Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

Tafsir Akhlak

“ Akhlak dalam Bekerja

(Bertanggung Jawab, Optimis, Komitmen Kebenaran) ‘’

Dosen pengampu :

Moh. Misbakhul Khoir, M.Th.I

Disusun Oleh :

1. Marina Febri Utami(933601420)


2. Rohim Abdul Karim (933601120)
3. Zumrotul Lailiyah (933601320)

PRODI TASAWUF DAN PSIKOTERAPI

FAKULTAS USHULUUDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Akhlak dalam Bekerja
(Bertanggung Jawab, Optimis, Komitmen Kebenaran)” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Moh. Misbakhul Khoir,
M.Th. pada matkulTafsirAkhlak. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna, namun
kami telah berusaha semaksimal mungkin agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan khususnya kepada para pembaca, Kritik dan saran,
serta masukan yang membangun akan kami terima untuk perbaikan makalah yang akan penulis
susun selanjutnya.

Kediri, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................4
C. TUJUAN MAKALAH...........................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................6
A. Penjelasan Konseptual Seputar Akhlak Dalam Bekerja .........................................................6
D. Tafsir Ayat-Ayat Tanggung Jawab.........................................................................................7
E. Tafsir Ayat-Ayat Optimisme..................................................................................................8
F. Tafsir Ayat-Ayat Komitmen Kebenaran.................................................................................8
BAB III......................................................................................................................................................19
KESIMPULAN.........................................................................................................................................19
SARAN.....................................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak adalah suatu perbuatan yang dilakukan seseorang dengan spontanitas atau
tanpa berpikir terlebih dahulu. Sifat ini telah ada dalam diri seseorang dan telah melekat
pada diri seseorang.Akhlak dibagi menjadi dua yaitu, akhlak terpuji atau akhlak
mahmudah dan akhlak tercela atau akhlak mazmumah.
Rasulullah SAW. diutus oleh AllahSWT untuk menyempurnakan akhlak manusia,
karena akhlak sangat penting dalam kehidupan manusia, sangat penting dalam hidup
bersosial. Pada makalah ini akan menjelaskan konseptual akhlak dalam bekerja, karena
dalam bekerja baik buruknya akhlak sangat berpengaruh untuk menjalin keharmonisan
antar rekan kerja. Tidak hanya konseptual akhlak dalam bekerja, makalah ini juga
menerangkan tafsir ayat-ayat Al-Quran mengenai tanggungjawab, optimisme, dan
komitmen kebenaran.
A. Rumusan masalah
1. Bagaimana Konseptual akhlak dalam bekerja?
2. Bagaimana tafsirayat-ayat tentang tanggung jawab?
3. Bagaimana tafsir ayat-ayat tentang optimisme?
4. Bagaimana tafsir ayat-ayat tentang komitmen kebenaran?
B. Tujuan makalah
1. Mengetaui Konseptual akhlak dalam bekerja
2. Mengetahui tafsir ayat-ayat tentang tanggung jawab
3. Mengetahui tafsir ayat-ayat tentang optimisme
4. Mengetahui tafsir ayat-ayat tentang komitmen kebenaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konseptual Akhlak dalam bekerja
Bekerja adalah salah satu perbuatan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari, dan sangat penting bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Mengingat begitu
pentingnya masalah bekerja dalam kehidupan maka Islam memberikan perhatian khusus
kepada umat manusia untuk bekerja. Bahkan bekerja sering dikaitkan dengan masalah
keimanan.
Dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 105 yang artinya ”Bekerjalah kamu, maka
Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan mu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Dalam hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam bekerja dikaitkan dengan
keimanan seseorang. dalam bekerja banyak godaan-godaan syetan untuk berbuat
kejahatan di sini lah tingkat keimanan seseorang dipertimbangkan. Terdapat dalam Al-
Quran Surat Al-Insyiqaq ayat 7 yang artinya ”Sesungguhnya kamu telah bekerja dengan
sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.”
Bekerja di dunia merupakan jembatan menuju akhirat. Cara kerja kita harus dengan
dilandasi akhlak yang baik. Beberapa akhlak terpuji yang yang dapat kita amalkan dalam
bekerja antara lain; Bertanggung Jawab, optimism, dan komitmen dalam kebenaran.
A. Bertanggung Jawab
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalua terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya. Menurut Thomas Lickona
(2012:73) Tanggung jawab adalah melaksanakan sebuah pekerjaan atau
kewajiban dalam keluarga, di sekolah, maupun di tempat bekerja dengan sepenuh
hati dan memberikanyang terbaik. Dalam pengertian di atas tanggung jawab
sangatlah penting dalam dunia bekerja, karena seseorang yang memiliki tanggung
jawab yang besar dia akan melakukan pekerjaan tersebut dengan ikhlas dan
memberikan yang terbaik atas pekerjaannya.
B. Optimisme

Optimisme (Sikap Optimis) merupakan keyakinan diri dan salah satu sikap baik
yang dianjurkan dalam Islam. Dengan sikap optimistis, seseorang akan
bersemangat dalam menjalani kehidupan, baik demi kehidupan di dunia maupun
kehidupan di akhirat kelak.
Optimisme merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap manusia, khususnya
seorang Muslim. Karena dengan optimistis, seorang Muslim akan selalu berusaha
semaksimal mungkin mencapai cita-cita dengan penuh keikhlasan karena Allah.
Dalil Naqli (Hadis)
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pun dalam hal ini juga pernah bersabda:

‫ك‬َ ‫يف َوفِي ُكلٍّ َخ ْي ٌر احْ ِرصْ َعلَى َما يَ ْنفَ ُع‬ ِ ‫ض ِع‬ َّ ‫ْال ُم ْؤ ِمنُ ْالقَ ِويُّ خَ ْي ٌر َوأَ َحبُّ إِلَى هَّللا ِ ِم ْن ْال ُم ْؤ ِم ِن ال‬
ُ ‫ك َش ْي ٌء فَاَل تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَ َع ْل‬
ِ ‫ت َكانَ َك َذا َو َك َذا َولَ ِك ْن قُلْ قَ َد ُر هَّللا‬ َ َ‫صاب‬ َ َ‫َوا ْستَ ِع ْن بِاهَّلل ِ َواَل تَ ْع َج ْز َوإِ ْن أ‬
ِ َ‫ال َّش ْيط‬
‫ان‬ ‫َع َم َل‬ ‫تَ ْفتَ ُح‬ ْ‫لَو‬ ‫فَإِ َّن‬ ‫فَ َع َل‬ ‫َشا َء‬ ‫َو َما‬ “
Mukmin (orang yang beriman) yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
daripada orang mukmin yang lemah. Pada diri masing-masing memang terdapat
kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu,
mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu menjadi orang yang
lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu
mengatakan; ‘Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan
menjadi begini dan begitu’. Tetapi katakanlah; ‘lni sudah takdir Allah dan apa
yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya
ungkapan kata ‘lau’ (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan setan.”
(Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Shahîh Muslim,
juz VIII, hal. 56, hadits no. 6945).

Dari ayat dan hadis tersebut di atas, kita harus yakin, mantap, dan tidak ragu atau
bimbang jika memunyai keinginan yang kuat untuk melaksanakan segala cita-cita
yang sesuai dengan jalan-Nya. Allah tidak menyukai orang-orang yang berputus
asa atau lemah, karena sikap yang demikian itu berpeluang untuk “membuka
pintu bujuk rayus etan.”
Akan tetapi, harus juga diingat, bahwa (sikap) optimistis tanpa perhitungan dan
pertimbangan yang tepat, juga merupakan sebuah ‘kekonyolan’ (sesuatu yang
tidak dapat dibenarkan), yang dalam beberapa hal sangat dibenci oleh Allah.
Tetapi, pada prinsipnya, sikap pesimistis merupakan halangan utama bagi
seseorang untuk menerima tantangan. Orang yang (bersikap) pesimistis hampir
bisa dipastikan selalu merasa bahwa hidupnya penuh dengan kesulitan. Ia selalu
merasa berada dalam ketidakberdayaan dalam menghadapi masa depan, Dan
sikap seperti inilah sangat dibenci oleh Allah.
Ketika kita sudah yakin, bahwa apa yang kita perjuangkan dalam hidup ini adalah
‘benar’, maka kita tak boleh surut untuk memerjuangkannya sampai titik darah
penghabisan. Dan, sebagai seorang yang mengaku beriman, kita tak boleh sekejap
pun merasa bimbang dan ragu untuk berusaha meraihnya.
Akan tetapi, harus juga diingat, bahwa (sikap) optimistis tanpa perhitungan dan
pertimbangan yang tepat, juga merupakan sebuah ‘kekonyolan’ (sesuatu yang
tidak dapat dibenarkan), yang dalam beberapa hal sangat dibenci oleh Allah.
Tetapi, pada prinsipnya, sikap pesimistis merupakan halangan utama bagi
seseorang untuk menerima tantangan. Orang yang (bersikap) pesimistis hampir
bisa dipastikan selalu merasa bahwa hidupnya penuh dengan kesulitan. Ia selalu
merasa berada dalam ketidakberdayaan dalam menghadapi masa depan, Dan
sikap seperti inilah sangat dibenci oleh Allah.

Ketika kita sudah yakin, bahwa apa yang kita perjuangkan dalam hidup ini adalah
‘benar’, maka kita tak boleh surut untuk memerjuangkannya sampai titik darah
penghabisan. Dan, sebagai seorang yang mengaku beriman, kita tak boleh sekejap
pun merasa bimbang dan ragu untuk berusaha meraihnya.

C. Komitmen Dalam Kebenaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komitmen adalah


tindakan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, komitmen merupakan
bentuk dedikasi atau kewajiban yang mengikat kepada orang lain, hal tertentu,
atau tindakan tertentu.
Lima komitmen seorang muslim
1. Mengimani atau meyakini Islam
2. Mempelajari Islam
3. Mengamalkan ilmu yang kita punya
4. Dakwah berdakwahlah demi Agama Islam.
5. Sabar merupakan kata yang sering kali diucapkan oleh lisan. orang yang memiliki
sifat sabar akan memperoleh ketenangan, ketentraman, dan kelapangan hati. Sabar
memang bukanlah suatu perkara mudah yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, namun tidak pula mustahil seseorang memiliki sifat penyabar.
Jaga Komitmen Diri dan Jangan Banyak Tanya Akhir zaman pastilah
datang, dan kita semua umat manusia tentu tidak tahu kapan pastinya. Tapi
Rasulullah saw. sudah mewanti-wanti ummatnya untuk senantiasa melakukan
amal perbuatan yang baik serta menjauhi amal perbuatan yang tercela.
Dalam kondisi seperti ini umat Islam juga harus berhati-hati, supaya tidak
carut marut dan tidak akur. Hanya gara-gara masalah sepele terkadang
menjadikan emosi kita terpancing. Sebagai uswatun hasanah, Nabi Muhammad
memberikan kita sebuah nasihat dalam sebuah hadits, yang intinya adalah untuk
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang telah ditetapkan
Selain itu, Beliau juga menganjurkan pada ummatnya supaya berhati-hati
dalam menanyakan suatu masalah. Memang ketika kita belum tahu mengenai
suatu hal kita diperintahkan untuk menanyakan sesuatu tersebut kepada orang
yang ahli di bidangnya. Namun, perlu kita ingat, semua ada sopan santunnya atau
ada batasnya.
Jangan sampai kita terjerumus dalam suatu hal yang memang ingin kita
ketahui atau tanyakan tanpa mengesampingkan batasan-batasan tertentu.
B. Tafsir Ayat Bertanggung Jawab
Q.S al-Mudtasir ayat 38

ٌ‫ت ر ِهْينَ ۙة‬ ‫ُك ُّل َن ْف ۢ ٍمِب‬


َ ْ َ‫س َا َك َسب‬
Artinya:”Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,”
Tafsir Al-Muyassar/ Kementerian Agama Saudi Arabia
Setiap jiwa tergadai dan tergantung dengan apa yang diusahakannya, baik berupa
kebaikan atau keburukan, ia tidak bebas sebelum menunaikan kewajiban dan hukuman
yang harus dijalaninya, kecuali orang-orang Muslim yang ikhlas dari golongan kanan
yang telah membebaskan leher mereka dengan ketaatan, mereka di dalam surga-surga
yang sifatnya tidak dijangkau (oleh nalar). Sebagian bertanya kepada sebagian yang lain
tentang orang-orang kafir yang berbuat jahat terhadap diri mereka sendiri, “Apa yang
membuat kalian masuk ke dalam Neraka Jahanam dan membuat kalian merasakan
panasnya?” para penjahat itu menjawab, “Di dunia kami tidak termasuk orang-orang
yang mendirikan shalat, kami tidak bersedekah dan berbuat baik kepada fakir miskin,
kami berbincang dalam kebatilan bersama orang-orang yang tersesat dan menyimpang,
kami mendustakan hari hisab dan balasan, hingga kematian datang kepada kami
sementara kami dalam kesesatan dan penyimpangan itu.”
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir
negeri Suriah
Setiap jiwa akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah atas ilmu yang dia
miliki. Baik akan selamat ataupun akan binasa, kecuali golongan kanan yaitu mereka
yang amal catatannya diberikan dari sisi kanan, mereka adalah golongan orang mukmin.
Mereka tidak membebani jiwa mereka dengan dosa, mereka telah menyelamatkan
jiwanya dengan berbagai perbuatan baik.
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI
Ayat-ayat berikut merupakan pernyataan kepada manusia seluruhnya dalam kaitan
dengan kebebasan memilih yang telah ditegaskan pada ayat-ayat sebelumnya. Manusia
mau maju meraih kebaikan atau mundur yang jelas setiap orang bertanggung jawab atas
apa yang telah dilakukannya masing-masing, kecuali golongan kanan golongan inilah
yang meraih keberuntungan karena memilih yang baik.1

C. Tafsir Ayat Optimisme


Q.Sal-Imron ayat 139

۟ ُ‫وا َواَل تَحْ َزن‬


َ ِ‫وا َوأَنتُ ُم ٱأْل َ ْعلَ ْو َن إِن ُكنتُم ُّم ْؤ ِمن‬
‫ين‬ ۟ ُ‫َواَل تَ ِهن‬
Artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:

Allah subhanahu wa ta’ala Berfirman menghibur hati kaum mukmin: Janganlah kalian
bersikap lemah. Yakni janganlah kalian menjadi lemah dan patah semangat karena apa yang
baru kalian alami. …dan jangan (pula) kalian bersedih hati, padahal kalianlah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika kalian orang-orang yang beriman.
Maksudnya, akibat yang terpuji dan kemenangan pada akhirnya akan kalian peroleh, wahai
orang-orang mukmin.

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr.


Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

Janganlah kalian -wahai orang-orang mukmin- menjadi lemah dan bersedih hati atas apa
yang menimpa kalian dalam perang Uhud. Tidak sepatutnya kalian bersikap seperti itu.
Karena kalian adalah orang-orang yang paling mulia dengan keimanan kalian, dan paling
terhormat dengan adanya bantuan Allah dan harapan akan datangnya pertolongan dari-Nya,
jika kalian beriman kepada Allah dan percaya akan janji-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang
bertakwa.

1
https://tafsirweb.com/11574-quran-surat-al-muddatstsir-ayat-38.html
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Setelah menjelaskan sunatullah dan bagaimana kesudahan orangorang yang melanggar


sunatullah tersebut, pada ayat ini Allah memberi motivasi agar kesedihan akibat kegagalan
dalam perang uhud tidak berkepanjangan. Dan janganlah kamu merasa lemah menghadapi
musuh, dan jangan pula bersedih hati karena kekalahan dalam perang uhud, sebab kamu
paling tinggi derajatnya di sisi Allah, jika kamu orang beriman dengan sebenar-benarnya.
Jika kamu pada perang uhud mendapat luka, maka mereka pun pada perang badar mendapat
luka yang serupa. Dan masa kejayaan dan kehancuran, kemenangan dan kekalahan itu, kami
pergilirkan di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran bahwa Allah pengatur
segalanya, dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman dengan orangorang kafir
dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya gugur sebagai syuhada, yaitu orang-orang yang
disaksikan keagungannya atau menjadi saksi kebenaran. Dan Allah tidak menyukai orang-
orang zalim sehingga tidak menjadikan mereka syuhada.2

D. Tafsir Ayat Komitmen Dalam Kebenaran


komitmen dalam diri merupakan kesanggupan dalam diri untuk menjalankan sebuah
amanah yang diembankan untuk dipertanggung jawabkan dikemudian hari.
ٓ
َ ‫ُون ِب ْٱل َمعْ رُوفِ َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ْٱلمُن َك ِر ۚ َوأ ُ ۟و ٰلَ ِئ‬
َ ‫ك ُه ُم ْٱل ُم ْفلِ ُح‬
‫ون‬ َ ‫ُون إِلَى ْٱل َخي ِْر َو َيأْ ُمر‬
َ ‫َو ْل َت ُكن مِّن ُك ْم أُم ٌَّة َي ْدع‬
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung.
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah
Dan hendaklah ada di antara kalian wahai orang-orang mukmin, segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan dengan mengajarkan kebaikan dan menyuruh kepada
kebaikan. Kebaikan adalah segala yang berkaitan dengan kebaikan di dunia dan akhirat.
Serta menyeru untuk berbuat ma’ruf: kebaikan yang sesuai dengan syariat dan akal sehat.
Serta mencegah perbuatan munkar: yaitu segala yang dianggap tidak baik oleh syariat

2
https://tafsirweb.com/1271-quran-surat-ali-imran-ayat-139.html
dan akal sehat. Mereka yang menyeru kepada kebaikan itu samua merekalah orang-orang
yang beruntung yang akan mendapatkan ridho Allah dan surga-Nya
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI

Pada ayat ini Allah memerintahkan orang mukmin agar mengajak manusia kepada
kebaikan, menyuruh perbuatan makruf, dan mencegah perbuatan mungkar. Dan
hendaklah di antara kamu, orang mukmin, ada segolongan orang yang secara terus-
menerus menyeru kepada kebajikan yaitu petunjuk-petunjuk Allah, menyuruh (berbuat)
yang makruf yaitu akhlak, perilaku dan nilai-nilai luhur dan adat istiadat yang
berkembang di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, dan
mencegah dari yang mungkar, yaitu sesuatu yang dipandang buruk dan diingkari oleh
akal sehat. Sungguh mereka yang menjalankan ketiga hal tersebut mempunyai kedudukan
tinggi di hadapan Allah dan mereka itulah orang-orang yang beruntung karena
mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Dan janganlah kamu, wahai orang
mukmin, menjadi seperti orangorang yang berkelompok-kelompok, seperti orang yahudi
dan nasrani yang bercerai berai dan berselisih dalam urusan agama dan kemaslahatan
umat, karena masing-masing mengutamakan kepentingan kelompoknya. Betapa buruk
apa yang terjadi pada mereka, karena berselisih secara sadar dan sengaja setelah sampai
kepada mereka keterangan yang jelas, yaitu diutusnya para rasul dan diturunkannya
kitab-kitab. Mereka yang berkelompok dan berselisih itulah orang-orang yang celaka dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat kelak di hari kiamat.3

BAB III

3
https://tafsirweb.com/1236-quran-surat-ali-imran-ayat-104.html
A. Kesimpulan
Bekerja adalah salah satu perbuatan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari, dan sangat penting bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Mengingat begitu
pentingnya masalah bekerja dalam kehidupan maka Islam memberikan perhatian khusus
kepada umat manusia untuk bekerja. Beberapa akhlak terpuji yang yang dapat kita
amalkan dalam bekerja antara lain:
 Tanggung jawab adalah melaksanakan sebuah pekerjaan atau kewajiban dalam
keluarga, di sekolah, maupun di tempat bekerja dengan sepenuh hati dan
memberikanyang terbaik.
 Optimisme (Sikap Optimis) merupakan keyakinan diri dan salah satu sikap baik
yang dianjurkan dalam Islam. Dengan sikap optimistis, seseorang akan
bersemangat dalam menjalani kehidupan, baik demi kehidupan di dunia maupun
kehidupan di akhirat kelak.
 komitmen merupakan bentuk dedikasi atau kewajiban yang mengikat kepada
orang lain, hal tertentu, atau tindakan tertentu.

B. Saran
Dalam penuyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan maasih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengarapkan
kritik dan saran yang membangun tentang pembahasan makalah diatas, agar kedepannya
penulis bisa memperbaiki makalah tentang pembahasan seperti di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Sholih, Muhammad Da’i. 2017. ”Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab Menurut Al-Quran
Surah Luqman Ayat 16”. Skripsi. FTIK, PAI, IAIN Salatiga.

http://dbmtr.jabarprov.go.id

https://tafsirweb.com/11574-quran-surat-al-muddatstsir-ayat-38.html

https://tafsirweb.com/1271-quran-surat-ali-imran-ayat-139.html

https://tafsirweb.com/1236-quran-surat-ali-imran-ayat-104.html

Anda mungkin juga menyukai