Tafsir Akhlak
Dosen pengampu :
Disusun Oleh :
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Akhlak dalam Bekerja
(Bertanggung Jawab, Optimis, Komitmen Kebenaran)” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Moh. Misbakhul Khoir,
M.Th. pada matkulTafsirAkhlak. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna, namun
kami telah berusaha semaksimal mungkin agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan khususnya kepada para pembaca, Kritik dan saran,
serta masukan yang membangun akan kami terima untuk perbaikan makalah yang akan penulis
susun selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................4
C. TUJUAN MAKALAH...........................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................6
A. Penjelasan Konseptual Seputar Akhlak Dalam Bekerja .........................................................6
D. Tafsir Ayat-Ayat Tanggung Jawab.........................................................................................7
E. Tafsir Ayat-Ayat Optimisme..................................................................................................8
F. Tafsir Ayat-Ayat Komitmen Kebenaran.................................................................................8
BAB III......................................................................................................................................................19
KESIMPULAN.........................................................................................................................................19
SARAN.....................................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak adalah suatu perbuatan yang dilakukan seseorang dengan spontanitas atau
tanpa berpikir terlebih dahulu. Sifat ini telah ada dalam diri seseorang dan telah melekat
pada diri seseorang.Akhlak dibagi menjadi dua yaitu, akhlak terpuji atau akhlak
mahmudah dan akhlak tercela atau akhlak mazmumah.
Rasulullah SAW. diutus oleh AllahSWT untuk menyempurnakan akhlak manusia,
karena akhlak sangat penting dalam kehidupan manusia, sangat penting dalam hidup
bersosial. Pada makalah ini akan menjelaskan konseptual akhlak dalam bekerja, karena
dalam bekerja baik buruknya akhlak sangat berpengaruh untuk menjalin keharmonisan
antar rekan kerja. Tidak hanya konseptual akhlak dalam bekerja, makalah ini juga
menerangkan tafsir ayat-ayat Al-Quran mengenai tanggungjawab, optimisme, dan
komitmen kebenaran.
A. Rumusan masalah
1. Bagaimana Konseptual akhlak dalam bekerja?
2. Bagaimana tafsirayat-ayat tentang tanggung jawab?
3. Bagaimana tafsir ayat-ayat tentang optimisme?
4. Bagaimana tafsir ayat-ayat tentang komitmen kebenaran?
B. Tujuan makalah
1. Mengetaui Konseptual akhlak dalam bekerja
2. Mengetahui tafsir ayat-ayat tentang tanggung jawab
3. Mengetahui tafsir ayat-ayat tentang optimisme
4. Mengetahui tafsir ayat-ayat tentang komitmen kebenaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konseptual Akhlak dalam bekerja
Bekerja adalah salah satu perbuatan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari, dan sangat penting bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Mengingat begitu
pentingnya masalah bekerja dalam kehidupan maka Islam memberikan perhatian khusus
kepada umat manusia untuk bekerja. Bahkan bekerja sering dikaitkan dengan masalah
keimanan.
Dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 105 yang artinya ”Bekerjalah kamu, maka
Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan mu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Dalam hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam bekerja dikaitkan dengan
keimanan seseorang. dalam bekerja banyak godaan-godaan syetan untuk berbuat
kejahatan di sini lah tingkat keimanan seseorang dipertimbangkan. Terdapat dalam Al-
Quran Surat Al-Insyiqaq ayat 7 yang artinya ”Sesungguhnya kamu telah bekerja dengan
sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.”
Bekerja di dunia merupakan jembatan menuju akhirat. Cara kerja kita harus dengan
dilandasi akhlak yang baik. Beberapa akhlak terpuji yang yang dapat kita amalkan dalam
bekerja antara lain; Bertanggung Jawab, optimism, dan komitmen dalam kebenaran.
A. Bertanggung Jawab
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalua terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya. Menurut Thomas Lickona
(2012:73) Tanggung jawab adalah melaksanakan sebuah pekerjaan atau
kewajiban dalam keluarga, di sekolah, maupun di tempat bekerja dengan sepenuh
hati dan memberikanyang terbaik. Dalam pengertian di atas tanggung jawab
sangatlah penting dalam dunia bekerja, karena seseorang yang memiliki tanggung
jawab yang besar dia akan melakukan pekerjaan tersebut dengan ikhlas dan
memberikan yang terbaik atas pekerjaannya.
B. Optimisme
Optimisme (Sikap Optimis) merupakan keyakinan diri dan salah satu sikap baik
yang dianjurkan dalam Islam. Dengan sikap optimistis, seseorang akan
bersemangat dalam menjalani kehidupan, baik demi kehidupan di dunia maupun
kehidupan di akhirat kelak.
Optimisme merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap manusia, khususnya
seorang Muslim. Karena dengan optimistis, seorang Muslim akan selalu berusaha
semaksimal mungkin mencapai cita-cita dengan penuh keikhlasan karena Allah.
Dalil Naqli (Hadis)
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pun dalam hal ini juga pernah bersabda:
كَ يف َوفِي ُكلٍّ َخ ْي ٌر احْ ِرصْ َعلَى َما يَ ْنفَ ُع ِ ض ِع َّ ْال ُم ْؤ ِمنُ ْالقَ ِويُّ خَ ْي ٌر َوأَ َحبُّ إِلَى هَّللا ِ ِم ْن ْال ُم ْؤ ِم ِن ال
ُ ك َش ْي ٌء فَاَل تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَ َع ْل
ِ ت َكانَ َك َذا َو َك َذا َولَ ِك ْن قُلْ قَ َد ُر هَّللا َ َصاب َ ََوا ْستَ ِع ْن بِاهَّلل ِ َواَل تَ ْع َج ْز َوإِ ْن أ
ِ َال َّش ْيط
ان َع َم َل تَ ْفتَ ُح ْلَو فَإِ َّن فَ َع َل َشا َء َو َما “
Mukmin (orang yang beriman) yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
daripada orang mukmin yang lemah. Pada diri masing-masing memang terdapat
kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu,
mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu menjadi orang yang
lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu
mengatakan; ‘Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan
menjadi begini dan begitu’. Tetapi katakanlah; ‘lni sudah takdir Allah dan apa
yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya
ungkapan kata ‘lau’ (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan setan.”
(Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Shahîh Muslim,
juz VIII, hal. 56, hadits no. 6945).
Dari ayat dan hadis tersebut di atas, kita harus yakin, mantap, dan tidak ragu atau
bimbang jika memunyai keinginan yang kuat untuk melaksanakan segala cita-cita
yang sesuai dengan jalan-Nya. Allah tidak menyukai orang-orang yang berputus
asa atau lemah, karena sikap yang demikian itu berpeluang untuk “membuka
pintu bujuk rayus etan.”
Akan tetapi, harus juga diingat, bahwa (sikap) optimistis tanpa perhitungan dan
pertimbangan yang tepat, juga merupakan sebuah ‘kekonyolan’ (sesuatu yang
tidak dapat dibenarkan), yang dalam beberapa hal sangat dibenci oleh Allah.
Tetapi, pada prinsipnya, sikap pesimistis merupakan halangan utama bagi
seseorang untuk menerima tantangan. Orang yang (bersikap) pesimistis hampir
bisa dipastikan selalu merasa bahwa hidupnya penuh dengan kesulitan. Ia selalu
merasa berada dalam ketidakberdayaan dalam menghadapi masa depan, Dan
sikap seperti inilah sangat dibenci oleh Allah.
Ketika kita sudah yakin, bahwa apa yang kita perjuangkan dalam hidup ini adalah
‘benar’, maka kita tak boleh surut untuk memerjuangkannya sampai titik darah
penghabisan. Dan, sebagai seorang yang mengaku beriman, kita tak boleh sekejap
pun merasa bimbang dan ragu untuk berusaha meraihnya.
Akan tetapi, harus juga diingat, bahwa (sikap) optimistis tanpa perhitungan dan
pertimbangan yang tepat, juga merupakan sebuah ‘kekonyolan’ (sesuatu yang
tidak dapat dibenarkan), yang dalam beberapa hal sangat dibenci oleh Allah.
Tetapi, pada prinsipnya, sikap pesimistis merupakan halangan utama bagi
seseorang untuk menerima tantangan. Orang yang (bersikap) pesimistis hampir
bisa dipastikan selalu merasa bahwa hidupnya penuh dengan kesulitan. Ia selalu
merasa berada dalam ketidakberdayaan dalam menghadapi masa depan, Dan
sikap seperti inilah sangat dibenci oleh Allah.
Ketika kita sudah yakin, bahwa apa yang kita perjuangkan dalam hidup ini adalah
‘benar’, maka kita tak boleh surut untuk memerjuangkannya sampai titik darah
penghabisan. Dan, sebagai seorang yang mengaku beriman, kita tak boleh sekejap
pun merasa bimbang dan ragu untuk berusaha meraihnya.
Allah subhanahu wa ta’ala Berfirman menghibur hati kaum mukmin: Janganlah kalian
bersikap lemah. Yakni janganlah kalian menjadi lemah dan patah semangat karena apa yang
baru kalian alami. …dan jangan (pula) kalian bersedih hati, padahal kalianlah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika kalian orang-orang yang beriman.
Maksudnya, akibat yang terpuji dan kemenangan pada akhirnya akan kalian peroleh, wahai
orang-orang mukmin.
Janganlah kalian -wahai orang-orang mukmin- menjadi lemah dan bersedih hati atas apa
yang menimpa kalian dalam perang Uhud. Tidak sepatutnya kalian bersikap seperti itu.
Karena kalian adalah orang-orang yang paling mulia dengan keimanan kalian, dan paling
terhormat dengan adanya bantuan Allah dan harapan akan datangnya pertolongan dari-Nya,
jika kalian beriman kepada Allah dan percaya akan janji-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang
bertakwa.
1
https://tafsirweb.com/11574-quran-surat-al-muddatstsir-ayat-38.html
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI
2
https://tafsirweb.com/1271-quran-surat-ali-imran-ayat-139.html
dan akal sehat. Mereka yang menyeru kepada kebaikan itu samua merekalah orang-orang
yang beruntung yang akan mendapatkan ridho Allah dan surga-Nya
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI
Pada ayat ini Allah memerintahkan orang mukmin agar mengajak manusia kepada
kebaikan, menyuruh perbuatan makruf, dan mencegah perbuatan mungkar. Dan
hendaklah di antara kamu, orang mukmin, ada segolongan orang yang secara terus-
menerus menyeru kepada kebajikan yaitu petunjuk-petunjuk Allah, menyuruh (berbuat)
yang makruf yaitu akhlak, perilaku dan nilai-nilai luhur dan adat istiadat yang
berkembang di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, dan
mencegah dari yang mungkar, yaitu sesuatu yang dipandang buruk dan diingkari oleh
akal sehat. Sungguh mereka yang menjalankan ketiga hal tersebut mempunyai kedudukan
tinggi di hadapan Allah dan mereka itulah orang-orang yang beruntung karena
mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Dan janganlah kamu, wahai orang
mukmin, menjadi seperti orangorang yang berkelompok-kelompok, seperti orang yahudi
dan nasrani yang bercerai berai dan berselisih dalam urusan agama dan kemaslahatan
umat, karena masing-masing mengutamakan kepentingan kelompoknya. Betapa buruk
apa yang terjadi pada mereka, karena berselisih secara sadar dan sengaja setelah sampai
kepada mereka keterangan yang jelas, yaitu diutusnya para rasul dan diturunkannya
kitab-kitab. Mereka yang berkelompok dan berselisih itulah orang-orang yang celaka dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat kelak di hari kiamat.3
BAB III
3
https://tafsirweb.com/1236-quran-surat-ali-imran-ayat-104.html
A. Kesimpulan
Bekerja adalah salah satu perbuatan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari, dan sangat penting bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Mengingat begitu
pentingnya masalah bekerja dalam kehidupan maka Islam memberikan perhatian khusus
kepada umat manusia untuk bekerja. Beberapa akhlak terpuji yang yang dapat kita
amalkan dalam bekerja antara lain:
Tanggung jawab adalah melaksanakan sebuah pekerjaan atau kewajiban dalam
keluarga, di sekolah, maupun di tempat bekerja dengan sepenuh hati dan
memberikanyang terbaik.
Optimisme (Sikap Optimis) merupakan keyakinan diri dan salah satu sikap baik
yang dianjurkan dalam Islam. Dengan sikap optimistis, seseorang akan
bersemangat dalam menjalani kehidupan, baik demi kehidupan di dunia maupun
kehidupan di akhirat kelak.
komitmen merupakan bentuk dedikasi atau kewajiban yang mengikat kepada
orang lain, hal tertentu, atau tindakan tertentu.
B. Saran
Dalam penuyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan maasih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengarapkan
kritik dan saran yang membangun tentang pembahasan makalah diatas, agar kedepannya
penulis bisa memperbaiki makalah tentang pembahasan seperti di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Sholih, Muhammad Da’i. 2017. ”Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab Menurut Al-Quran
Surah Luqman Ayat 16”. Skripsi. FTIK, PAI, IAIN Salatiga.
http://dbmtr.jabarprov.go.id
https://tafsirweb.com/11574-quran-surat-al-muddatstsir-ayat-38.html
https://tafsirweb.com/1271-quran-surat-ali-imran-ayat-139.html
https://tafsirweb.com/1236-quran-surat-ali-imran-ayat-104.html