BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Definisi
Jantung Koroner dan Tuberculosis. Fraktur disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik,
kecelakaan, baik kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas (Noorisa dkk, 2018).
menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri operasi fraktur menyebabkan pasien sulit
untuk memenuhi Activity Daily Living. Nyeri terjadi karena luka yang disebabkan oleh
menyatakan bahwa Insiden Fraktur semakin meningkat mencatat terjadi fraktur kurang
lebih 15juta orang dengan angka prevalensi 3,2%. Fraktur pada tahun 2018 terdapat
kurang lebih 20juta orang dengan angka prevalensi 4,2% dan pada tahun 2018
meningkat menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi 3,8% akibat kecelakaan lalu
lintas (Mardiono dkk, 2018). Data yang ada di Indonesia kasus fraktur paling sering
yaitu fraktur femur sebesar 42% diikuti fraktur humerus sebanyak 17% fraktur tibia dan
fibula sebanyak 14% dimana penyebab terbesar adalah kecelakaan lalu lintas yang
biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor atau kendaraan rekreasi 65,6% dan
jatuh 37,3% mayoritas adalah pria 73,8% (Desiartama & Aryana, 2018). Fraktur yang
terjadi di Jawa Timur pada tahun 2016 sebanyak 1.422 jiwa, pada tahun 2017 sebanyak
2.065 jiwa, pada tahun 2018 sebanyak 3.390 jiwa yang mengalami kejadian fraktur
(Riskedas 2018). Fraktur yang terjadi di RSUD Bangil Pasuruan pada tahun 2018-2019
1
2
diakibatkan karena jatuh dan kecelakaan lalu lintas dan hampir seluruhnya mengalami
nyeri.
Menurut (Noorisa, 2018) Penyebab utama fraktur adalah peristiwa trauma tunggal
penarikan, kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik). Dampak lain yang
timbul pada fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada bagian tubuh yang terkena
cidera, merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa nyeri. Nyeri terjadi akibat luka yang
menimbulkan stress, ketidaknyamanan akibat nyeri harus diatasi apabila tidak diatasi
masalah atau komplikasi seperti kesemutan, nyeri, kekakuan otot bengkak atau edema
farmakologi dilakukan antara dokter dan perawat, yang menekankan pada pemberian
obat yang mampu menghilangkan rasa nyeri, manajemen non farmakologi teknik yang
terbimbing, distraksi, stimulus saraf elektrik transkutan, stimulus terapi musik dan
massage yang dapat membuat nyaman karena akan merileksasikan otot otot sehingga
Berdasarkan latar belakang dan data yang didapatkan, penulis tertarik untuk
membuat Karya Tulis Ilmiah dengan kasus “Asuhan Keperawatan pada klien fraktur
dengan masalah nyeri di Ruang IGD RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
3
2. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada “Asuhan keperawatan pada klien fraktur
femur dengan masalah nyeri di Ruang IGD RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi
Selatan”.
3. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien fraktur femur dengan masalah nyeri di
4. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
masalah nyeri di Ruang IGD RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
masalah nyeri di Ruang IGD RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
masalah nyeri di Ruang IGD RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.
5. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
4
keperawatan pada klien fraktur femur dengan masalah nyeri di Ruang IGD
b. Manfaat Praktis
perawatan pada klien fraktur femur dengan masalah nyeri di Ruang IGD RSUD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Fraktur
1. Definisi Fraktur
Fraktur adalah suatu kondisi yang terjadi ketika keutuhan dan kekuatan dari
tulang mengalami kerusakan yang disebabkan oleh penyakit invasif atau suatu
proses biologis yang merusak (Kenneth et al., 2019). Fraktur atau patah tulang
disebabkan karena trauma atau tenaga fisik, kekuatan dan sudut dari tenaga
tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang merupakan penentu
2. Klasifikasi
a. Fraktur Terbuka
1) Derajat I
Kulit terbuka <1cm, biasanya dari dalam ke luar, memar otot yang ringan
disebabkan oleh energi rendah atau fraktur dengan luka terbuka menyerong
pendek.
2) Derajat II
5
6
Kulit terbuka <1cm, biasanya dari dalam ke luar, memar otot yang ringan
disebabkan oleh energi rendah atau fraktur dengan luka terbuka menyerong
pendek.
3) Derajat III
Kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, termasuk otot, kulit, dan struktur
a) Derajat III A
b) Derajat III B
c) Derajat III C
b. Fraktur Tetutup
a. Derajat 0
b. Derajat 1
7
c. Derajat 2
Fraktur tertutup dengan memar yang signifikan pada otot, yang mungkin
energi sedang hingga berat dan cidera tulang, sangat beresiko terkena
sindrom kompartemen.
d. Derajat 3
Kerusakan jaringan lunak yang luas atau avulsi subkutan dan gangguan
2020).
1) Fraktur Komplet
2) Fraktur Inkomplet
Yaitu fraktur yang terjadi hanya pada sebagian dari garis tengah tulang.
3) Fraktur Transversal
4) Fraktur Oblig
Yaitu fraktur yang membentuk garis sudut dengan garis tengah tulang
5) Fraktur Spiral
6) Fraktur Kompresi
7) Fraktur Kominutif
8) Fraktur Impaksi
Yaitu fraktur dengan salah satu irisan ke ujung atau ke fragmen retak
3. Etiologi
a. Trauma langsung
Tidak terjadi pada tempat benturan tetapi ditempat lain,oleh karena itu
c. Kondisi patologis
4. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan
di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah
ke dalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut, jaringan lunak yang biasanya
9
aliran darah ketempat tersebut aktifitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang
baruamatir yang disebut callus. Bekuan fibrin di reabsorbsi dan sel-sel tulang baru
darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang
5. Manifestasi Klinis
b. Setelah terjadi fraktur bagian yang tidak dapat digunakan cenderung bergerak
dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tempat
melengketnya otot.
10
kontraksi otot yang melekat pada atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sama 5 cm (1 sampai 2
inchi).
d. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit dapat terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi
6. Pemeriksaan Fisik
Kaji kronologi dari mekanisme trauma pada paha. Sering di dapatkan keluhan
deformitas yang jelas. Kaji seberapa luas kerusakan jaringan lunak yang
terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka pada ada fragmen tulang yang
kecelakaan lalu lintas darat yang mengantaran pada resiko tinggi infeksi.
pembengkakan, dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat ada
trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini dapat terjadi
3) Move : daerah tungkai yang patah tidak boleh di gerakkan, karena akan
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rontgen
bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau
e. Kreatinin
f. Profil kagulasi
Penurunan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple, atau cidera
8. Komplikasi
a. Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi setelah bedah ORIF,
nyeri yang sangat hebat akan dirasakan pada beberapa hari pertama.
b. Gangguan mobilitas pada pasien pasca bedah ORIF juga akan terjadi akibat
proses pembedahan.
c. Kelelahan sering kali terjadi yaitu kelelahan sebagai suatu sensasi. Gejala
nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala, dam kelemahan dapat terjadi akibat
d. Perubahan ukuran, bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengubah sistem
dirasakan.
9. Penatalaksanaan
usia. Berikut adalah tindakan pertolongan awal pada fraktur menurut (Muttaqin,
2015) :
a. Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang terjadi
karena benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat
hanya boleh dilakukan oleh para ahli dengan cara operasi oleh ahli
papan dari kedua posisi tulang yang patah untuk menyangga agar
perlukaan.
f. Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post
operasi.
1) Fraktur Terbuka
adalah kasus emergency karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
situasi, antibiotic.
c) Pemberian antibiotic
e) Stabilisasi.
f) Penutup luka
g) Rehabilitasi.
14
yang serius. Hal ini perlu ditekankan bahwa terjadinya patah tulang
diperlukan gaya yang cukup kuat yang sering kali dapat berakibat total
dan berakibat multi organ. Untuk life saving prinsip dasar yaitu :
untuk terjadinya infeksi seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak
menjadi luka infeksi. Oleh karena itu penanganan patah tulang terbuka
mati pada daerah patah terbuka baik berupa benda asing maupun
1) Stabilisasi
2) Fraktur Tertutup
3) Seluru Fraktur
a) Rekoknisis/Pengenalan
tindakan selanjutnya.
b) Reduksi/Manipulasi/Reposisi
h) Rehabilitasi
1. Pengkajian
yaitu:
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
18
Keluhan utamapada masalah fraktur yaitu nyeri. Nyeri akut atau kronik
3) Region Radiation of pain : apakah sakitbisa reda dalam sekejap, apa terasa
Apakah pasien mengalami patah tulang paha atau pasien pernah punya
Klien fraktur tidak ada perubahan nafsu makan, walaupun menu makanan
3) Pola eliminasi
BAB di kaenakan imobilisasi, feses warna kuning, pada pasien fraktur tidak
Kebiasaan pada pola tidur apakah ada gangguan yang disebabkan karena
Adanya nyeri yang disebabkan kerusakan jaringan, jika pada pola kognotif
mengenai kondisinya.
20
Jika pasien sudah berkeluarga maka mengalami perubahan pola seksual dan
f. Pemeriksaan Fisik
umum dan pemeriksaan setempat (local). Hal ini diperlukan untuk dapat
Keluhan Utama :
bentuk
a) Kepala
c) Leher
d) Wajah
Palpasi : Tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk, tidak ada lesi, dan
e) Mata
Inspeksi : Simetris
f) Telinga
g) Hidung
h) Mulut
i) Thoraks
Perkusi : Pekak
22
j) Paru.
Auskultasi : Suara nafas normal, tidak ada wheezing atau suara tambahan
lainnya.
k) Jantung
l) Abdomen
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan BAB.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan atau cidera jaringan lunak.
imobilisasi.
3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Manajemen Nyeri ( 1400 )
terputusnya kontinuitas jaringan atau nyeri akut pada pasien dapat berkurang, dengan kriteria 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
cidera jaringan lunak hail : (lokasi, karakteristik, durasi,dan intensitas nyeri).
1. Kontrol nyeri (1605) 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal nyeri.
2. Tingkat nyeri (2102) 3. Jelaskan pada pasien terkait nyeri yang di rasakan
3. Kepuasan Klien ( 3016 ) Terapi Relaksasi ( 6040)
1. Gambarkan rasional dan manfaat relaksasi seperti
nafas dalam dan acto
2. Dorong pasien mengambil posisi nyaman
2. Hambatan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, mobilitas Peningkatan Mekanika Tubuh (0140)
fisik pasien membaik dengan kriteria hasil: Kordinasi 1. Bantu pasien latihan fleksi untuk memfasilitasi
pergerakan (0212) mobilisasi sesuai indikasi
1. Gerakan otot (0208) (2/4) 2. Berikan informasi tentang kemunngkinan posisi
2. Gerakan sendi (02030) (2/4) penyebab nyeri otot atau sendi.
3. Kinerja pengatur tubuh (020802) (2/4) 3. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam
4. Bergerak dengan mudah (020814) (2/4) mengembangkan peningkatan mekanika tubuh sesuai
indikasi.
4. Sediakan informasi mengenai fungsi otot, latihan
fisiologis, dan konsekuensi dari penyalagunaan nya.
5. Bantu mendapatkan sumber yang di perlukan untuk
terlibat dalam latihan otot progresif
6. Spesifikan tingkat resitensi, jumlah pengulangan,
jumlah set, dan frekuensi dari sesi latihan menurut
lefel kebugaran, actor atau tindakanya ator beresiko
7. Instruksikan untuk beristiraha sejenak setiap selesai
satu set jika di perlukan
8. Bantu klien untuk menyampaikan atau
mempraktekan polah gerakan yang di anjurkan tanpa
beban terlebih dahulu sampai gerakan yang benar
sudah di pelajari
Terapi Mobilitas Sendi ( 0224 )
24
4. Implementasi Keperawatan
oleh perawat dalam membantu klien dari masalah status kesehatan yang
(Potter, 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
25
26
BAB III
STUDI KASUS
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
peneliti secara intensif misalnya satu atau dua klien. Rancangan dari studi kasus
bergantung pada keadaan kasus namun tetap mempertimbangkan factor penelitan.
Menurut (Nursalam, 2011), pada metode kasus ini pengkajian tentang riwayat
dan pola perilaku sebelumnya dikaji secara rinci. Pengkajian secara rinci
meskipun jumlah respondennya sedikit namun dapat menggambarkan sastu unit
subjek dengan jelas merupakan keuntungan dari metode rancangan ini.
Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat serta kasus yang dipelajari berupa
peristiwa, aktivitas atau individu. Dalam karya tulis ini diteliti dengan metode
studi kasus. Studi kasus dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2021 di ruangan
Instalasi Gawat Darrurat RSUD Labuang Baji
A. Pengkajian
1. Nama / umur : Tn. M
Agama : Islam
Tanggal MRS : 20 Desember 2021
Tgl & jam pengambilan data : 20 Desember 2021
Diagnosa Medis : Fraktur Femur
2. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Alasan MRS : Nyeri
Keluhan Utama : Nyeri pada paha kanan dan paha kiri
Riwayat Keluhan Utama : Klien datang ke RSUD Labuang Baji
dengan keluhan nyeri pada paha kanan dan
paha kiri akibat tertarik tali jangkar kapal
b. Riwayat kesehatan yang lalu dan riwayat kesehatan keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit fraktur
26
27
27
28
ROM…..
akral dingin edema derajat….
inkoordinasi plegi di ............parase di……
kelainan congenital lain-lain….
4. Pola kebiasaan pasen :
1. Nutrisi : t.a.k anoreksia nausea
vomitus jenis diet :
sonde/NGT infuse/TPN/PPN
lain-lain….
2. Elimenasi urine : t.a.k inkontinensia retensi
nokturia
poliuria/anuria dysuria
lain-lain…..
3. Eliminasi fecal : t.a.k konstipasi diare
perdarahan/melen ostomy
lain-lain…..
4. Aktivitas : mandiri ketergantungan
sebagai(partial)
ketergantungan penuh (total)
5. Istirahat dan tidur : t.a.k insomnia hypersomnia
28
29
29
30
1. - Kelien mengatakan
nyeri saat bergerak
- Klien mengatakan
nyeri pada paha kiri
dan paha kanan nya
- Klien mengatakan
nyeri seperti di tindis
benda berat
DO:
- Klien tampak menjerit
- Klien tampak meringis
- Nyeri skala 8
- TTV:
- TD : 116/82 mmHg
- Nadi : 108x/menit
- Suhu : 36,5 oC
- Pernapasan :
23x/menit
- SPO2 : 97 %
30
31
- TTV :
- TD : 116/82 mmHg
- Nadi : 108x/menit
- Suhu : 36,5 oC
- Pernapasan :
23x/menit
- SPO2 : 97 %
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
31
32
Tabel 4
Rencana Asuhan Keperawatan
32
33
33
34
2. Senin 20 Desember S:
2021 - Klien mengatakan sulit untuk
10.25 1. Menganjurkan pasien untuk bergerak menggerakan kedua kaki
duduk dan berjalan (bila mampu) - Klien mengatakan aktifitas nya di bantu
10:30 2. Membantu pasien untuk duduk oleh keluarga
10:35 3. Membantu pasien untuk latihan O:
ambulansi - Nampak terpasang spalak pada paha
10:40 4. Melakukan observasi ttv kanan dan kiri sampai kaki klien
- Tampak aktifitas klien di bantu keluarga
- TTV :
- TD : 116/82 mmHg
- Nadi : 108x/menit
- Suhu : 36,5 oC
- Pernapasan : 23x/menit
- SPO2 : 97 %
A: masalah belum teratasi
P: intervensi di lanjutkan
34
35
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada saat pengkajian hari pertama di dapatkan keadaan umum pasien lemah,
klien tampak meringis dan menjerit, tekanan darah: 116/82 mmHg nadi: 108x/menit,
suhu: 36,5 oC pernafasan : 23 x/i, SPO2: 97% dan terpasan O2, pasien tampak pucat
skalah nyeri 8.
B. Diagnosa
Diagnosa yang di temukan pada pasien ada dua yaitu yang pertama nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisik sedangkan diagnose yang kedua yaitu
C. Intervensi
Intervensi keperawatan diagnose kedua yang akan di lakukan pada Tn. M adalah
D. Implementasi
dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan. Semua intervensi yang
rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan atau hasil yang ditentukan.
35
36
sudah sesuai dengan intervensi yang ada seperti monitor keadaan luka, melakukan
terapi non farmakologi seperti mengontrol rasa nyeri pada klien saat nyeri muncul,dan
E. Evaluasi
dan perbandingan sistemik pada status kesehatan klien. Perawat dapat menentukan
efektifitas asuhan keperawatan dalam mencapai suatu tujuan dangan menlihat dan
36
37
BAB V
A. KESIMPULAN
masalah nyeri di ruang IGD RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan, penulis
dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dibuat berdasarkan pada laporan studi
kasus sebagai berikut : Berdasarkan data yang diperoleh pada saat penelitian adalah
sebagai berikut:
didapatkan bahwa klien mengatakan nyeri pada paha kanan dan paha kiri sehinga
2. Diagnosa keperawatan pada klien Fraktur Femur adalah nyeri akut berhubungan
3. Intervensi keperawatan pada klien fraktur femur dengan masalah nyeri dilakukan
durasi dan intensitas nyeri), obsevasi adanya petujuk nonverbal nyeri, jelaskan
pada pasien tentang nyeri yang di rasakan, menggambarkan rasional dan manfaat
mobilitas fisik di lakukan adalah bantu pasien latihan fleksi untuk memfasilitasi
37
38
4. Implementasi pada klien fraktur femur dengan masalah keperawatan nyeri telah
menyeluruh.
5. . Evaluasi pada klien fraktur femur dengan masalah didapatkan bahwa klien
belum pulih sepenuhnya dari nyeri yang ditandai dengan saat klien bergerak
masih menampakkan ekspresi rasa nyeri, dengan skala nyeri pada klien 1 yaitu
skala 5.
B. SARAN
memberikan Health Educatiaon (HE) pada klien dan juga keluarganya sehingga
2. Bagi perawat
Penelitian ini bisa menjadi motivasi dalam melakukan asuhan keperawatan dan
peningkatan pelayanan pada klien fraktur femur dengan masalah nyeri dengan
cara pemberian penyuluhan kepada klien dan di harapkan keluarga klien dapat
menerapkan.
https://repo.stikesicme-jbg.ac.id/3772/7/KTI%20AGUSTINA%20EKA.pdf
38