Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KOKURIKULER

“EMPATI”

SOSOK KAKEK TUA PENGAYUH BECAK

Mata Kuliah Kokurikuler

Disusun oleh:

Nama: Haerina

Nim :C0222430

Kelas : Akuntansi A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

TAHUN 2022
Kata Pengantar

Puji syukur kita anjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Karena atas limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya lah kita dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan dengan
waktu yang telah ditentukan.Dalam makalah ini akan membahas tentang “EMPATI”

Makalah ini dapat diselesaikan dengan benar dan tepat waktu karena adanya bantuan dan
arahan dari berbagai pihak .Oleh karna itu,saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan .Oleh karena
itu,saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan
penyusunan makalah ini.

Majene,18 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... iii
BAB I.PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
A.Latar Belakang................................................................................................................................. 1
B.Rumusan Masalah........................................................................................................................... 1
C.Tujuan.................................................................................................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................................................... 2
Isi............................................................................................................................................................... 2
BAB III.PENUTUP............................................................................................................................. 4
Kesimpulan........................................................................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………..5
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Empati adalah kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain, melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain, dan juga membayangkan diri sendiri berada di
posisi orang tersebut. Empati memainkan peran penting dalam membangun dan menjaga
hubungan antara sesama manusia.

B.Rumusan Masalah
sosok kakek tua pengayuh becak

C.Tujuan
Umur tidak menjamin sampai kapan engkau mencari nafkah
BAB II
PEMBAHASAN
Berempati pada sosok kakek tua pengayuh becak mencari nafkah untuk keluarganya

Pada gambar diatas sosok bapak pengayuh becak yang masih mengayuh becaknya meski
umurnya sudah 70.
Siang tampak bersahabat dengan hari-harinya. Hangatnya menambah semangat kerja di
dalam diri seorang kakek tua di pinggir jalan Taman Sari, Kota Bandung.  Kerutan wajahnya
tampak seakan berbicara jelas arti kehidupan. Tidak hanya matahari yang senang
berteman dengannya, asap kendaraan bermotor pun setia menemani semangatnya dalam
mengais rezeki. Dari balik becak tua, Umar (70 tahun) bercerita tentang sulitnya hidup di
Kota Metropolitan Bandung.
Umar bercerita tentang sulitnya hidup dan mencari sesuap nasi di Kota Bandung yang
notabennya sebagai kota destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Dijadikan
alasan lelaki tua ini untuk mencari rezeki. Berawal dari niat mengubah nasib, ia berangkat
dari kota asalnya Garut menuju kota Bandung, Jawa Barat.
Berbekal pengetahuan seadanya, lelaki tua ini memilih bekerja sebagai tukang becak.
Pekerjaan yang menurut sebagian orang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup di
zaman sekarang. Berbeda halnya dengan Umar, pengetahuan yang terbatas dan berbekal
ijazah SD, serta tuntutan hidup memaksanya terus bekerja dengan profesi apa pun.
“Ya mau gimana lagi atuh Teh, hidup sekarang makin banyak biaya. Saya juga tidak bisa
diam saja menerima takdir dengan hidup pas-pasan. Jadi mau tidak mau saya bekerja
sebagai tukang becak,” kata Umar.

Becak tua hasil sewaan itu menjadi saksi bisu perjuangan Umar untuk bertahan hidup demi
menafkahkan istri, anak, dan cucunya. Kesederhanaan dan keramahan terlihat jelas di
wajahnya. Keinginannya bekerja di kota kelahiran mungkin hanya sebatas impian. Oleh
karena itu, ia memberanikan diri berjuang di kota orang.
“Sebenarnya saya ingin sekali mencari nafkah di Garut. Tapi karena saya tidak punya tanah
dan sawah yang bisa digarap, saya lebih memilih mencari nafkah di Bandung,” ujarnya.
 
Kehidupan Umar diawali saat fajar malu-malu untuk menampakkan cahayanya dari timur.
Ibadah tidak lupa ia lakukan untuk mengawali perjuangan di setiap paginya. Becak tua
hasil menyewa dimandikannya setiap pagi. Kenyamanan menjadi alasan utama Umar agar
banyak penumpang yang mau memakai jasa becaknya. Didorongnya becak tua tersebut
hingga sampai di ujung jalan yang dijadikan tempat pangkalan beberapa orang
seprofesinya. Usahanya diakhiri saat sore hari di mana senja telah menampakkan
wajahnya.
“Saya narik becak biasanya dari pukul 06.00 WIB atau paling siang pukul 08.00 WIB. Di
gang ini biasanya saya mangkal dekat Mall Balubur. Selesai menarik becak biasanya sampai
sore. Ya sekitar pukul 16.00 WIB,” jelas Umar.
Fisiknya kini telah renta, tidak sekuat saat ia muda. Tuntutan hidup yang semakin banyak
dan beberapa anaknya yang juga tidak dapat melanjutkan sekolah menambah beban
hidupnya. Beberapa anaknya memang sudah menikah, namun tidak jauh dari
kehidupannya. Semua serba sederhana dan berkecukupan. Pekerjaan anaknya sebagai kuli
bangunan membuat Umar terus bekerja tanpa harus menuntut banyak pada anaknya.
Penghasilan yang tidak menentu dirasa cukup untuk sekadar mengenyangkan perut.
“Anak saya banyak Teh. Ada yang sudah menikah dan tinggal dengan suaminya di Garut.
Tapi masih ada juga adik-adiknya yang menjadi tanggung jawab saya sebagai kepala
keluarga. Terlebih lagi anak-anak saya hanya sebagai pekerja serabutan seperti kuli
bangunan. Penghasilannya juga tidak menentu. Oleh karena itu, saya juga tidak bisa
menuntut banyak dari anak. Sekarang saja saya belum dapat penumpang satu pun dari
pagi,” ujar Umar.
Kehidupan yang sederhana dan serba tak berkecukupan membuat lelaki tua ini lebih
memaknai arti hidup. Banyak dari kita terlalu sibuk dengan segala kemewahan dunia tanpa
memandang orang sepertinya. Siapa yang harus bertanggung jawab pada hal ini? Siapa
yang harus disalahkan? Pemerintahkah?
“Saya tidak bisa berharap banyak kepada pemerintah. Saya hanya ingin jalanan yang baik
agar saya dapat menarik becak dengan jalan yang nyaman. Selain itu, saya mohon untuk
para pejabat di pemerintahan segera membuat lapangan kerja yang cocok untuk kami,”
ujarnya.
Dari balik becak tua, masyarakat bisa belajar, perjuangan bertahan hidup dan menafkahi
keluarga yang dijalani Umar sebagai penarik becak. Di usianya yang renta, yang seharusnya
tidak lagi membanting tulang, ia tak punya pilihan selain menjalani apa pun yang harus
terjadi. Baginya, menghargai waktu dan kerja keras adalah hal yang tidak ternilai harganya.
(Yenny Aryanti, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)

Sikap empati harus ditanamkan pada diri sendiri,jika tidak bisa menolong dengan materi
kita dapat membantu beliau dengan memakai jasa beliau untuk mengayuh becak dan
dengan melihat dan membaca cerita diatas saya dapat mengetahui betapa bekerja kerasnya
seorang ayah untuk menafkahi keluaganya.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Umur tidak menjamin sampai mana batasan kita untuk berhenti bekerja ,di usia tua pun
jika ada tanggung jawab untuk menafkahi keluarga juga harus dilakukan.Adanya sikap
empati terhadap orang lain perlu ditanamkan dalam diri agar dapat merasakan apa yang
dirasakan,apa yang dipikirkan,dan apa yang harus dilakukan dan tindakan apa yang harus
dilakukan untuk membantu orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

https://berita.upi.edu/umar-harus-menarik-becak-meski-berusia-70/

Anda mungkin juga menyukai