2021/2022
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Prodi/Semester/Kelas : Elektro/Ganjil/C
Hari / Tanggal : 29/Januari/2022
Dosen /Assisten : Dr. Hj. Sriwati M. Pd
SifatUjian : Open Book
Waktu : 90 Menit
Nama : Rizky N. Maulana
NPM : 41155040210004
Jawaban
- Pendidikan kewarganegaraan sangat penting untuk diajarkan sejak dini. Karena salah satu
tujuannya untuk membentuk karakter dan kepribadian masyarakat agar sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila. Pendidikan kewarganegaraan atau civic education pun sudah diajarkan sejak
era Presiden Soekarno, tepatnya sekitar tahun 1901 hingga 1970.
Mengutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), secara hakikat
pendidikan kewarganegaraan merupakan sarana pembelajaran yang bersumber dari nilai-nilai
Pancasila sebagai kerpribadian bangsa.
Hal ini diperlukan supaya masyarakat Bangsa Indonesia memiliki kesadaran untuk mencintai
tanah air serta memiliki watak, sifat dan karakter yang sesuai dengan nilai Pancasila.
Begitu juga dengan Minto Rahayu dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan (Perjuangan
Menghidupi Jati Diri Bangsa), tujuan dari hakikat pendidikan kewarganegaraan ialah
membekali masyarakat untuk bisa menjalin hubungan yang berlandaskan Pancasila, baik
dengan negara ataupun sesama manusia.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hakikat dari Pendidikan Kewarnegaraan adalah sebagai
sarana/jalan untuk membentuk masyarakat yang berkpribadian Pancasila yang dalam menjalin
hubungan dengan pemerintah, manusia dan tuhan dapat sejalan dengan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya.
2. Demokrasi memerlukan partisipasi aktif warga Negara dalam pelaksanaannya.
Jelaskan pernyataan kalimat di atas dengan contoh .
Dalam pelaksanaan Demokrasi tentu perlu partisipasi aktif dari Warga Negara nya sebagai
komunitas/kelompok yang menjalankan sistem pemerintahan. Demokrasi prinsipnya adalah
bagaimana menjalin hubungan antar manusia dengan baik untuk kepentingan bersama.
Partisipasi aktif dalam menyelenggarakan demokrasi dapat dimulai terlebih dahulu dengan
lingkup kecil yaitu di keluarga.
Bagaimana menciptakan hubungan keluarga yang komunikatif, harmonis dan rukun yang
tidak ada ketegangan hubungan didalamnya karena antar anggota keluarga saling
berkomunikasi dengan baik, saat ada permasalahan yang menyangkut kepentingan bersama
dapat dilakukan diskusi antar anggota sehingga permasalahan dapat cepat terselesaikan.
Selain dari lingkungan keluarga, dapat melangkah lagi mengenai bagaimana hubungan antar
anggota masyarakat di lingkungan rumah sekitar, dalam hal ini pun prinsipnya adalah
menjalin hubungan dengan baik agar terciptanya masyarakat yang rukun dan harmonis
kemudian saat ada pemilihan RT/RW ikut berpartisipasi, ataupun saat ada program kerja bakti
dapat ikut berkontribusi dalam hal tenaga, waktu, ataupun harta. Sehingga program yang
menyangkut kepentingan bersama dapat terselesaikan secara bersama-sama.
Begitu juga dengan lingkungan sekolah/perguruan tinggi dan lingkungan kerja, perlu adanya
penerapan demokrasi ini, seperti saat mengikuti pembelajaran kuliah ketika ada
saran/masukan kita dapat menyampaikan dengan baik, ikut berpartisipasi aktif dalam diskusi
saat pembelajaran zoo ataupun adanya musyawarah untuk pembagian tugas kelompok. Hal-
hal kecil itu dapat dilakukan dalam lingkungan pembelajaran kuliah. Sama halnya dengan di
lingkungan pekerjaan kita dapat ikut aktif dalam membangun perusahaan dimana tempat kita
bekerja, seperti memberikan masukan/ide untuk perubahan, bekerja dengan profesionalitas,
adanya keterbukaan yang ditunjukkan dengan adanya komunikasi aktif dan baik antar rekan
kerja dan atasan, dan lain sebagainya.
Sebagai agen perubahan artinya mahasiswa diharapkan dapat menerapkan ilmu yang
diperoleh dari bangku pendidikan dan membagikan pengetahuan yang dimilikinya kepada
masyarakat saat menjalin hubungan dengan masyarakat.
Seperti ketika kita tahu akan nilai-nilai anti korupsi kita dapat menerapkan nya dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dapat menjadi contoh/teladan bagi keluarga ataupun
lingkungan, selain memberikan contoh dapat pula menyampaikannya dalam diskusi ringan
dengan anggota keluarga, rekan belajar, ataupun rekan kerja. Kemudian bagaimana
mahasiswa dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan demokrasi seperti penjelasan pada soal
nomor 2.
Sehingga sebagai mahasiswa kita dituntut untuk belajar mencari ilmu, menerapkan ilmu dan
membagikan kepada masyarakat sebagai bentuk pengabdian. Ketika lulus mahasiswapun
dapat memiliki sikap tanggung jawab untuk peduli kepada masyarakat, bukan hanya
mementingkan materi semata tapi memiliki karakter mengabdi untuk masyarakat melalui
profesi masing-masing. Seorang guru dapat menjadi edukator yang profesional,
berkarakter,dan kompeten. Seorang engineer elektro dapat menjadi ahli dala bidang
pemecahan masalah masyarakat dalam kelistrikan dan dapat membangun Indonesia melalui
proyek-proyek strategis untuk kepentingan bersama. Seorang dokter dapat memiliki karakter
profesional, tanggung jawab dan memiliki misi sosial. Dan lain sebagainya. Setiap profesi
dapat melakukan perubahan sesuai dengan caranya masing-masing untuk kemajuan
Indonesia.
4. Peran sebagai agen perubahan , merupakan salah satu dari lima peran yang
diberikan kepada mahasiswa. (peran sebagai social control, iron stock, moral force, dan
guardian of values).Jelaskan dan berikan contoh dari masing-masing peran mahasiswa
tersebut
Menurut Wibowo dan Puspito (2011), keterlibatan mahasiswa dalam suatu gerakan anti
korupsi dapat dibedakan menjadi empat wilayah, yaitu di lingkungan keluarga, lingkungan
kampus, masyarakat sekitar, dan tingkat lokal/nasional.
Lingkungan keluarga dipercaya dapat menjadi tolak ukur yang pertama dan utama bagi
mahasiswa untuk menguji apakah proses internalisasi antikorupsi di dalam diri mereka sudah
terjadi, hal ini bermula dari budaya ketidak jujuran, kemalasan, serta hal-hal yang dianggap
kecil dan sepele namun notabene sebenarnya budaya itu dimulai dari sini.
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi di lingkungan kampus dimulai dari
pembenahan terhadap diri dan kampusnya. Dengan kata lain, mahasiswa harus
mendemonstrasikan bahwa diri dan kampusnya harus bersih dan jauh dari perbuatan korupsi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, upaya pemberantasan korupsi dimulai dari awal masuk
perkuliahan.
Pada masa ini merupakan masa penerimaan mahasiswa, dimana mahasiswa diharapkan dapat
mengkritisi kebijakan internal kampus dan sekaligus melakukan pressure kepada pemerintah
agar undang-undang yang mengatur pendidikan tidak memberikan peluang terjadinya
korupsi. Di samping itu, mahasiswa melakukan kontrol terhadap jalannya penerimaan
mahasiswa baru dan melaporkan kepada pihak-pihak yang berwenang atas penyelewengan
yang ada. Selain itu, mahasiswa juga melakukan upaya edukasi terhadap rekan-rekannya
ataupun calon mahasiswa untuk menghindari adanya praktik-praktik yang tidak sehat dalam
proses penerimaan mahasiswa. Selanjutnya adalah pada proses perkuliahan.
Dalam masa ini, perlu penekanan terhadap moralitas mahasiswa dalam berkompetisi untuk
memperoleh nilai yang setinggi-tingginya, tanpa melalui cara-cara yang curang. Upaya
preventif yang dapat dilakukan adalah dengan jalan membentengi diri dari rasa malas belajar.
Hal krusial lain dalam masa ini adalah masalah penggunaan dana yang ada dilingkungan
kampus. Untuk itu diperlukan upaya investigatif berupa melakukan kajian kritis terhadap
laporan-laporan pertanggungjawaban realisasi penerimaan dan pengeluarannya.
Sedangkan upaya edukatif penumbuhan sikap anti korupsi dapat dilakukan melalui media
berupa seminar, diskusi, dialog. Selain itu media berupa lomba-lomba karya ilmiah
pemberantasan korupsi ataupun melalui bahasa seni baik lukisan, drama, dan lain-lain juga
dapat dimanfaatkan juga. Selanjutnya pada tahap akhir perkuliahan, dimana pada masa ini
mahasiswa memperoleh gelar kesarjanaan sebagai tanda akhir proses belajar secara formal.
Mahasiswa harus memahami bahwa gelar kesarjanaan yang diemban memiliki konsekuensi
berupa tanggung jawab moral sehingga perlu dihindari upaya-upaya melalui jalan pintas.
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di masyarakat dan di tingkat
lokal/nasional terkait dengan status mahasiswa sebagai seorang warga negara yang
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat lainnya, hal ini bisa menjadi
bagaikan pisau yang bermata dua, di satu sisi mahasiswa mampu mendorong dan
menggerakkan masyarakat untuk bertindak atas ketidakadilan sistem termasuk didalamnya
tindakan penyelewengan jabatan dan korupsi sedangkan di sisi yang lain, mahasiswa
merupakan faktor penekan bagi penegakan hukum bagi pelaku korupsi serta pengawal bagi
terciptanya kebijakan publik yang berpihak kepada kepentingan masyarakat banyak.
Dari pengalaman Negara-negara lain yang dinilai sukses memerangi korupsi, segenap elemen
bangsa dan masyarakat harus dilibatkan dalam upaya memerangi korupsi melalui cara-cara
yang simultan. Upaya pemberantasan korupsi meliputi beberapa prinsip, antara lain
memahami hal-hal yang menjadi penyebab korupsi, upaya pencegahan, investigasi, serta
edukasi dilakukan secara bersamaan, tindakan diarahkan terhadap suatu kegiatan dari hulu
sampai hilir (mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan aspek kuratifnya) dan
meliputi berbagai elemen. Dari berbagai prinsip diatas posisi mahasiswa dengan segala
keunggulannya dapat menempati semua bagian tanpa mengurangi peran yang dijalankan oleh
para pegiat anti korupsi lainnya.