Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN

“ESENSI MAHASISWA MILENIAL DALAM


MENYONGSONG PENDIDIKAN DI ERA SOCIETY 5.0”

Disusun untuk Mengikuti Kompetisi Wannafest 5.0


Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta

Disusun oleh :
Natasa Yohan Maharani
P27220021081

Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta


2022
Potensi seorang siswa akan menentukan kualitas bangsa di masa depan.
Untuk itu, Indonesia harus mampu memanfaatkan potensi siswanya yang sangat
besar, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Mahasiswa membutuhkan banyak
inovasi dan dapat menjadi aset penting untuk menghadapi era Society 5.0.

Mahasiswa di era Society 5.0 memiliki peran yang sangat penting sebagai
Agent of Change dan generasi pencetus yang harus lebih memperhatikan status
kondisi saat ini. Mahasiswa harus bisa bertindak sebagai pemimpin, memperkaya
literasi mereka, dan mengembangkan kreativitas melalui wawasan yang lebih luas,
serta memiliki konsep, dan inovasi untuk perkembangan teknologi.

Pendidikan merupakan tolak ukur dalam meningkatkan taraf kehidupan


masyarakat pada sebuah generasi dan juga faktor utama dalam pembentukan
pribadi manusia. (Alba, 2011) menjelaskan bahwa pendidikan juga merupakan
penentu arah kemana bangsa ini akan dibawa. Jika arah pendidikannya benar serta
prosesnya lurus dan ilmiah maka bangsa itu pun dapat dipastikan akan maju, arif,
adil, sejahtera, dan beradab.

Selain itu, (Usman, 2014) ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa
upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama,
strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Kedua,
pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran
birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat
makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat
mikro (sekolah).

Menyadari akan hal tersebut, penting untuk bangsa Indonesia menanggapi


dengan serius masalah pengelolaan dan berusaha terus untuk peningkatan mutu
pendidikan. Sebab, dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul
generasi penurus bangsa yang berkualitas dan mampu mengadakan perubahan ke
arah yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pendidikan di Indonesia secara kuantitatif telah mencapai kemajuan yang


signifikan. Terbukti dengan statistik bahwa 67,24% penduduk Indonesia telah
terbebas dari buta huruf. Namun, keberhasilan ini tidak diikuti oleh keberhasilan
output pendidikan. Berbagai permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia

1
seperti merosotnya moral anak bangsa, kurangnya etos kerja, rendahnya
ketrampilan, meningkatnya pengangguran intelektual, dan tidak meratanya
pendidikan yang bermutu di daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal).

Daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal merupakan daerah yang paling


terluar pada wilayah Indonesia. Pada dasarnya, ada 122 wilayah di Indonesia yang
masuk dalam daerah 3T ini. Sistem pendidikan yang rata-rata masih minim,
insfrastruktur yang sekedarnya, minimnya jumlah tenaga pendidik yang memadai
dan juga kualitas guru yang masih rendah, sehingga mengharuskan adanya relawan
seperti mahasiswa yang bisa membantu dan mengembangkan mutu pendidikan di
daerah tersebut.

Di era milenial seperti ini peran mahasiswa juga sangatlah dibutuhkan untuk
melakukan perubahan. Mahasiswa dapat menjadi bagian dalam kegiatan
pengabdian kepada masyarakat dan membantu dalam pengembangan pendidikan
anak desa dalam proses pembelajaran. Salah satu bentuk peningkatan pendidikan
yaitu dengan mengupayakan bahwa setiap anak wajib dan berhak memperoleh
pendidikan yang layak, terlebih setelah dicanangkannya Wajib Belajar 12 Tahun.
Beberapa daerah pun ikut mengupayakan semua warganya memperoleh
pendidikan tersebut dengan menerapkan konsep sekolah gratis dan konsep Sekolah
bersubsidi penuh. Selain itu, disebutkan juga di Jurnal Pengabdian Masyarakat
Setiabudhi ada 4 (empat) peran penting mahasiswa yang merupakan harapan dari
masyarakat yaitu peran sebagai agent of change, social control, iron stock, dan
moral force.

1. Agent of Change (Agen Perubahan)


Mahasiswa harus menjadi garda terdepan dalam melakukan sebuah
perbaikan mutu pendidikan. Sebagai agen perubahan, mahasiswa harus
melakukan gerak nyata kearah yang positif dan inovatif. Contohnya dengan
melakukan kegiatan KKN di desa 3T, mahasiswa harus bisa berupaya membantu
anak-anak yang kurang akan pendidikan dan juga lebih bisa memberi motivasi
pembelajaran kepada guru di daerah tersebut. Dengan seperti itu, mahasiswa
tidak hanya menjadi penggagas perubahan, melainkan menjadi objek atau pelaku
dari perubahan tersebut.

2
2. Social Contral (Kontrol Sosial)
Mahasiswa harus bisa menjadi panutan dalam masyarakat, berlandaskan
dengan pengetahuannya dan tingkat pendidikannya serta pola fikirnya.
Mahasiswa harus bisa melakukan pendekatan sosial melalui program-program
pengabdian masyarakat. Sikap kritis dan pro aktif untuk dimiliki oleh
mahasiswa, jadi mahasiswa bukan hanya sebagai pengamat dan penilai atas
suatu aktifitas yang kemudian disampaikan dengan pedas melalui orasi (demo)
tapi partisipasi aktif dengan masyarakat dan sampaikan temuan dan ide-ide
perbaikan dengan logis dan santun.
Peran mahasiswa sebagai social control terjadi ketika ada hal yang tidak
beres atau ganjil dalam masyarakat. Kurangnya pendidikan yang diterima anak
menjadi salah satu target untuk dirubah dan diawasi. Dengan menumbuhkan
jiwa kepeduliaan sosial maka mahasiswa juga peduli terhadap pendidikan
masyarakat. Dari pemikiran yang cemerlang dari mahasiswa dan bantuan moril
serta materil kepada masyarakat dan bangsa ini dengan cara memberikan
sumbangsih secara nyata.

3. Iron Stock (Generasi Penerus yang Tangguh)


Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock yaitu mahasiswa diharapkan menjadi
manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang
nantinya dapat menggantikan generasi sebelumnya. Intinya, mahasiswa itu
merupakan asset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Dunia kampus
dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderasi yang sangat sayang bila
tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan. Dengan
memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan baik itu dari segi keprofesian
maupun kemasyarakatan.
Mahasiswa sebagai Iron Stock berarti mahasiswa seorang calon pemimpin
bangsa masa depan yang akan menggantikan generasi yang telah ada, sehingga
tidak cukup seorang mahasiswa hanya belajar study saja namun pengalaman
kepemimpinan juga harus dimiliki sehingga ketika lulus nanti seorang
mahasiswa akan memiliki kemampuan memposisikan diri di dalam masyarakat.

3
4. Moral Force (Suri Tauladan)
Mahasiswa dituntut untuk memiliki akhlak yang baik, karena mahasiswa
berperan sebagai teladan di tengah-tengah masyarakat. Segala tingkah laku
mahasiswa akan diamati dan dinilai oleh masyarakat. Untuk itu, mahasiswa
harus pandai menempatkan diri dan hidup berdampingan di tengah-tengah
masyarakat.

Itulah empat peran yang ideal dan yang seharusnya bisa dilakukan oleh
mahasiswa di era sekarang atau mahasiswa milenial. Implementasi dari peran
tersebut dapat terwujud apabila mahasiswa memahami dan menjalani nilai-nilai
yang terkandung di dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu : pendidikan,
penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Pendidikan diperlukan agar mahasiswa memiliki intelektual dan wawasan
yang luas sehingga membantu di dalam proses berfikir untuk mencari solusi
terhadap berbagai persoalan. Penelitian diperlukan untuk menghasilkan sebuah
karya yang berguna bagi masyarakat dengan landasan research agar karya
tersebut tepat sasaran. Pengabdian masyarakat diperlukan agar ilmu yang
didapat oleh mahasiswa tidak disimpan untuk dirinya sendiri tetapi berusaha
agar masyarakat juga merasakan manfaat dari ilmu yang dimiliki oleh
mahasiswa.
Mahasiswa merupakan salah satu unsure terpenting dalam pembangunan
bangsa ini. Sebagai kaum intelektual sudah seharusnya mahasiswa mampu
memainkan 4 (empat) peran pokok yang telah dibahas diatas. Sehingga respon
positif dari masyarakat atas aktifitas yang mahasiswa lakukan akan lahir dengan
sendirinya.
Betapa pentingnya peran mahasiswa untuk membangun bangsa ini kearah
yang lebih baik, terutamanya dalam pengembangan dan perbaikan mutu
pendidikan Indonesia. Untuk itu, sebagai mahasiswa diharapkan tidak hanya
sekedar mencari nilai yang setinggi-tingginya di intansi namun juga harus
berkontribusi nyata ditengah-tengah masyarakat.

4
Peningkatan kualitas mutu pendidikan akan melahirkan kualitas sumber
daya manusia yang tinggi. Hal ini juga akan mengantarkan sebuah daerah
menjadi kota tujuan pendidikan. Semakin banyak orang yang datang untuk
belajar dan kuliah, maka semakin terbuka potensi bertambahnya pendapatan
kota atau daerah yang pada akhirnya akan menambah anggaran untuk sector
pendidikan. Inilah siklus makro yang diciptakan di sektor pendidikan.
Terobosan-terobosan ini adalah beberapa aplikasi yang dapat diterapkan
mahasiswa di berbagai daerah sebagai target peningkatan mutu pendidikan.

Sumber: foto pribadi


Gambar 1. Pembelajaran Mahasiswa di Era Society 5.0 dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan
Pembelajaran bersama mahasiswa kelas 1BD3 Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Surakarta. (2022).

5
DAFTAR PUSTAKA

Saifulloh, M., Muhibbin, Z., & Hermanto, H. (2012). Strategi peningkatan mutu
pendidikan di sekolah. Jurnal Sosial Humaniora (JSH), 5(2), 206-218.
Diakses dari : www.its.ac.id

Afifah, N. (2017). Problematika pendidikan di Indonesia. Elementary: Jurnal


Ilmiah Pendidikan Dasar, 1(1), 41-47. Diakses dari : www.metrouniv.ac.id

Cahyono, H. (2019). Peran Mahasiswa di Masyarakat. De Banten-Bode: Jurnal


Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Setiabudhi, 1(1), 32-41. Diakses
dari : www.e-journal.id

Fimi Putera, Muhammad Tommy, dan Margaertha L. Rhussary. Peningkatan Mutu


Pendidikan Daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) di Kabupaten
Mahakam Hulu. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, vol. 12, no. 2, 2018, pp.
144-148.

Anda mungkin juga menyukai