Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

Sifat yang Perlu Dimiliki Wirausaha


Dosen Pengampu: Alwa Pascaselnofa Amril, S.E, M.M

Kelompok 1
Wizna Hasanah ()

Program Diploma III Refraksionis Optisien


Akademi Refraksi Optisi YLPTK Padang
2021

i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis
mengucapkan syukur kepada Tuhan yang maha Esa atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan tugas makalah ini yaitu tentang ”Sifat yang Perlu Dimiliki Wirausaha”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi.

Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada Bapak Alwa Pascaselnofra Amril, S.E, M.M sebagai dosen
KEWIRAUSAHAAN kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Penulis

2022

ii
DAFTAR ISI

Cover .....................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3
Pengertian Kewirausahaan................................................................................................................3
Objek Studi Kewirausahaan...............................................................................................................5
Perkembangan Disiplin Ilmu Kewirausahaan.....................................................................................5
Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan.......................................................................................................6
10 karakteristik wirausaha menurut Bygrave..................................................................................15
Kelemahan Wirausaha Indonesia....................................................................................................17
BAB III..................................................................................................................................................19
PENUTUP.............................................................................................................................................19
Kesimpulan......................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan dunia yang begitu cepat mengakibatkan setiap waktu derap langkah kita juga harus
berubah cepat menuju arah yang lebih baik. Perubahan yang melanda berbagai bidang, meng
akibatkan rantai keterkaitan antara bidang yang satu dengan yang lain makin erat, satu berubah yang
lain juga ikut berubah. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa pada akhirnya perubahan yang terjadi akan
membawa dampak positif bagi yang mampu mengikutinya dan berdampak negatif bagi yang lambat
untuk meresponnya.

Dari sekian banyak perubahan yang terjadi, perubahan paling penting untuk diperhatikan justru
terjadi perubahan di dalam pola pikir manusia. Perubahan gaya hidup, selera dan perilaku pribadi,
mulai dari anak-anak sampai dewasa, baik di kota maupun di desa yang pada akhirnya berimbas
kepada pandangan seseorang terhadap sesuatu, termasuk perubahan pola pikir mahasiswa kita dewasa
ini.

Kegiatan wirausaha sangat penting,mengingat bahwa modernisasi dalam bidang ekonomi, sangat
bergantung pada kuantitas dankualitas kewirausahaannya. Karena itu tidak mengherankan jika PBB
menyatakan, bahwa suatunegara akan mampu membangun, apabila memiliki wirausahawan sekitar
2% dari jumlahpenduduknya. Jumlah penduduk Indonesia saat ini 200.000.000 jiwa, sehingga paling
tidak harusmemiliki wirausahawan sebanyak 4.000.000 orang (Alma, 2008:4).

Namun kenyataannya, Indonesia hanya memiliki wirausahawan sekitar 0,18% dari jumlah
penduduk (Suruji, 2008).Wirausahawan memiliki kedudukan amat penting dalam kehidupan suatu
negara. Mengingat,bahwa wirausahawan tidak saja memberikan kemanfaatan bagi dirinya sendiri-
pekerjaan danpendapatan secara mandiri, tetapi juga bagi negara dan warga masyarakat dengan
penciptaanlapangan kerja. Berbagai teori pembangungan menyatakan, bahwa keberhasilan suatu
negaradalam proses percepatan pembangunan ekonomi sangat bergantung pada kuantitas dan
kualitaskewirausahaan yang dimiliki suatu negara.

Perubahan pola pikir mahasiswa kita setelah kuliah apakah ingin menjadi pegawai atau
berwirausaha belum banyak berubah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat mahasiswa untuk
berwirausaha sekitar 37% dan 8% bekerja sambil berwirausaha. Artinya, bahwa orientasi para
mahasiswa setelah lulus hanya untuk mencari kerja, bukan menciptakan lapangan kerja. Rupanya cita-
cita seperti ini sudah berlangsung lama terutama di Indonesia dengan berbagai sebab. Jadi, tidak
mengherankan jika setiap tahun jumlah orang yang menganggur terus bertambah. Sementara itu,
pertumbuhan lapangan kerja semakin sempit.

Hasil ini sudah memberikan sedikit gambaran betapa pola pikir untuk menjadi wirausaha di
kalangan mahasiswa masih sangat kecil. Pola pikir yang diwujudkan dalam cita-cita untuk menjadi
pegawai sebenarnya sudah terjadi di berbagai belahan dunia sejak puluhan tahun yang lalu. Seorang
penulis buku tentang motivasi yang terkenal, yaitu Max Gunther pernah mengkritik sistem pen
didikan di Amerika Serikat tahun 70-an yang katanya hanya akan melahirkan lulusan "Sanglaritis"
yang artinya mereka mempunyai mental buruh, yaitu ingin menjadi pegawai negeri atau pegawai

1
swasta. Mereka kurang mampu dan mau menciptakan lapangan kerja sendiri. Bahkan, untuk kasus
Indonesia hal itu masih terjadi sampai sekarang.

Dari hasil penelitian, mahasiswa sulit untuk mau dan memulai wirausaha dengan alasan mereka
tidak diajar dan dirangsang untuk berusaha sendiri. Hal ini juga didukung oleh lingkungan budaya
masyarakat dan keluarga yang dari dulu selalu ingin anaknya menjadi orang gajian alias pegawai. Di
sisi lain, para orang tua kebanyakan tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan untuk berusaha.
Oleh karena itu, mereka lebih cenderung mendorong anak-anak mereka untuk mencari pekerjaan atau
menjadi karyawan. Orang tua juga merasa lebih bangga, bahkan sebagian merasa terbebas, bila
anaknya yang telah selesai kuliah mampu menjadi pegawai. Dan faktor yang tidak kalah pentingnya
adalah tidak ada atau sulitnya memiliki modal untuk berwirausaha.

Sementara itu, pemerintah kurang begitu tanggap untuk mengubah pola pikir masyarakat.
Kalaupun ada, sebagian kecil baru dimulai tahun 1990-an, baik melalui materi kuliah atau cara-cara
lain. Baru pada tahun 2000-an kegiatan wirausaha mulai digalakkan lagi. Pemerintah melalui lembaga
pendidikan tinggi (memasukkan mata kuliah dan materi) diharapkan mampu menciptakan jiwa-jiwa
wirausaha sehingga mereka mampu mandiri dan menciptakan lapangan kerja yang setiap tahun
bertambah terus.

Dalam hal pendidikan kewirausahaan (Entrepreneurship), Indonesia tertinggal jauh dibandingkan


dengan luar negeri, bahkan di beberapa negara pendidikan tersebut telah dilakukan puluhan tahun
yang lalu. Misalnya, di negara-negara Eropa dan Amerika Utara pendidikan kewirausahaan sudah
dimulai sejak tahun 1970-an. Bahkan di Amerika Serikat lebih dari 500 sekolah sudah mengajar kan
mata kuliah kewirausahaan era tahun 1980-an. Sementara itu, di Indonesia pendidikan kewirausahaan
baru mulai dibicarakan era tahun 1980-an dan digalakkan tahun 1990-an. Hasilnya kita patut
bersyukur bahwa dewasa ini sudah mulai berdiri beberapa sekolah yang memang berorientasi untuk
menjadikan mahasiswa nya sebagai calon pengusaha unggul setelah pendidikan. Meskipun masih
terdengar sayup gaung lahirnya wirausaha-wirausaha baru, paling tidak kita sudah memulainya.

B. Rumusan Masalah

1) Apa itu wirausaha?


2) Apa saja sifat yang perlu dimiliki seorang wirausaha?
3) Sebutkan konsep 10 D Bygrave!
4) Apa kelemahan wirausaha Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan

1) Mengetahui apa itu wirausaha


2) Memahami sifat yang perlu dimiliki seorang wirausaha
3) Mengetahui konsep 10 D Bygrave
4) Memahami kelemahan wirausaha Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Kewirausahaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata wirausaha merupakan gabungan dari dua kata yang
masing-masing memiliki arti, wira dapat diartikan sebagai pahlawan atau laki-laki, sedangkan kata
usaha merupakan sebuah kegiatan dengan mengerahkan tenaga dan pikiran untuk mencapai suatu
maksud.

Maka kata wirausaha, dapat diartikan sebagai seorang yang melakukan sesuatu dengan segala
kemampuannya untuk mencapai maksud tertentu. Pada perjalanannya, kegiatan wirausaha
berkembang menjadi kewirausahaan, istilah kewirausahaan merupakan padanan kata dari
entrepreneurship dalam bahasa Inggris.

Sebelum dialih bahasakan ke dalam bahasa Inggris, kata entrepreneurship sendiri berasal dari kata
berbahasa Perancis, yaitu entreprende yang memiliki arti petualang, pencipta, dan pengelola usaha.
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai,
kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup dan cara
memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya. Kewirausahaan merupakan
suatu disiplin ilmu tersendiri, memiliki proses sistematis, dan dapat diterapkan dalam bentuk
penerapan kreativitas dan keinovasian. Seperti dikemukakan Thomas W. Zimmerer (1996).
"Entrepreneurship is the result of disciplined, systematic procces of applying creativity and
innovations to needs and opportunities in the marketplace". Kewirausahaan merupakan hasil dari
suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan
peluang di pasar.

Definisi yang lain mengenai kewirausahaan menurut Soeharto Prawirokusumo (1997: 4),
kewirausahaan merupakan disiplin ilmu tersendiri yang independen dan telah diajarkan sebagai suatu
disiplin ilmu tersendiri yang independen karena meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Kewirausahaan berisi bidang pengetahuan (body of knowledge) yang utuh dan nyata, yaitu
terdapat teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
2) Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi permulaan usaha/ ventura (venture start-up)
dan perkembangan usaha (venture-growth). ini jelas tidak termasuk dalam kerangka bidang
materi manajemen umum (framework general management course) yang memisahkan antara
manajemen dan kepemilikan usaha (business ownership).
3) Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create new and different things).
4) Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan usaha dan pendapatan atau
kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.

Pada awalnya kewirausahaan dipandang sebagai kemampuan yang dilahirkan dari pengalaman
langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir sehingga kewirausahaan tidak
dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang, kewirausahaan bukan hanya mengenai urusan lapangan dan
bakat bawaan, tetapi juga merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan.
Kewirausahaan bukan hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman lapangan, tetapi juga

3
dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan
bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang berhasil menjadi wirausahawan adalah orang-orang yang
mengenal potensi (traits) dan belajar mengembangkannya untuk menangkap peluang serta
mengorganisasikan usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi
wirausahawan yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup. tetapi juga harus memiliki pengetahuan
mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya.

Sejak awal Abad ke-20, kewirausahaan sudah diperkenalkan dan dipelajari di beberapa negara,
misalnya di Belanda dikenal dengan "ondernemer" dan di Jerman dikenal dengan "unternehmer".
Selain itu, di berbagai negara kewirausahaan memiliki banyak tanggung jawab, antara lain tanggung
jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis. kepemimpinan
organisasi dan komersial, penyediaan modal, perekrutan dan penanganan tenaga kerja, pembelian,
penjualan, pemasangan iklan, dan lain-lain. Pada 1950-an, pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di
beberapa Negara, seperti di Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan, semenjak 1970-an, banyak
universitas yang mengajarkan kewirausahaan, manajemen usaha kecil (small business management),
atau manajemen usaha baru (new venture management). Pada 1980-an, hampir 500 sekolah di AS
memberikan pendidikan kewirausahaan. Sekarang di Indonesia, pendidikan kewirausahaan sudah
dipelajari di berbagai sekolah dan perguruan tinggi.

Seperti halnya ilmu manajemen yang awalnya berkembang dalam bidang industri, kemudian
berkembang dan diterapkan dalam berbagai bidang lainnya, maka disiplin ilmu kewirausahaan dalam
perkembangannya mengalami evolusi yang pesat. Pada mulanya, kewirausahaan berkembang dalam
bidang perdagangan, kemudian diterapkan dalam berbagai bidang lain. seperti industri, perdagangan,
pendidikan, kesehatan, pemerintah, perguruan tinggi, dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Dalam
konteks tertentu, kewirausahaan merupakan suatu kompetensi utama dalam menciptakan perubahan,
pembaruan, dan kemajuan.

Kewirausahaan tidak hanya dapat digunakan sebagai kiat-kiat bisnis jangka pendek, tetapi juga
sebagai kiat untuk bertahan hidup secara umum dalam jangka panjang. Dalam bidang bisnis,
misalnya, perusahaan yang sukses dan memperoleh peluang besar karena pengusahanya memiliki
kemampuan kreatif dan inovatif. Melalui kemampuan kreatif dan inovatif itulah perusahaan
menciptakan nilai tambah atas barang dan jasa yang dikehendaki oleh pelanggannya. Nilai tambah
barang dan jasa merupakan keunggulan dan keunggulan merupakan bentuk daya saing bagi
perusahaan. Perusahaan perusahaan yang sukses, seperti perusahaan Microsoft, elektronik, dan
kendaraan bermotor disebabkan oleh daya kreatif dan inovatif yang dimiliki perusahaan tersebut
dalam merekayasa produk dan nilai kegunaan barang dan jasa.

Demikian juga dalam bidang pendidikan, kesehatan, pemerintahan. dan institusi lainnya, mereka
berhasil disebabkan memiliki sumber daya yang kreatif dan inovatif (entrepreneur) dalam
menciptakan perubahan-perubahan. David Osborne & Ted Gaebler (1992) dalam bukunya
Reinventing Government, mengemukakan bahwa dalam perkembangan dewasa ini diperlukan adanya
pemerintah yang memiliki kemampuan kewirausahaan (entrepreneurial government), yaitu
pemerintah yang kreatif dan inovatif. Pemerintahan yang memiliki kemampuan entrepreneur akan
menciptakan birokrasi dan institusi memiliki motivasi, optimisme, dan berlomba untuk menciptakan
cara-cara baru yang lebih efisien, efektif. inovatif, fleksibel, dan adaptif.

4
Objek Studi Kewirausahaan

Seperti telah dikemukakan, bahwa kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan
perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Objek studi kewirausahaan adalah kemampuan,
yaitu kemampuan merumuskan tujuan hidup, kemampuan memotivasi diri, kemampuan berinisiatif.
kemampuan membentuk modal, kemampuan mengatur waktu, dan kemampuan membiasakan diri
untuk belajar dari pengalaman. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah kemampuan, sifat-
sifat, nilai-nilai, dan kepribadian seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku.

Seperti dikemukakan oleh Soeparman Soemahamidjaja (1997, 14-15) bahwa objek studi
kewirausahaan meliputi kemampuan seseorang dalam hal hal sebagai berikut :

1) Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan tujuan hidup/usaha


diperlukan adanya perenungan dan koreksi, yang kemudian dibaca dan diamati berulang-
ulang sampai dipahami apa yang menjadi kemauannya.
2) Kemampuan memotivasi diri, yaitu untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang besar.
3) Kemampuan berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah
orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi terbiasa berinisiatif.
4) Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas (daya cipta) dan setelah dibiasakan
berulang-ulang akan melahirkan motivasi Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk
selalu mencari berbagai kemungkinan atau kombinasi baru yang dapat dijadikan perangkat
dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat. 5. Kemampuan membentuk
modal material, sosial, dan intelektual
5) Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri, yaitu untuk selalu tepat waktu dalam
segala tindakan melalui kebiasaan dan tidak menunda pekerjaan.
6) Kemampuan mental yang dilandasi agama.
7) Kemampuan membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik ataupun
menyakitkan.

Perkembangan Disiplin Ilmu Kewirausahaan

Kewirausahaan mulai dikenal secara populer pada awal Abad ke-18. Pada 1755, seorang
berkebangsaan Irlandia bernama Richard Cantillon yang berdiam di Prancis merupakan orang yang
pertama menggunakan istilah "wirausahawan" dalam bukunya Essai sur la Nature du Commerce en
Generale (1755), beliau menjelaskan bahwa wirausahawan adalah seseorang yang menanggung risiko
Pada awalnya, istilah wirausahawan merupakan sebutan bagi para pedagang yang membeli barang di
daerah-daerah yang kemudian menjualnya dengan harga yang tidak pasti. Itulah sebabnya, disebut
berani menghadapi risiko atas ketidakpastiannya.

Meskipun saat ini banyak ahli yang mengartikan "wirausahawan dan "kewirausahaan" dalam
versi yang berbeda-beda, akan tetapi pendapat Schumpeter pada 1912 masih relevan dan banyak
diikuti berbagai kalangan. Menurut Schumpeter, wirausahawan tidak selalu berarti pedagang atau
manajer, tetapi juga seorang unik yang memiliki keberanian dalam mengambil risiko dan
memperkenalkan produk-produk inovatif serta teknologi baru ke dalam perekonomian. Dengan tegas,
Schumpeter membedakan antara proses penemuan dengan inovasi. Menurut Schumpeter, hanya
sedikit pengusaha yang dapat melihat ke depan dan inovatif yang dapat merasakan potensi penemuan
baru dan memanfaatkannya. Setelah inovasi tersebut berhasil diperkenalkan oleh wirausahawan,

5
pengusaha lain mengikutinya sehingga produk dan teknologi baru tersebut tersebar dalam kehidupan
ekonomi.

Pada 1994, Peter F. Drucker mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan untuk


menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Definisi tersebut secara lebih luas dikemukakan oleh
Robert Hisrich (1995: 10), yang al mengatakan bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan
sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai dengan mencurahkan waktu dan usaha, diikuti
penggunaan uang, fisik, risiko, dan kemudian menghasilkan balas jasa berupa uang serta kepuasan
dan kebebasan pribadi. Pada 1996, Thomas W. Zimmerer (1996: 51) yang mengungkapkan bahwa
kewirausahaan merupakan proses penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan
mencari peluang yang dihadapi setiap orang dalam setiap hari. Kewirausahaan adalah proses dinamis
untuk menciptakan nilai tambah pada barang dan jasa serta kemakmuran. Tambahan nilai dan
kemakmuran ini diciptakan oleh individu wirausahawan yang memiliki keberanian menanggung
risiko, menghabiskan waktu serta menyediakan berbagai produk barang dan jasa. Barang dan jasa
yang dihasilkan oleh wirausahawan tidak selalu barang baru, tetapi memiliki nilai yang baru dan
berguna.

Sesuai dengan perkembangannya, konsep kewirausahaan memiliki beberapa konsep dan ciri-ciri
khusus, seperti memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (kreativitas
dan inovasi), mengorganisasi, menanggung risiko, berorientasi hasil, selalu menciptakan peluang,
kepuasan pribadi, dan kebebasan. Konsep dan ciri-ciri kewirausahaan tersebut tentu saja tidak hanya
terdapat dalam konteks bisnis, tetapi juga dalam berbagai konteks dan bidang selain bisnis, seperti
institusi pemerintahan, pendidikan, kesehatan, penelitian, hukum, arsitektur, teknik, pekerjaan sosial,
dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan

Masing-masing karakteristik kewirausahaan seperti yang telah dikemukakan memiliki makna-


makna dan perangai tersendiri yang disebut nilai. Milton Rockeach (1973:4), membedakan konsep
nilai menjadi dua, yaitu nilai sebagai sesuatu yang dimiliki oleh seseorang dan nilai sebagai sesuatu
yang berkaitan dengan objek. Pandangan pertama, manusia mempunyai nilai, yaitu sesuatu yang
dijadikan ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Menurut Sidharta Poespadibrata (1993:
91), watak seseorang merupakan sekumpulan perangai yang tetap. Sekumpulan perangai yang tetap
tersebut dapat dipandang sebagai sistem nilai (Milton Rockeach, 1973). Oleh karena itu, watak dan
perangai yang melekat pada wirausahawan dan menjadi ciri-ciri wirausahawan dapat dipandang
sebagai sistem nilai kewirausahaan.

Nilai-nilai kewirausahaan dapat dilihat dari perangai, watak, jiwa, perilaku, dan ukuran baku. Secara
pragmatik (nilai pragmatik) nilai kewirausahaan dapat dilihat dari unsur-unsur sebagai berikut.

a. Memiliki perencanaan.
b. Ada prestasi yang dicapai.
c. Produktivitas.
d. Memiliki kemampuan.
e. Memiliki kecakapan.
f. Kreativitas.
g. Inovatif.
h. Kualitas kerja.
i. Komitmen.

6
j. Kerja sama.
k. Kesempatan.
l. Kekerja keras.
m. Tegas.
n. Mengutamakan prestasi.
o. Keberanian mengambil risiko.
p. Kemampuan mencari peluang.

Selain nilai-nilai yang bersifat pragmatis, wirausahawan juga memiliki nilai-nilai moralistik (nilai
moral), seperti tercermin pada ciri-ciri sebagai berikut.

a. Keyakinan atau kepercayaan diri.


b. Kehormatan.
c. Martabat pribadi.
d. Kepercayaan.
e. Kerja sama.
f. Kejujuran.
g. Keteladanan.
h. Keutamaan.
i. Ketaatan.

Sujuti Jahya (1977) melihat nilai kewirausahaan dari dua dimensi yang Mamtha berpasangan:

1) Pasangan sistem nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan nonmateri


2) Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasaan

Model sistem nilai kewirausahaan :

1) Wirausahawan yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi, ciri-cirinya adalah


berani mengambil risiko, terbuka terhadap teknologi, dan mengutamakan materi.
2) Wirausahawan yang berorientasi pada kemajuan, tetapi bukan untuk mengejar materi.
Wirausahawan ini hanya ingin mewujudkan rasa tanggung jawab, pelayanan, sikap positif,
dan kreativitas.
3) Wirausahawan yang berorientasi pada materi dengan berpatokan pada kebiasaan yang sudah
ada, misalnya usaha dengan perhitungan fengshui agar dapat berhasil.
4) Wirausahawan yang berorientasi nonmateri dengan bekerja berdasarkan pada kebiasaan.
Wirausahawan model ini biasanya bergantung pada pengalaman, memperhitungkan hal-hal
mistik, etnosentris, dan taat pada tata cara leluhur.

Penerapan masing-masing nilai sangat bergantung pada fokus dan tujuan masing-masing
wirausahawan. Dari beberapa nilai kewirausahaan tersebut. terdapat beberapa nilai hakiki penting dari
kewirausahaan, yaitu:

a) Percaya Diri

Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi
tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1988: 33). Dalam praktik, sikap, dan kepercayaan ini
merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai. melakukan, dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan
yang dihadapi. Oleh sebab itu, orang yang memiliki kepercayaan diri selalu memiliki nilai keyakinan,
optimisme, individualitas, dan ketidakbergantungan terhadap sesuatu. Seseorang yang memiliki

7
kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuan untuk mencapai keberhasilan
(Zimmerer. 1996; 7).

Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relatif, dinamis, dan banyak ditentukan oleh
kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya
diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan
efisien. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan. kegairahan, dan
kemantapan dalam melakukan pekerjaan.

Kepercayaan diri tersebut, baik langsung maupun tidak langsung memengaruhi sikap mental
seseorang. Gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja keras,
semangat berkarya, dan sebagainya banyak dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan diri seseorang yang
berbaur dengan pengetahuan keterampilan dan kewaspadaannya (Soesarsono Wijandi, 1988: 37).
Kepercayaan diri merupakan landasan yang kuat untuk meningkatkan karsa dan karya seseorang.
Sebaliknya, setiap karya yang dihasilkan akan menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri.
Kreativitas, inisiatif, kegairahan kerja, dan ketekunan akan banyak mendorong seseorang untuk
mencapai karya yang memberikan kepuasan batin, yang kemudian akan mempertebal kepercayaan
diri.

Pada gilirannya, orang yang memiliki kepercayaan diri akan memiliki kemampuan untuk bekerja
sendiri dalam mengorganisasikan, mengawasi, dan meraih kesuksesan (Soeparman Soemahamidjaja,
1997: 12). Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh sebab itu,
wirausahawan yang sukses adalah wirausahawan yang mandiri dan percaya diri (Yuyun Wirasasmita,
1994: 2). Kepercayaan diri tersebut tentu saja berpengaruh pada gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas,
keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, dan kegairahan berkarya.

b) Berorientasi pada Tugas dan Hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan
nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada keberhasilan. ketekunan dan ketabahan, tekad kerja
keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin mencari
dan memulai. Orang yang memilki kepercayaan diri tidak mudah menyerah terhadap kegagalan dan
tidak pernah puas akan keberhasilan yang diraihnya saat ini. Untuk memulai diperlukan adanya niat
dan tekad yang kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya
akan menyusul sehingga usahanya semakin maju dan berkembang.

Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila terdapat inisiatif. Perilaku inisiatif ini
biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman selama bertahun-tahun, dan pengembangannya
diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, dan semangat berprestasi, Berinisiatif
adalah keinginan untuk selalu mencari dan memulai dengan tekad yang kuat.

c) Berorientasi pada Tugas dan Hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan
nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada keberhasilan. ketekunan dan ketabahan, tekad kerja
keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin mencari
dan memulai. Orang yang memilki kepercayaan diri tidak mudah menyerah terhadap kegagalan dan
tidak pernah puas akan keberhasilan yang diraihnya saat ini. Untuk memulai diperlukan adanya niat
dan tekad yang kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya
akan menyusul sehingga usahanya semakin maju dan berkembang.

8
Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila terdapat inisiatif, Perilaku inisiatif ini
biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman selama bertahun-tahun, dan pengembangannya
diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, dan semangat berprestasi. Berinisiatif
adalah keinginan untuk selalu mencari dan memulai dengan tekad yang kuat.

d) Keberanian Menghadapi Risiko

Keberanian yang tinggi dalam menghadapi risiko dengan perhitungan matang dan optimisme
yang dimiliki harus disesuaikan dengan kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme dan keberanian
menghadapi risiko dalam menghadapi suatu tantangan dipengaruhi oleh kepercayaan diri.
Kepercayaan diri juga ditentukan oleh kemandirian dan kemampuan diri sendiri. Seseorang yang
memiliki kepercayaan diri yang tinggi relatif lebih mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah
sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain. Kepercayaan diri muncul apabila kita memiliki kemauan
dan kemampuan. Kemampuan diisi dengan pendidikan dan pengalaman. Pendidikan saja tanpa
pengalaman (praktik) bagaikan seseorang yang belajar teori renang tanpa pernah berenang, tentu tidak
akan bisa berenang (Yusuf Kala, 2011).

Kemauan dan kemampuan untuk menghadapi risiko merupakan salah satu nilai utama dalam
kewirausahaan. Wirausahawan yang tidak mau menghadapi risiko akan sukar memulai atau
berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, seorang wirausahawan yang berani menanggung risiko
adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik (Yuyun
Wirasasmita, 1994: 2). Wirausahawan adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih
menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh
sebab itu, wirausahawan kurang menyukai risiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Risiko yang
terlalu rendah akan memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggi
kemungkinan memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan kegagalan yang sangat tinggi.

Oleh karena itu, ia akan lebih menyukai risiko yang seimbang (moderat). Dengan demikian.
keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko
yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam
melaksanakan tugas tugasnya secara realistis. Situasi risiko kecil dan situasi risiko tinggi dihindari
karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada masing-masing situasi tersebut.

Artinya, wirausahawan menyukai tantangan yang sukar, namun dapat dicapai (Geoffrey G.
Meredith, 1996: 37). Wirausahawan menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada
tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Dalam situasi risiko dan
ketidakpastian inilah wirausahawan mengambil keputusan yang mengandung potensi kegagalan atau
keberhasilan. Pada situasi ini, menurut Meredith (1996: 38), ada dua alternatif atau lebih yang harus
dipilih, yaitu alternatif yang mengandung risiko dan alternatif yang konservatif. Tentu saja, pilihan
terhadap risiko ini sangat bergantung pada hal-hal sebagai berikut:

1) Daya tarik setiap alternatif.


2) Siap untuk mengalami kerugian.
3) Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal.

Jadi, keberanian menanggung risiko bergantung pada: daya tarik setiap alternatif, kesiapan
mengalami kerugian, kemungkinan relatif untuk akses atau gagal. Sementara itu, kemampuan untuk
mengambil risiko ditentukan oleh keyakinan diri, kesediaan untuk menggunakan kemampuan, dan
kemampuan untuk menilai risiko. Pilihannya sangat ditentukan oleh kemampuan wirausahawan untuk

9
mengambil risiko. Selanjutnya, kemampuan untuk mengambil risiko ditentukan oleh hal-hal sebagai
berikut:

1) Keyakinan pada diri sendiri.


2) Kesediaan menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk
memperoleh keuntungan. 3. Kemampuan menilai situasi risiko secara realistis.

Pengambilan risiko seperti yang telah dikemukakan pada paragraf sebelumnya, bahwa berkaitan
dengan kepercayaan diri sendiri. Artinya, semakin besar kayakinan seseorang pada kemampuan
sendiri, maka semakin besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan untuk memengaruhi hasil
dan keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang
lain sebagai risiko (Meredith, 1996: 39). Jadi, pengambil risiko lebih menyukai tantangan dan
peluang. Oleh karena itu, pengambil risiko dapat ditemukan pada orang-orang yang inovatif dan
kreatif yang merupakan bagian terpenting dari perilaku kewirausahaan.

e) Berorientasi ke Masa Depan

Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke
masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, ia selalu berusaha, berkarsa, dan
berkarya. Kuncinya adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan
yang sudah ada saat ini. Meskipun terdapat risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari
peluang dan tantangan demi pembaruan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat
wirausahawan tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada saat ini. Oleh sebab itu, ia
selalu mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang. Berorientasi ke masa depan adalah
perspektif, selalu mencari peluang, tidak cepat puas dengan keberhasilan dan berpandangan jauh ke
depan.

f) Kepemimpinan

Seorang wirausahawan yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan. kepeloporan, dan
keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, menjadi yang pertama, dan lebih menonjol. Dengan
menggunakan kemampuan kreatif dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang
dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu, dan segera berada di pasar. Ia selalu menampilkan
produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga menjadi pelopor dalam proses produksi ataupun
pemasaran.la selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Oleh karena itu,
perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaruan untuk
menciptakan nilai. la selalu ingin bergaul untuk mencari peluang dan terbuka terhadap kritik serta
saran yang kemudian dijadikan peluang. Artinya, kritik dan saran harus dijadikan peluang, tidak
dijadikan sebagai suatu ketersinggungan.

Dalam karya dan karsanya, wirausahawan selalu ingin tampil baru dan berbeda. Karya dan karsa
yang berbeda akan dipandang sebagai sesuatu yang baru dan dijadikan peluang. Contoh sederhana
adalah Toyota yang hampir setiap tahun menampilkan produk baru ke pasar. Yang baru adalah
karakter seperti tampilan, interior, bentuk, dan aksesoris lain dengan produk pendahulunya. Dengan
demikian, nilai jual produk baru akan berbeda dengan nilai jual produk lama. Inilah nilai tambah yang
yang berbeda diciptakan oleh wirausahawan yang memiliki kepeloporan. Oleh sebab itu,
wirausahawan yang memiliki kemampuan kepemimpinan akan memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

1) Kepeloporan.
2) Keteladanan.

10
3) Tampil berbeda.
4) Mampu berpikir divergen dan konvergen.

g) Keorisinalitasan: Kreativitas dan Inovasi

Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir yang baru dan berbeda, sedangkan inovasi adalah
kemampuan untuk bertindak yang baru dan berbeda. Nilai inovatif, kreatif, dan fleksibilitas
merupakan unsur-unsur keorisinalitasan seseorang. Wirausahawan yang inovatif adalah orang yang
kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Yuyun Wirasasmita, 1994: 7),
dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup
baik.
2) Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya. 3. Selalu ingin tampil beda atau
memanfaatkan perbedaan.

Hardvard's Theodore Levitt mengemukakan definisi inovasi dan kreativitas lebih mengarah pada
konsep berpikir dan bertindak yang baru. "Kreativitas adalah kemampuan menciptakan gagasan dan
menemukan cara baru dalam melihat permasalahan dan peluang yang ada." Sementara itu, inovasi
adalah kemampuan mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan peluang yang.
ada untuk lebih memakmurkan kehidupan masyarakat. Jadi, kreativitas adalah kemampuan
menciptakan gagasan baru, sedangkan inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru. Oleh karena itu,
menurut Levitt, kewirausahaan adalah berpikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu
yang lama dengan cara cara baru. Hal ini sejalan dengan pendapat Soeparman Soemahamidjaja (1997:
10), bahwa kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Zimmerer (1996: 51), dalam bukunya Entrepreneurship and The New Venture Formation,
mengungkapkan bahwa:

"Sometimes creativity involves generating something from nothing. However, us creativity is more
likely to result in collaborating on the present, in putting old things together in new ways, or in taking
something away to create something simpler or better."

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas mengandung pengertian sebagai berikut:

1) Penciptaan atas sesuatu yang awalnya tidak ada. 2. Hasil kerja sama masa kini untuk
memperbaiki masa lalu dengan cara yang baru.
2) Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan baik. Menurut Zimmerer,
ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausahawan melihat sesuatu yang lama dan berpikir
sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu, kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang
sebelumnya tidak ada menjadi ada. Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah
barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah
dan meraih peluang yang dihadapi setiap hari. Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan
nilai tambah terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan persoalan
dan meraih peluang. Berinisiatif adalah u mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah.
Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah dibiasakan berulang-
ulang dan melahirkan inovasi. Gerschenkron, seorang ahli yang menonjolkan inovasi sebagai
sarana kepribadian menuju kewirausahaan modern mengemukakan bahwa wirausahawan
adalah orang yang bertugas memecahkan keputusan keputusan ekonomi (Myron Weiner,
1966: 256-272).

11
Pokok-pokok pikiran Gerschenkron tersebut pada dasarnya sejalan dengan pokok-pokok pikiran
Everet Roger M. Hagen (1962: 83) yang mengemukakan ciri-ciri kepribadian inovasi yang kreatif
sebagai berikut:

1) Openness to experience, yaitu terbuka terhadap pengalaman. Wirausahawan selalu berminat


dan tanggap terhadap gejala di sekitar kehidupannya dan sadar bahwa di dalamnya terdapat
individu yang berperilaku sistematis.
2) Creative imagination, yaitu kreatif dalam berimajinasi. Wirausahawan memiliki kemampuan
untuk bekerja dengan penuh imajinasi.
3) Confidence and content in one's own evaluation, yaitu cakap dan memiliki keyakinan atas
penilaian dirinya dan teguh pendirian.
4) Satisfaction in facing and attacking problems and in resolving confusion or inconsistency,
yaitu selalu memiliki kepuasan dalam menghadapi dan memecahkan persoalan. 5. Has a duty
or responsibility to achieve, yaitu memiliki tugas dan rasa tanggung jawab untuk berprestasi.
6. Intelligence and energetic, yaitu memiliki kecerdasan dan energik.

Ciri-ciri kepribadian kreatif terletak pada keterbukaan, kreativitas, kepercayaan diri, kecakapan,
kepuasan, rasa tanggung jawab, dan penuh daya imajinasi.

Hasil Berpikir Kreatif dan Inovatif

Ada perbedaan antara hasil berpikir kreatif dan hasil berinovatif. Hasil berpiki kreatif adalah dalam
bentuk sesuatu yang bersifat imajinasi, abstrak, dan obse seperti gagasan, khayalan, mimpi-mimpi,
dan ide-ide. Proses berpikir kreati disebut kreativitas. Kreativitas merupakan tindakan yang
menghasilkan sesuat dan merupakan kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya mencakup hal-
hal berikut:

1) Baru (new), citinya inovatif, belum ada sebelumnya, segar menarik, anch mengejutkan.
2) Berguna (useful), cirinya lebih enak. lebih praktis, lebih mudah. memperlancar, mendorong,
mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi
kesulitan, mendatangkan hasil yang lebih baik atau lebih banyak.
3) Dapat dimengerti (understable), cirinya hasil yang sama dapat dimengerti dan dibuat di lain
waktu.

Sementara itu, hasil berinovasi adalah produk barang dan jasa, metode proses, dan cara-cara
memecahkan masalah yang sifatnya baru, berguna, dan dapat dimengerti.

Sikap dan Kepribadian Wirausahawan.

Alex Inkeles dan David H. Smith (1974: 19-24) adalah dua ahli yang mengemukakan tentang kualitas
dan sikap orang modern. Menurut Inkeles (1974: 24), kualitas manusia modern tercermin pada orang
yang berpartisipasi dalam produksi modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai. dan
tingkah laku dalam kehidupan sosial. Ciri-ciri sikap, nilai, dan perilaku orang modern meliputi hal-hal
sebagai berikut:

1) Keterbukaan terhadap pengalaman baru.


2) Selalu membaca perubahan sosial.
3) Lebih realistis terhadap fakta dan pendapat. 4. Berorientasi pada masa kini dan masa yang
akan datang bukan pada masa lalu.
4) Berencana.
5) Percaya diri.

12
6) Memiliki aspirasi.
7) Berpendidikan dan mempunyai keahlian.
8) Respek.
9) Hati-hati.
10) Memahami produksi.

Ciri-ciri orang modern tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Gunar Myrdal, yaitu
yang meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi.


2) Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional.
3) Mempunyai jangkauan dan pandangan yang luas terhadap berbagai masalah.
4) Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang.
5) Selalu memiliki perencanaan dalam segala kegiatan.
6) Mempunyai keyakinan pada kegunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
7) Percaya bahwa kehidupan tidak dikuasai oleh nasib dan orang tertentu.
8) Memiliki keyakinan dan menggunakan keadilan sesuai dengan prinsip masing-masing.

Karakteristik lain yang harus dimiliki seorang wirausaha:

 Kemandirian atau KetidakbergantunganTerhadap Orang Lain

Orang yang mandiri adalah orang yang tidak suka mengandalkan orang lain, namun justru
mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri. Intinya adalah kepandaian dalam
memanfaatkan potensi diri tanpa harus diatur oleh orang lain. Untuk menjadi wirausahawan mandiri
harus memiliki tiga jenis modal utama yang menjadi syarat, yaitu sebagai berikut:

1) Sumber daya internal calon wirausahawan, misalnya kepandaian, keterampilan, kemampuan


menganalisis dan menghitung risiko serta keberanian atau visi jauh ke depan.
2) Sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal usaha dan modal
kerja, jaringan sosial (social network) serta jalur permintaan dan penawaran, dan lain
sebagainya.
3) Faktor X, misalnya kesempatan dan keberuntungan.

Seorang calon wirausahawan harus menghitung dengan saksama apakah ketiga sumber daya ini
dimiliki sebagai modal atau tidak. Jika faktor-faktor tersebut dapat dimiliki, ia akan merasa optimis
dan boleh berharap bahwa impiannya dapat menjadi kenyataan.

- Berani Menghadapi Risiko

Menjadi wirausahawan harus selalu berani menghadapi risiko. Semakin besar risiko yang
didihadapinya, maka semakin besar pula kemungkinan dan kesempatan untuk meraih keuntungan
yang lebih besar. Sebaliknya, semakin kurang berani menghadapi risiko, maka kemungkinan
keberhasilan juga semakin sedikit. Tentu saja, risiko-risiko ini sudah harus diperhitungkan terlebih
dahulu. Berani menghadapi risiko yang telah diperhitungkan sebelumnya merupakan kunci awal
dalam berusaha karena hasil yang akan dicapai akan proporsional dengan risiko yang akan diambil.
Risiko yang diperhitungkan dengan baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil lebih
tinggi.

Inilah faktor penentu yang membedakan wirausahawan dengan manajer. Wirausahawan akan
lebih dibutuhkan pada tahap awal pengembangan perusahaan, sedangkan manajer dibutuhkan dalam

13
dan tugas manajer adalah berani mengambil dan membuat keputusan untuk meraih sukses dalam
mengelola sumber daya, sedangkan inti wirausahawan adalah berani mengambil risiko untuk meraih
peluang. Wirausahawan harus bisa belajar mengelola risiko dengan cara mentransfer atau berbagi
risiko kepada pihak lain, seperti bank, investor, konsumen, pemasok, dan lain sebagainya.

- Selalu Mencari Peluang

Mencari peluang tidak berarti peluang sudah ada, tetapi wirausahawan harus menciptakan sendiri
peluang, yaitu dengan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, dan sesuatu yang lebih bermanfaat
serta mudah digunakan. Wirausahawan sejati mampu melihat sesuatu dalam perspektif atau dimensi
yang berlainan pada satu waktu. Bahkan, ia juga harus mampu melakukan beberapa hal sekaligus
dalam satu waktu. Kemampuan inilah yang membuatnya piawai dalam menangani berbagai persoalan
yang dihadapi oleh perusahaan. Semakin tinggi kemampuan wirausahawan dalam mengerjakan
berbagai tugas sekaligus, semakin besar pula kemungkinan untuk mengolah peluang menjadi sumber
daya produktif. Wirausahawan senantiasa belajar, belajar, dan belajar.

Bila kita percaya, dalam kehidupan ini penuh dengan berbagai peluang dan kesempatan untuk
maju, bertumbuh, dan berkembang. Banyak sekali rahasia kehidupan yang harus dipecahkan dan hal-
hal baru yang diciptakan oleh umat manusia untuk memenuhi impian dan membangun kenyamanan
hidup. Oleh karena itu, senantiasa tersedia ruang bagi munculnya gagasan atau ide-ide baru untuk
perubahan dan penyempurnaan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Untuk itulah, ilmu
pengetahuan dan teknologi senantiasa berkembang. Bila kita berpikir kreatif, sesungguhnya masih
banyak rahasia yang harus dipecahkan oleh umat manusia dalam kehidupan ini melalui pengalaman
dan pencarian yang tiada henti tentang kebenaran. Makna lain dari pernyataan ini adalah bahwa setiap
perubahan yang terjadi dalam kehidupan adalah bagian dan proses alami untuk membantu kita dalam
belajar, berubah, dan bertumbuh ke arah yang lebih baik. Sudahkah Anda berpikir bagaimana
menciptakan nilai tambah dari apa yang sudah diciptakan oleh Tuhan?

Ketika wirausahawan berhenti belajar dan memperbaiki diri, saat itulah ia mengambil keputusan
untuk berhenti menjadi wirausahawan. Belajar, bag wirausahawan sejati adalah proses yang dilakukan
seumur hidup, seperti halnya perubahan senantiasa terjadi sepanjang perjalanan hidup.

Kewirausahaan: Klat dan Proses Menuju Sukses

Kalau kita bertanya berapa jumlah kotak pada papan catur, jawaban yang klasik mungkin hanya 64
kotak. Padahal, jawabannya bisa lebih dari itu. Dari 64 kotak tersebut kita bisa mencari peluang lebih
dari seribu langkah. Pengusaha yang berhasil selalu menciptakan peluang dengan menciptakan
berbagai keungulan produk yang dihasilkannya. Semua dengan mengubah karakter produk,
merekayasa dan mendesain produk untuk menghasilkan produk-produk barunya.

Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan

Masing-masing karakteristik kewirausahaan seperti yang telah dikemukakan memiliki makna-makna


dan perangai tersendiri yang disebut nilai. Milton Rockeach (1973:4), membedakan konsep nilai
menjadi dua, yaitu nilai sebagai sesuatu yang dimiliki oleh seseorang dan nilai sebagai sesuatu yang
berkaitan dengan objek. Pandangan pertama, manusia mempunyai nilai, yaitu sesuatu yang dijadikan
ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Menurut Sidharta Poespadibrata (1993: 91), watak
seseorang merupakan sekumpulan perangai yang tetap. Sekumpulan perangai yang tetap tersebut

14
dapat dipandang sebagai sistem nilai (Milton Rockeach, 1973). Oleh karena itu, watak dan perangai
yang melekat pada wirausahawan dan menjadi ciri-ciri wirausahawan dapat dipandang sebagai sistem
nilai kewirausahaan.

Nilai-nilai kewirausahaan dapat dilihat dari perangai, watak, jiwa, perilaku, dan ukuran baku. Secara
pragmatik (nilai pragmatik) nilai kewirausahaan dapat dilihat dari unsur-unsur sebagai berikut.

1) Memiliki perencanaan.
2) Ada prestasi yang dicapai.
3) Produktivitas.
4) Memiliki kemampuan.

10 karakteristik wirausaha menurut Bygrave

Melansir dari buku Kewirausahaan dan UMKM (2020) karya Puji Hastuti dan kawan-kawan, berikut
10 D atau 10 karakteristik wirausaha menurut Bygrave:

Konsep 10 D dari Bygrave

1) Dream (mimpi)

Wirausaha memiliki visi atas masa depan seperti apa yang mereka dan usaha mereka ingin hadapi.
Dan lebih penting lagi mereka memiliki kemampuan mengimplementasikan mimpi mereka. Tiap
orang yang memiliki jiwa wirausahawan tentu memiliki konsep pemikiran yang ujung titik
pangkalnya sangat jauh, dan hal tersebut membuat diri mereka untuk terus dan ingin mencapainya.
Disamping hal tersebut mereka memiliki daya untuk meraihnya, dan pada akhirnya dengan usaha
yang mereka tekuni mengenai apa yang sebelumnya belum tercapai, dengan adanya konsep visi yang
ada kelak hal yang sebelumnya masih diangan-angan akan didapatkan.

2) Dicisiveness (ketegasan)

Seorang yang berjiwa wirausaha memiliki sikap yang tangguh dan tidak akan terpengaruh oleh orang
lain. Mereka tidak pernah menangguh-nangguhkan waktu. Mereka membuat keputusan dengan cepat.
Kecepatan yang dimiliki merupakan faktor kunci kesuksesannya.

3) Doers (Pelaku)

Artinya, seorang pebisnis harus cepat bertindak setiap ada kesempatan yang dimungkinkah dapat
bermanfaat baginya dan baik bagi bisnisnya. Setelah mereka menentukan jenis tindakan, mereka
harus melaksanakannya dengan cepat, tidak menunda-nunda lagi karena jika mereka terlalu lama
menunda, bisa jadi kesempatan itu diambil oleh orang lain. Belajar dari kata pepatah bahwa
kesempatan tidak datang dua kali. Oleh karena itu, hendaknya semua wirausahawan dapat
memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan yang ada dihadapannya. Dengan banyak mengambil
kesempatan, seorang pebisnis akan semakin berpeluang menuju kesuksesannya.

4) Determination (Determinasi)

15
Artinya, seorang wirausahawan harus mengimplementasikan usaha mereka dengan komitmen yang
total. Selain itu, dalam melaksanakan kegiatannya memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan
tidak mudah menyerah, bahkan saat mereka dihadapkan pada halangan atau rintangan yang sulit atau
tidak mungkin bisa diatasi sekalipun. Saat wirausahawan akan memulai suatu usaha, dia harus
memiliki komitmen pada dirinya mengenai usahanya tersebut, jadi apabila saat terjadi sesuatu hal
yang tidak diinginkan dalam usahanya, dia bisa tetap bertahan dalam keadaan tersebut dengan
melakukan strategi untuk memperbaiki usahanya, bukan malah menyerah pada keadaan.

5) Dedication (dedikasi yang tinggi)

Seorang wirausaha mempunyai dedikasi yang sangat tinggi terhadap bisnisnya, semua perhatian dan
kegiatannya dipusatkan semata – mata hanya untuk kegiatan bisnisnya. Dia tidak mengenal lelah
untuk mengembangkan usahanya, semua jiwa dan raga difokuskan untuk bisnisnya. Terkadang
kepentingan keluarga harus dikorbankan untuk sementara demi berkembangnya bisnis yang ditekuni.

6) Devotion (mencintai pekerjaannya)

Tidak hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan, seorag wirausaha juga harus mencintai bidang
usaha yang ditekuni. Ia harus mengetahui sekaligus memahami seluk beluk bidang usahanya supaya
dia tahu mana yang harus dilakukan untuk mengembangkan usahanya dan mana yang tidak boleh
dilakukan agar usahanya berjalan lancar. Wirausawan harus terigila-gila dengan bidangnya. Hal inilah
yang mendorong dia mencapai keberhasilan yang sangat efektif untuk menjual produk yang
ditawarkannya, karena seorang wirausahawan akan mencintai pekerjaan bisnisnya.

7) Details

Dalam kegiatan pengembangan usaha, Entrepreneur harus jeli dalam melihat peluang termasuk detail
melihat apa yang ada disekitarnya misalanya melihat poinpoin masalah dalah kehidupan bisnis dan
berusaha menyelesaikannya secepat dan akurat. Faktor-faktor kritis seperti kurang tepatnya
menangani masalah akan berdampak pada menghambat kegiatan usaha yang dipimpinya. Upaya
penyelesaian berdasarkan penyikapan faktor internal dan eksternal untuk melihat sejauh mana
masalah itu berdampak pada kegiatan usaha, dengan melihat faktor internal seperti perkerja dan alat-
alat penunjang usaha akan membantu penyelesaian masalah misalnya dalam kegiatan bisnis perkerja
kesulitan untuk mengelola bahan dan menjalankan alat-alat baru sehingga menghambat produksi.

8) Destiny

Wirausaha bertanggung jawab atas nasib dan tujuan yang hendak dicapai serta menjadi pribadi yang
tidak bergantung pada orang lain. Tanggung jawab seorang wirausaha berada pada keseluruhan proses
yang telah dibuatnya tanpa melupakan tujuan dasar berdirinya kegiatan usaha. Proses tangung jawab
tidak lepas dari prinsip yang dijalankan, prinsip-prinsip berbisnis dengan karakteristik pribadi yang
baik akan mencega seorang Entrepreneur kedalam ketergantungan kebijakan perusahaan lain.

9) Dollars (kekayaan)

Seorang wirausahawan lebih mengutamakan kesuksesan dan keberhasilan dalam bisnisnya. Uang,
bonus, laba dan hadiah hanya dianggap sebagai tanda kesuksesan dan keberhasilan yang merupakan
hal yang pantas diterima dalam kesuksesan dan keberhasilan bisnisnya. Hasil kesuksesannya tidak
dihamburhamburkan. Tetapi digunakan untuk membeli keperluan usaha lainnya, memperluas
usahanya agar lebih berkembang, atau mendirikan usaha-usaha baru lainnya.

16
10) Distribute (membagi-bagi)

Seorang wirausahawan bersedia membagi-bagikan usaha-usahanya kepada orang-orang


kepercayaannya yang mau diajak sukses untuk menangani usahausaha yang dibagikannya tersebut
agar lebih berkembang. Atau membagi-bagikan sahamnya kepada orang kepercayaannya yang mau
diajak sukses tersebut agar orang-orang tersebut memiliki tanggung jawab juga untuk menyukseskan
usahausahanya.

Kelemahan Wirausaha Indonesia

Kelemahan wirausaha Indonesia menurut Heidjrachman Ranu Pandojo (1982:16) menulis bahwa
sifat-sifat kelemahan orang kita bersumber pada kehidupan penuh raga, dan kehidupan tanpa
pedoman, dan tanpa orientasi yang tegas.

Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Sifat mentalitet yang meremehkan mutu.


2) Sifat mentalitet yang suka menerabas.
3) Sifat tidak percaya pada diri sendiri.
4) Sifat tidak berdisiplin murni.
5) Sifat mentalitet yang suka mengabaikan tanggunjawab yang kokoh.
6) Selalu ingin mendapatkan hasil yang instan.
7) Kurang peka terhadap informasi pasar dan modal usaha.
8) Menyerah pada keadaan (resiko).
9) Masalah modal dianggap masalah yang sangat penting, (tidak ada modal, tidak ada usaha).

Sifat mentalitet seperti yang diungkapkan di atas sudah banyak kita saksikan dalam praktik
pembangunan di negara ini. SD Inpres yang roboh sebelum waktunya, jalan dan jembatan yang
kembali rusak hanya dalam beberapa waktu sesudah diperbaiki, barang-barang yang kurang berfungsi
dan sebagainya adalah cermin sifat meremehkan mutu. Sikap ikut-ikutan dalam berinvestasi sehingga
dalam waktu yang relatif singkat suatu obyek akan sudah jenuh sehingga semuanya akan menderita
rugi, hal ini merupakan petunjuk betapa para kaum usahawan kurang mampu menemukan dirinya
sendiri dan lebih suka mengekor pendapat orang lain.

Disiplin yang murni juga sukar ditegakkan, kita ambil saja contoh pada waktu ada kontrol
semuanya berusaha baik, berusaha disiplin, tetapi sesudah tidak dikontrol semuanya berjalan
berantakan lagi, tidak ada disiplin lagi, tidak ada ketertiban lagi. Akhirnya, banyak hal-hal yang
berjalan secara tersendat-sendat hanya karena tidak ada kesinambungan dalam penggarapannya yang
disebabkan para pelaksana memiliki pekerjaan yang berangkap-rangkap, ini adalah cermin sikap tidak
bertanggung jawab yang masih banyak menghinggapi bangsa kita.

Kelemahan bangsa kita banyak dibicarakan oleh para pakar, yang terletak pada super strukturnya.
Di dalam ekonomi pembangunan, ada 3 elemen penting yang menunjang pembangunan yaitu infra
struktur, struktur ekonomi, superstructure. Infrastruktur adalah prasarana yang tersedia, jalan,
jembatan, pelabuhan, irigasi, alat transportasi, telepon dan sebagainya.

Struktur ekonomi adalah tersedianya faktor produksi dalam masyarakat, serta tenaga manajemen
yang berpandangan luas. Kemampuan mengadaptasi teknologi dan juga tersedia pasar produksi.

17
Superstruktur atau struktur atas adalah faktor mental masyarakat. Semangat kerja ulet, tak kenal putus
asa, tekun, jujur, bertanggung jawab, dapat dipercaya.

Bangsa Jepang dan Jerman berhasil dalam membangun negaranya setelah Perang Dunia II, adalah
karena merek unggul dalam superstructure ini. Bandingkan dengan negara kita dengan segala
kelemahannya, kurang bertanggung jawab, ingin cepat kaya, mencuri, memalsukan dokumen-
dokumen, cuci tangan, cepat puas, ingin santai. Demikian pula bangsa kita apabila sudah memperoleh
uang/gaji lumayan, mereka cenderung memperbanyak waktu santai.

18
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu tersendiri yang berisi bidang pengetahuan (body of
knowledge) yang utuh dan nyata, yaitu terdapat teori. konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
Kewirausahaan merupakan suatu disiplin yang independen, memiliki proses sistematis, dan dapat
diterapkan dalam bentuk kreativitas dan keinovasian.

Masing-masing karakteristik kewirausahaan seperti yang telah dikemukakan memiliki makna-


makna dan perangai tersendiri yang disebut nilai. Konsep 10 D ini dibuat oleh William Bygrave dan
disebutkan harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Konsep 10 D dari Bygrave adalah Dream,
Decisiveness, Doers, Determination, Dedication, Devotion, Details, Destiny, Dollars, dan Distribute.
Kelemahan wirausaha Indonesia menurut Heidjrachman Ranu Pandojo (1982:16) menulis bahwa
sifat-sifat kelemahan orang kita bersumber pada kehidupan penuh raga, dan kehidupan tanpa
pedoman, dan tanpa orientasi yang tegas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. 2011. Kewirausahaan – Edisi Revisi. Depok: PT. Raja Grafindo Persada

Rusdiana. 2018. Kewirausahaan Teori dan Praktik. Bandung: Pustaka Setia

https://www.scribd.com/doc/292327009/202136816-Konsep-10-d-Dari-Bygrave

https://www.academia.edu/23185358/makalah_kewirausahaan

20

Anda mungkin juga menyukai