Anda di halaman 1dari 16

RESUME LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWARATAN

BRONKHIOLITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Sri Mulyanti, S.Kep., Ns., M.Kep

Di Susun Oleh :

1. Friztangga Ramadhani Putri (P27220021070)


2. Natasa Yohan Maharani (P27220021081)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Bronkiolitis adalah penyakit virus pada saluran pernafasan bawah yang ditandai
dengan peradangan bronkioli yang lebih kecil ditandai edema membran mukosa yang
melapisi dinding bronkioli, ditambah infiltrasi sel dan produksi mukus meningkat, yang
menimbulkan obtruksi jalan nafas (Keperawatan Pediatri, 2021).
Bronkiolitis adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran nafas kecil
(Bronkiolus), terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan insiden tertinggi sekitar
usia 6 bulan. Bronkiolitis pada anak-anak sebagian besar disebabkan oleh Respiratory
Syncitial Virus (RSV) 50% sampai 90%. Penyebab lain adalah parainfluenza virus,
mikroplasma, adenovirus dan beberapa virus lain (Mansjoer, 2020).

B. ETIOLOGI
Penyebab dari bronkiolitis menurut Kliegman, dkk (2019) :
a. Respiratory syncitial virus (RSV)
b. Human metapneumovirus (Hmpv)
c. Parainfluenzae virus
d. Adenovsirus
e. Influenzae virus
f. Rhinovirus
g. Bocavirus

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI


a. Hidung
Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai indra penciuman. Rongga
hidung dipisahkan oleh oleh sekat hidung, di dalam rongga hidung terdapat bulu-bulu
halus berguna untuk menyaring kotoran-kotoran yang masuk ke dalam lubang hidup.
Struktur hidung bagian luar terdiri dari kulit, lapisan tengah terdapat otot-otot dan
tulang rawan.
b. Faring
Faring merupakan persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terletak
di bawah tengkorak, belakang rongga hidung dan mulut di depan ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ bagian atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantara lubang yang bernama koana.
c. Laring
Laring merupakan saluran udara yang berfungsi sebagai pembentuk suara terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea
di bawahnya.
d. Trakea
Trakea merupakan tabung berbentuk pipa yang dibentuk oleh tulang tulang rawan,
terletak di antara vertebrae servikalis VI sampai tepi bawah kartilago krikoidea vertebra
torakalis panjang trakea 9-11 cm.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok memiliki struktur sama dengan trakea, dilapisi oleh
sejenis sel yang sama dengan rakea dan berjalan ke bawah ke arah tampuk paru.
Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri.
f. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang menjadi bronkiolus. Seluruh gabungan otot menekan
bagian yang melalui cabang-cabang tulang rawan yang semakin sempit dan makin kecil
yang disebut bronkiolus. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang
memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian
jalan nafas.
g. Alveoli
Sebelum alveoli terdapat percabangan dari bronkiolus yaitu alveolus, kemudian
alveolus mempunyai kantung-kantung kecil yang bernama alveoli. Alveoli merupakan
tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Terdapat 300 juta yang jika bersatu
membentuk satu lembar seluas 70m2.
h. Paru-paru
Paru-paru adalah organ elastis yang berbentuk kerucut yang dipisahkan oleh
mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Masing-
masing paru mempunyai apeks dan basis dan paru kanan lebih besar dibanding paru
kiri. Pada paru kanan terdapat 3 lobus dan fisura interlobaris sedangkan paru kiri terdiri
dari 2 lobus.
i. Pleura
Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Terbagi
menjadi pleura perietalis untuk melapisi rongga dada dan pleura viseralis yaitu yang
menyelubungi setiap paru-paru. Pleura memiliki dua lapisan yaitu lapisan permukaan
disebut juga permukaan parietalis yaitu lapisan pleura yang langsung berhubungan
dengan paru dan maemasuki fisura paru, memisahkan antara lobus-lobus dari paru.

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala bronkiolitis menurut Kliegman, dkk (2019) :
a. Rinorea
b. Dengan atau tanpa demam
c. Batuk terus menerus
d. Wheezing, ronchi
e. Peningkatan kerja pernapasan
f. Gangguan makan

E. PATOFISIOLOGI
Bronkiolitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan virus, parainfluenza, dan bakteri. Bronkiolitis akut ditandai obstruksi bronkiole
yang disebabkan oleh edema, penimbunan lendir serta debris- jebris seluler. Karena
tahanan terhadap aliran udara di dalam tabung berbanding terrbalik dengan pangkat tiga
dari tabung tersebut, maka penebalan kecil yang pada dinding brokiolus pada bayi akan
mengakibatkan pengaruh besar atas aliran udara.
Tekanan udara pada lintasan udara kecil akan meningkat baik selama fase inspirasi
maupun selama fase ekspirasi, karena jari-jari suatu saluran nafas mengecil selama
ekspirasi, maka obstruksi pernafasan akan mengakibatkan terperangkapnya udara serta
pengisian udara yang berlebihan. Proses patologis yang terjadi akan mengganggu
pertukaran gas normal di dalam paru-paru. Ventilasi yang semakin menurun pada alveolus
akan mengakibatkan terjadinya hipoksemia dini. Retensi karbon dioksida (hiperkapnia)
biasanya tidak terjadi kecuali pada penderita yang terserang 3 hebat. Pada umumnya
semakin tinggi pernafasan, maka semakin rendah tekanan oksigen arteri. Hiperkapnia
biasanya tidak dijumpai hingga kecepatan pernafasan melebihi 60 x / menit yang kemudian
meningkat sesuai dengan takipne yang terjadi.
F. PATHWAY

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbil dari bronkiolitis Sebagai berikut :
a. Apnea
b. Penyakit paru kronis
c. Atelektasis
d. Hipoksia
e. Gangguan asam basa asidosis metabolik
f. Alkalosis respiratorik
g. Asidosis respiratorik
h. Asma, dan dapat menimbulkan kematian
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada bronkiolitis menurut Marcdante, dkk (2018):
a. Pemeriksaan Laboratorium
Sering ditemukan leukositosis ringan 12.000-16.000 sel/uL tetapi tidak bersifat
spesifik.
b. Pemantauan Oksigenasi
Pada klien harus dilakukan penilaian berkala dan pemantauan sistem kardiorespirasi
karena dapat terjadi gagal nafas pada bayi yang lelah bernafas.
c. Pemeriksaan Radiologi
Menunjukkan hiperekspansi paru, termasuk peningkatan radiolusen paru dan
pendataran/penekanan diafragma.
d. Uji Antigen
Dilakukan dengan uji ELISA (enzyme linked immunosorbent assay) dari sekret
nasofaringeal untuk mendeteksi RSV, virus parainfluenza, virus influenza, dan
adenovirus merupakan test yang paling sensitif untuk mengkonfirmasi terjadinya
infeksi.

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan yang dilakukan pada bronkiolitis menurut Marcdante, dkk (2018) :
a. Pengendalian demam
b. Pemantauan fungsi respiratori
c. Hidrasi yang baik
d. Penghisapan lendir dari saluran respiratori atas dan pemberian oksigen
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien berupa nama, umur, jenis kelamin, agama, status,
pendidikan, alamat, tanggal masuk, diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab berupa nama, umur, jenis kelamin, alamat,
dan hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menjadi alasan pasien dirawat di RS.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kelainan atau keluhan pada pasien sehingga di diagnose penyakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya berhubungan dengan masalah klien sekarang.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada riwayat keluarga biasanya adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit tertentu.
e. Riwayat kehamilan
Infeksi yang dialami ibu selama hamil, pemeriksaan kehamilan secara rutin,
imunisasi TT.
f. Riwayat imunisasi
Usia pemberian imunisasi, jenis imunisasi yang diberikan.
g. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi sesuai dengan tahapan normal
3. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pola ini berisi tentang persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan.
b. Pola nutrisi
Pola ini berisi tentang nafsu makan dan pola makan.
c. Pola eliminasi
Pola ini berisi tentang pola BAK dan BAB.
d. Pola aktivitas dan latihan
Pola ini berisi tentang pola aktivitas dan latihan.
e. Pola kognitif dan persepsi
Pola ini menggambarkan tentang fungsi dari panca indera.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pola ini berisi tentang sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan, harga diri, gambaran diri, dan perasaan terhadap diri sendiri.
g. Pola tidur dan istirahat
Pola ini berisi tentang pola tidur dan istirahat.
h. Pola peran dan hubungan
Pola ini berisi tentang keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga.
i. Pola seksual dan reproduksi
Pola ini berisi tentang masalah dalam seksualitas dan reproduksi.
j. Pola toleransi stress dan koping
Pola ini berisi tentang kemampuan untuk menangani stress.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pola ini berisi tentang spiritualitas dan nilai
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan Umum
2) Kesadaran
3) TTV
b. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala : Bentuk kepala, ada tidaknya lesi atau benjolan
2) Mata : Bentuk simetris atau tidak, konjungtiva anemis
/tidak, fungsi penglihatan.
3) Hidung : Kesimetrisan, adanya polip atau tidak, fungsi
penciuman, ada tidaknya lesi
4) Mulut : Fungsi Pengecapan, Mukosa bibir,
Kebersihan gigi dan mulut ada lesi atau tidak
5) Telinga : Ada tidaknya serumen atau lesi, fungsi pendengaran
6) Leher : Ada tidaknya pembesaran kelenjar thyroid
7) Paru
Inspeksi : Simetris, atau tidak
Palpasi : persamaan getaran paru
Perkusi : Bunyi paru: sonor, hipersonor, dll
Auskultasi : vesikuler, tidak ada tambahan bunyi nafas
8) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak pada ics ke V

Palpasi : Ictus cordis teraba pada ics ke V midclavikula


sinitra
Perkusi : Bunti pekak
Auskultasi : S1 S2 reguler
9) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, simetris
Auskultasi : Mengetahui suara bising usus
Palpasi : Terdapat nyeri tekan
Perkusi : Tympani
10) Genetalia : Ada tidaknya lesi atau benjolan,
11) Ekstermitas
Atas : Tidak ada edema, kekuatan otot 5
Bawah : Tidak ada edema, kekuatan otot 5

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
3. Hipertermia (D.0130)
4. Ansietas (D.0080)
5. Defisit pengetahuan (D.0111)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Bersihan Jalan Nafas Tujuan : Manajemen Jalan Nafas
Tidak Efektif (D.0001) Setelah dilakukan intervensi Observasi
Dibuktikan dengan : keperawatan selama 24 jam 1. Monitor pola nafas
bersihan jalan nafas
Gejala dan Tanda Mayor meningkat dengan kriteria 2. Monitor bunyi
Subjektif : hasil : nafas
Mengeluh sesak nafas 1. Produksi sputum 3. Monitor sputum
menurun Terapeutik
Objektif : 2. Mengi menurun 1. Pertahankan
1. Batuk tidak efektif 3. Wheezing menurun kepatenan jalan
atau mampu batuk 4. Dipsnea menurun nafas dengan
2. Sputum berlebih / 5. Saturasi oksigen headtill chin lift
obstruksi jalan membaik 2. Pastikan
nafas 6. Pola nafas membaik semifowler atau
3. Mengi, wheezing, fowler
atau ronchi kering 3. Berikan minum
hangat
Gejala dan tanda minor 4. Lakukan fisioterapi
Subjektif : dada
Tidak tersedia 5. Lakukan
penghisapan lendir
Objektif : kurang dari 15
1. Gelisah detik
2. Sianosis 6. Berikan oksigen,
3. Bunyi nafas jika perlu
menurun
4. Saturasi oksigen
berubah
5. Pola nafas berubah
2. Gangguan Pertukaran Tujuan : Pemantauan respiratori
Gas (D.0003) Setelah dilakukan intervensi (1.01014)
Dibuktikan dengan : keperawatan selama 24 jam Observasi :
maka gangguan pertukaran 1. Monitor frekuensi,
Gejala dan Tanda Mayor gas meningkat dengan irama
Subjektif : kriteria hasil : 2. Kedalaman dan
Dipsnea 1. Dipsnea menurun upaya nafas
Objektif :
1. Pco2 meningkat / 2. Bunyi nafas 3. Monitor
menurun tambahan menurun kemampuan batuk
2. Po2 menurun 3. Pusing menurun efektif
3. Takikardi 4. Penglihatan kabur 4. Monitor pola nafas
4. Bunyi nafas 5. Monitor adanya
tambahan sputum
6. Monitor adanya
Gejala dan Tanda Minor sumbatan jalan
Subjektif : nafas
1. Pusing 7. Auskultasi suara
2. Penglihatan kabur nafas
8. Monitor saturasi
Objektif : oksigen
1. Sianosis 9. Monitor AGD
2. Gelisah Terapeutik :
3. Nafas cuping 1. Atur interval
hidung pemantauan dan
4. Pola nafas prosedur
abnormal pemantauan
5. Kesadaran menurun 2. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
proedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan

3. Hipertermi (D.0130) Tujuan Manajemen Hipertermia


Dibuktikan dengan : Setelah dilakukan intervensi (I.15506)
keperawatan selama 24 jam Observasi :
Gejala dan Tanda Mayor maka hipertermia dengan 1. Identifikasi
Subjektif : kriteria hasil : penyebab
Tidak tersedia 1. Suhu tubuh membaik hipertermia (mis.
2. Kulit merah menurun Dehidrasi, terpapar
Objektif : 3. Kejang menurun lingkungan panas,
Suhu tubuh diatas nilai 4. Takikardi menurun penggunaan
normal 5. Takipnea menurun inkubator)
6. Suhu kulit menurun 2. Monitor suhu
Gejala dan Tanda Minor tubuh
Subjektif : 3. Monitor
Tidak tersedia komplikasi akibat
hipertermia
Objektif : Terapeutik :
1. Kulit merah 1. Longgarkan atau
2. Kejang lepaskan pakaian
3. Takikardi 2. Basahi dan kipasi
4. Takipnea pemukaan tubuh
5. Kulit terasa hangat 3. Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Selimut hipotermia
atau kompres
dingin pada dahi,
leher, dada,
abdomen, aksila)
4. Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
5. Berikan oksigen
Edukasi :
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena

4. Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan intervensi Obsevasi


Dibuktikan dengan : selama 3x24 jam diharapkan 1. Monitor tanda-tanda
tingkat ansietas menurun ansietas (verbal dan
Gejala dan Tanda Mayor dengan kriteria hasil: nonverbal)
Subjektif : 1. Verbalisasi khawatir Teraupetik
1. Merasa bingung akibat kondisi yang 1. Pahami situasi yang
2. Kebutuhan tidak dihadapi menurun membuat ansietas
terpenuhi 2. Perilaku gelisah menurun Edukasi
3. Sulit berkonsentrasi 1. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
Objektif : pasien, jika perlu
1. Tampak gelisah Kolaborasi
2. Tampak tegang Kolaborasi pemberian obat
3. Sulit tidur antiansietas, jika perlu

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif :
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya
Objektif :
1. Frekuensi nafas
meningkat
2. Frekuensi nadi
meningkat
3. Frekuensi darah
meingkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa
lalu
5. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Observasi
(D.0111) keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi kesiapan
Dibuktikan dengan : diharapkan tingkat dan kemampuan
pengetahuan meningkat menerima informasi
Gejala dan Tanda Mayor dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor
Subjektif : 1. Perilaku sesuai anjuran yang dapat
1. Menanyakan masalah meningkat meningkatkan dan
yang dihadapi 2. Kemampuan menurunkan motivasi
Objektif : menjelaskan suatu topik perilaku hidup bersih
1. Menunjukan perilaku meningkat dan sehat
tidak sesuai anjuran 3. Pertanyaan tentang Teraupetik
2. Menunjukan persepsi masalah yan dihapadapi 1. Sediakan materi dan
yang keliru terhadap menurun media pendidikan
masalah kesehatan
Gejala dan Tanda Minor 2. Jadwalkan pendidikan
Subjektif : kesehatan sesuai
Tidak tersedia kesepakatan
Edukasi
Objektif : 1. Jelaskan faktor resiko
1. Menjalani pemeriksaan yang dapat
tidak tepat mempengaruhi
2. Menunjukan perilaku kesehatan
berlebihan 2. Ajarkan perilaku
hidup sehat dan bersih
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, implementasi
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan (Potter & Perry, 2005).

Tindakan yang dilakukan pada anak bronkiolitis dengan bersihan jalan napas
tidak efektif dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun sebelumnya. Waktu pelaksanaan selama 3 x 24 jam, dimulai dengan
melakukan pengkajian, membuka jalan napas dengan chin lift, memposisikan
pasien (postural drainase), memonitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernapas, dan melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
pemberian bronkolidator.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih.
2. Tidak ada sianosis dan dyspneu.
3. Menunjukan jalan nafas yang paten.
4. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan
nafas.
DAFTAR PUSTAKA
Senja, A., Abdillah, I. L., & Santoso, E. B. (2020). Keperawatan Pediatri. Bumi Medika.
Mansjoer, A., WARDHANI, W. I., & SETIOWULAN, W. (2020). Kapita selekta
kedokteran, jilid 2
Kliegman, R. M. (2019). The role of Clostridia in the pathogenesis of neonatal necrotizing
enterocolitis. Clostridia in Gastrointestinal Disease, 67-87.
Marcdante, K., & Simpson, D. (2018). Choosing when to advise, coach, or mentor. Journal of
Graduate Medical Education, 10(2), 227-228.

Anda mungkin juga menyukai