Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA DI RUANGAN


POLI ANAK RSUD ANUTAPURA PALU

DI SUSUN OLEH :
ABUYASIDUL BUSTANI
WN10323001

CI LAHAN CI INSITUSI

Ns. Netty Vonny Yanty, S.kep Ns. Katrina Feby Lestari, S.Kep.,M.P.H
NIP. 197511302005012008 NIK. 20120901027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
PALU
2023
RESUME KEPERAWATAN PADA By. I DENGAN DIAGNOSA MEDIS
PNEUMONIA DI RUANGAN POLI ANAK
RSUD ANUTAPURA PALU

DI SUSUN OLEH :
ABUYASIDUL BUSTANI
WN10323001

CI LAHAN CI INSITUSI

Ns. Netty Vonny Yanty, S.kep Ns. Katrina Feby Lestari, S.Kep.,M.P.H
NIP. 197511302005012008 NIK. 20120901027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
PALU
2023
A. Konsep Teori Pneumonia
1. Pengertian
Pneumonia merupakan suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi, begitupun dengan aliran darah di sekitar alveoli, menjadi
terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi,
bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Djojodibroto,
2019).
Pneumonia merupakan proses inflamatori parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Djojodibroto, 2019).
Pneumonia adalah peradaangan parenkim paru yang disebabkan
olehh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit
(Djojodibroto, 2019).
2. Etiologi
Menurut Muttaqin dan arif (2019) penyebaran infeksi terjadi
melalui droplet dan sering disebabkan oleh Streptococcus pneumonia,
sedangkan pada pemakaian ventilator disebabkan oleh pseuodomonas
aeruginosa dan enterobacter. Pada masa kini biasanya terjadi karena
perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis,
polusi lingkungan, penggunaan antibiotik, yang tidak tepat. Setelah
masuk ke paru organisme bermultifikasi dan jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadilah pneumonia.
3. Manifestasi klinis
Menurut Dian dan hadinata (2022) tanda dan gejala penyakit
pneumonia sebagai berikut:
a. Demam tinggi
b. Batuk kering keras, pada awalnya batuk tidak produktif, kemudian
bersputum seremukoid, sampai mukopulen atau bercak darah,
krekles dan krepitasi halus di berbagai area paru.
c. Malaise
d. Sakit kepala
e. Anoreksia
f. Sakit tenggorokan
g. Nyeri dada
4. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit dimulai dari adanya beberapa faktor
yang menyebabkan aspirasi berulang diantaranya: obstruksi mekanik
saluran pernafasan karena aspirasi bekuan darah, pus, makanan dan
tumor bronkus. Adanya sumber infeksi, daya tahan saluran pernafasan
yang terganggu, sehingga menimbulkan tanda dan gejala, seperti edema
trakeal/faringeal, peningkatan produksi sekret sehingga menimbulkan
batuk produktif efektif. Dari tanda dan gejala tersebut maka muncul
masalah keperawatan ketidak efektifan bersihan jalan nafas.
Peradangan pada bronkus yang menyebar pada parenkim paru
juga menyebabkan terjadinya konsolidasi pengisian rongga alveoli oleh
eksudat menimbulkan penurunan jaringan efektif paru, dan kerusakan
membran alveoli-kapiler, hal ini menimbulkan gejala sesak nafas.
Penggunaan obat bantu nafas dan pola nafas tidak efektif. Dari tanda
tersebut maka muncul masalah keperawatan gangguan pertukaran gas.
Konsolidasi pengisian rongga paru oleh eksudat menimbulkan reaksi
sistemis: bakterimia/viremia, anoreksia, mual, demam, perubahan berat
badan, dan kelemahan. Sehingga dapat menimbulkan tanda dan gejala
peningkatan laju metabolisme umum, intake nutrisi tidak adekuat, tubuh
makin kurus, ketergantungan aktivitas sehari-hari, kurang pemenuhan
isirahat dan tidur, kecemasan dan pemenuhan informasi. Dari tanda dan
gejala tersebut maka timbul masalah keperawatan yaitu pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan pemenuhan Activity Daily
Living (ADL), gangguan pemenuhan istirahat dan tidur, kecemasan,
ketidaktahuan/pemenuhan informasi dan hipertermi (Muttaqin, 2019).
5. Pathway

Virus, bakteri,
jamur

Masuk saluran pernapasan

Leukosit PMN Reseptor


Reaksi radang pada bronkus dan alveolus
mengisi alveoli peradangan

Peningkatan produksi sekret


Konsolidasi di alveoli Hypothalamus
Merespon adanya
Sekret sukar dikeluarkan infeksi
Konsolidasi di paru

Suhu tubuh
Compliance paru Bersihan jalan napas tidak efektif meningkat
meningkat

Hipertermi
Pola napas tidak
Eefektif
6. Pemeriksaan penunjang
Untuk mendiagnosa penyakit secara lebih tepat, maka diperlukan
pemeriksaan penunjang. Foto thoraks sebaiknya dibuat posterior anterior dan
lateral untuk melihat keberadaan konsolidasi rotrokardial sehingga lebih
mudah untuk menentukan lobus yang terkena. Densitasnya bergantung pada
intensitas eksudat dan hampir selalu ada bronchogram pada masa akut,
biasanya tidak ada pengecilan lobus yang terkena sedangkan pada masa
resolusi mungkin ada atelektasis sebab eksudat menyebabkan obstruksi.
Gambaran konsolidasi tidak selalu mengisi seluruh lobus karena mulai dari
perifer gambar kosolidasi hampir selalu berbatasan dengan permukaan pleura
viselaris, maka dari itu dapat mudah dilihat dengan foto lateral
(Muttaqin,2019).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit pneumonia sebagai berikut:
a. Posisikan klien semi fowler
b. Pemberian O2 yang adekuat
c. Pemberian IV line untuk hidrasi tubuh secara umum
d. Pemberian antibiotik.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawat an sesuai dengan kebutuhan individu (pasien), oleh karena
itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan
kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis
keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
respon individu (Dian, Hadinata, 2022)
a. Identitas Pasien
Identitas meliputi nama, usia, tanggal lahir, nomor rekam
medik, pendidikan, pekerjaan, status, alamat dan diagnosa.
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien gagal jantung meliputi sesak napas,
kelemahan saat beraktivitas, nyeri dada, edema ekremitas bawah,
distensi abdomen dan urine menurun.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang dengan
memberikan pertanyaan yang mendukung keluhan utama.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu dengan
menyakan pada pasien apakah sebelumnya pernah menderita
penyakit seperti TB.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga perawat menanyakan
apakah dari bapak, ibu dan turunan di atasnya memiliki riwayat
penyakit turunan seperti yang di derita klien.
d. Aktivitas dan istirahat
1) Terdapat sesak napas saat aktvitas atau sedang tidak beraktivitas.
2) Sirkulasi
Apakah ada riwayat penyakit saluran pernapasan.
3) Respirasi
Sesak napas saat beraktivitas, takipnea, ada riwayat paru.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis terkait
respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik masalah yang berlangsung aktual maupun potensial
(PPNI, 2017).
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Pola napas tidak Pola Napas L. 01004 Manajemen Jalan
efektif b.d hambatan Setelah dilakukan Napas I. 01011
upaya napas tindakan Observasi :
keperawatan 3x24 1. Monitor pola
jam diharapkan curah napas
jantung membaik 2. Monitor bunyi
dengan kriteria hasil : napas.
1. Dispnea Edukasi :
menurun 3. Pertahankan
2. Penggunaan otot kepatenan jalan
bantu napas napas
menurun 4. Posisikan semi-
3. Penggunaan otot fowler
bantu napas 5. Lakukan
menurun penghisapan
4. Frekuensinapas lendir
membaik 6. Lakukan
5. Kedalaman hiperoksigenasi
napas membaik 7. Berikan oksigen
jika perlu

Edukasi
8. Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari
Kolaborasi
9. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator.
2. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Manajemen jalan
tidak efektif asuhan napas
berhubungan dengan keperawatan Observasi
hipersekresi jalan selama 3 x 24 jam, 1. Monitor pola
napas diharapkan napas
bersihan jalan 2. Monitor bunyi
napas meningkat, napas
dengan kriteria 3. Monitor sputum
hasil: teraupetik
1. Batuk efektif 4. Berikan minum
meningkat air hangat
2. Produksi 5. Lakukan
sputum fisioterapi dada
menurun jika perlu
3. Dyspnea 6. Lakukan
menurun penghisapan
lendir kurang
dari 15 detik
edukasi
7. Ajarkan batuk
efektif
kolaborasi
8. Kolaborasi
pemberian
mukolitik.
3. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan asuhan keperawatan Hipertermia
proses penyakit. selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan 1. Identifikasi
termoregulasi penyebab
membaik, dengan hipertermia
kriteria hasil: 2. Monitor suhu
1. Menggigil tubuh
menurun. Teraupetik
2. Kulit merah 3. Longgarkan
menurun. atau lepaskan
3. Pucat menurun. pakaian
4. Suhu tubuh 4. Berikan cairan
membaik. oral
5. Suhu kulit
membaik. Edukasi
6. Tekanan darah 5. Anjurkan tirah
membaik. baring
Kolaborasi
6. Kolaborasi
pemberian
cairan intravena,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto. (2019). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran


Pernapasan Untuk Penanggulangan Pneumonia. Jakarta: CV Trans Info
Media.
Hadinata, Dian, And Awaludin J. Abdillah, (2022). Metodologi Keperawatan.
Edited By Wahyuni, Sri, Cv Widina Media Utama.
Mutaqqin, Arif. (2019). Asuhan Keperawatan Kliendengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indiktor


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai