Disusun Oleh :
Hofifah Apriliyah ( 8801190009 )
2B
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan
bawah akut (ISNBA) dengan gejala batuk dengan disertai dengan
sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti Virus, Bakteri,
Mycoplasma (fungi), dan aspirasi subtansi asing, berupa radang paru-
paru yang sertai eksudasi dan konsolidasi. (Nanda, 2015)
Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah bentuk infeksi
pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru. Paru-paru terdiri dari
kantung kecil yang disebut Alveoli, yang mengisi dengan udara ketika
orang yang sehat bernafas. Ketika seorang individu memiliki
pneumonia, alveoli dipenuhi nanah dan cairan.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya (Asih &
Effendy, 2014) yaitu:
a) Bakteri Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolyticus, Streptokoccusaureus, Hemaphilus Influenza,
Mycobacterum Tuberkolosis, Bacillus Fre
b) Virus Respiratory Syncytial virus, Adeno virus,
V.Sitomegalitik, V. Influenza.
c) Mycoplasma Pneumonia
d) Jamur HistoplasmaCapsulatum, Cryptococcus Neuroformans,
Blastomyces Dermatitisdes, Coccidosdies Immitis, Aspergilus
Species, Candida Albicans.
e) Aspirasi Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), Cairan
Amnion, Benda Asing.
f) Pneumonia Hipostatik.
g) Sindrom Loeffer.
3. Patofisiologi dan Pathway
a. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan
konsulidasi karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus.
Saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi
normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry &
Sharon, 2013).
Sebagian besar pneumonia dapat terjadi melalui aspirasi
partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di udara.
Partikel infeksius difiltrasi dihidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia disaluran napas.
Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, maka partikel
tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik dan humoral.
b. Pathway
4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil,
berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau
menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit
dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien
lebih suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena
nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan
dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau
penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak
menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronki
(Nursalam, 2016).
Sedangkan menurut (Nursalam, 2016) pneumonia menunjukan
gejala klinis sebagai berikut:
a. Batuk
b. Sputum produktif
c. Sesak nafas
d. Ronki
e. Demam tidak setabil
f. Leukositosis
g. Infiltrat
5. Komplikasi
Menurut Suzanne dan Brenda (2013), komplikasi pneumonia
menyebabkan hipotensi dan syok, gagal pernapasan, atelektasis, efusi
pleura, delirium, superinfeksi dan adhesi. Beberapa kelompok orang
yang lebih beresiko mengalami komplikasi, seperti lansia dan balita.
Sejumlah komplikasi pneumonia yang dapat terjadi adalah:
6. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa
diberikan antibiotik per oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang
lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit
jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat antibiotik diberikan
melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik
dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan
antara lain:
a. Oksigen 1-2 L/menit.
b. IVFD dekstose 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI
cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan
status hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastric dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier.
Penetalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,
antibiotic diberikan sesuai hasil kultur.
a. Untuk kasus pneumonia community based:
1) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
2) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
b. Untuk kasus pneumonia hospital based:
1) Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2. Diagnosa Keperawatan