0
Fikih ekologi merupakan tema yang membahas tentang konsep konservasi
lingkungan, faktor dan dampak dari kerusakan lingkungan, pandangan Islam
terhadap konservasi lingkungan, dan peranan manusia dalam konservasi
lingkungan. Sebagai anggota masyarakat perlu menyadari bahwa membuang satu
sampah di jalanan atau di sembarang tempat merupakan perbuatan dosa yang akan
membawa dampak negatif bagi masyarakat sekarang dan generasi yang akan
datang. Berjualan di atas trotoar itu termasuk mengambil hak para pejalan kaki
yang diharamkan agama (Al Fikri, 2007).
1
dan mempertahankan produktifitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari,
dan menerapkan pola tanam yang dapat mengurangi erosi. Upaya yang bisa
dilakukan dalam konservasi DAS antara lain melalui pengendalian pencemaran
air, limbah rumah tangga, limbah industri,dan lain- lain. Untuk konservasi daerah
pesisir dan laut, upaya yang diperlukan antara lain adanya penetapan kawasan
lindung, kawasan budidaya yaitu kawasan pesisir yang diperuntukkan bagi usaha
budidaya baik berupa perikanan, tambak, atau flora fauna. Contoh upaya
konservasi hutan adalah menjamin pemanfaatan kayu dari hutan dan reboisasi.
Adapun contoh upaya konservasi tipe ekosistem adalah kegiatan pelestarian
tumbuhan dan hewan (Anonim, 2009).
Ada dua faktor penyebab kerusakan lingkungan yaitu faktor manusia dan
proses alam. Faktor manusia merupakan penyebab utama kerusakan yang terjadi
di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Rum:41:
1. Faktor Manusia
Kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia jauh lebih besar
dibandingkan dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh proses
alam. Kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia terjadi dalam
berbagai bentuk, seperti: pencemaran, pengerukan, dan penebangan hutan.
Kedudukan manusia dan alam semesta adalah setara di hadapan Allah
(Shihab, 1995:233-234). Q.S. Al-A‟raaf:56 menyebutkan:
2
Beberapa bentuk kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia,
antara lain: kerusakan lingkungan akibat limbah, penebangan hutan, dan
penambangan, penebangan hutan untuk keperluan industri, lahan
pertanian, dan kebutuhan lainnya telah menimbulkan kerusakan
lingkungan yang luar biasa, diantaranya: timbulnya lahan kritis, ancaman
terhadap kehidupan flora dan fauna dan menyebabkan kekeringan. Selain
itu, penebangan hutan secara liar juga dapat mengubah permukaan bumi.
2. Faktor Alam
Kerusakan lingkungan yang disebabkan faktor alam pada
umumnya merupakan bencana alam seperti letusan gunung berapi, banjir,
angin puting beliung, gempa bumi, tsunami, dan sebagainya. Ada
beberapa faktor lain penyebab kerusakan lingkungan, antara lain
(a) pertambahan penduduk yang pesat, sehingga memacu
timbulnya eksploitasi terhadap sumberdaya alam hayati yang
berlebihan,
(b) perkembangan teknologi yang pesat, sehingga mempermudah
eksploitasi keanekaragaman hayati,
(c) kebijakan dan pengelolaan keanekaragaman hayati yang sangat
sentralistik, bersifat kapitalis, dan tidak tepat guna, dan
(d) perubahan sistem nilai budaya masyarakat dalam
memperlakukan keanekaragaman hayati sekitarnya.
3
akibat mencairnya es di kutub sehingga pulau-pulau kecil menjadi
tenggelam.
Akibat pencemaran lingkungan adalah: (1) punahnya spesies, (2)
perkembangan hama yang cepat, (3) gangguan keseimbangan lingkungan,
(4) kesuburan berkurang (5) keracunan dan penyakit, (6) Pemekatan hayati
(7) terbentuknya lubang Ozon dan efek rumah kaca. Khusus untuk
pencemaran udara akan mengakibatkan terjadinya hujan asam. Jika hujan
asam terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanah, danau, atau
air sungai menjadi asam. Keadaan itu akan mengakibatkan tumbuhan dan
mikroorganisme yang hidup di dalamnya terganggu dan mati. Hal ini
tentunya akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan
kehidupan manusia (Irwanto, 2013).
Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi
Muhammad SAW yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT (hablun
minallah), mengatur dirinya sendiri, mengatur hubungan antar manusia (hablun
minannas) dan mengatur hubungan dengan alam (hablun minal „alam).
Persepektif ini dibangun dari konsep tauhid dan ibadah. Konsep tauhid
memberikan cara pandang bahwa manusia, alam dan kehidupan diciptakan Allah
SWT dengan tujuan tertentu. Allah menciptakan manusia, alam, dan kehidupan
dalam suatu keseimbangan yang sinkron dan dinamis. Allah berfirman dalam al-
Qur‟an
4
sekarang dan generasi yang akan datang. Dalam kajian hukum Islam, menghuni
bumi dan mengelola kehidupan di bumi membutuhkan tiga muatan hukum.
1) Q.S. Al-Hajj:65:
5
1) Larangan Menelantarkan Lahan
“Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata: Ada beberapa orang dari
kami mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan
sewakan tanah itu (untuk mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya,
seperempat dan seperdua. Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa ada
memiliki tanah, maka hendaklah ia tanami atau serahkan kepada
saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia enggan, hendaklah ia
memperhatikan sendiri memelihara tanah itu” (HR. Imam Bukhori
dalam kitab Al-Hibbah).
6
diri dan orang lain dari bahaya, sebagaimana sabda Nabi
SAW.,“Laa dharara wala dhirara” yang berarti jangan sampai kita
mendatangkan bahaya atau jangan sampai kita membiarkan orang
mendatangkan bahaya.
1. Hima
Hima merupakan kawasan yang dilindungi untuk kemaslahatan
umum dan pengawetan habitat alami. Hima merupakan kawasan yang
khusus dilindungi oleh pemerintah atas dasar syariat guna melestarikan
(mengkonservasi) dan mengelola hutan dan semak belukar, daerah
aliran sungai (watersheds), dan kehidupan liar (wildlife). Istilah hima
diterjemahkan menjadi kawasan lindung (protected area), kawasan
konservasi: taman nasional, suaka alam, hutan lindung dan suaka
margasatwa (Onrizal, 2010).
Al-Mawardi dalam kitab Al Ahkaamus-sulthaaniyah menyebutkan
bahwa Rasulullah SAW pernah menetapkan suatu tempat seluas 6 mil
menjadi hima bagi kuda-kuda kaum muslimin dari kalangan Muhajirin
dan Anshar. Menurut al-Suyuti dan para ahli fikih, sebuah kawasan
dapat menjadi hima bila memenuhi empat syarat, yaitu: (1) ditentukan
berdasarkan keputusan pemerintah, (2) dibangun berdasarkan ajaran
Allah SWT untuk tujuan-tujuan yang berkaitan dengan kesejahteraan
umum, (3) tidak menimbulkan kesulitan bagi masyarakat sekitar, dan
(4) harus mewujudkan manfaat yang nyata bagi masyarakat.
Hima yang telah diakui oleh Food and Agriculture Organization
(FAO) memiliki ukuran berbeda-beda. Hima Al- Rabadha, yang
dibangun oleh Khalifah Umar ibn Khattab dan kemudian diperluas
oleh Khalifah Utsman, adalah salah satu hima terbesar yang
membentang dari Al-Rabadhah di barat Najd hingga ke daerah sekitar
kampung Dariyah. Pada tahun 1965 terdapat kurang lebih 3000 hima
di Arab Saudi. Sebagai peninggalan Islam, sampai sekarang banyak
hima di Arab Saudi yang masih memiliki keanekaragaman hayati dan
habitat-habitat biologi penting.
2. Iqta
Iqta merupakan lahan (garap) yang dipinjamkan oleh negara
kepada para investor atau pengembang dengan perjanjian kesanggupan
untuk mengadakan reklamasi (perbaikan lahan yang digarap). Oleh
karena itu, dalam menggarap iqta harus ada jaminan tanggung jawab
dan keuntungan baik untuk investor penggarap maupun untuk
masyarakat sekitarnya.
7
Lahan yang digunakan untuk iqta adalah lahan yang di dalamnya
tidak terdapat kepentingan umum, misalnya sumber daya air,
kepentingan ekosistem dan tidak menimbulkan masalah baru bagi
daerah sekitar pada masa penggarapan. Dalam kawasan tersebut tidak
boleh terdapat sumber daya mineral atau keuntungan umum lain yang
seharusnya dikuasai oleh pemerintah.
3. Harim
Harim merupakan zona dimana pembangunan terlarang dilakukan
atau sangat terbatas untuk mencegah terjadinya kerusakan atau
menurunnya manfaat dan sumber daya alam (Onrizal, 2010). Harim
dapat dimiliki atau dicadangkan oleh kelompok atau individu.
Biasanya harim terbentuk bersamaan dengan keberadaan ladang dan
persawahan, dan luas kawasan ini berbeda dengan keduanya. Di dalam
sebuah desa, harim dapat difungsikan untuk menggembalakan hewan
ternak atau mencari kayu bakar.
Unsur penting dalam harim adalah adanya kawasan yang masih asli
(belum dirambah) dan menjadi hak milik umum. Pemerintah dapat
mengadministrasikan atau melegalisasi kawasan ini untuk keperluan
bersama.
4. Ihya al-Mawat
Tanah sebagai unsur lingkungan paling mendasar mendapat
perhatian khusus dalam Islam. Menghidupkan (ihya) kawasan
mati/tidak produktif (al-mawat) merupakan anjuran kepada setiap
muslim supaya tidak ada kawasan yang terlantar. Menghidupkan di
sini termasuk juga menjaga dan memelihara kawasan tertentu untuk
kemaslahatan umum dan mencegah bencana. Semangat menghidupkan
lahan ini penting sebagai landasan untuk memakmurkan bumi.
8
1. Membangun Rasa Cinta Terhadap Lingkungan
Manusia dalam dirinya mempunyai potensi untuk mencinta. Cinta
pada lingkungan hidup dengan segala makhluk didalamnya akan
menciptakan damai dan harmoni antara manusia dan alam lingkungannya.
Selanjutnya rasa cinta pada lingkungan hidup akan membawa kesadaran
mendalam bahwa dunia dan segala isinya termasuk manusia adalah satu,
dalam arti sama-sama memiliki peranan penting dalam tatanan dunia.
Interaksi setiap unsur atau komponen alam ini menyatu membentuk
keutuhan dunia.
9
lingkungan tempat hidupnya. Oleh karenanya, keselamatan dan
kesejahteraan manusia tergantung dari kebiasaan membangun pola
keutuhan ekosistem tempat hidupnya. Jika terjadi kerusakan pada
ekosistemnya, manusia akan menderita. Karena itu kebiasaan ramah
lingkungan merupakan modal dasar untuk mencapai tujuan keseimbangan
alam dan lingkungan.
Islam adalah agama yang sangat perduli terhadap lingkungan
hidup, hal ini bisa dilihat dari banyaknya ayat al-Quran dan hadis
Rasulullah SAW yang memerintahkan kita untuk menjaga dan mencintai
bumi beserta segala isinya demi keberlangsungan hidup umat manusia.
Jika kita berbuat kerusakan di atas muka bumi, niscaya bencana akan
dating menghampiri kita sebagaiman firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-
Ruum: 41-42.
DAFTAR PUSTAKA
10