Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

RUANGAN ISTLANSI GAWAT DARURAT

RS TK II PELAMONIA MAKASSAR

DI SUSUN OLEH:

NAMA : SULASTRI

NIM : 105111103621

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023
A. Definisi

Pneumonia adalah peradangan pada paremkim paru yang

melibatkan bronkus yang berupa distribusi berbentuk bercak-

bercak (Kusuma, 2016)

Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai

jaringan paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai

nafas sesak atau nafas cepat. Penyakit ini mempunyai tingkat

kematian yang tinggi. Secara klinis pada anak yang lebih tua selalu

disertai batuk dan nafas cepat dan tarikan dinding dada kedalam.

Namun pada bayi seringkali tidak disertai batuk (Kusuma, 2016)

Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah bentuk infeksi

pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru.

Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru

yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil

disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat

(Bradley et.al., 2011)

Pneumonia adalah radang paru-paru disertai dengan

eksudasi dan konsolidasi. Pada bayi baru lahir pneumonia yang

fatal adalah yang disebabkan oleh sifilis congenital yang disertai

dengan generasi lemak pada paru-paru sehingga paru-paru tampak

pucat serta tidak mengandung udara (Dorland, 2015).


B. Etiologi

Menurut pendapat (Amin & Hardi 2016), penyebaran infeksi

terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptococcus

pneumonia, melalui slang infuse oleh stapilococcus aureus

sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan

enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan

pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi

lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk

keparu-paru organism bermultiplikasi dan jika telah berhasil

mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia.

Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai

penggolongannya yaitu:

1. Bacteria : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus,

Streptokokus hemolyticus, Streptokoccus aureus,

Hemophilus influinzae, mycobacterium tuberkolusis, bacillus

friedlander.

2. Virus : Respiratory syncytial virus, adeno virus,

v.sitomegalitik, v.influenza.

3. Mycoplasma pneumonia.

4. Jamur : Histoplasma capsulatum, cryptococcus

neuroformans, blastomyces dermatitides, coccidodies

immitis, aspergilus species, candida albicans.


5. Aspirasi : Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah),

cairan amnion, benda asing.

6. Pneumonia Hipostatik. g. Sindrom Loeffler

C. Patofisiologi

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun

difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus

terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu

gerakan dan difusi oksigen serta karbondioksida. Sel-sel darah

putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi kedalam alveoli dan

memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru

tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema

mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki

atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen

alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area

yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi jantung tanpa

mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi

kanan ke sisi kiri jantung. Pencampuran darah yang teroksigenasi

dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia

arterial
D. Pathways
E. Manifestasi Klinis

F. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan diagnostik

pneumonia adalah :

1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi structural (missal:

lobar, bronchial dapa juga menyatakan abses)

2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnose

3. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah : untuk dapat

mengindentifikasi semua organisme yang ada

4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan

diagnose organisme khusus

5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paruparu,

menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis

keadaan

6. Spiometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang

aspirasi

7. Bronkoskop : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat

benda asing

G. Penatalaksanaan

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa

diberikan antibiotik per oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita


yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan

penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat antibiotik

diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan,

cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.

Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan

penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan

keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan

umum yang dapat diberikan antara lain :

a. Oksigen 1-2 L/menit.

b. IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI

cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu,

dan status hidrasi.

c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral

bertahap melalui selang nasogastric dengan feeding drip.

d. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi

dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki

transport mukosilier.

H. Komplikasi

Komplikasi pneumonia menurut Nurarif & Kusuma (2013) yaitu :

1. Hipotensi dan syok

2. Gagal pernafasan

3. Atelektasis
4. Efusi pleura

5. Delirium

I. Pengkajian

Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses

melakukan pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat

untuk mempelajari kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan

dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan. Oleh karena

itu pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga

seluruh kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien

peneumonia pengkajian meliputi :

1. Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,

agama, suku/bangsa, status pernikahan

2. Identitas Pennggung Jawab

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,

agama, suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Keluhan utama pada pasien Bronkopneumonia adalah sesak napas

b. Riwayat Keluhan Utama

Keluhan utama disertai Keluhan lain yang dirasakan klien seperti

lemah, sianosis, sesak napas, adanya suara napas tambahan


(ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan

hidung, muntah, diare)

c. Riwayat Kesehatan Masa lalu

Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC

Paru, trauma.

Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor

predisposisi.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-

penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumonia seperti Ca

Paru, asma, TBC Paru dan lain sebagainya.

4. Pola Fungsi Kesehatan

e. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.

Pola nutrisi

Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan

rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik

mikrorganisme.

f. Pola eliminasi

Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat

perpindahan cairan evaporasi karena demam

g. Pola istirahat/tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena

adanya sesak nafas.

h. Pola aktfitas dan latihan

Aktifitas dan latihan klien akan 0menurun karena adanya

kelemahan fisik

5. Pemeriksaan Fisik

i. Head to toe

j. Data Fokus

J. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan yang sering muncul pada kasus pneumonia menurut PPNI

(2017) sebagai berikut

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)

3. Hipertermia (D.0130)

4. Gangguan pertukaran gas (D.0003)

5. Defisit nutrisi (D0019)

6. Intoleran aktivitas (D.0056)

K. Intervensi Keperawatan
NO DX KEP SLKI SIKI

1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Observasi


efektif b.d deformitas intervensi keperawatan
dinding dada. diharapkan pola nafas 1.Monitor pola nafas
Dibuktikan dengan : membaik dengan kriteria (frekuensi,kedalaman,
hasil : usaha nafas)
- Penggunaan otot
bantu pernapasan -Kapasitas vital membaik 2.Monitor,bunyi nafas
tambahan (Gurgling,
-Fase ekspirasi -Tekanan ekpirasi mengi, wheezing, ronki)
memanjang meningkat
3.Auskultasi bunyi nafas
-Dispnea -Tekanan inspirasi
meningkat 4.Monitor saturasi oksigen
-Pola nafas
abnormal -Dyspnea menurun Teraupetik

(takipnea, -Penggunaan otot bantu 5.Posisikan semi fowler


bradipnea, nafas menurun 6.Lakukan fisioterapi dada
hipoventilasi)
-Frekuensi nafas 7.Berikan oksigen, jika
-Pernafaan membaik perlu
cuping hidung
Kolaborasi
-Tekanan ekspirasi
menurun 8.Kolaborasi pemberian
bronkodilator
-Tekanan inspirasi
menurun

Anda mungkin juga menyukai