Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

Diajukan untuk memenuhi tugas ujian Praktik Klinik Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing : Ibu Hj. Dedeh Hamdiah,M.Kep

Disusun Oleh :
Hofifah Apriliyah ( 8801190009 )

2B

DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan
bawah akut (ISNBA) dengan gejala batuk dengan disertai dengan
sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti Virus, Bakteri,
Mycoplasma (fungi), dan aspirasi subtansi asing, berupa radang paru-
paru yang sertai eksudasi dan konsolidasi. (Nanda, 2015)
Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah bentuk infeksi
pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru. Paru-paru terdiri dari
kantung kecil yang disebut Alveoli, yang mengisi dengan udara ketika
orang yang sehat bernafas. Ketika seorang individu memiliki
pneumonia, alveoli dipenuhi nanah dan cairan.

2. Etiologi
Penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya (Asih &
Effendy, 2014) yaitu:
a) Bakteri Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolyticus, Streptokoccusaureus, Hemaphilus Influenza,
Mycobacterum Tuberkolosis, Bacillus Fre
b) Virus Respiratory Syncytial virus, Adeno virus,
V.Sitomegalitik, V. Influenza.
c) Mycoplasma Pneumonia
d) Jamur HistoplasmaCapsulatum, Cryptococcus Neuroformans,
Blastomyces Dermatitisdes, Coccidosdies Immitis, Aspergilus
Species, Candida Albicans.
e) Aspirasi Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), Cairan
Amnion, Benda Asing.
f) Pneumonia Hipostatik.
g) Sindrom Loeffer.
3. Patofisiologi dan Pathway
a. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan
konsulidasi karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus.
Saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi
normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry &
Sharon, 2013).
Sebagian besar pneumonia dapat terjadi melalui aspirasi
partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di udara.
Partikel infeksius difiltrasi dihidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia disaluran napas.
Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, maka partikel
tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik dan humoral.
b. Pathway
4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil,
berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau
menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit
dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien
lebih suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena
nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan
dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau
penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak
menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronki
(Nursalam, 2016).
Sedangkan menurut (Nursalam, 2016) pneumonia menunjukan
gejala klinis sebagai berikut:
a. Batuk
b. Sputum produktif
c. Sesak nafas
d. Ronki
e. Demam tidak setabil
f. Leukositosis
g. Infiltrat

5. Komplikasi
Menurut Suzanne dan Brenda (2013), komplikasi pneumonia
menyebabkan hipotensi dan syok, gagal pernapasan, atelektasis, efusi
pleura, delirium, superinfeksi dan adhesi. Beberapa kelompok orang
yang lebih beresiko mengalami komplikasi, seperti lansia dan balita.
Sejumlah komplikasi pneumonia yang dapat terjadi adalah:

a. Infeksi aliran darah. Infeksi aliran darah atau bakterimia terjadi


akibat adanya bakteri yang masuk ke dalam aliran darah dan
menyebarkan infesi ke organ-organ lain.
b. Abses paru atau paru bernanah. Abses paru dapat ditangani
dengan antibiotik, namun terkadang juga membutuhkan
tindakan medis untuk membuang nanahnya.

c. Efusi Pleura. Kondisi di mana cairan memenuhi ruang yang


menyelimuti paru-paru

6. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa
diberikan antibiotik per oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang
lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit
jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat antibiotik diberikan
melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik
dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan
antara lain:
a. Oksigen 1-2 L/menit.
b. IVFD dekstose 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI
cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan
status hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastric dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier.
Penetalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,
antibiotic diberikan sesuai hasil kultur.
a. Untuk kasus pneumonia community based:
1) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
2) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
b. Untuk kasus pneumonia hospital based:
1) Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan
data secara subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga)
melalui metode anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran
atau observasi).
Menurut Nurarif (2015), pengkajian yang harus dilakukan adalah:
a. Identitas: Nama, usia, jenis kelamin,
b. Riwayat sakit dan kesehatan
1) Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk
tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang
menjadi batuk produktif dengan mukus purulen kekuning-
kuningan, kehijau-hiajuan, kecokelatan atau kemerahan,
dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh
mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin
tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada
pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan,
dan nyeri kepala.
3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah
menderita penyakit seperti ISPA, TBC paru, trauma. Hal
ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
faktor predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat
alergi terhadap beberapa obat, makanan, udara, debu.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
2) Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit, bisa
somnolen
3) Tanda-tanda vital:
- TD: biasanya normal
- Nadi: takikardi
- RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
- Suhu: hipertermi
4) Kepala: tidak ada kelainan Mata: konjungtiva nisa anemis
5) Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung
6) Paru:
- Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris,
ada penggunaan otot bantu napas
- Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus
pada daerah yang terkena.
- Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
- Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
7) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
8) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi,
kelemahan

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon


klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
Diagnosa keperawatan pada kasus pneumonia (menurut Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018) yang mungkin muncul yaitu:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
tertahan
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses


keperawatan dimana pada tahap ini perawat menentukan suatu
rencana yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan masalah yang
dialami pasien setelah pengkajian dan perumusan diagnosa. Menurut
Moorhead (2013) dan Bulechek (2013), intervensi keperawatan pada
kasus pneumonia berdasarkan buku Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia sebagai berikut:

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi
nafas tidak keperawatan diharapkan a) Identifikasi kemampuan
efektif bersihan jalan nafas meningkat. batuk
berhubungan Kriteria Hasil: b) Monitor adanya retensi
dengan sekresi 1) Batuk efektif meningkat sputum
tertahan 2) Produksi sputum menurun c) Monitor tanda dan
3) Rochi menurun gejala infeksi saluran
4) Dispnea menurun nafas
5) frekuensi nafas membaik d) Monitor input dan
6) pola nafas membaik output cairan (mis. jumlah
dan karakteristik)
2) Terapeutik
a) Atur posisi semi-fowler
atau fowler
b) Pasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
c) Buang sekret pada
tempat sputum
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
b) Anjurkan tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu
(dibulatkan) selam 8 detik
c) Anjurkan tarik nafas
dalam hingga 3 kali
d) Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
nafas dalam yang ke-3
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
2 Pola nafas tidak Tujuan: Setelah dilakukan 1.) Observasi
efektif tindakan keperawatan a) Monitor pola nafas
berhubungan diharapkan pola nafas (frekuensi, kedalaman,
dengan membaik usaha nafas)
hambatan upaya Kriteria hasil: b) Monitor bunyi nafas
nafas 1) Kapasitas vital meningkat tambahan (misalnya
2) Tekanan ekspirasi gurgling, mengi,
meningkat wheezing, ronki)
3) Tekanan inspirasi meningkat c) Monitor sputum
4) Dispnea menurun (jumlah, warna, aroma)
5) Penggunaan otot bantu nafas 2.) Terapeutik
menurun a) Posisikan semi-fowler
6) Pernafasan cuping hidung atau fowler
menurun b) Berikan minum hangat
7) Frekuensi nafas membaik c) Lakukan fisioterapi
8) Kedalaman nafas membaik dada, jika perlu
9) Ekskursi dada membaik d) Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
e) Berikan oksigen, jika
perlu
3) Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan
700 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
b) Ajarkan teknik batuk
efektif
4) Kolaborasi
a) kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik.
jika perlu
3 Hipertermia Tujuan: Setelah dilakukan 1) Observasi
berhubungan tindakan keperawatan a) Identifikasi penyebab
dengan proses diharapkan termoregulasi hipertermia
penyakit membaik b) Monitor suhu tubuh
Kriteria Hasil: c) Monitor kadar elektrolit
1) Menggigil menurun d) Monitor haluaran urine
2) kulit merah menurun e) Monitor komplikasi
3) suhu tubuh membaik akibat hipertermia
4) tekanan darah membaik 2) Terapeutik
a) Sediakan lingkungan
yang dingin
b) longgarkan atau
lepaskan pakaian
c) Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
d) Berikan cairan oral
e) Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
f) Lakukan pendinginan
eksternal (mis. kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, dan
aksilia)
g) Berikan oksigen, jika
perlu
3) Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Athena, Ika Dharmayanti.2014. Pneumonia Pada Anak Balita di


Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.8. Diakses tanggal 24 mei
2021 dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JKKT/article/download/7773/7336
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak,Bedah,Penyakit
Dalam. Nuha Medika,2011.
Nugroho, Yosef Agung dan Eva Elili Kristiani.2011. Batuk Efektif dalam
Pengeluaran Dahak Pada Pasien dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal
Stikes RS Baptis Kediri.Vol.4 No.2,Desember 2011. Diakses tanggal 24 mei
2021 dari
https://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18621
Nurarif AH & Kusuma AH.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis.Yogjakarta : Penerbit Mediaction
Slamet Suryono.2020. Asuhan Keperawatan Pada An. H Usia 5 Tahun Dengan
Pneumonia Di Ruang Irna C Rsud Kota Dumai. Karya Tulis Ilmiah. Diakses
tanggal 24 mei 2021 dari http://repository.pkr.ac.id/1171/1/SLAMET-
KTI.pdf
Terry & Sharon, 2013. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik ed 3. Jakarta
Penerbit Buku Kedokteran (EGC)
Yuyun Aprilya Dimu Ludji.2019. Asuhan Keperawatan Pada An. R. F Dengan
Pneumonia Di Ruang Kenanga Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Karya Tulis Ilmiah. Diakses tanggal 24 mei 2021 dari
http://repository.poltekeskupang.ac.id/549/1/KTI%20%28%20ASKEP
%20PNEUMONIA%20PADA%20An.%20R.%20F%29%202019.pdf

Anda mungkin juga menyukai