BRONKHIOLITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Sri Mulyanti, S.Kep., Ns., M.Kep
Di Susun Oleh :
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Bronkiolitis adalah penyakit virus pada saluran pernafasan bawah yang ditandai
dengan peradangan bronkioli yang lebih kecil ditandai edema membran mukosa yang
melapisi dinding bronkioli, ditambah infiltrasi sel dan produksi mukus meningkat, yang
menimbulkan obtruksi jalan nafas (Keperawatan Pediatri, 2021).
Bronkiolitis adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran nafas kecil
(Bronkiolus), terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan insiden tertinggi sekitar
usia 6 bulan. Bronkiolitis pada anak-anak sebagian besar disebabkan oleh Respiratory
Syncitial Virus (RSV) 50% sampai 90%. Penyebab lain adalah parainfluenza virus,
mikroplasma, adenovirus dan beberapa virus lain (Mansjoer, 2020).
B. ETIOLOGI
Penyebab dari bronkiolitis menurut Kliegman, dkk (2019) :
a. Respiratory syncitial virus (RSV)
b. Human metapneumovirus (Hmpv)
c. Parainfluenzae virus
d. Adenovsirus
e. Influenzae virus
f. Rhinovirus
g. Bocavirus
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala bronkiolitis menurut Kliegman, dkk (2019) :
a. Rinorea
b. Dengan atau tanpa demam
c. Batuk terus menerus
d. Wheezing, ronchi
e. Peningkatan kerja pernapasan
f. Gangguan makan
E. PATOFISIOLOGI
Bronkiolitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan virus, parainfluenza, dan bakteri. Bronkiolitis akut ditandai obstruksi bronkiole
yang disebabkan oleh edema, penimbunan lendir serta debris- jebris seluler. Karena
tahanan terhadap aliran udara di dalam tabung berbanding terrbalik dengan pangkat tiga
dari tabung tersebut, maka penebalan kecil yang pada dinding brokiolus pada bayi akan
mengakibatkan pengaruh besar atas aliran udara.
Tekanan udara pada lintasan udara kecil akan meningkat baik selama fase inspirasi
maupun selama fase ekspirasi, karena jari-jari suatu saluran nafas mengecil selama
ekspirasi, maka obstruksi pernafasan akan mengakibatkan terperangkapnya udara serta
pengisian udara yang berlebihan. Proses patologis yang terjadi akan mengganggu
pertukaran gas normal di dalam paru-paru. Ventilasi yang semakin menurun pada alveolus
akan mengakibatkan terjadinya hipoksemia dini. Retensi karbon dioksida (hiperkapnia)
biasanya tidak terjadi kecuali pada penderita yang terserang 3 hebat. Pada umumnya
semakin tinggi pernafasan, maka semakin rendah tekanan oksigen arteri. Hiperkapnia
biasanya tidak dijumpai hingga kecepatan pernafasan melebihi 60 x / menit yang kemudian
meningkat sesuai dengan takipne yang terjadi.
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbil dari bronkiolitis Sebagai berikut :
a. Apnea
b. Penyakit paru kronis
c. Atelektasis
d. Hipoksia
e. Gangguan asam basa asidosis metabolik
f. Alkalosis respiratorik
g. Asidosis respiratorik
h. Asma, dan dapat menimbulkan kematian
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada bronkiolitis menurut Marcdante, dkk (2018):
a. Pemeriksaan Laboratorium
Sering ditemukan leukositosis ringan 12.000-16.000 sel/uL tetapi tidak bersifat
spesifik.
b. Pemantauan Oksigenasi
Pada klien harus dilakukan penilaian berkala dan pemantauan sistem kardiorespirasi
karena dapat terjadi gagal nafas pada bayi yang lelah bernafas.
c. Pemeriksaan Radiologi
Menunjukkan hiperekspansi paru, termasuk peningkatan radiolusen paru dan
pendataran/penekanan diafragma.
d. Uji Antigen
Dilakukan dengan uji ELISA (enzyme linked immunosorbent assay) dari sekret
nasofaringeal untuk mendeteksi RSV, virus parainfluenza, virus influenza, dan
adenovirus merupakan test yang paling sensitif untuk mengkonfirmasi terjadinya
infeksi.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan yang dilakukan pada bronkiolitis menurut Marcdante, dkk (2018) :
a. Pengendalian demam
b. Pemantauan fungsi respiratori
c. Hidrasi yang baik
d. Penghisapan lendir dari saluran respiratori atas dan pemberian oksigen
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien berupa nama, umur, jenis kelamin, agama, status,
pendidikan, alamat, tanggal masuk, diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab berupa nama, umur, jenis kelamin, alamat,
dan hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menjadi alasan pasien dirawat di RS.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kelainan atau keluhan pada pasien sehingga di diagnose penyakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya berhubungan dengan masalah klien sekarang.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada riwayat keluarga biasanya adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit tertentu.
e. Riwayat kehamilan
Infeksi yang dialami ibu selama hamil, pemeriksaan kehamilan secara rutin,
imunisasi TT.
f. Riwayat imunisasi
Usia pemberian imunisasi, jenis imunisasi yang diberikan.
g. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi sesuai dengan tahapan normal
3. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pola ini berisi tentang persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan.
b. Pola nutrisi
Pola ini berisi tentang nafsu makan dan pola makan.
c. Pola eliminasi
Pola ini berisi tentang pola BAK dan BAB.
d. Pola aktivitas dan latihan
Pola ini berisi tentang pola aktivitas dan latihan.
e. Pola kognitif dan persepsi
Pola ini menggambarkan tentang fungsi dari panca indera.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pola ini berisi tentang sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan, harga diri, gambaran diri, dan perasaan terhadap diri sendiri.
g. Pola tidur dan istirahat
Pola ini berisi tentang pola tidur dan istirahat.
h. Pola peran dan hubungan
Pola ini berisi tentang keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga.
i. Pola seksual dan reproduksi
Pola ini berisi tentang masalah dalam seksualitas dan reproduksi.
j. Pola toleransi stress dan koping
Pola ini berisi tentang kemampuan untuk menangani stress.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pola ini berisi tentang spiritualitas dan nilai
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan Umum
2) Kesadaran
3) TTV
b. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala : Bentuk kepala, ada tidaknya lesi atau benjolan
2) Mata : Bentuk simetris atau tidak, konjungtiva anemis
/tidak, fungsi penglihatan.
3) Hidung : Kesimetrisan, adanya polip atau tidak, fungsi
penciuman, ada tidaknya lesi
4) Mulut : Fungsi Pengecapan, Mukosa bibir,
Kebersihan gigi dan mulut ada lesi atau tidak
5) Telinga : Ada tidaknya serumen atau lesi, fungsi pendengaran
6) Leher : Ada tidaknya pembesaran kelenjar thyroid
7) Paru
Inspeksi : Simetris, atau tidak
Palpasi : persamaan getaran paru
Perkusi : Bunyi paru: sonor, hipersonor, dll
Auskultasi : vesikuler, tidak ada tambahan bunyi nafas
8) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak pada ics ke V
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
3. Hipertermia (D.0130)
4. Ansietas (D.0080)
5. Defisit pengetahuan (D.0111)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tindakan yang dilakukan pada anak bronkiolitis dengan bersihan jalan napas
tidak efektif dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun sebelumnya. Waktu pelaksanaan selama 3 x 24 jam, dimulai dengan
melakukan pengkajian, membuka jalan napas dengan chin lift, memposisikan
pasien (postural drainase), memonitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernapas, dan melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
pemberian bronkolidator.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih.
2. Tidak ada sianosis dan dyspneu.
3. Menunjukan jalan nafas yang paten.
4. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan
nafas.
DAFTAR PUSTAKA
Senja, A., Abdillah, I. L., & Santoso, E. B. (2020). Keperawatan Pediatri. Bumi Medika.
Mansjoer, A., WARDHANI, W. I., & SETIOWULAN, W. (2020). Kapita selekta
kedokteran, jilid 2
Kliegman, R. M. (2019). The role of Clostridia in the pathogenesis of neonatal necrotizing
enterocolitis. Clostridia in Gastrointestinal Disease, 67-87.
Marcdante, K., & Simpson, D. (2018). Choosing when to advise, coach, or mentor. Journal of
Graduate Medical Education, 10(2), 227-228.