Anda di halaman 1dari 4

A.

PENDAHULUAN
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan model manajemen pendidikan yang
penting. Manajemen berbasis sekolah memberikan otonomi yang lebih besar,
fleksibilitas/keluwesan pada sekolah, serta mendorong partisipasi masyarakat agar mampu
meningkatkan peran mereka dalam meningkatkan mutu sekolah. Manajemen berbasis sekolah
(MBS) menganut prinsip kemandirian, kerjasama, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

Pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, diharapkan mampu meningkatkan
kreatifitas, inisiatif, dan inovasi dalam meningkatkan kinerja sekolah. Pemberian
fleksibilitas/keluwesan bertujuan memberi kesempatan sekolah agar mampu memanfaatkan dan
mengelola sumberdaya yang dimiliki agar lebih optimal dalam usaha meningkatkan mutu
sekolah.

Dalam hal peningkatan mutu sekolah, partisipasi masyarakat merupakan usaha


menempatkan posisi masyarakat bukan hanya obyek pengguna lulusan tetapi juga sebagai
subyek kebijakan dengan cara memberi ruang terbuka, agar dapat mengembangkan potensi
sehingga apa yang berikan sekolah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Sekolah tidak boleh menutup diri dan terisolasi dari realita kebutuhan masyarakat dan
juga terhadap kemajuan zaman di era globalisai yang telah memasuki masa industri 4.0 ini.
Program sekolah harus sejalan dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan mereka agar dapat
berkembang bersama, oleh karena itu manajemen berbasis sekolah sangat penting untuk
membrdayakan dan meningkatkan kreatifitas masyarakat untuk menghadapi era industri 4.0
yang sudah berjalan ini, karena semua teknologi sudah berkembang,termasuk teknolgi dalam
dunia pendidikan

B. PEMBAHASAN
Istilah MBS (manajemen berbasis sekolah) adalah terjemahan langsung dari School
Based Management yang secara luas berarti pendekatan politis untuk mendesain ulang organisasi
sekolah dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada partisipan sekolah pada tingkat
lokal guna memajukan sekolah.

Partisipan sekolah adalah kepala sekolah, guru, konselor, pengembang kurikulum,


administrator, orangtua siswa, masyarakat sekitar, dan siswa. Sementara itu Myers 6dan
Stonehill mengemukakan, MBS adalah strategi untuk memperbaiki pendidikan dengan
mentransfer otoritas pengambilan keputusan secara signifikan dari pemerintah pusat dan daerah
ke sekolah-sekolah secara individual dengan memberi kepala sekolah, guru, siswa, orangtua dan
masyarakat untuk memiliki kontrol yang lebih besar dalam proses pendidikan dan memberikan
mereka tanggungjawab tentang dana, personel dan kurikulum.
Kemudian Fasli Jalal dan Dedi Supriadi menyatakan bahwa MBS adalah bentuk alternatif
sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan. MBS pada prinsipnya bertumpu pada
masyarakat dan sekolah serta jauh dari birokrasi dan sentralistik. MBS berpotensi untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemen yang bertumpu
pada tingkat sekolah masyarakat dan sekolah serta jauh dari birokrasi dan sentralistik. MBS
berpotensi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemen
yang bertumpu pada tingkat sekolah.

Pada dasarnya tujuan MBS bermuara pada lima hal, yakni: (1) meningkatkan mutu
pendidikan dalam mengelola dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia, (2) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan, (3) meningkatkan tanggung jawab
sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolah, (4) meningkatkan
kompetisi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan, dan (5)
memberdayakan potensi sekolah yang ada agar menghasilkan lulusan yang berhasil guna dan
berdaya guna.

Sedangkan industri 4.0 atau Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain
dari industri 4.0. Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi
pencatatan di semua bidang. Industri 4.0 dikatakan era disrupsi teknologi karena otomatisasi dan
konektivitas di sebuah bidang akan membuat pergerakan dunia industri dan persaingan kerja
menjadi tidak linear. Salah satu karakteristik unik dari industri 4.0 adalah pengaplikasian
kecerdasan buatan atau artificial intelligence (Tjandrawinata, 2016). Salah satu bentuk
pengaplikasian tersebut adalah penggunaan robot untuk menggantikan tenaga manusia sehingga
lebih murah, efektif, dan efisien.

Merujuk pada pendapat diatas yang menunjukan bahwa MBS sangat penting dalam
meningkatkan kualitas baik dari segi mutu pendidikan,proses pembelajaran, ataupun tingkat
sumberdaya manusia untuk mencetus lulusan lulusan yang handal dalam era glabalisasi sekarang
ini yang telah memasuki era industri 4.0. Tak bisa di pungkiri Era industri 4.0 memaksakan
pendidikan sekolah-sekolah di indonesia harus meningkatkan mutu pendidikan nya baik sarana
dan prasarana sekolah, komputerisasi atau pemusatan data sekolah, atau peningkatan
keprofesionalan tenaga pendidik.

Perancangan strategi dalam merumuskan MBS Dalam upaya mempersiapkan siswa


menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa
untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian
masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu
dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang
ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya.
Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti panti asuhan untuk melatih kepekaan
empati dan kepedulian sosialnya. Beberapa hal yang harus antisipasi pada abad 21, antara lain:
Pertama, mengantisipasi masyarakat yang berbasis pengetahuan. Kita harus
mendapatkan kemampuan bagaimana memberdayakan kapasitas yang kita miliki. Maksudnya
tidak hanya mendapatkan pengetahuannya saja tapi memanfaatkan dan mengaplikasikan apa
yang kita dapat. Dalam hal ini setiap negara menitikberatkan pada kreatifitas atau daya
eksplorasi atau kemampuan komunikasi dalam hal ini harus diutamakan.

Kedua, kita harus mengantisipasi masyarakat yang terdapat berbagai budaya atau
keanekaragaman yang harus kita hargai. Tapi menurut saya Indonesia sebetulnya dari dulu
merupakan masyarakat yang terdapat keanekaragaman budaya, suku, bahasa dan sebagainya.
Seperti yang kita ketahui, Eropa tidak seperti di Indonesia. Tidak terdapat berbagai budaya. Di
negara-negara Eropa seperti itu sedang mengalami perubahan dimana terdapat berbagai aneka
budaya dan keanekaragaman. Coba kita lihat ke London sekitar 75% penduduk ternyata dari
luar. Italia atau Finlandia itu tadinya hanya 1 suku saja tapi negara seperti itupun sekitar 15% itu
imigran atau pendatang dari luar.

Beberapa negara sudah berhasil merespon perubahan seperti, Finlandia, Australia dan
sebagainya. Dan juga Canada, juga terdapat berbagai suku dan bangsa. Jadi kalau jaman dulu
keanekaragaman itu merupakan suatu kendala dalam mempromosikan/ mengembangkan
pendidikan. Tapi justru jaman sekarang keanekaragaman bisa mendorong kualitas pendidikan.

Ketiga, kita juga masih bisa mengantisipasi masyarakat yang terdapat kesenjangan.
Sebagaimana sudah diketahui globalisasi juga ada sisi negatifnya. Memperluas kesenjangan
sosial atau kesempatan pendidikan. Jadi di negara maju pun salah satu tantangannya adalah
bagaimana menjamin hak-hak anak untuk belajar. Contohnya apa yang terjadi di Jepang. Jaman
dulu tidak adanya kesenjangan sosial

Namun berdasarkan hasil survey OCD pada tahun 2005, kita diposisikan 5 terburuk
dalam hal ada/tidak adanya kesenjangan sosial. Berdasarkan OCD, perhitungan penduduk miskin
itu hanya memiliki rata-rata penghasilan penduduk. Berdasarkan perhitungan tersebut yang
terburuk, mulai dari Turki, Meksiko, Amerika dan Jepang. Dengan demikian sekitar 15.7%
dianggap penduduk miskin. Kalau melihat kota besar seperti Tokyo dan Osaka, sekitar 30%
dianggap miskin.

Suatu wilayah tertentu di Tokyo sekitar 60% penduduknya dianggap miskin. Kalau
untuk orang seumur saya setiap orang percaya namanya pasti manusia mendapatkan jodoh,
punya pasangan, punya anak. Yakin dalam pola seperti itu. Tapi kalau sekarang, umur 40
tahunan sepertiganya belum kawin. Dan sepertiga berkali-kali menikah. Dan sisanya lagi hanya
sekali. Jadi bentuk atau pola berubah drastis. Dalam hal ini yang paling penting adalah siapa
yang memperhatikan anak-anak dan setiap yang menjamin hak-hak anak untuk belajar.

Keempat, adalah kita harus mengantisipasi atau merespon masyarakat madani yang
semakin matang. Hal ini dikatakan sebagai peradaban. Semakin memasuki era globalisasi, setiap
negara memikirkan hal ini. Kalau jaman dulu, pendidikan hanya memikirkan rakyat secara
nasionalnya saja. Sekarang sudah tidak ada batas lagi. Masyarakat madani yang saya maksud ada
3 arti. Pertama, kita sebagai masyarakat global atau regional Asia misalnya.

Kedua, kita sebagai warga negaranya. Ketiga sebagai masyarakat global atau setempat.
Kita mengikuti 3 definisi tersebut. Jadi globalisasi sudah menghapuskan berbagai batasan-
batasan yang ada di kita. Batasan negara atau lainnya. Kita harus memasuki masyarakat madani.
Dan dalam hal ini kita harus terbuka untuk semua pihak.

Melalui MBS ini kepala sekolah ataupun perangkat sekolah yang terlibat harus memiliki
pengetahuan dan bisa mencetus peserta didik yang bisa menjaawab tantangan industri 4.0,
dukungandari pemerintah juga harus dilakukan dan harus mencakup, 1) sistem pembelajaran, 2)
satuan pendidikan, 3) peserta didik, dan 4) pendidik dan tenaga kependidikan juga dibutuhkan.
Revitalisasi sistem pembelajaran meliputi, 1) kurikulum dan pendidikan karakter, 2) bahan
pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, 3) kewirausahaan, 4) penyelarasan,
dan 5) evaluasi. Satuan pendidikan meliputi, 1) unit sekolah baru dan ruang kelas baru, 2) ruang
belajar lainnya, 3) rehabilitasi ruang kelas, 4) asrama siswa dan guru, 5) peralatan, dan 6)
manajemen dan kultur sekolah. Elemen peserta didik meliputi, 1) pemberian beasiswa dan 2)
pengembangan bakat minat. Elemen pendidik dan tenaga kependidikan meliputi, 1) penyediaan,
2) distribusi, 3) kualifikasi, 4) sertifikasi, 5) pelatihan, 6) karir dan kesejahteraan, dan 7)
penghargaan dan perlindungan.

Anda mungkin juga menyukai