Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PELATIHAN KADER DASAR (PKD)


KEMAHASISWAAN

Di ajukan untuk memenuhi syarat dan kewajiban Pelatihan Kader Dasar (PKD) yang
diselenggarakan oleh PK PMII IAIN Cabang Kota Kendari

Disusun Oleh:
ILANG SYAHRUDDIN ASKARI
Anggota PR PMII Pertanian Komisariat Universitas Lakidende Cabang Konawe
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikain makalah kemahasiswaan.Shalawat beriring salam kita
curahkan kepada bimbingan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawah kita dari
alam kegelapan menuju alam yang terang menerang seperti yang kita rasakan pada saat ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih adakekurangan
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih.

Konawe, 6 Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ........................................................................................................................ 1

Daftar Isi .................................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ........................................................................................................... 3


2. Rumusan masalah ..................................................................................................... 4
3. Tujuan......................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

1. Peran Mahasiswa ....................................................................................................... 5


2. Mahasiswa sebagai Agen Perubahan ....................................................................... 7
3. Faktor-faktor Penyebab Lunturnya Gerakan Mahasiswa ..........................................11
4. Mambangkitkan Peran Pergerakan Mahasiswa ........................................................13
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.................................................................................................................16
2. Saran ..........................................................................................................................16

Daftar Pustaka........................................................................................................................ 17
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa adalah salah satu elemen penting yang diharapakan dapat melakukan
perubahan dan memberikan kontribusi nyata terhadap bangsa dan negaranya. Menjadi
mahasiswa seharusnya menjadi langkah awal yang nyata untuk melakukan perubahan. Rasa
idealisme yang ada pada diri mahasiswa sudah seharusnya di dukung oleh seluruh
masyarakat sebagai salah satu alat aspirasi masyarakat untuk membawa bangsa ke arah
yang lebih baik. Namun melihat fenomena yang ada sekarang ini, pemerintah cenderung
mematikan karakter para mahasiswa dengan menerapkan kurikulum-kurikulum yang sekuler
yang menjadikan mahasiswa sibuk mementingkan kepentingan dirinya sendiri yakni
bagaimana cara mendapat nilai yang baik, lulus tepat waktu, dan bekerja di perusahaan
dengan mendapat gaji besar, bahkan saat ini mahasiswa lebih merasa bangga ketika mereka
lulus dan bekerja di negara asing.
Tidakkah mereka ingin memberikan kontribusinya kepada bangsa ini? Mereka dididik di
tanah air hanya untuk melakukan perbaikan di negara lain. Sungguh itu merupakan realita
yang menyedihkan. Pemerintah yang merasa kedaulatannya terancam oleh semangat dan
rasa idealisme tinggi para mahasiswa kini menerapkan kurikulum- kurikulum sekuler
menjadikan mahasiswa disibukkan dengan kepentingan materi kuliah sehingga mahasiswa
tidak lagi peduliterhadap apa yang terjadi di lingkungan
mereka. Hal ini yang menjadikan mahasiswa Indonesia seperti hidupdalam pemerintahan
yang dikatator.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana peran mahasiswa dalam pelaksanaan perannyasebagai agen
perubahan?

b. Apa sajakah faktor penyebab mahasiswa menjadi pekaterhadap berbagai


permasalahan kemasyarakatan?

c. Apakah problematika yang menghambat pelaksanaan peranmahasiswa


sebagai agen perubahan?

d. Bagaimana solusi atas problematika tersebut?

3 . Tujuan
makalah ini juga bertujuan untuk menyadarkan mahasiswa akan betapa
pentingnya peran mereka bagi kelangsungan hidup bangsa ini, sehingga para
mahasiswa tidak lagi mempunyai pola pikir yang lebih mementingkan dirinya sendiri
dengan sibuk mendapatkan nilai yang baik dan lulus dengan baik, namun lebih
daripada itu para mahasiswa haruslah lebih peka terhadap kejadian-kejadian yang
terjadi di lingkungan mereka. Begitu juga para dosen yang sudah seharusnya lah
memberikan keleluasaan mahasiswa untuk menyatakan pendapat mereka dan tidak
menilai mahasiswa dari satu sisi saja, sehingga para dosen tidak hanya mencetak
mahasiswa yang baik secara akademik, terlebih secara sosial dan emosional.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Peran Mahasiswa

Dalam sejarah perjalanan bangsa pasca kemerdekaan Indonesia, mahasiswa


merupakan salah satu kekuatan pelopor di setiap perubahan. Tumbangnya Orde
Lama tahun 1966, Peristiwa Lima Belas Januari (MALARI) tahun 1974, dan terakhir
pada runtuhnya Orde baru tahun 1998 adalah tonggak sejarah gerakan mahasiswa di
Indonesia. Sepanjang itu pula mahasiswa telah berhasil mengambil peran yang
signifikan dengan terus menggelorakan energi “perlawanan” dan bersikap kritis
membela kebenaran dan keadilan. Kaum minoritas berintelekual ini sebenarnya
merupakan tulang punggung pembangun bangsa dan negara menuju perubahan
kearah yang lebih baik lagi.

Siapa itu mahasiswa yang sebenarnya ? Suatu pertanyaan yang akhir-akhir ini
muncul dengan adanya dinamika yang terjadi dalam kehidupan mahasiswa itu sendiri.
Mahasiswa yang digambarkan sebagai sosok yang muda, berintelektual dan kritis
seakan semakin luntur dari waktu ke waktu. Hal seperti ini terjadi karena adanya
kegagalan pemahaman peran dan fungsi mahasiswa yang telah keluar dari koridor.
Kegagalan pemahaman tersebut terlihat dari adanya penyimpangan sikap, gaya hidup,
pencapaian cita-cita yang tinggi tanpa didasari usaha nyata dan integritas kehidupan
mahasiswa yang tidak lagi mencerminkan dan tidak terarah terhadap perjuangan
mahasiswa itu sendiri.
Mahasiswa saat ini seakan lupa siapa dirinya dan untuk apa mereka mengenyam
pendidikan sampai level paling tinggi di dunia pendidikan. Pola pikir semacam ini wajar
adanya karena memang perubahan zaman yang luar biasa pada saat ini. Paham-
paham seperti ini semakin tumbuh berkembang dalam diri mahasiswa seiring dengan
pencarian jati dirinya. Bahkan sampai dengan saat ini masih ada mahasiswa yang
bingung tentang jati dirinya dan kebingungan dalam menentukan arah kehidupan
selanjutnya.

Kini kita bisa menyaksikan dengan mudah betapa banyaknya organisasi atau
kelompok mahasiswa dibentuk, tetapi kegiatan tersebut sangat minim dengan
keilmuan, perjuangan dan tanggung jawab sosial, sehingga mereka tidak memiliki
kemampuan untuk merubah keadaan atau setidaknya menyadarkan identitas sebagai
mahasiswa. Sehingga yang terjadi justru mahasiswa yang diatur oleh keadaan dan
mereka telah melupakan jati dirinya. Padahal masa depan negara ini menjadi
pengaruhnya.

2. Mahasiswa sebagai Agen Perubahan

Semua mahasiswa dari segala cabang keilmuan seharusnya sadar bahwa ia


merupakan calon-calon pemimpin bangsa sebagai agent of change dimasyarakat dan
dapat resisten terhadap berbagai macam godaan yang merubah polapikir mahasiswa
saat ini. Mahasiswa yang sadar pasti akan merasakan bahwa bangku kuliah yang dia
enyam saat ini merupakan the real education pendidikan yang penuh warna dan
pertarungan pembentukan jati diri dengan intelktualitas cara berpikir.
Sistem yang telah berhasil menutup ruang gerak mahasiswa sekarang ini mampu
menghipnotis pola pikir mahasiswa, kegiata- kegiatan ilmiah, tanggungjawab dan
kepekaan terhadap kondisi sosial mahasiswa telah menjadi budaya mahasiswa seperti
kegiatan diskusi, kajian, seminar, emgontrol pemerintah, kepekaan dan empati sosial
hilang dalam kehidupan mahasiswa.

Menurut Arbi Sanit, ada lima sebab yang menjadikan mahasiswa peka dengan
permasalahan kemasyarakatan sehingga mendorong mereka untuk melakukan
perubahan. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan
terbaik, mahasiswa mempunyai pandangan luas untuk dapat bergerak di antara
semua lapisan masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama
mengalami pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik
terpanjang di antara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya
hidup unik melalui akulturasi sosial budaya yang tinggi diantara mereka. Keempat,
mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas susunan kekuasaan,
struktur ekonomi, dan akan memiliki kelebihan tertentu dalam masyarakat, dengan
kata lain adalah kelompok elit di kalangan kaum muda. Kelima, seringnya mahasiswa
terlibat dalam pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah masyarakat,
memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya ke jenjang
karier.

Disamping itu ada dua bentuk sumber daya yang dimiliki mahasiswa dan dijadikan
energi pendorong gerakan mereka. Pertama, ialah Ilmu pengetahuan yang diperoleh
baik melalui
mimbar akademis atau melalui kelompok-kelompok diskusi dan kajian. Kedua, sikap
idealisme yang lazim menjadi ciri khas mahasiswa. Kedua potensi sumber daya
tersebut ‘digodok’ tidak hanya melalui kegiatan akademis didalam kampus, tetapi juga
lewat organisasi-organisasi ekstra universitas yang banyak terdapat di hampir semua
perguruan tinggi.

Dua peranan pokok inilah yang sesungguhnya dijalankan oleh para mahasiswa,
atau pun kaum terpelajar umumnya, di zaman kolonial clan yang kemudian diperankan
juga oleh generasi berikutnya sampai saat ini. Kendatipun demikian, tidak dapat
disangkal bahwa saat ini semakin dirasakan menurunnya daya pengaruh gerakan
mahasiswa terhadap perubahan masyarakat umumnya, maupun terhadap proses
pengambilan keputusan. Setelah berhasil menggulingkan lokomotif rezim otoriter Orde
Baru, Suharto, perubahan substansial dari cara-cara Orde Baru tidak mengalami
perubahan yang signifikan. Bahkan yang timbul adalah kecenderungan berbedanya
arah gerakan sebagian mahasiswa dengan apa yang tengah diperjuangkan
masyarakat lewat lembaga politik formalnya. Tentu saja realitas ini tidaklah dilihat
dalam term “benar salah”, sebab hal tersebut lebih merupakan suatu konsekuensi
logis dari proses perubahan masyarakat itu sendiri.

Di Indonesia terdapat lima organisasi mahasiswa ekstra universitas atau sering


dinamakan ormas mahasiswa, yang cukup menonjol, yaitu HMI Dipo (Himpunan
Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan
MahasiswaMuhammadiyah), HMI MPO (Himpunan Mahasiswa Islam Majelis
Penyelamat Organisasi) dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).
Kesemuanya menarik untuk dikaji karena sama-sama membawa label Islam sebagai
identitas organisasinya, namun memiliki corak wacana dan strategi perjuangan yang
khas.

Fenomena penting yang ada kaitannya dengan lembaga kemahasiswaan, yaitu


gejala lebih berminatnya mahasiswa terhadap lembaga lembaga non-afiliatif .
Bagian ini secara lebih khusus tetapi singkat menyoroti soal kelembagaan itu. Dalam
konteks ini secara sederhana dikedepankan dua problematika yang saling mengait,
yang berhubungan dengan kelembagaan mahasiswa.

Problematika pertama menyangkut gejala ‘diskontinuitas’ sumber cumber


rekruitment kader pimpinan dengan ladang ‘orbitasi’ kader. Selama ini, setuju atau
tidak, sumber-sumber rekruitment kader pimpinan mahasiswa yang potensial adalah
organisasi mahasiswa ekstra universiter/institutes, sernentara ladang orbitasi kader
yang subur adalah lembaga kemahasiswaan intra universiter/institutes. Keadaan ini
berjalan secara baik dan dinamis sampai sekitar awal 1978, ketika pemerintah
memberlakukan kebijaksanaan NKK/BKK. Lepas dari maksud kependidikan yang
menyertainya, tidak dapat diingkari bahwa pelaksanaan kebijaksanaan tersebut,
terutama proses restrukturisasi lembaga kemahasiswaan membawa dampak yang
luas, yang langsung menyebabkan ladang orbitasi yang subur itu semakin kurus saja.
‘Zat zat hara’ yang selama ini menggemukkan dinamika mahasiswa, semakin dikuras.
Pada saat berikutnya, sumber cumber rekruitment yang potensial ikut mengalami
nasib yang serupa.
Lembaga kemahasiswaan ekstra universiter semakin diciutkan peranannya.

Problematika kedua, justru merupakan akibat langsung dari problematika pertama,


yakni semakin terbukanya dunia kemahasiswaan terhadap ‘intervensi’ kepentingan
kepentingan lain yang kadang kadang destruktif adanya. Bisa kita bayangkan
runyamnya keadaan, jika di satu sisi para kader tidak lagi dipersiapkan di sumber-
sumber rekruitment secara terkonsentrasi, sementara ladang orbitasi pun tidak lagi
terlalu subur. Sulit untuk dibantah bahwa dasar bagi restrukturisasi lembaga
kemahasiswaan yang dilakukan tahun 1978 adalah upaya untuk mencegah
konsentrasi mahasiswa di tingkat universitas dan antaruniversitas sebagai suatu
kekuatan pendobrak. Jadi sangat politis. Tetapi yang kurang diperhitungkan ialah, di
samping tereliminasinya salah satu substansi pembangunan pendidikan yaitu
pembentukan kepribadian, juga terpecahnya mahasiswa ke dalam puluhan atau
bahkan ratusan lembaga non afiliatif yang justru membuat kerepotan baru bagi para
penentu kebijaksanaan politik pendidikan

Kondisi saat ini, GM mengambil posisi dan menciptakan isu yang berbeda-beda
tanpa dikawal oleh semangat sebuah mainstream utama. Sehingga ketika akan
melakukan reposisi, seharusnya mengagendakan main stream utama dari isu-isu yang
akan digagas dan perjuangkan oleh masing-masing organ. Sampai saat ini menurut
hemat saya, main stream yang memungkinkan melakukan konsolidasi sekaligus
perjuangan demokrasi yakni bagaimana melakuklan proses pemberdayaan atau
penguatanterhadap peran rakyat yang selama ini terpinggirkan oleh dua
kekuatan besar, yakni Oligarki Negara dan Imperialisme Neo Liberal. Dengan kata lain
agenda besarnya dalah radikalisasi peran rakyat agar lebih berdaulat.

3. Faktor-faktor Penyebab Lunturnya Gerakan Mahasiswa

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab melemahnya gerakan mahasiswa.


Pertama, lunturnya ideologi gerakan. Saat ini gerakan mahasiswa telah kehilangan
ideologi sehingga stigma mahasiswa yang terjun di berbagai organisasi kampus baik
intra maupun eksra sudah mengalami titik kejenuhan dan kebosanan. Hal itu
mengakibatkan lunturnya rasa sensitivisme serta responsbility aktivis mahasiswa
terhadap perubahan sosial, dampaknya adalah gerakan mahasiswa mengalami
disorientasi .

Kedua, gerakan mahasiswa sudah tidak dianggap sebagai kekuatan besar dalam
mengawal perubahan. Hal tersebut bisa kita lihat dari berbagai gerakan mahasiswa
lewat berbagai aksi demonstrasi yang jarang menghasilkan perubahan yang signifikan.
Suara mahasiswa sebagai manifestasi suara rakyat sudah tidak mempan dalam
melakukan kritik serta kontrol terhadap kinerja pemerintah. Hal itulah yang pada
akhirnya menjadikan gerakan mahasiswa menjadi semakin tumpul.

Ketiga, sudah tidak ada lagi kebanggaan menjadi seorang aktivis. Gerakan
mahasiswa selalu identik dengan para aktivis kampus, namun saat ini menjadi seorang
aktivis kampus bukanlah menjadi pilihan utama mahasiswa karena dianggap sebagai
batu sandungan dalam meraih prestasi akademik. Oleh sebab itu tidak mengherankan
jika saat ini jumlah aktivis kampus semakin sedikit.
Keempat, adanya tindakan represif dari pemerintah. Sebagai langkah preventif
untuk menangkal setiap gerakan mahasiswa, saat ini pemerintah lebih memilih
tindakan yang represif. Tak jarang kekerasan fisik dilakukan aparat pemerintah untuk
mencegah aksi dan gerakan mahasiswa. Sehingga tidak mengherankan jika gerakan
mahasiswa menjadi melemah karena adanya rasa takut akan eksistensi dan
keselamatan jiwa para aktivis.

Kelima, minimnya dukungan dari masyarakat. Gerakan mahasiswa yang sering


berakhir dengan kericuhan, serta seringnya mahasiswa melakukan pengrusakan
terhadap berbagai fasilitas umum saat melakukan aksi-aksi demonstrasi menjadikan
citra mahasiswa menjadi menurun di mata masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan
kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap gerakan mahasiswa semakin
memudar. Keenam, adanya politik kepentingan mahasiswa. Saat ini orientasi
mahasiswa dalam melakukan gerakan bukan lagi murni berjuang demi kepentingan
rakyat melainkan lebih dikarenakan adanya politik kepentingan. Hal itulah yang
menjadikan pola pikir mahasiswa menjadi pragmatis, dan hanya memikirkan soal
untung-rugi.

4. Mambangkitkan Peran Pergerakan Mahasiswa

A. Mengasah Kemampuan Reflektif

Dalam mengembangkan perannya, kaum muda Indonesia perlu mengasah


kemampuan reflektif dan kebiasaan bertindak efektif. Perubahan hanya dapat
dilakukan karena adanya agenda refleksi
(reflection) dan aksi (action) secara sekaligus. Daya refleksi kita bangun berdasarkan
bacaan baik dalam arti fisik melalui buku, bacaan virtual melalui dukungan teknologi
informasi maupun bacaan kehidupan melalui pergaulan dan pengalaman di tengah
masyarakat. Makin luas dan mendalam sumber-sumber bacaan dan daya serap
informasi yang kita terima, makin luas dan mendalam pula daya refleksi yang berhasil
kita asah. Karena itu, faktor pendidikan dan pembelajaran menjadi sangat penting
untuk ditekuni oleh setiap anak bangsa, terutama anak-anak muda masa kini.

B. Membangun Kebiasaan Bertindak Efektif

Di samping kemampuan reflektif, kaum muda Indonesia juga perlu melatih diri
dengan kebiasaan untuk bertindak, mempunyai agenda aksi, dan benar-benar bekerja
dalam arti yang nyata. Kemajuan bangsa kita tidak hanya tergantung kepada wacana,
‘public discourse’, tetapi juga agenda aksi yang nyata. Jangan hanya bersikap
“NATO”, “Never Action, Talking Only” seperti kebiasaan banyak kaum intelektual dan
politikus amatir negara miskin. Kaum muda masa kini perlu membiasakan diri untuk
lebih banyak bekerja dan bertindak secara efektif daripada hanya berwacana tanpa
implementasi yang nyata.

C. Melatih Kemampuan Kerja Teknis

Hal lain yang juga perlu dikembangkan menjadi kebiasaan di kalangan kaum muda
kita ialah kemampuan untuk bekerja teknis, detil atau rinci. “The devil is in the detail”,
bukan semata-mata dalam tataran konseptual yang bersifat umum dan sangat
abstrak.
Dalam suasana sistim demokrasi yang membuka luas ruang kebebasan dewasa ini,
gairah politik di kalangan kaum muda sangat bergejolak. Namun, dalam wacana
perpolitikan, biasanya berkembang luas kebiasaan untuk berpikir dalam konsep-
konsep yang sangat umum dan abstrak. Pidato-pidato, ceramah-ceramah,
perdebatan-perdebatan di ruang-ruang publik biasanya diisi oleh berbagai wacana
yang sangat umum, abtrask dan serba enak didengar dan indah dipandang. Akan
tetapi, semua konsep-konsep yang bersifat umum dan abstrak itu baru bermakna
dalam arti yang sebenarnya, jika ia dioperasionalkan dalam bentuk-bentuk kegiatan
yang rinci.

Sebaiknya, kaum muda Indonesia, untuk berperan produktif di masa depan,


hendaklah melengkapi diri dengan kemampuan yang bersifat teknis dan mendetil agar
dapat menjamin benar-benar terjadinya perbaikan dalam kehidupan bangsa dan
negara kita ke depan. Bayangkan, jika semua anak muda kita terjebak dalam politik
dan hanya pandai berwacana, tetapi tidak mampu merealisasikan ide-ide yang baik
karena ketiadaan kemampuan teknis, ketrampilan manajerial untuk merealisasikannya,
sungguh tidak akan ada perbaikan dalam kehidupan kebangsaan kita kedepan.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Peran mahasiswa bagi bangsa dan negeri ini bukan hanya duduk di depan meja dan
dengarkan dosen berbicara, akan tetapi mahasiswa juga mempunyai berbagai perannya
dalam melaksanakan perubahan untuk bangsa Indonesia, peran tersebut adalah sebagai
generasi penerus yang melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada suatu
kaum, sebagai generasi pengganti yang menggantikan kaum yang sudah rusak moral dan
perilakunya, dan juga sebagai generasi pembaharu yang memperbaiki dan
memperbaharui kerusakandan penyimpangan negatif yang ada pada suatu kaum.

Peran ini senantiasa harus terus terjaga dan terpartri didalam dada mahasiswa
Indonesia baik yang ada didalam negeri maupun mahasiswa yang sedang belajar diluar
negeri.

2. Saran

Pada bagian ini penyusun ingin mengajak yang dalam hal ini ditujukan kepada para
generasi muda pelajar dan mahasiswa, para Dosen dan Guru, seluruh elemen pemerintah
baik yang ada di daerah maupun yang ada di pusat serta seluruh lapisan masyarakat
Indonesia secara luas agar tetap bersatu demi mempertahankan keutuhan NKRI.
Terkadang masalah sepele akan menjadi kompleks jika tidak ada solidaritas di antara
sesama kita.
DAFTAR PUSTAKA

Zubaidi Ahmad. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk


Perguruan Tinggi. Yogyakarta:

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2011-2-00013- PL%202.pdf

http://fauzulandim.blogspot.com/2012/11/membangkitkan-spirit- gerakan-
mahasiswa.html

Anda mungkin juga menyukai