Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S
DENGAN PNEUMONIA ARDS DI ICU RUMAH SAKIT PANEMBAHAN
SENOPATI

DISUSUN OLEH:
1. Dina Ayu Lestari 220300881
2. Poppi Nadia Dewarani 220300904
3. Sahrul 210300913

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS ALMA
ATA YOGYAKARTA

2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DENGAN
PNEUMONIA ARDS

Telah mendapatkan persetujuan dan pengesahan


pada tanggal Januari 2023

DISUSUN OLEH:
1. Dina Ayu Lestari 220300881
2. Poppi Nadia Dewarani 220300904
3. Sahrul 210300913

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

(Sofyan Indrayana, S. Kep., Ns., M.Kep) (Wiwik Ikayanti, S. Kep. Ns)


Tanggal: Tanggal:

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATA UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
(PNEUMONIA ARDS)

A. Definisi
Pneumonia adalah proses inflammatory parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh agen infeksius. (Ardhi. 2018)
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus
maupun jamur. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan
kematian. Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.
Kantong-kantong udara dalam paru yang disebut alveoli dipenunuhi nanah dan cairan
sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi berkurang.Kekurangan oksigen
membuat sel-sel tubuh tidak bias bekerja.Karena inilah, selain pemyebaran infeksi ke
seluruh tubuh, penderita bias meninggal. (Anggraeny. 2019)
Sindrom gangguan pernapasan akut (Acute respiratory distress syndrome - ARDS)
merupakan manifestasi cedera akut paru-paru, biasanya akibat sepsis, trauma, dan infeksi
paru berat. Secara klinis, hal ini ditandai dengan dyspnea, hipoksemia, fungsi paru-paru yang
menurun, dan infiltrat difus bilateral pada radiografi dada

B. Etiologi
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia
dan penyakit ini baru akan timbul apabila ada factor-faktor presipitasi, namun
pneumonia juga sebagai komplikasi dari penyakit lain ataupun sebagai penyakit yang
terjadi karena etiologi dibawah ini;
a. Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Diploccus Pneumonia,
Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus Aureus, Hemophylus Influenza,
Bacillus Friendlander, Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri gram positif yang
membantu menyebabkan pneumonia bakteri adalah Streptococcus Pneumonia,
Streptococcus Aureus, dan Streptococcus Pyogenis.
b. Virus Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum
disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet.Cytomegalovirus merupakan penyebab utama pneumonia virus. Virus
lain yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Synticalvirus dan
virus Stinomegalik
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplamosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung. Jamur yang dapat menyebabkan pneumona adalah ; Citoplasma
Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,
CocederidesImmitis, Aspergillus Sp, Candida Albicans, Mycoplasma Pneumonia
d. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti penderita
AIDS
e. Factor lain yang mempengaruhi
Factor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh
menurun, misalnya akibat malnutrisi energy protein (MEP), penyakit menahun,
pengobatan antibiotic yang tidak sempurna. (Anggraeny. 2019)
Adult Respiratory Distress Syndrome dapat disebabkan karena inflamasi, infeksi,
gangguan vaskular dan trauma di intratorakal maupun ekstratorakal. Penyebab
ARDS terbanyak adalah akibat pneumonia baik yang disebabkan oleh bakteri,
virus, maupun jamur, dan penyebab terbanyak selanjutnya adalah sepsis berat
akibat infeksi lain di luar paru
C. Klasifikasi
Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis pneumonia dibedakan menjadi
1) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus dan lobularis
2) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan
gambaran infiltrate paru bilateral yang difus
3) Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak. (Anggraeny. 2019)

D. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisis ARDS akan didapatkan temuan yang bersifat non-spesifik
seperti takipnea, takikardi dan kebutuhan FIO2 yang semakin bertambah untuk
menjaga agar saturasi oksigen tetap normal. Karena ARDS sering terjadi pada sepsis,
maka hipotensi dan tanda-tanda vasokonstriksi perifer (akral dingin dan sianosis
perifer) dapat ditemukan. Pada pemeriksaan fisis toraks dapat ditemukan ronkhi
basah bilateral. Suhu pasien dapat febris maupun hipotermia. (Anggraeny. 2019)

E. Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya, ARDS dideskripsikan sebagai gagal nafas akut yang
merupakan akibat dari edema pulmoner oleh sebab non kardiak. Edema ini
disebabkan oleh karena adanya peningkatan permeabilitas membrane kapiler sebagai
akibat dari kerusakan alveolar yang difus. Selain itu, protein plasma diikuti dengan
makrofag, neutrofil, dan beberapa sitokin akan dilepaskan dan terakumulasi dalam
alveolus, yang kemudian akan menyebabkan terjadinya dan berlangsungnya proses
inflamasi, yang pada akhirnya dapat memperburuk fungsi pertukaran gas yang ada.
Pada keadaan ini membrane hialin (hialinisasi) juga terbentuk dalam alveoli. (Ardhi.
2018)
Pathway

Trauma Paru, Cidera Parenkim


Paru, Barotrauma

Defisit Nutrisi Pola Nafas Tidak


Efektif

Hipovolemia
F. Pemeriksaan Fisik

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan,
perkejaan, alamat, diagnosa medik, nomor register, tanggal masuk rumah
sakit, dan tanggal pengkajian.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi Nama, Umur, Hubungan dengan pasien, Pekerjaan dan Alamat
c. Alasan masuk RS
Alasan yang bisa menyebabkan kenapa pasien bisa masuk ke rumah sakit
(contoh : jatuh, sesak nafas dll)
d. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien sebelum
masuk ke rumah sakit: sesak
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Waktu terjadinya sakit: Berapa lama sudah terjadinya sakit
b) Proses terjadinya sakit: Kapan mulai terjadinya sakit, Bagaimana sakit
itu mulai terjadi
c) Upaya yang telah dilakukan: Selama sakit sudah berobat kemana,
Obat-obatan yang pernah dikonsumsi.
d) Hasil pemeriksaan sementara / sekarang: TTV meliputi tekanan darah,
suhu, respiratorik rate, dan nadi. Adanya patofisiologi lain seperti saat
diauskultasi adanya ronky, wheezing.
3) Riwayat kesehatan terdahulu
a) Riwayat merokok, Anamnesa harus mencakup: Usia mulai merokok
secara rutin. Rata-rata jumlah rokok yang dihisap setiap hari. Usai
menghentikan kebiasaan merokok.
b) Pengobatan saat ini dan masa lalu
c) Alergi
d) Tempat tinggal
4) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit yang sama dengan pasien.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian,
eliminasi, mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
 Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot–
otot aksesoris pernapasan (retraksi otot interkosta)
 Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dypsnea,
takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara tambahan ronkhi,
pekak pada perkusi
 Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan tingkat
kesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm
2) Pola istirahat tidur
- Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
- Kualitas dan kuantitas jam tidur
3) Pola nutrisi – metabolic
- Berapa kali makan sehari
- Makanan kesukaan
- Berat badan sebelum dan sesudah sakit
- Frekuensi dan kuantitas minum sehari
4) Pola eliminasi
- Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
- Nyeri
- Kuantitas
5) Pola kognitif perceptual
Ada tidaknya gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman (Panca
Indra)
6) Pola konsep diri
- Gambaran diri
- Identitas diri
- Peran diri
- Ideal diri
- Harga diri
- Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
g. Pola seksual – reproduksi
Ada tidaknya gangguan pada alat kelaminya.
h. Pola peran hubungan
- Hubungan dengan anggota keluarga
- Dukungan keluarga
- Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
i. Pola nilai dan kepercayaan
- Persepsi keyakinan
- Tindakan berdasarkan keyakinan (Brunner & Suddart. 2017)
2. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Wajah terlihat pucat, meringis, lemas, banyak keringat, sesak nafas,, adanya
PCH, takipnea sangat jelas, penggunaaan otot aksesori pernafasan, dyspnea,
sianosis sirkumoral, distensi abdomen, sputum pirulen, berbusa, bersemu
darah,non produktif-produktif, demam, menggigil, faringitis.
2) Palpasi
Denyut nadi meningkat dan bersambungan (bounding), nadi biasanya
meningkat sekitar 10x per meni, turgor kulit menurun, peningkatan tektil
fremitus disisi yang sakit, hati mungkin membesar
3) Perkusi
Perkusi pekak pada bagian dada dan suara redup paru yang sakit
4) Auskultasi
Terdengar stridor bunyi nafas brpnkovesikuler atau bronkial, egofoni, (bunyi
mengembik yang terauskultasi ), bisikan pectoriloquy (bunyi bisikan yang
terauskultasi melalui dinding dada), ronchi pada lapang paru,. Perubahan ini
terjadi karena bunyi ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat / tebal
(konsolidasi) daripada melalui jaringan normal. (Anggraeny. 2019)

G. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X
Mengidentifikasi distribusi structural (missal lobar, brochial) dapat juga
menyatakan abses luas / infiltrate, empyema, infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi bacterial, penyebaran ilfiltrat nodul
2. Pemeriksaan darah
Selain hipoksemia, gas darah arteri sering awalnya menunjukkan alkalosis
pernapasan. Namun, jika ARDS terjadi dalam konteks sepsis, asidosis metabolik
yang dengan atau tanpa kompensasi respirasi dapat terjadi (Harman, 2011).
Bersamaan dengan penyakit yang berlangsung dan pernapasan meningkat,
tekanan parsial karbon dioksida (PCO2) mulai meningkat. Pasien dengan
ventilasi mekanik untuk ARDS dapat dikondisikan untuk tetap hiperkapnia
(hiperkapnia permisif) untuk mencapai tujuan volume tidal yang rendah yang
bertujuan menghindari cedera paru-paru terkait ventilator (Harman, 2011).
Kelainan lain yang diamati pada ARDS tergantung pada penyebab yang
mendasarinya atau komplikasi yang terkait dan mungkin termasuk yang berikut
(Harman, 2011).
a. Hematologi. Pada pasien sepsis, leukopenia atau leukositosis dapat dicatat.
Trombositopenia dapat diamati pada pasien sepsis dengan adanya koagulasi
intravaskular diseminata (DIC). Faktor von Willebrand (vWF) dapat
meningkat pada pasien beresiko untuk ARDS dan dapat menjadi penanda
cedera endotel
b. Ginjal. Nekrosis tubular akut (ATN) sering terjadi kemudian dalam
perjalanan ARDS, mungkin dari iskemia ke ginjal. Fungsi ginjal harus
diawasi secara ketat.
c. Hepatik. Kelainan fungsi hati dapat dicatat baik dalam pola cedera
hepatoseluler atau kolestasis.
d. Sitokin. Beberapa sitokin, seperti interleukin (IL) -1, IL-6, dan IL-8, yang
meningkat dalam serum pasien pada risiko ARDS.
3. Radiologi
Pada pasien dengan onset pada paru langsung, perubahan fokal dapat terlihat
sejak dini pada radiograf dada. Pada paien dengan onset tidak langsung pada
paru, radiograf awal mungkin tidak spesifik atau mirip dengan gagal jantung
kongestif dengan efusi ringan. Setelah itu, edema paru interstisial berkembang
dengan infiltrat difus. Seiring dengan perjalanan penyakit, karakteristik
kalsifikasi alveolar dan retikuler bilateral difus menjadi jelas.Komplikasi seperti
pneumotoraks dan pneumomediastinum mungkin tidak jelas dan sulit ditemuakn,
terutama pada radiografi portabel dan dalam menghadapi kalsifikasi paru difus.
Gambaran klinis pasien mungkin tidak parallel dengan temuan radiografi.
Dengan resolusi penyakit, gambaran radiografi akhirnya kembali normal
4. Bronkoskopi Bronkoskopi dapat dipertimbangkan untuk mengevaluasi
kemungkinan infeksi pada pasien akut dengan infiltrat paru bilateral. sampel
dapat diperoleh dengan bronkoskop bronkus subsegmental dalam dan
mengumpulkan cairan yang dihisap setelah meberikan cairan garam
nonbacteriostatic (bronchoalveolar lavage; UUPA). Cairan dianalisis untuk
diferensial sel, sitologi, perak noda, dan Gram stain dan pemeriksaan kuantitatif
H. Komplikasi
Sumber infeksi bakteri paru berupa bakteri gram negatif (Klebsiella,
Pseudomonas, dan Proteus spp) serta bakteri gram positif Staphylococcus aureus
yang resisten merupakan penyebab utama meningkatnya mortalitas dan morbiditas
akibat ARDS. Tension pneumothorax juga bisa terjadi akibat pemasangan kateter
vena sentral dengan positive pressure ventilation (PPV) serta positive end-expiratory
pressure (PEEP). Pasien ARDS yang dirawat dengan bantuan ventilasi mekanis akan
mengalami penurunan volume intravaskular serta penekanan curah jantung hingga
berakibat penurunan transpor O2 dan kegagalan organ. Lemah, lesu, tak bergairah,
seakan di ambang kematian, merupakan gejala umum yang dirasakan pasien ARDS.
(Ardhi. 2018)

I. Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien diberikan terapi secepatnya :
Tujuan terapi
1. Tidak ada terapi yang dapat menyembuhkan, umumnya bersifat suportif
2. Terapi berfokus untuk memelihara oksigenasi dan perfusi jaringan yang adekuat
3. Mencegah komplikasi nosokomial (kaitannya dengan infeksi) :
- Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
- Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
- Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
- Kebersihan pulmonari yang baik seperti: napas dalam, batuk, terpi fisik dada
(Brunner & Suddart. 2017)
Farmakologi
1. Inhalasi NO2 (nitric oxide) memberi efek vasodilatasi selektif pada area paru yan
terdistribusi, sehingga menurunkan pirau intrapulmoner dan tekanan arteri
pulmoner, memperbaiki V/Q matching dan oksigenasi arterial. Diberikan hanya
pada pasien dengan hipoksia berat yang refrakter
2. Kortikosteroid pada pasien dengan usia lanjut ARDS / ALI atau fase
fibroproliferatif, yaitu pasien dengan hipoksemia berat yang persisten, pada atau
sekitar hari ke 7 ARDS. Rekomendasi mengenai hal ini masih menunggu hasil
studi multi senter RCT besar yang sedang berlangsung.
3. Ketoconazole: inhibitor poten untuk sintesis tromboksan dan menghambat
biosintesisleukotrienes mungkin bisa digunakan untuk mencegah ARDS
Non-farmakologi
1. Ventilasi mekanis dgn berbagai teknik pemberian, menggunakan ventilator,
mengatur PEEP (positive-end expiratory pressure)
2. Pembatasan cairan. pemberian cairan harus menghitung keseimbangan
antara :Kebutuhan perfusi organ yang optimal, Masalah ekstra vasasi cairan ke
paru dan jaringan : peningkatan tekanan hidrostatik intravascular mendorong
akumulasi cairan di alveolus.
J. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) b.d infeksi dan hipersekresi
b. Pola nafas tidakefektif (D.0005) b.d proses inflamasi
c. Hipertermia (D.0130) b.d peningkatan suhu tubuh
d. Defisit Nutrisi (D.0019) b.d peningkatan muskus dan anoreksia
e. Hipovolemia (D.0023) b.d infeksi ke saluran pencernaan

K. Intervensi
1) Bersihan jalan nafas tidakefektif (D.0001)
Luaran : ( L.01001 ) Bersihan Jalan Napas
- Batuk menurun
- Sesak berkurang
- Produksi sputum menurun
- Suara tambahan berkurang
- Frekuensi nafas membaik
- Pola nafas membaik
Intervensi : Managemen jalan nafas ( I.01011)
Obesrvasi
- Monitor pola nafas
- Monitor bunyi nafas tambahan
- Monitor sputum
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Posisikan semi flower atau flower
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen bila perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian oksigen dan obat

2) Pola nafas tidakefektif (D.0005)


Luaran : ( L.01004 ) Pola Napas - Membaik
- Diameter thoraks anterior meningkat
- Penggunaan otot bantu nafas menurun
- Frekuensi nafas membaik
- Kadalaman nafas membaik
- Ekskursi dada membaik
Intervensi : Pemantauan Respirasi ( I.01014 )
Observasi :
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
- Monitor pola nafas seperti (bradibnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes, biot, ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray thorax
Terapeutik :
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, Jika perlu
3) Hipertermia (D.0130)
Luaran : ( L.14134 ) Termoregulasi
- Menggigil (menurun)
- Kulit merah (menurun)
- Pucat (menurun
- Takikardi (menurun)
- Bradikardi (menurun)
- Suhu tubuh (membaik)
- Suhu kulit (membaik)
Intervensi : Manajemen Hipertermia (I.15506)
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
4) Defisit Nutrisi (D.0019)
Luaran : (L.03030) Status Nutrisi – Membaik
- Porsi makanan yang dihabiskan (meningkat)
- Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi (meningkat)
- Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat (meningkat)
- Sikap terhadap makanan atau minuman sesuai dengan tujuan kesehatan
(meningkat)
- Perasaan cepat kenyang (menurun)
- Nyeri abdomen (menurun)
- Frekuensi makan (membaik)
- Nafsu makan (membaik)
- Bising usus (membaik)
Intervensi : (I.03119) Manajemen Nutrisi
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu tubuh yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
5) Hipovolemia (D.0023)
Luaran : (L.03020) Keseimbangan Cairan – Meningkat
- Asupan cairan (meningkat)
- Kelembaban membran mukosa (meningkat)
- Asupan makanan (meningkat)
- Tekanan darah (membaik)
- Membran mukosa (membaik)
- Mata cekung (membaik)
- Turgor kulit (membaik)
Intervensi : (I.03116) Manajemen Hipovelemia
Obesrvasi
- Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modifikasi tredenleburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Annurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
- Pemberian cairan IV isotonis (NaCl, RL)
- Pemberian cairan IV hipotonis (glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
- Pemberian cairan koloid (Albumin, plasmanate)
- Pemberian produk darah
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, D. O. (2019). Gambaran pengetahuan ibu tentang pneumonia pada


balita 87 (1.2), 149-200.
Ardhi, U. S. Y. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.
CV Budi Utama. www.deepublis.com
Brunner & Suddart. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Edisi
12. Jakarta. ECG
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan

Anda mungkin juga menyukai