Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM PENCERNAAN :
HEPATITS

A. Pengertian
Hepatitis merupakan infeksi pada hati, baik disebabkan oleh virus atau
tidak. Hepatitis yang disebabkan oleh virus ada tiga tipe, yaitu tipe A, tipe B,
dan tipe C. hepatitis yang tidak disebabkan oleh virus biasanya disebabkan
oleh adanya zat-zat kimia atau obat, seperti karbon tetraklorida, jamur racun,
dan vinyl klorida (Asep suryana abdurahmat, 2010: 153).
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006). Hepatitis adalah infeksi
sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang
khas. Hepatitis B adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus B
(Wening Sari, 2008). Sedangkan menurut Smeltzer dan Bare (2002) Hepatitis
B adalah radang atau cidera pada hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus
hepatitis B, yaitu suatu virus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut
atau menahun yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Berdasarkan pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa
hepatitis B adalah radang hati yang disebabkan oleh virus B, suatu virus
yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi
Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi
hati. Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang
terletak dibagian teratas dalam rongga abdomen disebelah kanan dibawah
diafragma dan hati secara luas dilindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata
sekitar 1500 gr 2,5% dari berat tubuh pada orang deawa normal, hati
dibagi menjadi 4 lobus, yaitu lobus kanan sekitar 3/4 hati, lobus kiri 3/10
hati, sisanya 1/10 ditempati oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus.
Lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang
1
kedalam lobus itu sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang
kecil dan unit-unit kecil itu disebut lobulus (Pearce, 2006).

2
Gambar 2.1
Anatomi hepar
Sumber: www. Gambar anatomi hepar.com

Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica


dan vena porta. Arteri hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah
pada hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95–100% masuk ke hati akan
akhirnya keluar sebagai vena hepatica. Sedangkan vena porta terbentuk
dari lienalis dan vena mensentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya
ke hati darah ini mempunyai kejenuhan 70% darah ini membawa zat
makanan kehati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus.
Cabang vena porta arteri hepatica dan saluran membentuk saluran porta
(Syaifuddin, 2003).

3
Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen
dan jaringan elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk
ke dalam parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan
duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yang terdiri dari sel-sel
yang disusun di dalam lempengan-lempengan atau plate dimana akan
masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler. Di bagian tepi di antara
lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus
portalis yang mengandung cabang-cabang vena porta, arteri hepatika,
duktus biliaris. Cabang dari vena porta dan arteri hepatika akan
mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak
percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam
intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari
saluran empedu menuju kandung empedu (FKUI, 2006).

2. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi
vena porta yang menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan
penting dalam fisiologis hati, mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi
dari traktus gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk
dalam hati lewat arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Vena
porta yang terbentuk dari vena linealis dan vena mesenterika superior,
mengantarkan 4/5 darahnya kehati darah ini mempunyai kejenuhan
oksigen hanya 70% sebab beberapa oksigen telah diambil oleh limpa dan
usus. Darah ini membawa kepada hati zat makanan yang telah di absorbsi
oleh mukosa usus halus. Vena hepatika mengembalikan darah dari hati ke
vena kava inferior. Terdapat empat pembuluh darah utama yang
menjelajahi keseluruh hati, dua yang masuk yaitu arteri hepatika dan vena
porta, dan dua yang keluar yaitu vena hepatika dan saluran empedu.
Sinusoia mengosongkan isinya kedalam venulel yang berada pada bagian
tengah masing-masing lobulus hepatik dan dinamakan vena sentralis,
vena sentralis bersatu membentuk vena hepatika yang merupakan
4
drainase vena dari hati dan akan mengalirkan isinya kedalam vena kava
inferior didekat diafragma jadi terdapat dua sumber yang mengalirkan
darah masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluar (FKUI,
2006).
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati
juga sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada
setiap metabolik tubuh. Adapun fungsi hati menurut (Pearce, 2006)
sebagai berikut:
1. Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah.
Aliran darah melalui hati sekitar 1100 ml darah mengalir dari vena
porta kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan sekitar 350 ml lagi
mengalir kesinosoid dari arteri hepatica, dengan total rata-rata 1450
ml/menit.
2. Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem
metabolisme tubuh.
Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme karbohidat,
mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis
membentuk banyak senyawa kimia penting dan hasil perantara
metabolisme karbohidrat serta menyimpan glikogen.
3. Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang
mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan.
4. Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
5. Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi
darah.
6. Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitamin A, D, E, K), mineral
(termasuk zat besi).
7. Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.
8. Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan
dan menyerap zat gizi penting.
9. Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun (detoksikasi)
serta memetabolisme alkohol.
5
10. Membantu menghambat infeksi.

C. Etiologi

Menurut Price dan Wilson (2005: 485)


Secara umum hepatitis disebabkan oleh virus.
Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai
penyebabnya, berikut ini.

a. Virus hepatitis A (HAV)

b. Virus hepatitis B (HBV)

c. Virus hepatitis C (HCV)

d. Virus hepatitis D (HDV)

e. Virus hepatitis E (HEV)

f. Hepatitis F (HFV)

g. Hepatitis G (HGV)

6
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal adalah
HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih disukai daripada
istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”, sebab kedua penyakit ini
dapat ditularkan secara parental dan nonparental (Price dan Wilson, 2005: 243). Hepatitis
pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap
reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat idiopatik (Sue
hincliff, 2000: 205).

D. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-
bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik
karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya
inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis
dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang
menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal (Baraderu,
2008).

7
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun
jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati
tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut
didalam hati, selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.
Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun
bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus
yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam
pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin (Smeltzer dan Bare, 2002).
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah
dan terbawa sampai ke hati. Di sini agen infeksi menetap dan
mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat
dilihat pada pemeriksaan SGOT dan SGPT). akibat kerusakan ini maka
terjadi penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin sehingga terjadi
disfungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu
makan (anoreksia). Salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir toksin,
jika toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon
hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya
fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral racun (Syaifuddin,
2006).
Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat
dapat menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat
dan juga merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui
pemasukan alkohol yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini
biasanya terjadi pada alkoholik. Peradangan yang terjadi mengakibatkan
hiperpermea-bilitas sehingga terjadi pembesaran hati, dan hal ini dapat
diketahui dengan meraba atau palpasi hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada
saat gejala ikterik mulai nampak (Syaifuddin, 2006).
8
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin
dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan
kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat
disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus (Smeltzer dan Bare, 2002).

E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari 3 tahapan
meliputi:
1. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali
timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit.
Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas
capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung
selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok
pada hepatitis virus B.
2. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan
suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang
terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang
setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan,
rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

9
3. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa
sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari
setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita
mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

F. Komplikasi
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan
oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan
sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati
akan diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan,
semakin beras jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang
jumlah sel hati yang sehat.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2002) adalah:
1. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat
mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak
pasien akan merasakan lebih baik dengan pembatas aktifitas fisik, kecuali
diberikan pada mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum yang
buruk.
2. Obat-obatan
a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan
bilirubin darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana
ada reaksi imun yang berlebihan.

10
b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.
Contoh obat : Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion,
kortikosteroid.
c. Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
d. Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan
lebih dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan
dan air bersih dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses
dari pasien yang terinfeksi secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik
dan spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor
darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima
menjadi panel donor.

H. Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan atau
gangguan hati (Doengoes, 2002).
1. Aktifitas
Kelemahan, kelelahan, dan malaise.
2. Sirkulasi
Bradikardi, ikterik pada sclera kulit, dan membran mukosa.
3. Eliminasi
urine gelap dan diare feses warna tanah liat.
4. Makanan dan cairan
Anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah, peningkatan
oedem dan asietas.
5. Neurosensori
Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, alergi, dan asteriksis.
6. Nyeri atau kenyamanan
Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan, sakit kepala dan
gatal.

11
7. Keamanan
Demam, urtikaria, eritema, splenomegali dan pembesaran nodul
servikal posterior.
8. Seksualitas
Pola hidup atau perilaku meningkat resiko terpajan.
9. Pemeriksaan dianostik pada pasien hepatitis yang perlu dikaji menurut
Doengoes (2002):
a. Test fungsi hati: Abnormal (4-10 kali normal) untuk membedakan
hepatitis virus dari non virus.
b. SGOT/SGPT: Awalnya meningkat (dapat meningkat 1-2 minggu
sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
c. Darah lengkap: Sel darah merah (SDM) menurun karena penurunan
masa hidup SDM (gangguan fungsi hati).
d. Difersnsual darah lengkap: Ekositosis, monositosis dan sel plasma.
e. Alkali fostatase: Agak meningkat.
f. Feses: Warna tanah liat, dan diare feses warna tanah liat.
g. Gula darah: Hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi
hati).
h. Anti-HAV IgM: Positif pada tipe A.
i. HbsAg: Dapat positif (tipe B) atau negstif (tipe A).
Catatan: merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinik.
j. Masa protrombin: Mungkin memanjang (disfungsi hati).
k. Bilirubin serum: Di atas 2,5 mg/100 ml (bila di atas 200 mg/ml,
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler).
l. Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat.
m. Biopsi hati: Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
n. Scan hati: Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan
parenkim.
I. Urinalisa: Peninggian kadar bilirubin: protein/hematuria dapat terjadi.

12
I. Pathways keperawatan

Alkohol virus obat - obatan

Hipertermi Inflamasi pada hepar peregangan kapsula hati

Resiko trasmisi nyeri


hepatitis hematomegali
infeksi
gangguan metabolisme gangguan suplai darah pada perasaan tidak nyaman di
karbohidrat dan protein sel – sel hepar kuadran atas

kerusakan sel parenkim, anoreksia


glikogenesis glukoneogenesis sel hati duktuli
menurun menurun empedu hepatika
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
fungsi hepar menurun

glikogen dalam hepar hiperbilirubin


berkurang
pigmen empedu meningkat
glikogenesis menurun
prunitus
glukosa dalam darah
berkurang

Resiko integritas kulit


cepatlelah

keletihan

(Doengoes, 2003)

6
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada
penderita hepatitis menurut (Doengoes, 2003):
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia,
mual dan muntah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder
terhadap hepatitis.
4. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan
dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin
dalam garam empedu.
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat
menular dari agent virus.

L. Fokus intervensi dan Rasional


Fokus intervensi dan rasional menurut Doengoes (2003):
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia,
mual dan muntah.
Tujuan : nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil: kebutuhan nutrisi adekuat, tidak ada tanda
malnutrisi, mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
Intervensi :
a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
Rasional : keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi
sering dan tawarkan pagi paling sering.
Rasional : pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro
intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah
makan.
Rasional : akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah
baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan.
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak.
Rasional : glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk
pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani
hepar.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keerawatan nyeri
berkurang, skala nyeri menurun. Tekanan darah
:100/80, Suhu :36, 5 cc Nadi : 80 x / menit, Respiratori
Rate: 20 x/ menit.
Intervensi :
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri.
Rasional : nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak
nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara
kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang
mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan
lebih efektif mengurangi nyeri.
b. Memonitoring perkembangan nyeri.
Rasional :mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan.
c. Memonitoring tanda – tanda vital darah dan nadi.
Tekanan darah : 100 / 80 mmHg
Suhu : 36,5ºC
Rasional : untuk mengetahui keadaan pasien.
d. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam.
Rasional : mengurangi rasa nyeri untuk pasien.
e. Berikan tindakan nyaman dan aktivitas hiburan.
Rasional : menigkatkan relaksasi dan membantu pasien
memfokuskan perhatian pada sesuatu disamping diri
atau ketidak nyamanan.
f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai advis dokter
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien.
3. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder
terhadap hepatitis.
a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu.
Rasional : dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan
klien cenderung lebih tenang.
b. Sarankan klien untuk tirah baring.
Rasional : tirah baring akan meminimalkan energi yang
dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan
untuk penyembuhan penyakit.
c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan,
kemampuan-kemampuan dan minat-minat.
Rasional : memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-
kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan
pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang
penting.
d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi
waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang
berhubungan dengan keletihan.
Rasional : keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi
kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan.
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif
(bersikap asertif, teknik relaksasi).
Rasional : untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun
psikologis.
4. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu.
Intervensi :
a. Monitor tanda vital : suhu badan.
Rasional : sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi.
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari
buah 2,5-3 liter/hari.
Rasional : dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi
yang memicu timbulnya dehidrasi.
c. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahan linen tempat tidur
sesuai indikasi.
Rasional : suhu ruangan harus diubah untuk mempertahan kan
sushu mendekati normal
d. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur.
Rasional : menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga
terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar
keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui
penguapan.
e. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
Rasional : kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan
klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
f. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik.
Rasional : gunakan untuk mengurangi demam atau panas.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan
dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam
garam empedu.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
Intervensi :
a. Mengkaji kemampuan klien dalam beraktifitas.
Rasional : untuk mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
beraktifitas.
b. Batasi klien dalam beraktifitas.
Rasional : Agar pasien tidak cepat lelah.
c. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering , Sering
mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril,
lanolin), Keringkan kulit, jaringan digosok.
Rasional : kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan
merangsang ujung syaraf.
d. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu
ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu
tebal.
Rasional : penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan
meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi.
e. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan
tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk.
Rasional : penggantian merangsang pelepasan hidtamin,
menghasilkan lebih banyak pruritus.
f. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin.
Rasional : pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan
kelembaban kekeringan.
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat
menular dari agent virus.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat
untuk menangani semua cairan tubuh.
1). Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien
atau spesimen.
2). Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan
tubuh.
3). Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada
wadah yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi
jarum dengan cara apapun.
Rasional : pencegahan tersebut dapat memutuskan metode
transmisi virus hepatitis.
b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan
tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan
permukaan yang terkontaminasi.
Rasional : teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak
dengan materi infeksius dan mencegah transmisi
penyakit.
c. Dorong dan pertahankan masukan TKTP.
Rasional : kurangi kerentanan individu terhadap infeksi.
d. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien,
keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
Rasional : mencuci tangan menghilangkan organisme yang
merusak rantai transmisi infeksi.
e. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen
kesehatan yang tepat.
Rasional : rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber
pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi.
f. Beri therapy antibiotik sesuai program dokter.
Rasional : mencegah segera terhadap infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Sievert, William, Melvyn G. Korman, Terry Bolin. (2010). Segala Sesuatu tentang
Hepatitis. Jakarta: Arcar.

Sulaiman, Andri Sanityoso, dkk. (2010). Pendekatan Terkini Hepatitis B dan C


dalam PraktikKlinis Sehari-hari. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai