Anda di halaman 1dari 19

Pengertian Intelegensi Lengkap Ciri,

Macam Dan Faktor Yang Mempengaruhi


INTELEGENSI

merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki manusia. Kemampuan inteligensi


merupakan kecakapan umum dan bersifat potensial. Kecakapan ini bisa menjadi
kecakapan nyata dengan adanya bantuan lingkungan. Meskipun inteligensi sangat
penting dalam pendidikan, rentang pemahaman tentang konsep intelegensi sangat
bervariasi. Akibatnya muncul perdebatan mengenai konsep inteligensi dalam
pelaksanaan pendidikan.

Pada pembahasan kali ini kami akan membahas tentang Intelegensi secara lengkap,


mulai dari pengertian intelegensi, ciri-ciri intelegensi, macam-macam intelegensi,
faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi, intelegensi dan IQ, intelegensi dan
bakat, intelegensi dan kreativitas, serta validitas dan reliabilitas tes intelegensi. Untuk
selengkapnya, mari langsung saja kita simak pembahasan dibawah ini.

Pengertian Intelegensi Lengkap Ciri, Macam Dan Faktor Yang Mempengaruhinya


Pengertian Intelegensi
Kata Intelegensi berasal dari Bahasa Latin yaitu “intelligere” yang berarti
menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Menurut Stern dan Claparde,
intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap
situasi atau kondisi baru. Menurut K. Buhler, intelegensi adalah perbuatan yang
disertai dengan pemahaman dan pengertian.
Baca Juga

 Bagian Otak Manusia Dan Fungsinya, Lengkap Penjelasan Dan Gambar


 Pengertian Memori Manusia Lengkap Fungsi, Jenis, Teori, Proses dan Usaha Meningkatkan
Kemampuan Memori
 29 Macam Ilmu Psikologi Di Berbagai Bidang Lengkap Penjelasan

Menurut David Wechsler, mengatakan bahwa intelegensi adalah kapasitas untuk


mengerti lingkungan dan kemampuan akal budi untuk mengatasi tantangan-
tantangannya. Kemudian pada kesempatan lain, David mengatakan bahwa
kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif.

Ciri-Ciri Intelegensi
Dari beberapa pengertian intelegensi yang dsajikan diatas, dapat disimpulkan ciri-ciri
intelegensi, diantaranya yaitu:

 Intelegensi tidak bisa dilihat secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari
berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. 
 Intelegensi tercermin dari tindakan yag terarah pada penyesuaian diri terhadap
lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul dari padanya.

Macam-Macam Intelegensi
Intelegensi Terikat dan Bebas 
Intelegensi terikat adalah intelegensi suatu makhluk yang bekerja dalam situasi-
situasi pada lapangan pengamatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan
vital yang harus segera dipuaskan. Dalam situasi yang sewajarnya boleh dikatakan
tetap keadaanya, maka dikatakan terikat. Perubahan mungkin dialami juga, kalau
perbuatannya senantiasa diulang kembali. Intelegensi bebas dimiliki oleh manusia
yang berbahasa dan berbudaya. Dengan intelegensi yang dimilikinya, seseorang
selalu ingin membuat perubahan-perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau
tujuan telah dapat dicapai, manusia ingin mencapai tujuan yang lain lebih tinggi dan
lebih maju.

Intelegensi Menciptakan (Kreatif) dan Meniru (Eksekutif) 


Intelegensi mencipta adalah kesanggupan menciptakan tujuan-tujuan baru dan
mencari alat-alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu. Intelegensi kreatif
menghasilkan pendapat-pendapat baru seperti, kereta api, radio, listrik, kapal terbang
dan sebagainya. Intelegensi meniru adalah kemampuan untuk menggunakan serta
mengikuti pikiran atau hasil penemuan orang lain, baik yang diucapkan, dibuat,
ataupun ditulis.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi


Pengaruh Faktor Bawaan 
Banyak penelitian menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu
keluarga, nilai dalam tes IQ mereka berkorelasi tinggi (± 0,50). Diantara kembar
korelasi sangat tinggi (± 0,90), sedang diantara individu-individu yang tidak bersanak
saudara korelasinya sangat rendah (± 0,20). Untuk anak-anak yang diadopsi masih
memiliki korelasi yang tinggi dengan ayah/ibu yang sesungguhnya (antara + 0,40
sampai + 0,50). Sedangkan korelasi dengan orangtua angkatnya sangat rendah (+
0,10 sampai + 0,20). Kemudian, studi terhadap kembar yang diasuh secara terpisah
menunjukkan bahwa IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi. Ini menunjukkan
bahwa meskipun lingkungan berpengaruh terhadap taraf kecerdasan seseorang,
tetapi banyak hal dalam kecerdasan itu yang tetap tidak berubah. 

Pengaruh Faktor Lingkungan 


Intelegensi tidak dapat terlepas dari otak. Gizi yang dikonsumsi sangat berpengaruh
pada perkembangan otak. Oleh karena itu, terdapat hubungan antara konsumsi
makanan yang bergizi dengan intelegensi seseorang. Konsumsi makanan bergizi
adalah salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting. Selain gizi, ada
rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga
memiliki peranan yang sangat penting. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
intelegensi bias menurun karena tidak ada bentuk rangsangan tertentu dalam awal
kehidupan individu. Dalam studi longitudinal, Skeels dan Skodak menemukan bahwa
anak-anak yang dididik dalam lingkungan yang kaku, kurang perhatian, dan kurang
dorongan lalu dipindahkan ke dalam lingkungan yang hangat, penuh perhatian, rasa
percaya dan dorongan, menunjukkan peningkatan skor yang cukup berarti pada tes
kecerdasan. Zajonc dalam berbagai penelitian menemukan bahwa anak pertama
biasanya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dari adik-adiknya. Hal tersebut
dikarenakan anak pertama hanya dikelilingi oleh orang-orang dewasa untuk jangka
waktu yang cukup lama. 

Stabilitas Intelegensi dan IQ 


Intelegensi bukanlah IQ, intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang
kemampuan individu, sedangkan IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi tertentu.
Stabilitas intelegensi merujuk pada konsep yang umum tentang kemampuan individu.
Intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan organik otak seseorang. Oleh
karena itu, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan otak, maka pada masa-masa
pertumbuhan (± sampai usia 20 th) akan terjadi peningkatan intelegensi. Setelah itu
ada suatu masa-masa stabil, kemudian, sejalan dengan kemunduran organik otak,
akan terdapat kecenderungan menurun. Sedangkan, stabilitas IQ tidak diukur
semata-mata berdasarkan perubahan-perubahan fisik (umur yang sebenarnya).

Baca Juga : Bagian Otak Manusia Dan Fungsinya, Lengkap Penjelasan Dan Gambar

Kematangan 
Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi dapat tumbuh dan berkembang. Tumbuh serta
berkembangnya intelegensi sebagian besar sejalan dengan bertambahnya umur,
perkembangan jasmani dan kemampuan lainnya yang sudah dicapai.

Intelegensi Dan IQ
Intelligence Quotient: kebanyakan orang berpendapat bahwa arti intelegensi dengan
IQ adalah sama, padahal ke dua istilah tersebut memiliki arti yang berbeda yang
amat mendasar, arti intelegensi sudah di jelaskan diatas, sedangkan IQ atau
singkatan dari Intelligence Quotient adalah poin yang didapat dari sebuah alat tes
kecerdasan. Dengan demikian IQ hanya memberikan sedikit indeksi mengenai taraf
kecerdasan seseorang secara keseluruhan.

Pada awalnya, skor IQ mula-mula di perhitungkan dengan


membandingkan Chronological Age (CA) dengan Mental Age (MA). Jika kemampuan
yang dimiliki individu dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terdapat dalam
tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan kemampuan yang dimiliki
individu seumuran dia pada saat itu (umur kronologis), maka akan dihasilkan skor 1.
Skor tersebut kemudian di kalikan 100 dan di pakai sebagai dasar perhitungan IQ.
Bila MA lebih tinggi dari CA, akan dperoleh skor lebih tinggi dari 100 (yang
mengindikasikan kemajuan intelektual). Sebalik nya jika MA lebih rendah dari CA
akan di peroleh skor ruang dari 100 yang mengindikasikan keterbelakangan
intelektual.

Setelah otak mencapai kemasakan maka akan timbul masalah, seperti tidak terjadi
perkembangan lagi bahkan pada titik tertentu akan mengalami penurunan
kemampuan. Dengan demikian, CA terus bertambah, sedangkan MA akan
mengalami slagnasi serta penurunan pada waktu tertentu, bila rumus diatas tetap di
pakai, maka skor IQ seseorang akan turun drastis bila di ukur kembali setelah ia
berumur 50 tahun.

Within-group norms deviation IQ: masalah ini kemudian diatasi dg membandingkan


skor seseorang dengan skor orang lain dalam kelompok umur yang sama, cara ini di
sebut perhitungan IQ berdasarkan norma dalam kelompok (within-group norms) hasil
nya adalah IQ penyimpanan atas deviation  IQ.

Intelegensi Dan Bakat


Intelegensi adalah sebuah konsep tentang kemampuan umum individu dalam
berdaptasi dengan lingkungan. Dalam kemampuan umum individu ada beberapa
kemampuan yang sangat spesifik yang memberikan individu sebuah kondisi yang
memungkinkan tercapainya kecakapan, pengetahuan atau keterampilan tertentu
setelah melewati sebuah latihan. Ini yang dinamakan bakat (aptitude).

Jika suatu tes intelegensi tidak di rancang khusus untuk menyikapi kemampuan-


kemampuan yang khusus ini, maka bakat tidak bisa segera diketahui melalui tes
intelegensi. Demikian juga, karena rangsang lingkungan tidak dengan sadar di
arahkan pada kemampuan-kemampuan khusus ini maka bakat tidak selalu dengan
sendirinya menampakkan diri.

Alat yang dipakai untuk menyikap kemampuan khusus individu dinamakan aptitude


test  atau tes bakat. Karena sifatnya khusus maka tes ini di rancang khusus untuk
mengungkap kemampuan yang amat spesifik, tes bakat yang digunakan untuk
mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu disebut Scholastic Aptitude Test,
dan yang digunakan pada bidang pekerjaan disebut Interest Inventory dan Vocational
Aptitude Test. Graduate Record Examination (GRE) atau Tes potensi akademik (TPA)
merupakan contoh dari Scholastic Aptitude Test. Sedangkan Kuder Occupational Interest
Survey atau Differential Aptitude Test (DAT) merupakan contoh dari Interest
Inventory dan Vocational Aptitude Test.

Intelegensi Dan Kreativitas


Kreativitas adalah salah satu ciri dari tingkah laku yang intelegen, karena kreativitas
merupakan bentuk dari suatu proses kognitif. Dengan demikian, hubungan antara
intelegensi dan kreativitas tidak selalu menunjukkan bukti yang memuaskan.
Meskipun terdapat anggapan bahwa kreativitas memiliki hubungan yang bersifat
kurvalinear dengan intelegensi, akan tetapi bukti-bukti yang didapat dari beberapa
penelitian tidak mendukung anggapan itu.

Skor IQ yang rendah akan di ikuti tingkat kreativitas yang rendah juga. Tetapi
semakin skor IQ tinggi, tidak selalu di ikuti dengan kreativitas yang tinggi juga.
Hingga pada skor IQ tertentu, masih ada korelasi yang cukup berarti. Akan tetapi jika
lebih tinggi lagi, ternyata tidak di temukan hubungan antara tingkat kreativitas dan IQ.
Para ahli sudah berusaha mencari tahu kenapa ini terjadi.

J. P. Gulford memberi penjelasan bahwa kreativitas ialah sebuah proses berfikir yang
bersifat differgent, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban
yang sudah di berikan. Sebaliknya, tes intelegensi hanya di rancang untuk mengukur
proses berfikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu
kesimpulan atau jawaban yang logis sesuai dengan informasi yang di berikan. Ini
adalah akibat dari pola pendidikan tradisional yang kurang memperhatikan
perkembangan proses berfikir yang bersifat differgent, meskipun kemampuan ini
terbukti memliki peranan penting dalam berbagai kemajuan yang di capai oleh ilmu
pengetahuan.

Jawaban lain yang di berikan sehubungan dengan korelasi antara intelegensi dengan
kreativitas adalah kurang jelasnya batasan kreativitas. Di satu pihak ada batasan
yang menghendaki agar nilai sosial dari produk kreativitas ikut di cantumkan. Di pihak
lain, ada batasan yang menjelaskan kegunaan kreativitas itu sendiri tanpa
menyinggung nilai sosialnya. Batasan seperti ini juga di kemukakan oleh S. C. U.

Munandar, seorang psikolog yang menaruh perhatian besar pada pengembangan


kreativitas di Indonesia yaitu “krativitas adalah kemampuan yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk
elaborasi (mengembangkan, memperkaya, dan merinci) suatu gagasan”. Bila
batasan seperti di atas di sepakati oleh kebanyakan ahli, maka hubungan antara
intelegensi dan kreativitas akan lebih mudah di ukur.
Validitas Dan Reliabilitas Tes Intelegensi
Kita dapat bertanya apakah tes intelegensi yang sudah dirancang sampai saat ini
benar-benar mengukur intelegensi (apakah tes itu valid?) Dan bila jawaban untuk
pertanyaan itu adalah “ya”, apakah tes itu memberikan hasil yang sama biarpun
waktu dan tempatnya berbeda. Menjawab kedua pertanyaan diatas sangatlah riskan.

Semua tes intelegensi yang sudah ada sampai saat ini dirancang untuk mengukur
proses-proses mental yang diperlukan dalam rangka pendidikan. Dengan kata lain,
tes intelegensi kebanyakan menggunakan prestasi sekolah sebagai parameter atau
kriteria utamanya. Mereka yang mendapatkan skor tinggi dalam suatu tes intelegensi
diharapkan berhasil dalam pendidikannya.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tes intelegensi memang mempunyai


korelasi yang amat tinggi dengan prestasi sekolah. Jadi dalam hal ini tes tersebut
valid. Tes Intelegensi seharusnya tidak hanya berkolerasi dengan prestasi sekolah
(lihat definisi intelegensi depan). Tes Intelegensi harus dapat juga meramalkan
keberhasilan seseorang di bidang-bidang yang lain dalam kehidupan yang lebih luas,
seperti dalam kerir. Berbagai penelitian telah dilakukan dengan hasil yang
mengecewakan. Berdasarkan hal ini, banyak ahli yang tidak suka menggunakan tes
intelegensi.

Culture-Fair 
Pernyataan validitasi, dan khususnya reabilitasi tes intelegensi menyangkut pada
pengaruh budaya. Bila tes dapat dibuat sama sekali tidak dipengaruhi oleh budaya
(culture fair atau culture free), maka tes tersebut dapat diharapkan realibel dapat
dipakai dimana saja. Seperti yang dikatakan diatas, kebanyakan tes intelegensi
mengacu pada prestasi sekolah. Oleh karena itu materi tes amat dipengaruhi oleh
bentuk dan jenis informasi atau keterampilan yang diajarkan di sekolah. Mereka yang
tidak bisa baca tulis, tidak mengenal simbol-simbol matematika, tidak memiliki
pengetahuan yang diperoleh di sekolah, pasti akan dirugikan.

Pembakuan
Pembakuan (standardisasi) ini biasanya dilakukan didalam budaya Barat, ras kulit
putih, dan dari kelas sosial ekonomi kelas sosial ekonomi menengah ke atas. Oleh
karena itu, bila tes dikembangkan dalam konteks ini dipakai begitu saja pada
kelompok dengan latar belakang yang lain, maka kemungkinan besar tes tersebut
memberikan hasil yang amat beda. Pola berpikir spasial (ruang) pun tidak lepas dari
pengaruh ini karena persepsi terhadap ruang juga dipengaruhi oleh kebutuhan dan
kebiasaan.

Adaptasi Tes 
Adanya masalah reabilitasi ini mengharuskan setiap pemakai alat tes yang dirancang
pada suatu budaya tertentu untuk mengadaptasikan alat tes tersebut dengan ciri-ciri
kelompok yang akan ia dikenai dengan tes tersebut. Masalah adaptasi tes ini
merupakan hal yang serius untuk Indonesia karena belum banyak tes intelegensi
yang dirancang berdasarkan norma kelompok di Indonesia (TIKI, TIA). Lagi pula
Indonesia adalah negara yang penduduknya beraneka ragam ciri-cirinya.

Sumber :
Ahmadi, H. Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Irwanto. 2016. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Atkinson, Rita L. dan Atkinson, Richard C. Pengantar Psikologi Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Sekian artikel mengenai Pengertian Intelegensi Lengkap Ciri, Macam Dan Faktor


Yang Mempengaruhinya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk
mengerjakan tugas maupun untuk sekedar menambah pegetahuan seputar apa itu
intelegensi, ciri-ciri intelegensi, macam-macam intelegensi, faktor-faktor yang
mempengaruhi intelegensi, intelegensi dan IQ, intelegensi dan bakat, intelegensi dan
kreativitas, serta validitas dan reliabilitas tes intelegensi. Terima kasih atas
kunjungannya.

JENIS-JENIS INTELEGENSI
JENIS – JENIS INTELEGENSI (Menurut
Howard Gardner)
POSTED BY PSYCHOLOGYMANIA ⋅ JULI 9, 2011 ⋅ TINGGALKAN KOMENTAR

Selain bahwa setiap individu memiliki intelegensi yang berbeda-beda, ternyata intelegensi pun memiliki berbagai jenis.

Dalam hal ini terdapat teori yang paling mutakhir tentang jenis-jenis intelegensi, yaitu teori  Multiple Intelligence ‘kecerdasan

majemuk’ yang dikemukakan oleh Dr. Howard Gardner.

Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu, Dr. Howard Gardner menemukan sebuah teori tentang kecerdasan. Ia mengatakan

bahwa manusia lebih rumit daripada apa yang dijelaskan dari tes IQ atau tes apapun itu. Ia juga mengatakan bahwa orang

yang berbeda memiliki kecerdasan yang berbeda. Pada tahun 1983 Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple

Intelegence, mengusulkan tujuh macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Intelegensi

Ganda). Intelegensi ganda tersebut meliputi: (1) kecerdasan linguistic-verbal dan (2) kecerdasan logiko-matematik yang

sudah dikenal sebelumnya, ia menambahkan dengan komponen kecerdasan lainnya yaitu (3) kecerdasan spasial-visual, (4)

kecerdasan ritmik-musik, (5) kecerdasan kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal. Sekarang

tujuh kecerdasan tersebut di atas sudah bertambah lagi dengan satu komponen kecerdasan yang lain, yaitu (8) kecerdasan

naturalis.

1. Kecerdasan Linguistic-Verbal

Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas juga mampu mengungkapkan pikiran dalam

bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam

berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas

lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar

radio/televisi, editor, guru.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

a. Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.

b. Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi verbal.

c. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya orang lain.

d. Mampu menulis dan berbicara secara efektif.

e. Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau melakukan perbaikan pada karya tulis.
f. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui diskusi, ataupun debat.

g. Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.

h. Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.

Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum, pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator,

pembawa acara di radio / TV, dan sebagainya.

2. Kecerdasan Logiko-Matematik

Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis

dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran.. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan

pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu,

menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting karena akan

membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih

disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini

dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,

mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi

meningkatkan daya ingat.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

a. Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.

b. Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.

c. Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.

d. Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman komputer, metode riset.

e. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesis, merumuskan dan membangun

argumentasi kuat.

f. Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan hukum.

g. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek yang konkret.
Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan

sebagainya.

3. Kecerdasan Spasial-Visual

Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di

sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan, mereka

dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain tidak mampu melihatnya.

Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto

tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana

seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer, seniman,

navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian member arti

terhadap gambaran tersebut.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

· Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.

· Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.

· Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.

· Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.

· Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan manipulasi.

· Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan warna.

· Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat.

Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot,

pematung, dan sebagainya.

4. Kecerdasan Ritmik-Musik

Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama,

dan secara emosional terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat

merasuk ke dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa (Plato). Musik dapat membantu

seseorang mengingat suatu gerakan tertentu, perhatikan seseorang atau sekelompok orang yang sedang menari atau

berolahraga senam ritmik mesti selalu disertai dengan alunan musik.


Banyak pakar berpendapat bahwa kecerdasan musik merupakan kecerdasan pertama yang harus dikembangkan dilihat dari

sudut pandang biologi (saraf) kekuatan musik, suara dan irama dapat menggeser pikiran, member ilham, meningkatkan

ketakwaan, meningkatkan kebanggan nasional dan mengungkapkan kasih saying untuk orang lain.

Kecerdasan musikal dapat member nilai positip bagi siswa karena: (a) meningkatkan daya kemampuan mengingat; (c)

meningkatkan prestasi/kecerdasan; (c) meningkatkan kreativitas dan imajinasi.

Suatu studi yang dikutip oleh May Lim (2008) menunjukkan bahwa sekelompok siswa yang kepadanya diperdengarkan

musik selama delapan bulan mengalami peningkanan dalam IQ spatial sebesar 46% sementara kelompok kontrol yang tidak

diperdengarkan musik hanya meningkat 6%.Mungkin sering kita melihat ada siswa atau orang yang lebih suka belajar bila

ada musik yang diperdengarkan (Gaya belajar auditory). Pada orang ini informasi akan lebih mudah tersimpan di dalam

memorinya , karena mereka mampu mengoasiasikan irama musik dengan informasi pengetahuan yang mereka baca meskipun

kadang-kadang mereka tidak menyadarinya.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

a. Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat musik.

b. Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.

c. Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.

d. Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.

e. Mampu menciptakan komposisi musik.

f. Senang improvisasi dan bermain dengan suara.

g. Menyukai dan mampu bernyanyi.

h. Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau pemusik.

i. Mampu menganalisis / mengkritik suatu musik.

Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen

orkestra, penyanyi, guru musik, penulis lirik lagu, dan sebagainya.

5. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan

tubuh, yang memungkin tubuh untuk memanipulasi objek atau menciptakan gerakan. Secara biologi ketika lahir semua bayi

dalam keadaan tidak berdaya, kemudian berangsur-angsur berkembang dengan menunjukkan berbagai pola gerakan,

tengkurap, “berangkang”, berdiri, berjalan, dan kemudian berlari, bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan berenang

dan akrobatik.

Kecerdasan ini amat penting karena bermanfaat untuk (a) meningkatkan kemampuan psikomotorik, (b) meningkatkan

kemampuan sosial dan sportivitas, (c) membangun rasa percaya diri dan harga diri dan sudah barang tentu (d) meningkatkan

kesehatan.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

· Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara trampil untuk

mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani objek.

· Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak.

· Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play, permainan yang menggunakan fisik.

· Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.

· Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari.

· Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa yang dialami atau dilihat.

Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik / montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata

tari, atlet profesional, dan sebagainya.

6. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan

orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman

interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan

sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka

menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain,

orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan

perselihanan dengan orang lain.


Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki

jaringan sahabat yang luas tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan “bermasyarakat”

akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam pekerjaan.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

a) Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan sosial.

b) Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain.

c) Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan efektif, baik secara verbal maupun non-

verbal.

d) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang berbeda, mampu menerima umpan balik yang

disampaikan orang lain, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.

e) Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.

f) Mau melihat sudut pandang orang lain.

g) Menciptakan dan mempertahankan sinergi.

Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia / humas, penengah, ahli sosiologi, ahli

antropologi, ahli psikologi, tenaga penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.

7. Kecerdasan Intrapersonal.

Oliver Wendell Holmes berpendapat: Apa yang didepan dan apa yang ada di belakang kita adalah hal yang kecil

dibandingkan dengan apa yang ada di dalam diri kita. Inilah kira-kirapandangan yang dianut oleh orang yang memiliki

kecerdasan intrapersonal ini. Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang menyangkut kemampuan seseorang untuk

memahami diri sendiri dan bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.

Orang-orang dengan kecerdasan ini selalu berpikir dan membuat penilaian tentang diri mereka sendiri, tentang gagasan, dan

impiannya. Mereka juga mampu mngendalikan emosis mereka untuk membimbing dan memperkaya dan memperluas

wawasan kehidupan mereka sendiri.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

a) Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan pikiran dan perasaan.
b) Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.

c) Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang berkelanjutan dan mau meningkatkan diri.

d) Mengembangkan konsep diri dengan baik.

e) Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur spiritual.

f) Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan keadaaan saat ini.

g) Mampu menyelami / mengerti kerumitan dan kondisi manusia.

Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi, perencana program, pengusaha, dan sebagainya.

8. Kecerdasan Naturalis.

Kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan serta menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di

lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi

lingkungan.

Menurut Wilson dalam Anxs (2007), kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali berbagai jenis flora dan fauna serta

kejadian alam, misalnya asal-usul binatang, pertumbuhan tanaman, terjadinya hujan, manfaat air bagi kehidupan, tata surya,

dan kejadian alam lainnya. Kecerdasan naturalis ini berkaitan dengan wilayah otak bagian kiri, yakni bagian yang peka

terhadap pengenalan bentuk atau pola kemampuan membedakan dan mengklasifikasikan sesuatu. Jika anak dengan mudah

dapat menandai pola benda-benda alam, dan mengingat benda-benda alam yang ada di sekitarnya, maka anak dapat dikatakan

memiliki kecerdasan naturalis tinggi.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

a. Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam, tanaman atau hewan.

b. Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.

c. Mampu mengenali pola di antara spesies.

d. Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.

e. Senang memelihara tanaman, hewan.

f. Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop untuk mempelajari suatu organisme.
g. Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.

h. Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung, scuba diving (menyelam).

Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna /

flora, penjaga museum zoologi / botani dan kebun binatang, dan sebagainya.

Other intelligences have been suggested or explored by Gardner and his colleagues, including spiritual, existential and

moral intelligence. Gardner excluded spiritual intelligence due to what he perceived as the inability to codify criteria

comparable to the other “intelligences”. Existential intelligence (the capacity to raise and reflect on philosophical questions

about life, death, and ultimate realities) meets most of the criteria with the exception of identifiable areas of the brain that

specialize for this faculty. Moral capacities were excluded because they are normative rather than descriptive.

Dalam buku terbarunya, ‘Intelligence Reframed : Multiple Intelligence for The 21st Century’ (1999), Howard Gardner,

menambahkan dan menjelaskan 9 kecerdasan, yaitu:

9. Kecerdasan Eksistensial (kecerdasan makna)

Anak belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di sini?” “Untuk apa kita di sini?” “Bagaimana

posisiku dalam keluarga, sekolah dan kawan-kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan

kebutuhan untuk belajar.

Pada dasarnya, manusia memiliki beberapa kecerdasan utama sesuai dengan pembagian kecerdasan pada otak

kita. Seorang psikolog dan ahli pendidikan dari Universitas Harvard AS yaitu Prof. Dr. Howard Gardner

merumuskan teorinya Multiple Intelligence (kecerdasan ganda/majemuk). Berikut bisa anda simak 9 kategori

kecerdasan manusia dimaksud.

1. Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan dalam mengolah kata-kata secara efektif baik bicara ataupun menulis. Mereka yang memiliki

kecerdasan ini akan mudah memahami bacaan dan suka menulis, mampu mengapresiasikan apa yang dia baca,

mampu berkomunikasi dua arah. Profesi yang cocok bagi mereka seperti jurnalis, penyair, pengacara

Ciri-ciri :  Dapat berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata,

membaca dan dapat mengartikan bahasa tulisan dengan jelas

2. Kecerdasan Matematis-Logis
Kecerdasan dalam hal angka dan logika. Mereka yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan berpikir yang

sistematis deduktif dan induktif, mereka juga lebih cepat tanggap dengan masalah, dia bekerja secara berurutan

atau sistematis.  Profesi yang cocok bagi mereka seperti ilmuwan, akuntan, programmer.

Ciri-ciri : Mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis,

pandangan hidupnya bersifat rasional.

3. Kecerdasan Visual-Spasial

Kecerdasan yang mencakup berpikir dalam gambar, serta mampu untuk menyerap, mengubah dan menciptakan

kembali berbagai macam aspek visual. Profesi yang cocok bagi mereka seperti arsitek, fotografer, designer, pilot,

insinyur.

Ciri-ciri : Kepekaan tajam untuk detail visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk dan ruang, mudah

memperkirakan jarak dan ruang, membuat sketsa ide dengan jelas.

4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani

Kecerdasan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresiakan gagasan dan perasaan.  Orang yang

yang memiliki kecerdasan ini biasanya cepat menghafal atau meniru gerak tari yang dilihatnya, dan tubuhnya lues

dalam melakukan gerakan. Profesi yang cocok bagi mereka seperti atlet, pengrajin, montir, menjahit, merakit

model.

Ciri-ciri :  Menikmati kegiatan fisik (olahraga), cekatan dan tidak bias tinggal diam, berminat dengan segala

sesuatu yang berkaitan dengan gerak dinamis.

5. Kecerdasan Musikal

Kecerdasan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk musik dan suara. Orang yang

memiliki kecerdasan ini biasanya mudah menghafal lirik lagu, dan menciptakan nada-nada yang indah. Profesi

yang cocok bagi mereka seperti konduktor, pencipta lagu, penyanyi dsb.

Ciri-ciri : Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama, mendengar music dengan tingkat

ketajaman lebih.

6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain.

Mereka cenderung memiliki kelebiah dalam gabungan antara perkembangan dan pertumbuhan tingkat

kematangan dua sisi (pribadi dan kemampuan). Profesi yang cocok bagi mereka seperti networker, negotiator,

guru.

Ciri-ciri : Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka, menjalin kontak mata dengan baik,

menunjukan empati pada orang lain, mendorong orang lain menyampaikan kisahnya.

7. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertidak secara adaptif berdasar pengenalan diri. Mereka

juga memiliki kemampuan memahami diri sendiri. Profesi yang tepat bagi mereka adalah konselor dan teolog.

Ciri-ciri : Membedakan berbagai macam emosi, mudah mengakses perasaan sendiri, menggunakan

pemahamannya untuk memperkaya dan membimbing hidupnya, mawas diri dan suka meditasi, lebih suka kerja

sendiri.

8. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan memahami dan menikmati alam dan menggunakanya secara produktif dan mengembangkam

pengetahuan akan alam. Mereka juga memiliki kecerdasan melebihi orang lain dalam melatih diri secara otodidak.

Profesi yang tepat bagi yang memiliki kecerdasan ini di antaranya petani, nelayan, pendaki, dan pemburu

Ciri-ciri : Mencintai lingkungan, mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang, senang kegiatan di luar (alam).

9. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia Kemampuan

menyeimbangkan moral, iman dan subjektifitas. Mereka cocok untuk profesi filsuf, teolog

Ciri-ciri : Mempertanyakan hakekat segala sesuatu, mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/

dunia.

Demikian pengertian kategorisasi 9 kecerdasan yang dimiliki manusia menurut Gardner. Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai