Ciri-Ciri Intelegensi
Dari beberapa pengertian intelegensi yang dsajikan diatas, dapat disimpulkan ciri-ciri
intelegensi, diantaranya yaitu:
Intelegensi tidak bisa dilihat secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari
berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Intelegensi tercermin dari tindakan yag terarah pada penyesuaian diri terhadap
lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul dari padanya.
Macam-Macam Intelegensi
Intelegensi Terikat dan Bebas
Intelegensi terikat adalah intelegensi suatu makhluk yang bekerja dalam situasi-
situasi pada lapangan pengamatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan
vital yang harus segera dipuaskan. Dalam situasi yang sewajarnya boleh dikatakan
tetap keadaanya, maka dikatakan terikat. Perubahan mungkin dialami juga, kalau
perbuatannya senantiasa diulang kembali. Intelegensi bebas dimiliki oleh manusia
yang berbahasa dan berbudaya. Dengan intelegensi yang dimilikinya, seseorang
selalu ingin membuat perubahan-perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau
tujuan telah dapat dicapai, manusia ingin mencapai tujuan yang lain lebih tinggi dan
lebih maju.
Baca Juga : Bagian Otak Manusia Dan Fungsinya, Lengkap Penjelasan Dan Gambar
Kematangan
Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi dapat tumbuh dan berkembang. Tumbuh serta
berkembangnya intelegensi sebagian besar sejalan dengan bertambahnya umur,
perkembangan jasmani dan kemampuan lainnya yang sudah dicapai.
Intelegensi Dan IQ
Intelligence Quotient: kebanyakan orang berpendapat bahwa arti intelegensi dengan
IQ adalah sama, padahal ke dua istilah tersebut memiliki arti yang berbeda yang
amat mendasar, arti intelegensi sudah di jelaskan diatas, sedangkan IQ atau
singkatan dari Intelligence Quotient adalah poin yang didapat dari sebuah alat tes
kecerdasan. Dengan demikian IQ hanya memberikan sedikit indeksi mengenai taraf
kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Setelah otak mencapai kemasakan maka akan timbul masalah, seperti tidak terjadi
perkembangan lagi bahkan pada titik tertentu akan mengalami penurunan
kemampuan. Dengan demikian, CA terus bertambah, sedangkan MA akan
mengalami slagnasi serta penurunan pada waktu tertentu, bila rumus diatas tetap di
pakai, maka skor IQ seseorang akan turun drastis bila di ukur kembali setelah ia
berumur 50 tahun.
Skor IQ yang rendah akan di ikuti tingkat kreativitas yang rendah juga. Tetapi
semakin skor IQ tinggi, tidak selalu di ikuti dengan kreativitas yang tinggi juga.
Hingga pada skor IQ tertentu, masih ada korelasi yang cukup berarti. Akan tetapi jika
lebih tinggi lagi, ternyata tidak di temukan hubungan antara tingkat kreativitas dan IQ.
Para ahli sudah berusaha mencari tahu kenapa ini terjadi.
J. P. Gulford memberi penjelasan bahwa kreativitas ialah sebuah proses berfikir yang
bersifat differgent, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban
yang sudah di berikan. Sebaliknya, tes intelegensi hanya di rancang untuk mengukur
proses berfikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu
kesimpulan atau jawaban yang logis sesuai dengan informasi yang di berikan. Ini
adalah akibat dari pola pendidikan tradisional yang kurang memperhatikan
perkembangan proses berfikir yang bersifat differgent, meskipun kemampuan ini
terbukti memliki peranan penting dalam berbagai kemajuan yang di capai oleh ilmu
pengetahuan.
Jawaban lain yang di berikan sehubungan dengan korelasi antara intelegensi dengan
kreativitas adalah kurang jelasnya batasan kreativitas. Di satu pihak ada batasan
yang menghendaki agar nilai sosial dari produk kreativitas ikut di cantumkan. Di pihak
lain, ada batasan yang menjelaskan kegunaan kreativitas itu sendiri tanpa
menyinggung nilai sosialnya. Batasan seperti ini juga di kemukakan oleh S. C. U.
Semua tes intelegensi yang sudah ada sampai saat ini dirancang untuk mengukur
proses-proses mental yang diperlukan dalam rangka pendidikan. Dengan kata lain,
tes intelegensi kebanyakan menggunakan prestasi sekolah sebagai parameter atau
kriteria utamanya. Mereka yang mendapatkan skor tinggi dalam suatu tes intelegensi
diharapkan berhasil dalam pendidikannya.
Culture-Fair
Pernyataan validitasi, dan khususnya reabilitasi tes intelegensi menyangkut pada
pengaruh budaya. Bila tes dapat dibuat sama sekali tidak dipengaruhi oleh budaya
(culture fair atau culture free), maka tes tersebut dapat diharapkan realibel dapat
dipakai dimana saja. Seperti yang dikatakan diatas, kebanyakan tes intelegensi
mengacu pada prestasi sekolah. Oleh karena itu materi tes amat dipengaruhi oleh
bentuk dan jenis informasi atau keterampilan yang diajarkan di sekolah. Mereka yang
tidak bisa baca tulis, tidak mengenal simbol-simbol matematika, tidak memiliki
pengetahuan yang diperoleh di sekolah, pasti akan dirugikan.
Pembakuan
Pembakuan (standardisasi) ini biasanya dilakukan didalam budaya Barat, ras kulit
putih, dan dari kelas sosial ekonomi kelas sosial ekonomi menengah ke atas. Oleh
karena itu, bila tes dikembangkan dalam konteks ini dipakai begitu saja pada
kelompok dengan latar belakang yang lain, maka kemungkinan besar tes tersebut
memberikan hasil yang amat beda. Pola berpikir spasial (ruang) pun tidak lepas dari
pengaruh ini karena persepsi terhadap ruang juga dipengaruhi oleh kebutuhan dan
kebiasaan.
Adaptasi Tes
Adanya masalah reabilitasi ini mengharuskan setiap pemakai alat tes yang dirancang
pada suatu budaya tertentu untuk mengadaptasikan alat tes tersebut dengan ciri-ciri
kelompok yang akan ia dikenai dengan tes tersebut. Masalah adaptasi tes ini
merupakan hal yang serius untuk Indonesia karena belum banyak tes intelegensi
yang dirancang berdasarkan norma kelompok di Indonesia (TIKI, TIA). Lagi pula
Indonesia adalah negara yang penduduknya beraneka ragam ciri-cirinya.
Sumber :
Ahmadi, H. Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Irwanto. 2016. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Atkinson, Rita L. dan Atkinson, Richard C. Pengantar Psikologi Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
JENIS-JENIS INTELEGENSI
JENIS – JENIS INTELEGENSI (Menurut
Howard Gardner)
POSTED BY PSYCHOLOGYMANIA ⋅ JULI 9, 2011 ⋅ TINGGALKAN KOMENTAR
Selain bahwa setiap individu memiliki intelegensi yang berbeda-beda, ternyata intelegensi pun memiliki berbagai jenis.
Dalam hal ini terdapat teori yang paling mutakhir tentang jenis-jenis intelegensi, yaitu teori Multiple Intelligence ‘kecerdasan
Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu, Dr. Howard Gardner menemukan sebuah teori tentang kecerdasan. Ia mengatakan
bahwa manusia lebih rumit daripada apa yang dijelaskan dari tes IQ atau tes apapun itu. Ia juga mengatakan bahwa orang
yang berbeda memiliki kecerdasan yang berbeda. Pada tahun 1983 Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple
Intelegence, mengusulkan tujuh macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Intelegensi
Ganda). Intelegensi ganda tersebut meliputi: (1) kecerdasan linguistic-verbal dan (2) kecerdasan logiko-matematik yang
sudah dikenal sebelumnya, ia menambahkan dengan komponen kecerdasan lainnya yaitu (3) kecerdasan spasial-visual, (4)
kecerdasan ritmik-musik, (5) kecerdasan kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal. Sekarang
tujuh kecerdasan tersebut di atas sudah bertambah lagi dengan satu komponen kecerdasan yang lain, yaitu (8) kecerdasan
naturalis.
1. Kecerdasan Linguistic-Verbal
Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas juga mampu mengungkapkan pikiran dalam
bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam
berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas
lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar
b. Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi verbal.
c. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya orang lain.
e. Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau melakukan perbaikan pada karya tulis.
f. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui diskusi, ataupun debat.
g. Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.
h. Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.
Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum, pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator,
2. Kecerdasan Logiko-Matematik
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis
dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran.. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan
pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu,
menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting karena akan
membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih
disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini
dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,
mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi
d. Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman komputer, metode riset.
e. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesis, merumuskan dan membangun
argumentasi kuat.
f. Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan hukum.
g. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek yang konkret.
Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan
sebagainya.
3. Kecerdasan Spasial-Visual
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di
sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan, mereka
dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain tidak mampu melihatnya.
Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto
tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana
seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer, seniman,
navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian member arti
· Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.
· Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan manipulasi.
· Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan warna.
Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot,
4. Kecerdasan Ritmik-Musik
Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama,
dan secara emosional terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat
merasuk ke dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa (Plato). Musik dapat membantu
seseorang mengingat suatu gerakan tertentu, perhatikan seseorang atau sekelompok orang yang sedang menari atau
sudut pandang biologi (saraf) kekuatan musik, suara dan irama dapat menggeser pikiran, member ilham, meningkatkan
ketakwaan, meningkatkan kebanggan nasional dan mengungkapkan kasih saying untuk orang lain.
Kecerdasan musikal dapat member nilai positip bagi siswa karena: (a) meningkatkan daya kemampuan mengingat; (c)
Suatu studi yang dikutip oleh May Lim (2008) menunjukkan bahwa sekelompok siswa yang kepadanya diperdengarkan
musik selama delapan bulan mengalami peningkanan dalam IQ spatial sebesar 46% sementara kelompok kontrol yang tidak
diperdengarkan musik hanya meningkat 6%.Mungkin sering kita melihat ada siswa atau orang yang lebih suka belajar bila
ada musik yang diperdengarkan (Gaya belajar auditory). Pada orang ini informasi akan lebih mudah tersimpan di dalam
memorinya , karena mereka mampu mengoasiasikan irama musik dengan informasi pengetahuan yang mereka baca meskipun
a. Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat musik.
h. Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau pemusik.
Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen
5. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan
tubuh, yang memungkin tubuh untuk memanipulasi objek atau menciptakan gerakan. Secara biologi ketika lahir semua bayi
dalam keadaan tidak berdaya, kemudian berangsur-angsur berkembang dengan menunjukkan berbagai pola gerakan,
tengkurap, “berangkang”, berdiri, berjalan, dan kemudian berlari, bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan berenang
dan akrobatik.
Kecerdasan ini amat penting karena bermanfaat untuk (a) meningkatkan kemampuan psikomotorik, (b) meningkatkan
kemampuan sosial dan sportivitas, (c) membangun rasa percaya diri dan harga diri dan sudah barang tentu (d) meningkatkan
kesehatan.
· Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara trampil untuk
mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani objek.
· Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak.
· Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play, permainan yang menggunakan fisik.
· Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari.
· Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa yang dialami atau dilihat.
Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik / montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan
orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman
interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan
sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka
menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain,
orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan
jaringan sahabat yang luas tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan “bermasyarakat”
akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam pekerjaan.
a) Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan sosial.
b) Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain.
c) Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan efektif, baik secara verbal maupun non-
verbal.
d) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang berbeda, mampu menerima umpan balik yang
disampaikan orang lain, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia / humas, penengah, ahli sosiologi, ahli
antropologi, ahli psikologi, tenaga penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.
7. Kecerdasan Intrapersonal.
Oliver Wendell Holmes berpendapat: Apa yang didepan dan apa yang ada di belakang kita adalah hal yang kecil
dibandingkan dengan apa yang ada di dalam diri kita. Inilah kira-kirapandangan yang dianut oleh orang yang memiliki
kecerdasan intrapersonal ini. Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang menyangkut kemampuan seseorang untuk
Orang-orang dengan kecerdasan ini selalu berpikir dan membuat penilaian tentang diri mereka sendiri, tentang gagasan, dan
impiannya. Mereka juga mampu mngendalikan emosis mereka untuk membimbing dan memperkaya dan memperluas
a) Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan pikiran dan perasaan.
b) Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.
c) Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang berkelanjutan dan mau meningkatkan diri.
f) Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan keadaaan saat ini.
Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi, perencana program, pengusaha, dan sebagainya.
8. Kecerdasan Naturalis.
Kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan serta menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di
lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi
lingkungan.
Menurut Wilson dalam Anxs (2007), kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali berbagai jenis flora dan fauna serta
kejadian alam, misalnya asal-usul binatang, pertumbuhan tanaman, terjadinya hujan, manfaat air bagi kehidupan, tata surya,
dan kejadian alam lainnya. Kecerdasan naturalis ini berkaitan dengan wilayah otak bagian kiri, yakni bagian yang peka
terhadap pengenalan bentuk atau pola kemampuan membedakan dan mengklasifikasikan sesuatu. Jika anak dengan mudah
dapat menandai pola benda-benda alam, dan mengingat benda-benda alam yang ada di sekitarnya, maka anak dapat dikatakan
a. Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam, tanaman atau hewan.
f. Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop untuk mempelajari suatu organisme.
g. Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.
h. Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung, scuba diving (menyelam).
Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna /
flora, penjaga museum zoologi / botani dan kebun binatang, dan sebagainya.
Other intelligences have been suggested or explored by Gardner and his colleagues, including spiritual, existential and
moral intelligence. Gardner excluded spiritual intelligence due to what he perceived as the inability to codify criteria
comparable to the other “intelligences”. Existential intelligence (the capacity to raise and reflect on philosophical questions
about life, death, and ultimate realities) meets most of the criteria with the exception of identifiable areas of the brain that
specialize for this faculty. Moral capacities were excluded because they are normative rather than descriptive.
Dalam buku terbarunya, ‘Intelligence Reframed : Multiple Intelligence for The 21st Century’ (1999), Howard Gardner,
Anak belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di sini?” “Untuk apa kita di sini?” “Bagaimana
posisiku dalam keluarga, sekolah dan kawan-kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan
Pada dasarnya, manusia memiliki beberapa kecerdasan utama sesuai dengan pembagian kecerdasan pada otak
kita. Seorang psikolog dan ahli pendidikan dari Universitas Harvard AS yaitu Prof. Dr. Howard Gardner
merumuskan teorinya Multiple Intelligence (kecerdasan ganda/majemuk). Berikut bisa anda simak 9 kategori
1. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan dalam mengolah kata-kata secara efektif baik bicara ataupun menulis. Mereka yang memiliki
kecerdasan ini akan mudah memahami bacaan dan suka menulis, mampu mengapresiasikan apa yang dia baca,
mampu berkomunikasi dua arah. Profesi yang cocok bagi mereka seperti jurnalis, penyair, pengacara
Ciri-ciri : Dapat berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata,
2. Kecerdasan Matematis-Logis
Kecerdasan dalam hal angka dan logika. Mereka yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan berpikir yang
sistematis deduktif dan induktif, mereka juga lebih cepat tanggap dengan masalah, dia bekerja secara berurutan
atau sistematis. Profesi yang cocok bagi mereka seperti ilmuwan, akuntan, programmer.
Ciri-ciri : Mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis,
3. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan yang mencakup berpikir dalam gambar, serta mampu untuk menyerap, mengubah dan menciptakan
kembali berbagai macam aspek visual. Profesi yang cocok bagi mereka seperti arsitek, fotografer, designer, pilot,
insinyur.
Ciri-ciri : Kepekaan tajam untuk detail visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk dan ruang, mudah
4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
Kecerdasan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresiakan gagasan dan perasaan. Orang yang
yang memiliki kecerdasan ini biasanya cepat menghafal atau meniru gerak tari yang dilihatnya, dan tubuhnya lues
dalam melakukan gerakan. Profesi yang cocok bagi mereka seperti atlet, pengrajin, montir, menjahit, merakit
model.
Ciri-ciri : Menikmati kegiatan fisik (olahraga), cekatan dan tidak bias tinggal diam, berminat dengan segala
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk musik dan suara. Orang yang
memiliki kecerdasan ini biasanya mudah menghafal lirik lagu, dan menciptakan nada-nada yang indah. Profesi
yang cocok bagi mereka seperti konduktor, pencipta lagu, penyanyi dsb.
Ciri-ciri : Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama, mendengar music dengan tingkat
ketajaman lebih.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain.
Mereka cenderung memiliki kelebiah dalam gabungan antara perkembangan dan pertumbuhan tingkat
kematangan dua sisi (pribadi dan kemampuan). Profesi yang cocok bagi mereka seperti networker, negotiator,
guru.
Ciri-ciri : Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka, menjalin kontak mata dengan baik,
menunjukan empati pada orang lain, mendorong orang lain menyampaikan kisahnya.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertidak secara adaptif berdasar pengenalan diri. Mereka
juga memiliki kemampuan memahami diri sendiri. Profesi yang tepat bagi mereka adalah konselor dan teolog.
Ciri-ciri : Membedakan berbagai macam emosi, mudah mengakses perasaan sendiri, menggunakan
pemahamannya untuk memperkaya dan membimbing hidupnya, mawas diri dan suka meditasi, lebih suka kerja
sendiri.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan memahami dan menikmati alam dan menggunakanya secara produktif dan mengembangkam
pengetahuan akan alam. Mereka juga memiliki kecerdasan melebihi orang lain dalam melatih diri secara otodidak.
Profesi yang tepat bagi yang memiliki kecerdasan ini di antaranya petani, nelayan, pendaki, dan pemburu
Ciri-ciri : Mencintai lingkungan, mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang, senang kegiatan di luar (alam).
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia Kemampuan
menyeimbangkan moral, iman dan subjektifitas. Mereka cocok untuk profesi filsuf, teolog
Ciri-ciri : Mempertanyakan hakekat segala sesuatu, mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/
dunia.
Demikian pengertian kategorisasi 9 kecerdasan yang dimiliki manusia menurut Gardner. Semoga bermanfaat.