Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


PNEUMONIA

Disusun Untuk memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan


Departemen Keperawatan Medikal Bedah I
Di Ruang Dahlia I RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Oleh :
Nama : Sinna Sherina Fairuzia
NIM : P17212225026

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Desember 2022
PNEUMONIA

A. Masalah Kesehatan
Pneumonia
B. Pengertian
Pneumonia merupakan infeksi saluran napas bawah akut pada jaringan paru yang
biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia merupakan proses
inflamasi parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Menurut (CDC,
2022) penyebab umum pneumonia ialah Streptococcus Pneumoniae (pneumococcus) dan
pada anak-anak ialah Myoplasma Pneumoniae. Pneumonia merupakan suatu infeksi atau
peradangan yang terjadi pada organ paru-paru dimana pulmonay alveolus (alveoli), organ
yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer, mengalami peradangan dan terisi
oleh cairan. Pada pneumoni, terjadi inflamasi intens, yang menghasilkan konsolidasi jaringan
paru. Jaringan paru akan menjadi lebih padat, kurang elastis, meningkatkan densitas paru,
serta akan memproduksi semakin banyak sputum/sekresi. Selain itu, bakteri akan melepaskan
toksin yang merusak jaringan paru dan sel penghasil surfaktan. Konsolidasi, eksudat, dan
penurunan surfaktan akan menghasilkan peningkatan kerja pernapasan dan mengurangi
pertukaran gas. (Hurst, 2015)
Pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pneumonia yang didapat di komunitas/masyarakat
Infeksi ini didapat di rumah atau di komunitas. Pasien dapat masuk dengan tanda dan
gejala dalam 24 jam hingga 48 jam.
b. Pneumonia yang didapat di Rumah Sakit
Pneumonia terjadi pada 48 hingga 72 jam setelah klien dimasukkan ke fasilitas perawatan
kesehatan dan menunjukkan tidak adanya bukti inkubasi saat masuk ke rumah sakit,
misalnya pneumonia akibat terpasang ventilator
c. Pneumonia aspirasi
Pneumonia aspirasi terjadi akibat mengaspirasi suatu zat yang dapat mengandung asam
lambung
d. Pneumonia oportunitik
Disebabkan oleh organism yang biasanya bersifat pathogen pada individu sehat. Jika
sistem imun (resistensi) menurun, organism nonpatogen dapat menyebabkan infeksi

C. Penyebab
Pneumonia secara umum didapat ketika sistem imun seseorang tidak mampu menahan
organism penyerang. Pneumonia merupakan penyebab kematian utama dengan insidensi
tertinggi yang terjadi pada lansia. Penyebab paling banyak terjadinya pneumonia adalah
infeksi bakteri atau virus yang menyebabkan penurunan reflek batuk yang menghambat paru-
paru untuk mengeluarkan mukosa atau lendir. Terjadinya aspirasi, bakteri yang menyebabkan
pneumonia tinggal di dalam orofaring dan nasofaring, bemigrasi ke paru melalui aspirasi, dan
menyebabkan inflamasi pada paru. Ketiga, penggunaan antibiotic. Penggunaan antibiotic
dapat memungkinkan bakteri tumbuh dengan cepat. Kebiasaan merokok juga dapat memicu
terjadinya pneumonia. Selain itu penyakit seperti diabetes, PPOK, TB, dan penyakit
pernapasan lain juga dapat mempengaruhi terjadinya pneumonia. Klien yang dipasang jalan
napas buatan, klien yang tidak mendapat vaksin influenza, klien dengan terapi steroid,
mengalami malnutrisi, alkoholisme, AIDS, dan pada klien yang menjalani pembedahan
abdomen atau toraks dapat menjadi penyebab pneumonia

D. Tanda dan Gejala


- Batuk
- Sputum produktif
- Sesak napas (RR>20)
- Ronki
- Demam tidak stabil
- Leukositosis
- Infiltrat
E. Pathway
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan ialah :
a. Pemeriksaan Laboratorium. Hitung darah lengkap dengan diferensial, akan membantu
menentukan apakah infeksi disebabkan oleh virus atau adanya bakteri Hitung sel
darah putih, pada temuan sel darah putih yang tinggi (>15.000) biasa terjadi pada
infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
b. Rontgen dada, infiltrate dapat terlihat di sepanjang area paru atau terlihat bercak
infiltrate; konsoliadi (rongga udara terisi eksudat; kemungkinan terjadi efusi pleura
c. Kultur dan sensitivitas sputum, untuk menentukan bakteri spesifik dan antibiotic yang
efektif. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis
gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi
asidosis respiratorik
d. Analisa gas darah, ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus
tekanan parsial karbondioksida (PCO2) akan menurun dan pada stadium lanjut
menunjukkan asidosis respiratorik

G. Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang diberikan terdiri atas antibiotic dan pengobatan suportif.
Pemberian antibiotic pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data
mikroorganisme dan hasil uji.
1. Pada penatalaksanaan medis dapat diberikan terapi sebagai berikut (PDPI, 2018) :
Penisilin Sensitif Streptococcus Pneumonia (PSSP)
- Golongan penisilin
- TMP-SMZ
- Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus Pneumoniae (PRSP)
- Betalaktam Oral dosis tinggi (untuk pasien rawat jalan)
- Sefotaksim, seftriaxone dosis tinggi
- Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas Aeruginosa
- Aminoglikosid
- Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
- Tikarsilin, Piperasilin
- Karbapenem : Meropenem
- Siprofloksasin, Levofloksasin
Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
- Vankomisin
- Teikoplanin
- Linezolid
Hemophilus Influenza
- TMP-SMZ
- Azitromisin
- Sefalospronin gen 2 / 3
- Flurokuinol respirasi
Legionella
- Makrolid
- Flurokuinolon
- Rifampisin
Mycoplasma Pneumoniae
- Doksisiklin
- Makrolid
- FLuorokuinolon
2. Pemberian Oksigen sesuai kebutuhan pasien
3. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)
4. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feding drip
5. Jika sekresi lebdir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosillier
- Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan disesuaikan dengan masalah yang muncul, seperti
contoh sebagai berikut:
 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Pembersihan jalan nafas
- Latihan batuk efektif
- Penghisapan lendir di jalan nafas
 Pola Nafas Tidak Efektif
- Mengatur posisi pasien adekuat untuk bernafas (contoh : semi fowler)
- Pemberian terapi oksigen
- Teknik pernafasan (contoh : pursed lip breathing)
 Gangguan Pertukaran Gas
- Mengatur posisi pasien adekuat untuk bernafas (contoh : semi fowler)
- Pemberian terapi oksigen
- Penghisapan lendir di jalan nafas
(SDKI, 2018).

H. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
1) Keluhan yang dirasakan klien
2) Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi keluhan
b. Riwayat penyakit dahulu
1) Pernah menderita ISPA
2) Riwayat terjadi aspirasi
3) Sistem imun anak yang mengalami penurunan
c. Pemeriksaan fisik keperawatan
2. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
Perhatikan kondisi dan warna kulit selama pemeriksaan thoraks (pucat,
cyanosis, kemerahan). Perhatikan manifestasi distres pernapasan saat ini:
posisi yang nyaman, takipnea, mengap-mengap, mulut terbuka, cuping
hidung mengembang, dispnea, warna kulit wajah dan bibir, dan penggunaan
otot-otot asesori pernapasan. Selain itu perhatikan bentuk dada, kesimetrisan
pergerakan dinding dada, amati frekuensi pernafasan serta kedalaman
pernafasan.
- Palpasi
Dada dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan dinding dada. Lakukan palasi di
seluruh lapang paru, saat dipalpasi tanyakan kepada klien apakah terasa nyeri.
Palpasi dilakukan untuk mengetahui adanya massa atau benjolan. Pada
palpasi dada juga dilakukan pemeriksaan tactil fremitus untuk mengetahui
intensitas vibrasi yang muncul saat klien berbicara yang mengindikasikan
adanya proses patologis pada paru.
- Perkusi
Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi dengan mengetuk
dinding dada dengan tangan. Perkusi dilakukan di seluruh lapang paru untuk
membandingkan bunyi yang muncul di setiap bagian paru. Paru-paru normal
menghasilkan bunyi perkusi sonor.
- Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi dilakukan dengan mendengarkan bunyi nafas
menggunakan stetoskop. Auskultasi dilakukan dengan tujuan mengkaji
karakter bunyi nafas serta adanya bunyi nafas tambahan dengan
menganjurkan pasien untuk tarik nafas dalam lalu menghembuskannya
perlahan. Pemeriksaan auskultasi dilakukan pada 10 titik dengan gerakan
mengular. Normalnya suara nafas yang dihasilkan pada lapang paru ialah
vesikuler dan tidak ada suara nafas tambahan.
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya timbul yaitu

Data Objektif
- Keadaan umum : tampak lemah dan sesak napas
- Kesadaran/tingkat GCS
- Tanda-tanda Vital : Dispnea : frekuensi nafas >20kali/menit, hipertendi,
takikardia, takipnea, nafas dangkal, hipertermi
- Ronki dihasilkan ketika udara mengalir melalui jalan nafas yang
tersumbat atau menyempit pada saat inspirasi atau ekspirasi.
- Terlihat penggunaan otot bantu pernafasan
- Klien tampak gelisah
- Nyeri juga dapat menyebabkan ketidakefektifan pola nafas (dikaji
menggunakan PQRST)
- Hidung : terlihat pernapasan cuping hidung
- Mata : konjungtiva kemungkinan anemis
- Paru : pengembangan paru berat, tidak simetris kiri kanan, ada
penggunaan otot bantu napas, adanya nyeri tekan, peningkatan vocal
fremitus pada daerah yang terkena, terdengar pekak terjadi bila terisi
cairan, adanya ronki
- Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika terjadi dehidrasi
Data Subjektif
- Klien mengeluhkan sesak nafas atau kesulitan bernafas
- Klien mengatakan dada berdebar-debar
Diagnostic test
- Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan PMN
atau dapat ditemukan leucopenia yang menandakan prognosis buruk,
dapat ditemukan anemia ringan atau sedang
- Pemeriksaan radiologis
1) Bercak konsolidadi merata pada bronkopneumonia
2) Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
3) Gambaran bronkopneumonia difus infiltrate intertisialis pada
pneumonia stafilokok

I. Diagnostic Keperawatan
Berdasarkan panduan SDKI (PPNI, 2018)
1. D.0001 Bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersekresi jalan napas ditandai
dengan pasien mengeluh sesak, batuk tidak efektif, sputum berlebih, ronkhi, frekuensi
napas menurun, pola napas berubah
2. D.0130 Hipertermia berhubungan dengan proses terjadinya infeksi ditandai dengan suhu
tubuh diatas normal, takikardi, kulit terasa hangat
3. D.0111 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah
4.
J. Intervensi
Berdasarkan (PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2018) dan (PPNI T. P., 2018)
Diagnosa Keperawatan/
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Masalah Kolaboratif

D.0001 Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan I.01011 Manajemen Jalan Nafas
Nafas Tidak Efektif selama 2x24 jam, diharapkan bersihan jalan Observasi :
nafas meningkat dengan kriteria hasil : 1) Monitor pola nafas
1) Batuk efektif meningkat 2) Monitor bunyi nafas tambahan
2) Produksi sputum menurun 3) Monitor sputum
3) Wheezing menurun Terapeutik :
4) Dispnea menurun 1) Posisikan semifowler atau fowler
5) Gelisah menurun 2) Berikan minum hangat
6) Frekuensi nafas membaik 3) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1) Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik,
ekspektoran, jika perlu
I.01006 Latihan Batuk Efektif
Observasi :
1) Identifikasi kemampuan batuk
2) Monitor adanya retensi sputum
3) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
Terapeutik :
1) Atur posisi semifowler atau fowler
2) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
3) Buang secret pada tempat sputum
Edukasi :
1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2) Anjurkan Tarik nafas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mecucu (dibulatkan) selama 8 detik
3) Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
4) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian mukolitik ekspektoran, jika perlu
I.01014 Pemantauan Respirasi
Observasi :
1) Monitor irama, frekuensi, kedalaman, dan upaya nafas
2) Auskultasi bunyi nafas
3) Monitor saturasi oksigen
Terapeutik:
1) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
2) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
D.0130 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan I.15505 Manajemen Hipertermia
Observasi :
berhubungan dengan proses selama 3 x 24 jam diharapkan hipertermia
menurun dengan kriteria hasil : 1) Identifikasi penyebab hipertermia
terjadinya infeksi ditandai 2) Monitor suhu tubuh
L.14134 Termoregulasi 3) Monitor kadar elektrolit
dengan suhu tubuh diatas
1) Suhu tubuh membaik 4) Monitor haluaran urine
normal, takikardi, kulit 2) Suhu kulit membaik Terapeutik :
terasa hangat 3) Tekanan darah membaik 1) Sediakan lingkungan yang dingin
4) Ventilasi membaik 2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
5) Kulit merah membaik 3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
6) Takikardia menurun 4) Berikan cairan oral
7) Takipnea menurun 5) Lakukan pendinginan eksternal
8) Bradikardia menurun 6) Berikan oksigen
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
D.0111 Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan I.12383 Edukasi Kesehatan
selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat Observasi :
pengetahuan berhubungan
pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil
dengan kurang terpapar : 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi ditandai dengan informasi
L.12111 Tingkat Pengetahuan 2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menunjukkan perilaku 1) Perilaku sesuai anjuran meningkat menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
tidak sesuai anjuran, 2) Kemampuan menjelaskan pengetahuan
tentang suatu topik meningkat Terapeutik :
menunjukkan persepsi yang 3) Perilaku sesuai dengan pengetahuan
keliru terhadap masalah meningkat 1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4) Persepsi yang keliru meningkat 2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi :

1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi


kesehatan
2) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
TINJAUAN PUSTAKA

CDC. (2022). Pneuomonia Case. CDC.


Hurst, M. (2015). Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.
PDPI. (2018). Pneumonia Comuniti.
PPNI. Tim POKJA SDKI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPD PPNI.
PPNI. Tim POKJA SIKI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPD PPNI.
PPNI, Tim POKJA SLKI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. JAKARTA
SELATAN: DPD PPNI.

Anda mungkin juga menyukai