"KEMAHASISWAAN"
Segala puji kepada Allah swt.sang pemilik sempurna yang telah menganugerahkan
nikmat yang tak ternilai, diantaranya nikmat kesehatan,kesempatan dan nikmat
keimanan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam
kepada sang habiballah Muhammad saw. yang senantiasa dirindukan syafaatnya oleh
seluruh umatnya.
Ucapan terima kasih kepada sahabat yang telah memberikan kesempatandalam
memgembangkan wawasan penyusun melalui tugas pembuatan makalah ini,Semoga
Allah SWT Melimpahkan hidayahNya kepada semua pihak yang ikut berperan serta
dalam penyelesaian makalah ini.
Besar harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsi bagi
para pembaca. Akhirnya dengan menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dengan segala rendah hati mohon kritik dan saran dari para
pembaca yang tentunya bersifat membangun demi perbaikan dalam penyusunan
makalah berikutnya
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa adalah salah satu elemen penting yang diharapakan dapat melakukan
perubahan dan memberikan kontribusi nyata terhadap bangsa dan negaranya.
Menjadi mahasiswa seharusnya menjadi langkah awal yang nyata untuk melakukan
perubahan. Rasa idealisme yang ada pada diri mahasiswa sudah seharusnya di dukung
oleh seluruh masyarakat sebagai salah satu alat aspirasi masyarakat untuk membawa
bangsa ke arah yang lebih baik.
1. Namun melihat fenomena yang ada sekarang ini, pemerintah cenderung
mematikan karakter para mahasiswa dengan menerapkan
kurikulum-kurikulum yang sekuler yang menjadikan mahasiswa sibuk
mementingkan kepentingan dirinya sendiri yakni bagaimana cara mendapat
nilai yang baik, lulus tepat waktu, dan bekerja di perusahaan dengan mendapat
gaji besar, bahkan saat ini mahasiswa lebih merasa bangga ketika mereka lulus
dan bekerja di negara asing. Tidakkah mereka ingin memberikan kontribusinya
kepada bangsa ini? Mereka dididik di tanah air hanya untuk melakukan
perbaikan di negara lain. Sungguh itu merupakan realita yang menyedihkan.
Pemerintah yang merasa kedaulatannya terancam oleh semangat dan rasa idealisme
tinggi para mahasiswa kini menerapkan kurikulum-kurikulum sekuler menjadikan
mahasiswa disibukkan dengan kepentingan materi kuliah sehingga mahasiswa tidak
lagi peduli terhadap apa yang terjadi di lingkungan mereka. Hal ini yang menjadikan
mahasiswa Indonesia seperti hidup dalam pemerintahan yang diktator.
1.2.Rumusan Masalah
1.Bagaimana peran mahasiswa dalam pelaksanaan perannya sebagai agen
perubahan?
2.Apakah problematika yang menghambat pelaksanaan peran mahasiswa sebagai
agen perubahan?
3. Bagaimana solusi atas problematika tersebut?
1.3.Tujuan
Desa Tujuan dari makalah ini adalah sebagai persyaratan wajib untuk mengikuti PKD
yang diadakan oleh PC PMII Toli-toli ke VI.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Definisi Mahasiswa
Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997),
bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi. Montgomery
dalam Papalia dkk (2007) menjelaskan bahwa perguruan tinggi atau universitas dapat
menjadi sarana atau tempat untuk seorang individu dalam mengembangkan
kemampuan intelektual, kepribadian, khususnya dalam melatih keterampilan verbal
dan kuantitatif, berpikir kritis dan moral reasoning.
Mahasiswa merupakan satu golongan dari masyarakat yang mempunyai dua sifat,
yaitu manusia muda dan calon intelektual, dan sebagai calon intelektual, mahasiswa
harus mampu untuk berfikir kritis terhadap kenyataan sosial, sedangkan sebagai
manusia muda, mahasiswa seringkali tidak mengukur resiko yang akan menimpa
dirinya (Djojodibroto, 2004). Mahasiswa dalam perkembangannya berada pada
kategori remaja akhir yang berada dalam rentang usia 18-21 tahun (Monks dkk, 2001).
Menurut Papalia, dkk. (2007), usia ini berada dalam tahap perkembangan dari remaja
atau adolescence menuju dewasa muda atau young adulthood.
Pada usia dini, perkembangan individu ditandai dengan pencarian identitas diri,
adanya pengaruh dari lingkungan, serta sudah mulai membuat keputusan terhadap
pemilihan pekerjaan atau karirnya.
Lebih jauh, menurut Ganda (2004), mahasiswa adalah individu yang belajar dan
menekuni disiplin ilmu yang ditempuhnya secara mantap, dimana didalam menjalani
serangkaian kuliah itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri,
karena pada kenyataannya di antara mahasiswa ada yang sudah bekerja atau
disibukkan oleh kegiatan kemahasiswaan
2.2.Peran Mahasiswa
Dalam sejarah perjalanan bangsa pasca kemerdekaan Indonesia, mahasiswa
merupakan salah satu kekuatan pelopor di setiap perubahan. Tumbangnya Orde Lama
tahun 1966, Peristiwa Lima Belas Januari (MALARI) tahun 1974, dan terakhir pada
runtuhnya Orde baru tahun 1998 adalah tonggak sejarah gerakan mahasiswa di
Indonesia. Sepanjang itu pula mahasiswa telah berhasil mengambil peran yang
signifikan dengan terus menggelorakan energi “perlawanan” dan bersikap kritis
membela kebenaran dan keadilan. Kaum minoritas berintelektual ini sebenarnya
merupakan tulang punggung pembangunan bangsa dan negara menuju perubahan
kearah yang lebih baik lagi.
Siapa itu mahasiswa yang sebenarnya ? Suatu pertanyaan yang akhir-akhir ini muncul
dengan adanya dinamika yang terjadi dalam kehidupan mahasiswa itu sendiri.
Mahasiswa yang digambarkan sebagai sosok yang muda, berintelektual dan kritis
seakan semakin luntur dari waktu ke waktu. Hal seperti ini terjadi karena adanya
kegagalan pemahaman peran dan fungsi mahasiswa yang telah keluar dari koridor.
Kegagalan pemahaman tersebut terlihat dari adanya penyimpangan sikap, gaya hidup,
pencapaian cita-cita yang tinggi tanpa didasari usaha nyata dan integritas kehidupan
mahasiswa yang tidak lagi mencerminkan dan tidak terarah terhadap perjuangan
mahasiswa itu sendiri.
Mahasiswa saat ini seakan lupa siapa dirinya dan untuk apa mereka mengenyam
pendidikan sampai level paling tinggi di dunia pendidikan. Pola pikir semacam ini
wajar adanya karena memang perubahan zaman yang luar biasa pada saat ini.
Paham-paham seperti ini semakin tumbuh berkembang dalam diri mahasiswa seiring
dengan pencarian jati dirinya. Bahkan sampai dengan saat ini masih ada mahasiswa
yang bingung tentang jati dirinya dan kebingungan dalam menentukan arah kehidupan
selanjutnya.
Kini kita bisa menyaksikan dengan mudah betapa banyaknya organisasi atau
kelompok mahasiswa dibentuk, tetapi kegiatan tersebut sangat minim dengan
keilmuan, perjuangan dan tanggung jawab sosial, sehingga mereka tidak memiliki
kemampuan untuk merubah keadaan atau setidaknya menyadarkan identitas sebagai
mahasiswa. Sehingga yang terjadi justru mahasiswa yang diatur oleh keadaan dan
mereka telah melupakan jati dirinya. Padahal masa depan negara ini menjadi
pengaruhnya.
Sementara ladang orbitasi kader yang subur adalah lembaga kemahasiswaan intra
universiter/institutes. Keadaan ini berjalan secara baik dan dinamis sampai sekitar
awal 1978, ketika pemerintah memberlakukan kebijaksanaan NKK/BKK. Lepas dari
maksud kependidikan yang menyertainya, tidak dapat diingkari bahwa pelaksanaan
kebijaksanaan tersebut, terutama proses restrukturisasi lembaga kemahasiswaan
membawa dampak yang luas, yang langsung menyebabkan ladang orbitasi yang subur
itu semakin kurus saja. ‘Zat zat hara’ yang selama ini menggemukkan dinamika
mahasiswa, semakin dikuras. Pada saat berikutnya, sumber cumber rekruitment yang
potensial ikut mengalami nasib yang serupa. Lembaga kemahasiswaan ekstra
universiter semakin diciutkan peranannya.
Problematika kedua, justru merupakan akibat langsung dari problematika pertama,
yakni semakin terbukanya dunia kemahasiswaan terhadap ‘intervensi’ kepentingan
kepentingan lain yang kadang kadang destruktif adanya. Bisa kita bayangkan
runyamnya keadaan, jika di satu sisi para kader tidak lagi dipersiapkan di
sumber-sumber rekrutmen secara terkonsentrasi, sementara ladang orbitasi pun tidak
lagi terlalu subur. Sulit untuk dibantah bahwa dasar bagi restrukturisasi lembaga
kemahasiswaan yang dilakukan tahun 1978 adalah upaya untuk mencegah konsentrasi
mahasiswa di tingkat universitas dan antar universitas sebagai suatu kekuatan
pendobrak. Jadi sangat politis. Tetapi yang kurang diperhitungkan adalah, di samping
tereliminasinya salah satu substansi pembangunan pendidikan yaitu pembentukan
kepribadian, juga terpecahnya mahasiswa ke dalam puluhan atau bahkan ratusan
lembaga non afiliatif yang justru membuat kerepotan baru bagi para penentu
kebijaksanaan politik pendidikan