Anda di halaman 1dari 14

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI

Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau

beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat

yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing (Wijayaningsih

dan Kartika Sari 2013).

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu

peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai

bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa

anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti

bakteri,virus,jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia

disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non

infeksi yang perlu dipertimbangkan. (Rahayu dan Mega Putri Budi 2012).

Bronkopneumonia adalah radang paru-paru pada bagian lobularis

yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh

agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang ditandai

dengan gejala demam tinggi, gelisah, dispnoe, napas cepat dan dangkal

(terdengar adanya ronkhi basah), muntah, diare, batuk kering dan produktif

(Saputri,2008 dalam Dicky, 2017).


B. ETIOLOGI

Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme

pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan

sehat memiliki mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang

terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang

menggerakkan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara

lain :

1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella

2. Virus : Legionella Pneumoniae

3. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama

( Nurarif dan Kusuma,2015).

C. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah

mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk

melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran pernafasan

atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini menyebabkan

peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri

maka timbulah gejala demam pada penderita.

Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama

sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin


sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus

lama-kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem

pertukaran gas di paru.

Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat

menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat

membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul

masalah GI.

Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan

mikroorganisme. Keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru.

Terdapatnnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan

tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan mengakibtkan

timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme kedalam saluran nafas

dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara,

aspirasi dari bahan-bahan yang ada dinasofaring dan orofaring serta perluasan

langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen (Nurarif dan

Kusuma, 2015)

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia

menurut Wijayaningsih dan Kartika Sari. 2013 ) ialah :

1. Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas

2. Demam (39o-40oC) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang

tinggi.

3. Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk,
yang dicetuskan saat bernafas dan batuk.

4. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan

sianosis sekitar hidung dan mulut

5. Kadang-kadang disertai muntah dan diare

6. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing.

7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.

8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mukus yang

menyebabkan atelectasis absorbsi.

E. KOMPLIKASI

Akibat penyakit ini tidak mendapat penanganan yang tepat maka akan

timbul komplikasi yang bisa membahayakan tubuh anak tersebut,misalnya

gangguan pertukaran gas, obstruksi jalan napas, gagal napas, efusi pleura yang

luas, syok dan apnea rekuren (Marni, 2014).

F. PEMERIKSAAN PENUNJAG.

Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan untuk menegakkan

diagnosa adalah pemeriksaan leukosit, akan tetapi jika pemeriksaan darah tepi

menunjukkan leukopenia sedangkan penyebabnya sudah diketahui adalah

bakteri, maka keadaan ini merupakan petunjuk prognosis yang semakin

memburuk. Kultur darah positif pada sebagian kasus, akan terjadi peningkatan

laju endap darah.

Pemeriksaan foto thoraks akan terlihat infiltrat lobar atau interstisial di

parenkim paru, pada pewarnaan gram pada dahak terhadap organisme dan

pemeriksaan WBC (White Blood Cell) biasanya akan didapatkan kurang dari
20.000 cell mm3.x (Marni,2014).

G. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN

Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk mengatasi penyakit

pneumonia adalah dengan pemberian antibiotik, pengobatan suportif, dan

vaksinasi (Pardede dalam Marni, 2014). Pengobatan suportif bila virus

pneumonia , bila kondisi anak berat harus dirawat di rumah sakit. Selanjutnya

berikan oksigen sesuai kebutuhan anak dan sesuai program pengobatan ,

lakukan fisioterapi dada untuk membantu anak mengeluarkan dahak, setiap

empat jam atau sesuai petunjuk, berikan cairan intravena untuk mencegah

dehidrasi.

Untuk mengatasi infeksi, berikan antibiotik sesuai program, misalnya

amoxicillin, clarithromycin/erythromycin dan ampicillin. Ada dua golongan

antibiotik yang dipakai untuk mengobati pneumonia yaitu golongan penicillin

dan golongan sefalosporin. Apabila pada pemeriksaan pewarnaan gram

terdapat organisme, dan cairan berbau tidak enak maka lakukan pemasangan

chest tube.

Pemberian zink dapat mencegah terjadinya pneumonia pada anak

walaupun jika unutk terapi zink kurang bermanfaat. Pemberian zink 20

mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak

nafas, dan laju pernapasan (Riyadi,2012).


BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN (NCP)

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,

mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik

fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Pengkajian pada anak menurut Nursalam

(2013) antara lain :

1. Usia :

Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada

anak berusia di bawah 3 tahun.

2. Keluhan Utama :

Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak nafas.

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk

bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu

pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga lemah

dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.

4. Riwayat Penyakit Terdahulu :

Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, memiliki

riwayat penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor pemicu

bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi


dalam jangka panjang.

5. Pemeriksaan Fisik :

a. Inspeksi

Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan cuping

hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi

produktif, serta nyeri dada pada anak saat menarik nafas. Batasan

takipneu pada anak 2 bulan – 12 bulan adalah 50 kali / menit atau

lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40

kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada

ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding

dada ke dalam akan tampak jelas.

b. Palpasi

Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan

atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat secret

c. Perkusi

Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus

bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.

d. Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan

telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan

terdengar stridor, ronchi atau wheezing. Sementara dengan stetoskop,

akan terdengar suara nafas akan berkurang, ronchi halus pada posisi

yang sakit, dan ronchi basah pada masa resolusi. Pernafasan bronkial,
egotomi, bronkoponi, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.

6. Penegakan Diagnosis :

Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED meningkat, X-

foto dada : Terdapat bercak-bercak infiltrate yang tersebar

(bronkopneumonia) atau yang meliputi satu atau sebagian besar lobus.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan

nafas.

2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi – perfusi, perubahan membrane alveolus-kapiler

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan,

faktor psikologis (mis, Stress, keengganan untuk makan)

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kebutuhan oksigen, kelemahan.

5. Ansietas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan

yang asing, ketidaknyamanan.

6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan

ketidakseimbangan cairan (mis.Dehidrasi, intoksikasi air), diare.


C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
berhubungan dengan spasme jalan …………..pasien menunjukkan keefektifan jalan ventilasi.
nafas. nafas dibuktikan dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
Batasan karakteristik: 1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan dalam.
1. Batuk yang tidak efektif sputum, bernafas dengan mudah suara nafas 3. Berikan oksigen
2. Dispnea yang bersih, tidak ada sianosis dan dispneu 4. Berikan cairan yang adekuat
3. Gelisah (mampu mengeluarkan, tidak ada pursed lips) 5. Kolaborasi pemberian terapi pernafasan :
4. Penurunan bunyi napas 2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien Nebulizer, fisioterapi dada bila indikasi, nafas
5. Perubahan frekuensi napas tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi efektif bila perlu dilakukan suction
6. Siaonsis pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
7. Sputum dalam jumlah yang suara nafas abnormal)
berlebihan 3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah
8. Suara napas tambahan faktor yang penyebab.
9. Perubahan pola napas 4. Saturasi O2 dalam batas normal
2. Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor pola pernafasan.
berhubungan dengan selama..... gangguan pertukaran gas 2. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
ketidakseimbangan ventilasi – perfusi, pernafasan dengan tepat.
perubahan membrane alveolus-kapiler
berkurang, dengan kriteria hasil: 3. Monitor gas darah arteri (ABGs), level serum
Batasan Karakteristik : 1. Gas darah dalam rentang normal serta urin elektrolit jika diperlukan.
1. Dispnea 2. Saturasi oksigen dalam rentang 4. Monitor status neurologi (misalnya: tingkat
2. Gas darah abnormal normal kesadaran dan kebingungan).
3. Hipoksemia 3. Tanda-tanda vital dalam rentang 5. Monitor asupan dan pengeluaran.
4. Gelisah 6. Monitor kehilangan asam (mislanya: muntah,
5. Hiperkapnia
normal penegluaran nasogastrik, diar, diuresis)
6. Takikardia 4. PH arteri dalam rentang normal dengan cara yang tepat.
7. Warna kulit abnormal (misalnya: 5. Tidak ada sianosis 7. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
pucat, kehitaman) 8. Posisikan klien untuk mendapatkan ventilasi
8. Sakit kepala saat bangun yang adekuat (misalnya, membuka jalan
9. Pola pernapasan abnormal nafas dan menaikkan posisi kepala di tempat
(misalnya: kecepatan, irama, tidur).
kedalaman). 9. Berikan aliran oksigen yang rendah dan
10. Somnolen. monitor untuk narkosis CO2, pada kasus
11. Konfusi. hiperkapnia kronik.
10. Pertahankan kepatenan akses selang IV.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan selama......jam diharapkan klien dapat terpenuhi bimbingan terhadap bimbingan terhadap
kurangnya asupan makanan, kebutuhan nutrisinya, dengan kriteria hasil: pilihan makanan yang lebih sehat jika
ketidakmampuan mencerna makanan, 1. Intake zat gizi (nutrient) diperlukan.
faktor psikologis (mis, Stress, 2. Intake zat makanan dan cairan 2. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
keengganan untuk makan) 3. Berat badan normal. mengkomsumsi makan (misalnya, bersih,
berventilasi, santai, dan bebas dari bau yang
menyengat.
3. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan
perawatan mulut sebelum makan.
4. Beri obat-obatan sebelum makan ( misalnya
penghilang rasa sakit, antiemetik, jika
diperlukan)
5. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Tentukan penyebab keletiahan (misalnya
dengan kebutuhan oksigen, selama ... terjadi peningkatan aktivitas, dengan perawatan, nyeri dan pengobatan)
kelemahan. kriteria hasil: 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi pilihan
Batasan Karakteristik : 1. Kemampuan dalam melakukan aktivitas aktivitas
1. Dispnea setelah beraktivitas fisik. 3. Bantu dengan aktivitas fisik teratur
2. Keletihan 2. Kelelahan berkurang. 4. Ajarkan kepada pasien dan orang terdekat
3. Ketidaknyamanan setelah 3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat. tentang teknik perawatan diri yang akan
beraktivitas. 4. Mampu melakukan aktivitas (ADL) secara meminimalkan komsumsi oksigen
mandiri. 5. Kolaborasi dengan ahli okupasi fisik

5. Ansietas berhubungan dengan Ansietas teratasi dengan kriteria hasil: Setelah Dukungan Emosional (5270)
perpisahan dengan orang tua, dilakukan tindakan keperawatan selama...... 1. Dorong pasien untuk mengekrspesikan
lingkungan yang asing, 1. perasaan gelisah teratasi perasaan cemas, marah atau sedih
ketidaknyamanan. 2. Rasa cemas yang disampaikaan secara lisan 2. Berikan sentuhan sebagai bentuk dukungan
Teknik Menenangkan (5880)
1. Pertahankan sikap yang tenang dan hati-hati
2. Kurangi stimuli yang menciptakan perasaan
takut maupun cemas
3. Kaji orang yang dekat dengan pasien yang
dapat membantu
4. Instruksikan pasien untuk menggunakan
metode mengurangi kecemasan dengan
tehnik distraksi.
6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor nilai serum elektrolit yang abnormal
berhubungan dengan 2. Monitor manifestasi ketidakseimbangan
ketidakseimbangan cairan selama .... x .... jam, diharapkan terjadi elektrolit
(mis.Dehidrasi, intoksikasi air), diare. 3. Pertahankan kepatenan akses IV
keseimbangan elektrolit dengan kriteria hasil : 4. Berikan suplemen elektrolit ( misalnya,
pemberian secara oral, nasogatrik dan
1. Keseimbangan elektrolit dan asam - basa pemberian melalui intravena ) sesuai resep
klien dapat kembali seimbang dan keperluan
2. Kadar kalsium serum pasien dapat 5. Monitor kehilangan cairan yang kaya dengan
membaik elektrolit
3. Status pernafasan : pertukaran gas klien 6. Konsultasikan pada dokter terkait pemberian
tidak terganggu elektrolit dengan sedikit obat-obatan.s
4. PH urine pasien normal
5. Tanda-tanda vital klien dalam rentang
normal
D. Implementasi keperawatan [ CITATION Bar10 \l 1057 ]

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan

intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologinya NIC, implementasi

terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan

tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan

dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan

keperawatan dan respon klien terhadap tindakan tersebut.

E. Evaluasi Keperawatan.

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk

dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperwatan [ CITATION Tar15 \l

1057 ].

Evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan,

berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan professional kesehatan menetukan

kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil ataukeefektifan rencana

asuhan keperawatan [ CITATION Bar10 \l 1057 ].

Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan terapi

dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan dan hasil yang

diinginkan[ CITATION Pot10 \l 1057 ].


Penyimpangan KDM

Dirawat di
rumah sakit

Sumber : Nurarif dan Kusuma, 2015


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek G.M, dkk, 2013. Nursing Interventions Classification


(NIC).EdisiBahasaIndonesia , Ed. VI. Elseiver; Singapore. Editor Monica,
E. Nursing Care Plans Guidelines for planning patient care, Edisi 3. Alih
bahasa: Kariasa IM. Jakarta: EGC

Heather. T. Herdman, 2018-2020, NANDA. Diagnosa Keperawatan defenisi &


klasifiks, Jakarta., EGC 2018.

Kozier, B., erb, G., berman, A., dan snyder, J. (2010). Fundamental keperawatan
konsep, proses, dan praktik edisi 7 volume 1. Jakarta: EGC

K. N, Alexander Dicky Dan Anggraeni Janar Wulan. 2017. Tatalaksana Terkini


Bronkopneumonia Pada Anak Di Rumah Sakit Abdul Moelek. Jurnal Medula
Vol 7 No 2
Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pernafasan. Gosyen
Publishing. Yogyakarta.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
outcomes classification (5th ed.). Singapore: Elsevier.

Nurarif, A. Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-Noc jilid 1 Mediaction. Yogyakarta.
Nursalam, Susilaningrum R., Dan Utami S. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
( Untuk Perawat dan Bidan). Salemba Medika. Jakarta.
Potter, & perry. (2010). Fundamental keperawatan buku 3, edisi 7. Jakarta:
salemba medika
Rahayu dan Mega Putri Budi. 2012. Asuhan Keperawatan Pada An. N Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan : Bronkopneumonia di Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo.
https://eprints.ums.ac.id/
Riyadi, Sujono dan Sukamin. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Wijayaningsih dan Kartika sari. 2013. Asuhan Keperawatan Anak Jakarta. CV Trans Info
Media. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai