua fungsi utama diciptakannya manusia, yakni untuk


beribadah seperti difirmankan Allah SWT dalam surat Adz-Dzariyat ayat
56 dan sebagai khalifah di muka bumi seperti yang tertera dalam surat Al-
Baqarah ayat 30. Fungsi kedua dari manusia yakni sebagai khalifah di
muka bumi artinya manusia bertugas mengelola semua yang ada dan telah
diciptakan Allah di muka bumi; hal ini erat kaitannya dengan alam sekitar.
Berkenaan dengan itu, beberapa kewajiban utama yang harus dilakukan
oleh manusia terhadap alam sekitar adalah sebagai berikut.

8
1. Membangun Rasa Cinta Terhadap Lingkungan
Manusia dalam dirinya mempunyai potensi untuk mencinta. Cinta
pada lingkungan hidup dengan segala makhluk didalamnya akan
menciptakan damai dan harmoni antara manusia dan alam lingkungannya.
Selanjutnya rasa cinta pada lingkungan hidup akan membawa kesadaran
mendalam bahwa dunia dan segala isinya termasuk manusia adalah satu,
dalam arti sama-sama memiliki peranan penting dalam tatanan dunia.
Interaksi setiap unsur atau komponen alam ini menyatu membentuk
keutuhan dunia.

2. Menanam dan Memelihara Pohon


Umat manusia diharapkan bersama-sama melestarikan pohon
bukan hanya dengan cara berbicara, tetapi lebih dengan tindakan kongkrit.
Setiap orang diharapkan mau dan penuh kesadaran untuk menanam dan
memelihara pohon atau jenis tanaman lain di segala tempat yang
memungkinkan. Sebagai analogi: Sebelum seseorang menebang sebatang
pohon dalam kebunnya, pertama-tama ia harus mempertimbangkan waktu
yang diperlukan untuk menanam pohon itu dan dampak sampingan
penebangan pohon itu. Tanpa ada pertimbangan, maka tidak sedikit
kerugian yang harus ditanggung oleh si pemilik kebun itu sendiri.

3. Mengelola sumber daya alam


Di alam semesta terdapat banyak sumber daya yang dapat diolah
dan didayagunakan oleh manusia, baik yang terdapat di daratan maupun di
lautan. Di antara sumber daya itu ada yang sudah ditemukan, diolah, dan
didayagunakan. Namun ada juga yang belum secara optimal terutama yang
berada di lautan. Sesungguhnya di lautan itu banyak terdapat sumber daya
apabila dikelola dan dibudidayakan dengan baik, namun tentu saja
memerlukan sarana, prasarana dan fasilitas yang lebih canggih.

4. Tidak merusak lingkungan


Manusia telah diserahi tugas oleh Allah untuk mengolah dan
mengelola semua sumber daya yang terdapat di alam ini; bukan hanya
yang terdapat di muka bumi ini tetapi juga yang berada di planet lain
apabila ternyata ada. Penggalan firman Allah dalam Q.S. Al-Qashash:77
“…….. dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan”.

5. Membiasakan diri ramah lingkungan


Pandangan hidup ini mencerminkan pandangan yang holistis
terhadap kehidupan kita, yaitu bahwa manusia adalah bagian dari

9
lingkungan tempat hidupnya. Oleh karenanya, keselamatan dan
kesejahteraan manusia tergantung dari kebiasaan membangun pola
keutuhan ekosistem tempat hidupnya. Jika terjadi kerusakan pada
ekosistemnya, manusia akan menderita. Karena itu kebiasaan ramah
lingkungan merupakan modal dasar untuk mencapai tujuan keseimbangan
alam dan lingkungan.
Islam adalah agama yang sangat perduli terhadap lingkungan
hidup, hal ini bisa dilihat dari banyaknya ayat al-Quran dan hadis
Rasulullah SAW yang memerintahkan kita untuk menjaga dan mencintai
bumi beserta segala isinya demi keberlangsungan hidup umat manusia.
Jika kita berbuat kerusakan di atas muka bumi, niscaya bencana akan
dating menghampiri kita sebagaiman firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-
Ruum: 41-42.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Malang. 2014.


“Pendidikan Islam Transformatif Membentuk Pribadi Berkarakter”.
Malang:Dream Litera.

10

Anda mungkin juga menyukai