Disusun Oleh:
Ayundah Indriawati
4338114901230005
Abses hepar diklarifikasikan menjadi dua bagian, yaitu abses amuba hati dan
abses pirogenik hati. Abses amuba paling sering disebabkan oleh Enthamuba
histolitica. Abses hati oleh Enthamuba histolitica umumnya ditemukan dinegara
berkembang, dikawasan tropis, dan subtropis akibat sabitasi lingkungan yang
buruk. Abses pirogenik hati jarang ditemukan, namun lebih sering ditemukan di
negara maju (Batticaca, F.B (2009) dan John J.R (2011)).
2. Anatomi Fisiologi
1) Anatomi Hati
2) Hati
Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar, beratnya antara 1000-1500
gram, kurang lebih 25% berat badan orang dewasa dan merupakan
metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat komplek dan ruwet. Hati
terdiri dari dua lobus utama, yaitu kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi
menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsifomis yang dapat di
lihat dari luar. Setiap lobus hati dibagi lagi menjadi lobulus menjadi unit
fungsional. Mikroskopik dalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli.
Setiap lobulus merupakan bentuk heksagonal yang terdiri atas lembaran
bentuk kubus yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Di antara
lembaran sel hati terdapat kapilar yang dinamakan sinusoid, yang merupakan
cabang vena porta dan arteria hepatika. Sinusoid tidak seperti kapiler lain,
dibatasi oleh sel fagositik atau sel kupffer. Sel kupffer merupakan sistem
retikoloendotel dan mempunyai fungsi utama menelan bakteri dan benda
asing lain dalam tubuh. Hanya sumsum tulang yang mempunyai masa sel
retikuloen dotel yang lebih banyak daripada hati. Jadi hati merupakan salah
satu organ utama sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bakteri dan
agen toksik.
Hati mendapat darah dari dua macam peredaran darah yaitu, vena porta dan
arteri hepatikal. Vena porta menerima aliran darah dari saluran cerna, limfa
dan pankreas. Volume total darah yang melalui hati 1.200-1.500 ml tiap
menit dan di alirkan melalui vena hepatikal kanan dan kiri yang
mengosongkanya ke vena kava inferior (Keith, L. M., 2013).
Hati merupakan organ terbesar tubuh, dapat dianggap sebagai sebuah pabrik
kimia yang membuat, menyimpan, dan mengekspresikan sejumlah besar
subtansi yang terlibat dalam metabolisme. Lokasi hati sangat penting dalam
pelaksanaan fungsi ini karena hati menerima darah yang kaya nutrien
langsung dari traktus gastrointestinal. Kemudian hati akan menyimpan
nutrien ini menjadi zat-zat kimia yang digunakan dibagian lain dalam tubuh
untuk keperluan metabolik. Hati merupakan organ yang penting khususnya
dalam pengaturan metabolisme glukosa dan protein.
E.histolytica di dalam feces dapat ditemukan dalam dua bentuk vegetatif atau
tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup di luar tuibuh manusia.
Kista dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten terhadap suasana kering dan
asam. Bentuk tropozoit akan mati dalam suasana kering dan asam. Trofozoit
besar sangat aktif bergerak, mampu memangsa eritrosit, mengandung
protease yaitu hialuronidase dan mukopolisakaridase yang mampu
mengakibatkan destruksi jaringan (Sudoyo, 2006).
2) Abses hepar piogenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab yang
terbanyak adalah E.coli. Selain itu, penyebabnya juga adalah Streptococcus
faecalis, Proteus vulgaris, dan Salmonellla typhii. Dapat pula bakteri anaerob
seperti Bakteroides, Aerobakteria, Akttinomesis, dan Streptococcus anaerob.
Untuk penetapannya perlu dilakukan biakan darah, pus, empedu, dan swab
secara anaerob maupun aerob (Sudoyo, 2006).
4. Etiologi
Menurut Barbara C Long (2003) penyebab abses hepar, yaitu:
a. Sanmonella Thypi
b. Enthamoeba Histolytica
c. Streptokokus
d. Escherichia Coli
5. Manifestasi klinik
Menurut Battacica B.F (2009) dan Bunner & Suddarth (2002) manifestasi klinis
yang muncul yaitu:
a. Demam disertai menggigil
b. Diare
c. Malaise
d. Mual/muntah
e. Penurunan berat badan
f. Nyeri tumpul pada abdomen
g. Nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
h. Hepatomegali
i. Ikterus
j. Anemia
k. Efusi pleura
l. Sepsis
m. Syok yang mengakibatkan kematian
6. Patofisiologi
Hati menerima darah dari sirkulasi sistemik dan sistem porta. Adanya infeksi dari
organ-organ lain di tubuh akan meningkatkan pemaparan hati terhadap bakteri.
Tetapi hati mempunyai sel-sel Kuppfer yang terlatak sepanjang sinusoid-
sinusoidnya yang berfungsi sebagai pembunuh bakteri, sehingga akan sulit untuk
terjadi infeksi.
Ada banyak faktor yang berperan sampai dapat terjadinya abses pada hati.
1) Abses piogenik pada hepar merupakan akibat dari asending dari infeksi
biliaris
2) Penyebaran hematogen lewat sistem portal
3) Septikemia generalisata yang melibatkan hepar lewat sirkulasi arteri
hepatica
4) Penyebaran langsung dari infeksi organ-organ intraperitoneal
5) Penyebab lainnya, disini termasuk trauma pada hepar.
Penyakit traktus biliaris (kolangitis, kolesistitis) merupakan penyebab tersering
dari abses hepar (60 % kasus). Tersumbatnya aliran empedu menyebabkan
proliferasi dari bakteri. Penyebab tersering yang kedua adalah septikemia
generalisata, diikuti oleh appendisitis akut/perforasi dan divertikulitis.
Abses dapat bersifat multipel atau soliter, biasanya yang berasal dari infeksi
organ lain yang lewat aliran darah akan menjadi abses yang multipel. Lesi akan
memberikan gambaran jaringan hati yang pucat. Ukuran rongga abses biasanya
bermacam-macam dan umumnya bergabung, pada kasus-kasus yang lanjut akan
tampak gambaran “honeycomb” yang mengandung sel-sel PMN dan jaringan
hati yang nekrosis. Kebanyakan lesi akan terjadi pada lobus dekstra dari hepar
(Price, 2006).
7. Pathway
Vena porta
Infeksi kuman
Masuk ke dalam Sistem bilier
sistem pencernaan hepatik
Mengalami kerusakan
jaringan hepar Hepar
Thalamus
Mencapai hipotalamus
Hipertermi
Intoleransi aktivitas
8. Komplikasi
Menurut Sudoyo W (2009) dan Sjaifoellah (2001) komplikasi pada penderita
penyakit abses hepar yaitu:
a. Ruptur abses hepar
b. Kelainan pleura pulmonal
c. Gagal hati
d. Septikemia
e. Bakterimia
f. Empiema
g. Pneumonia
9. Pemeriksaan penunjang
Menurut Sjaifoellah (2001) dan John J.R (2011) pemeriksaan penunjang yang
dilakukan, antara lain:
1) Foto dada
Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakkan
diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru
2) Foto polos abdomen
Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran udara bebas
diatas hati.
3) Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
4) Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat melihat
integritas diafragma.
5) Pemeriksaan serologi
Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.
6) Abdominal CT Scan
Pada abdominal CT Scan abses hepar dapat ditemukan keadaan sebagai
berikut.
Menurut Battacica B. F (2009) yaitu:
1) Kultur darah perlu dilakukan meskipun mikroorganisme mungkin tidak
terindentifikasi
2) Aspirasi abses hati yang dipandu oleh USG dan CT scan dapat dilakukan
untuk membantu menegakan diagnosis dan mengambil sampel bagi
pemeriksaan kultur mikroorganisme.
3) Drainase abses piogenik perkutan dilakukan untuk mengevaluasi bahan
abses dan mempercepat proses penyembuhan, kateter dapat dipasang untuk
drainase abses yang bersifat kontiyu.
10. Penatalaksanaan
1) Medikamentosa
Derivat nitroimidazole dapat memberantas tropozoit intestinal/ekstraintestinal
atau kista. Obat ini dapat diberikan secara oral atau intravena.
a. Secara singkat pengobatan amoebiasis hati sebagai berikut:
b. Metronidazole: 3x750 mg selama 5-10 hari dan ditambah dengan;
c. Kloroquin fosfat: 1 g/hr selama 2 hari dan diikuti 500/hr selama 20 hari,
ditambah;
d. Dehydroemetine: 1-1,5 mg/kg BB/hari intramuskular (maksimum 99
mg/hr) selama 10 hari.
2) Tindakan aspirasi terapeutik
a Abses yang dikhawatirkan akan pecah
b Respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak ada
c Abses di lobus kiri karena abses di sini mudah pecah ke rongga
perikardium atau peritoneum.
3) Tindakan pembedahan
Pembedahan dilakukan bila:
a Abses disertai komplikasi infeksi sekunder.
b Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang interkostal.
c Bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil.
d Ruptur abses ke dalam rongga intra peritoneal/pleural/pericardial
(Mansjoer, 2001).
4) Terapi Non-Farmakologi
a. Makan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Karbohidrat 40-50 kkal/kgBB
Protein 1-1,5 g/kgBB
b. Makanan dalam bentuk lunak
c. Bed rest
d. Menghindari faktor risiko yang dapat memperberat, misalnya konsumsi
alkohol.
C. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Identitas penanggung jawab
c. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan masa lalu
d) Riwayat kesehatan keluarga
e) Riwayat alergi
d. Aktifitas dasar
a) Aktifitas dasar
Aktifitas dasar 0 1 2 3 4
Makan/minum
Toileting
Personal hygiene
Mobilisasi dari tempat tidur
Berpindah
Ambulasi
b) Aktifitas istirahat
1. Nutrisi : nutrisi terganggu karena adanya mual dan muntah,
penurunan BB
2. Istirahat : tidur tidak bisa karena nyeri, sesak, batuk
3. Aktifitas : badan terasa lemah dan biasanya pasien dianjurkan untuk
tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktifitas
4. Psikologi : pasien gelisah dan cemas dengan penyakitnya
a. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) TTV
Pemeriksaan fisik (head to toe)
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut
2) Hipertermi
3) Gangguan mobilitas fisik
4) Defisit nutrisi
3. Perencanaan Keperawatan
No Dx Kriteria & hasil Intervensi
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
asuhan keperawatan selama Observasi
3x24jam diharapkan nyeri - Identifikasi lokasi,
akut pada pasien dapat karakteristik, durasi,
teratasi, dengan kriteria dan frekuensi, kualitas,
hasil: intensitas nyeri
kontrol nyeri - Identifikasi skala nyeri
- Melaporkan nyeri - Identifikasi respons nyeri
terkontrol dari meningkat non verbal
(5) menjadi menurun (1) - Identifikasi faktor yang
- Kemampuan mengenali memperberat dan
onset nyeri dari meningkat memperingan nyeri
(5) menjadi menurun (1) - Identifikasi pengetahuan
- Kemampuan mengenali dan keyaninan tentang
penyebab nyeri dari nyeri
meningkat (5) menjadi - Identifikasi pengaruh
menurun (1) budaya terhadap respon
- Kemampuan menggunakan nyeri
teknik non-farmakologi - Identifikasi pengaruh nyeri
dari menurun (1) menjadi pada kualitas hidup
meningkat (5) - Monitor keberhasilan terapi
- Dukungan orang terdekat komplementer yang sudah
dari menurun (1) menjadi diberikan
meningkat(5) - Monitor efek samping
- Keluhan nyeri dari penggunaan analgesik
meningkat (1) menjadi Teraupetik
menurun (5) - Berikan teknik
- Penggunaan analgesik dari nonfarmakologis untuk
meningkat (1) menjadi mengurangi rasa nyeri
menurun (5) (mis. TENS, hipnosis
akupresur, terapi musik,
biofeedback, kompres air
hangat/dingin, terapi pijat,
aromaterapi dll)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan stretegi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, priode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan sreategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
2 Hipertermi Setelah diberikan asuhan Manajemen Hipertermia
keperawatan selama 3 x 24 (I.15506) Observasi
jam diharapkan termoregulasi - Identifikasi penyebab
membaik (L.14134), dengan hipertermia (mis. dehidrasi,
kriteria hasil : terpapar lingkungan panas,
- Menggigil meningkat dan penggunaan inkubator).
hingga menurun (dari - Monitor suhu tubuh.
skala 1 ke skala 5) - Monitor kadar elektrolit
- Kulit merah meningkat - Monitor haluaran urine.
hingga menurun (dari Terapeutik
skala 1 ke skala 5) - Sediakan lingkungan yang
- Kejang meningkat hingga dingin
menurun (dari skala 1 ke - Longgarkan atau lepaskan
skala 5) pakaian
- Akrosianosis meningkat - Basahi dan kipasi
hingga menurun (dari permukaan tubuh
skala 1 ke skala 5) - Berikan cairan oral
- Pucat meningkat hingga - Ganti linen setiap hari atau
menurun (dari skala 1 ke lebih sering jika mengalami
skala 5) hiperhidrosis (keringat
- Tachikardi meningkat berlebih)
hingga menurun (dari - Lakukan pendinginan
skala 1 ke skala 5) eksternal (mis. selimut
- Takipnea meningkat hipotermia atau kompres
hingga menurun (dari dingin pada dahi, leher,
skala 1 ke skala 5). dada, abdomen, dan aksila)
- Bradikardia meningkat - Berikan oksigen, jika perlu.
hingga menurun (dari Edukasi
skala 1 ke skala 5) - Anjurkan tirah baring.
- Dasar kuku sianotik Kolaborasi
meningkat hingga - Kolaborasi pemberian
menurun (dari skala 1 ke cairan dan elektrolit
skala 5) intravena, jika perlu
- Suhu tubuh memburuk
hingga membaik (dari
skala 1 ke skala 5)
- Suhu kulit memburuk
hingga membaik (dari
skala 1 ke skala 5).
- Pengisian kapiler
memburuk hingga
membaik (dari skala 1 ke
skala 5)
3 Defisit Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
nutrisi asuhan keperawatan selama Observasi
3x24 jam diharapkan devisit - Identifikasi status nutrisi
nutrisi pada pasien dapat - Identifikasi alergi dan
teratasi, dengan kriteria: intoleransi makanan
Status nutrisi - Identifikasi makanan yang
porsi makan yang disukai
dihabiskan dari menurun - Identifikasi kebutuhan kalori
(1) menjadi meningkat dan jenis nutrien
(5) - Identifikasi perlunya
kekuatan otot menggunakan selang
mengunyah dari nasogastrik
menurun (1) menjadi - Monitor asupan makanan
meningkat (5) - Monitor berat badan
kekuatan otot menelan - Monitor hasil pemeriksaan
dari menurun (1) laboraturium
menjadi meningkat (5) Teraupetik
serum albumin dari - Lakukan oral hygiene
menurun (1) menjadi sebelum makan, jika perlu
meningkat (5) - Fasilitasi menentukan
perasaan cepat kenyang pedoman diet (mis. Piramida
dari menurun (5) makanan)
menjadi meningkat (1) - Sajikan makanan secara
nyeri abdomen dari menarik dan suhu yang
menurun (5) menjadi sesuai
meningkat (1) - Berikan makanan tinggi serat
sariawan dari menurun untuk mencegah konstipasi
(5) menjadi meningkat - Berikan makanan tinggi
(1) kalori dan tinggi protein
rambut rontok dari - Berikan suplemen makanan,
menurun (5) menjadi jika perlu
meningkat (1) - Hentikan pemberian
diare dari menurun (5) makanan melalui selang
menjadi meningkat (1) nasogastrik jika asupan oral
Berat badan dari dapat ditoleransi
memburuk (1) menjadi Edukasi
membaik (5) - Anjurkan posisi duduk, jika
Indeks masa tubuh dari mampu
memburuk (1) menjadi - Ajarkan diet yang
membaik (5) diprogramkan
Frekuensi makan dari Kolaborasi
memburuk (1) menjadi - Kolaborasi pemberian
membaik (5) medikasi sebelum makan
Nafsu makan dari (mis. Pereda nyeri,
memburuk (1) menjadi antiemetik), jika perlu
membaik (5) - Kolaborasi dengan ahli gizi
Bising usus dari untuk menentukan jumlah
memburuk (1) menjadi kalori dan jenis nutrien yang
membaik (5) dibutuhkan, jika perlu
4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi (I. 061717)
mobilitas keperawatan selama 3x24 jam Observasi
fisik diharapkan mobilitas fisik - Identifikasi adanya nyeri
dapat membaik dengan atau keluhan fisik lainnya
kriteria hasil : - Identifikasi toleransi fisik
1. Pergerakan esktermitas melakukan ambulasi
meningkat. - Monitor frekuensi jantung
2. Kekuatan otot meningkat dan tekanan darah sebelum
3. Kelemahan fisik menurun memulai ambulasi
4. Kaku sendi menurun - Monitor kondisi umum
selama melakukan ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu (mis.
tongkat, kruk)
- Fasilitasi melakukan
mobilisasi tisik, jika peru
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
- Anjurkan melakukan
ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
berjalan dan tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
DAFTAR PUSTAKA