I DENGAN
DIAGNOSA MEDIS OPEN FRAKTUR FEMUR DI
Disusun Oleh:
1. Hana Jesika Naibaho
2. Maria Theresia
Tambunan
3. Megawati Simbolon
4. Putri Aprilia
Priyatman
5. Stefani Lorenza
Bangun
A. LATAR BELAKANG
Menurut Ana Anggraini (2018), Kecelakaan atau bencana bisa terjadi kapan
dan di mana saja, tanpa bisa diprediksi. Hal tersebut bisa menyebabkan munculnya
luka, baik ringan hingga berat. Pertolongan pertama pada kecelakaan atau bencana
diperlukan untuk membantu korban bertahan, hingga petugas medis datang untuk
memberi pertolongan lebih lanjut.
13
Fraktur adalah terputusnya konstinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya (Anita, 2015). Fraktur dibagi atas fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan
lingkungan luar melalui kulit. Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak
tertembus oleh frakmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan diluar kulit (Permana, 2015.
Fraktur dapat menyebabkan komplikasi, morbiditas yang lama dan juga
kecacatan apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik (Padila, 2012).
Komplikasi yang timbul akibat fraktur antara lain perdarahan, cedera organ dalam,
infeksi luka, emboli lemak dan sindroma pernafasan. Banyaknya komplikasi yang
ditimbulkan contohnya diakibatkan oleh tulang femur adalah tulang
14
terpanjang, terkuat, dan tulang paling berat pada tubuh manusia dimana
berfungsi sebagai penopang tubuh manusia. Selain itu pada daerah tersebut terdapat
pembuluh darah besar sehingga apabila terjadi cedera pada femur akan berakibat fatal
(Desiartama & Aryana, 2017).
Menurut (Wulandini et al., 2018) dalam jurnalnya, Fraktur femur adalah
diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa terjadi akibat trauma secara langsung
(kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami
laki laki dewasa. Apabila seseorang mengalami fraktur pada bagian ini, pasien akan
mengalami perdarahan yang banyak dan dapat mengakibatkan penderita mengalami
syok. Fraktur femur dapat menyebabkan komplikasi, morbiditas yang lama dan juga
kecacatan apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik
15
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan dengan
menggunakan teknik invasif dimana dilakukan sayatan pada bagian tubuh yang akan
ditangani dan diakhiri dengan penutupan dengan jahitan luka. Tindakan pembedahan
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi (Safitri,
2015).
16
BAB II
TINJAUAN KASUS KELOLAAN
A. Tinjauan Teori
1). Konsep Dasar Medis
Fraktur femur adalah terputus atau hilangnya kontinuitas tulang
femur, kondisi fraktur femur ini secara klinis dapat berupa fraktur
femur terbuka yang disertai dengan kerusakan jaringan lainnya (otot,
saraf, kulit, pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat
disebabkan oleh trauma pada paha secara langsung (Helmi, 2019).
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang paha yang
dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi
tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Hilangnya kontinuitas
tulang paha tanpa atau disertai adanya kerusakan jaringan lunak seperti
otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah . Fraktur femur dapat
menyebabkan komplikasi, morbiditas yang lama dan juga kecacatan
apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik. Komplikasi yang
timbul akibat fraktur femur antara lain perdarahan, cedera organ dalam,
infeksi luka, emboli lemak, sindroma pernafasan, selain itu
16
17
B. Anatomi Fisiologi
C. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
cidera, stress, dan melemahnya tulang akibat
29
D. Patofisiologi
Pada kondisi trauma, diperlukan gaya yang besar untuk
mematahkan batang femur individu dewasa. Kebanyakan fraktur ini
terjadi pada priaa muda yang mengalami kecelakaan bermotor atau jatuh
dari ketinggian, biasanya klien mengalami trauma multiple yang
menyertainya. Kondisi degenerasi tulang (osteoporosis) atau keganasan
tulang paha yang menyebabkan fraktur patologis tanpa riwayat trauma,
memadai untuk mematahkan tulang femur.
Kerusakan neurovascular menimbulkan manifestasi peningkatan
risiko syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak ke
dalam jaringan maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat hebat
yang dialami klien (Muttaqin A, 2018).
30
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur menurut (Asikin M, 2018), yaitu :
1) Deformitas
2) Bengkak/edema
3) Ekimosis (memar)
4) Spasme otot
5) Nyeri
6) Kurang/hilang sensasi
7) Krepitasin
8) Pergerakan abnormal
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gawat darurat ( Brunner & Suddarth 2018) yaitu :
1) Segera setelah cedera, imobilisasi bagian tubuh sebelum pasien
dipindahkan.
2) Bebat fraktur, termasuk sendi yang berada di dekat fraktur,
untuk mencegah pergerakan fragemen fraktur.
3) Imobilisasi tulang panjang ekstrimitas bawah dapat
dilakukan dengan mengikat kedua tungkai bersama-sama.
32
c.Circulation
Pada pengkajian kegawatdaruratan pada pasien
fraktur femur, dilakukan penilaian terhadap fraktur ketika
mengevaluasi sirkulasi maka yang harus
34
H. Diagnosa Keperawatan
(PPNI,2017)Diagnosa 1: Nyeri Akut.
a. Penyebab
1. Agen pecederah fisiologis (MIS.Inflamasi, Iskemia, neoplasma)
2. Agen pecederah kimiawi (MIS.Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen opecederah fisik (MIS. Abses,amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan
fisik berlebihan)
b. Gejala Dan Tanda Miyor
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (MIS. waspada. posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
c. Gejala dan Tanda Minor
Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
38
Objektif
1) Kekuatan otor menurun
2) Rentang gerak (ROM) menurun
c. Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif
1) Nyeri saat bergerak
2) Enggan melakukan pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak
Objektif
1) Sendi kaku
2) Gerakan tidak terkoordinasi
3) Gerakan terbatas
4) Fisik lemah
2) Kondisi Klinis terkait
1) Stroke
2) Cedrah medulla spinalis
3) Trauma
4) Fraktur
5) Osteoarthinitis
40
I. Intervensi
o keperawatan
41
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk
berhubungan tindakan 1x8 jam karakteristik,
dengan Agen diharapkan tingkat durasi, frekuensi, mengetahui lokasi,
pencedera nyeri menurun intensitas nyeri frekuensi dan
Fisik dengan Kriteria intensitas nyeri
Hasil: yang pada pasien
1) Keluhan nyeri 2. Untuk
menurun
2. Identifikasi skala
2) Meringis mengetahui skala nyeri
nyeri
menurun yang dialami
3) Gelisah pasien
3. Untuk
menurun
3. Identifikasi faktor mengetahui faktor
4) Kesulitan tidur yang memperberat yang memperberat
menurun dan memperingan dan memperingan
nyeri nyeri
42
4. Ajarkan cara
mengidukasikan
memeriksa luka
kepada keluarga
dan luka operasi.
cara merawat luka
yang benar
Implementasi
Tindakan keperawatan (implementasi) adalah diskripsi untuk
perilaku yang diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan
oleh perawat sesuai dengan apa yang direncanakan (Merilynn E.
Doenges, 2019). Implementasi pada klien Cedera Kepala sedang meliputi
pencapaian perfusi jaringan serebral adekuat, status nutrisi adekuat,
pencegahan cedera, penigkatan fungsi kognitif, koping keluarga efektif,
45
peningkatan pengetahuan tentang proses rehabilitasi dan pencegahan
komplikasi (Merilynn
E. Doenges, 2019).
Evaluasi
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-
item atau perilaku yang diamati dan dipantau, untuk
46
f. Wajah: Tampak simetris dan ada nyeri tekan pada wajah sebelah
kanan, tidak ada edema.
g. Leher : Bentuk/Kesimetrisan : Simetris Kiri dan Kanan, Mobilisasi
leher baik, tidak terdapat kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar getah benih.
h. Dada/ thoraks : Simetris kiri dan kanan
i. Jantung : Simetris kiri dan kanan, Batas paru dan jantung ICS 2-3
j. Abdomen: tidak ada nyeri tekan pada abdomen ada, tidak ada
bekas operasi, tidak ada distensi pada abdomen, tidak ada
pembesaran pada hepar dan lien
k. Genitalia : tidak di kaji
l. Ekstremitas : terdapat luka robek di kaki sebelah kiri
m. Neurologis :
Fungsi sensorik : pasien masih bisa membedakan bau Fungsi
motorik : pasien tidak bisa mengerakkan tangan
kanan karena nyeri akibat kecelakaan.
50
2. HASIL LABORATORIUM: -
3. HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
: Pemeriksaan : Foto Femur S
- Fraktur transversal 1/3 proximal os femur kiri dengan
fragmen fraktur ke posteromedial, shortening 5,5 cm
- Tampak serpihan tulang di soft tissue aspek lateral 1/3
proximal
- Tidak ada tanda osteomyelitis
- Mineralisasi tulang baik
- Hip joint kiri tampak baik
- Soft tissue sekitarnya swelling
Hasil:
- Fraktur transversal 1/3 proximal os femur sinistra
4. PENGOBATAN :
- Infus RL 2p0 tpm
- Ranitidin
- Ketorolac
- Lidocaine
51
ANALISA DATA :
MASALAH
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS :
DO :
Nyeri Akut
1. Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan,
2. Tampak gelisah
2. DS :
3. Resiko Infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3 Resiko infeksi
PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri:
agen cedera fisik tindakan keperawatan
selama 1x8 jam 1. Identifikasi 1. Untuk
diharapkan: lokasi,
1. keluhan nyeri karakteristik, mengetahui lokasi,
berkurang durasi, karakteristik,dura
2. ekspresi frekuensi, si, dan intensitas
wajah intensitas nyeri. yang
meringis nyeri. dialami pasien
berkurang 2. Identifikasi 2. untuk mengetahui
skala nyeri. skala nyeri yang
rasakan pasien
3. Untuk
3. Identifikasi
faktor yang mengetahui faktor
memperberat yang memperberat
dan dan memperingan
memperingan nyeri pasien
nyeri. 4. Untuk
4. Berikan tehnik
memberikan
nonfarmakologi
55
s misalnya tehnik
relaksasi napas nonfarmakologis
dalam, yaitu tehnik
kompres hangat) relaksasi napas
dalam agar
mengurangi nyeri
5. Ajarkan tehnik 5. Pasien diajarkan
nonfarmakologi tehnik
s untuk nonfarmakologis
mengurangi yaitu Teknik
nyeri relaksasi napas
dalam untuk
mengurangi
nyerinya
6. Pasien diberikan
analgesik sebagai
pereda nyeri untuk
6. Kolaborasi
mengurangi
pemberian
skala nyerinya.
analgesik.
56
7. Ajarkan cara
mengedukasikan
merawat luka
pada keluarga
jahitan
cara merawat luka
jahitan agar tidak
terjadi risiko
infeksi.
8. Untuk
mengingatkan
keluarga pasien
8. Informasikan
tentang waktu
Pelepasan
58
mengurangi nyeri
9. Kolaborasi pasca tindakan
pemberian fraktur femur
antibiotik 10. Untuk
mengurangi risiko
perdarahan dan
10. Kolaborasi risiko infeksi
pemberian obat
perawatan kulit
memberikan
pada area edema.
perawatan
infeksi. Untuk
mempertahankan
Teknik aseptic
pada pasien
berisiko tinggi
Infeksi
3. Untuk
mengurangi risiko
infeksi pada pasien
3. Pertahankan 4. Sebagai tindakan
teknik aseptic edukasi pada
pada pasien pasien dan
berisiko tinggi.
4. Ajarkan cara keluarga cara
memeriksa luka memeriksaluka
dan luka secara hati-hati
operasi. agar mencegah
terjadinya
perdarahan dan
risiko infeksi.
EVALUASI
02.15
61
02.20
62
mmHg
N : 94x/mnt
RR : 22 x/mnt
A : Masalah nyeri belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
63
1. Identifikasi skala
nyeri.
2. Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
3. berikan tehnik
nonfarmakologis
misalnya relaksasi
napas dalam.
4. Kolaborasi
pemberian
analgesik.
A : Masalah Gangguan
integritas kulit/jaringan
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. ajarkan cara
merawat luka
jahitan
2. informasikan tentang
02.35
waktu
pelepasan jahitan
65
Obat
03.15
66
04.00
68
3.pertahankan Teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
4. Ajarkan cara
memeriksa luka.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan pada Asuhan
Keperawatan Kegawatdaruratan Pada An.I Dengan Diagnosa Medis Open
Fraktur Femur Di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan pengkajian, Fraktur femur adalah fraktur tulang paha
yang disebabkan akibat benturan atau trauma langsung maupun tidak
langsung (Helmi, 2019). Didapatkan pada kasus An. I terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus pada gejala penurunan CRT dengan
hasil analisis penulis tidak ditemukan penurunan CRT karena pasien
sudah diberikan terapi melalui IV dan dilakukan hecting pada daerah
luka sehingga tidak mengalami kehilangan banyak darah yang akan
menimbulkan risiko perdarahan.
2. Masalah yang ditemukan pada kasus An.I adalah adalah nyeri akut,
gangguan integritas kulit dan resiko infeksi
71
97
98