Di susun oleh:
Meilindah Auliyah Annisa
14420212196
CI INSTITUSI CI LAHAN
A. Pengertian
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan disebabkan
oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat terjadi di kulit,
gusi, tulang, dan organ tubuh seperti hati, paru-paru, bahkan otak, area yang terjadi
abses berwarna merah dan menggembung, biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas
setempat (Microsoft Encarta Reference Library, 2010).
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri,
parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang
ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim
hati (Sudoyo, 2013).
Abses pada hepar timbul sebagai infeksi sekunder yang muncul di bagian tubuh
yang lain kemudian dibawa ke hepar melalui system bilier, system vaskuler, atau
system limfatik. Organisme piogenik juga masuk ke dalam hepar melalui luka tusuk
yang mengenai hepar. Abses karena amuba dapat berasal dari gastrointestinal
kemudian masuk ke dalam hepar melalui vena porta. Abses pada hepar akan
mengganggu fungsi hepar. Selain itu, perforasi abses dapat menyebabkan isi abses
masuk ke dalam celah pleura, celah pericardial, atau celah peritoneal (Baradero,
2015).
Jadi abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh
infeksi.
B. Klasifikasi
Abses hepar dibagi atas dua secara umum berdasarkan penyebabnya, yaitu abses
hepar amoeba dan abses hepar piogenik:
1) Abses hepar amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebgai parasit non
patogen dalam mulut dan usus, tapi hanya Enteremoeba histolytica yang dapat
menyebabkan penyakit. Hanya sebagian individu yang terinfeksi Enteremoeba
histolytica yang memberi gejala invasif, sehingga di duga ada dua jenis E.
Histolytica yaitu starin patogen dan non patogen. Bervariasinya virulensi strain ini
berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar.
E.histolytica di dalam feces dapat ditemukan dalam dua bentuk vegetatif atau
tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup di luar tuibuh manusia. Kista
dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten terhadap suasana kering dan asam.
Bentuk tropozoit akan mati dalam suasana kering dan asam. Trofozoit besar sangat
aktif bergerak, mampu memangsa eritrosit, mengandung protease yaitu
hialuronidase dan mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan destruksi
jaringan (Sudoyo, 2013).
2) Abses hepar piogenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab yang
terbanyak adalah E.coli. Selain itu, penyebabnya juga adalah Streptococcus
faecalis, Proteus vulgaris, dan Salmonellla typhii. Dapat pula bakteri anaerob
seperti Bakteroides, Aerobakteria, Akttinomesis, dan Streptococcus anaerob. Untuk
penetapannya perlu dilakukan biakan darah, pus, empedu, dan swab secara anaerob
maupun aerob (Sudoyo, 2013).
C. Etiologi
Penyebab utama abses hepar adalah adanya infeksi bakteri pada organ hepar.
Bakteri dapat masuk ke dalam organ hepar melalui beberapa cara sebagai berikut:
(Schoonmaker, 2010).
1) Kandung kemih yang terinfeksi
2) Luka tusuk atau luka tembus
3) Infeksi di dalam perut
4) Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah
D. Patofisiologi
Hati menerima darah dari sirkulasi sistemik dan sistem porta. Adanya infeksi dari
organ-organ lain di tubuh akan meningkatkan pemaparan hati terhadap bakteri. Tetapi
hati mempunyai sel-sel Kuppfer yang terlatak sepanjang sinusoid-sinusoidnya yang
berfungsi sebagai pembunuh bakteri, sehingga akan sulit untuk terjadi infeksi.
Ada banyak faktor yang berperan sampai dapat terjadinya abses pada hati.
1) Abses piogenik pada hepar merupakan akibat dari asending dari infeksi biliaris
2) Penyebaran hematogen lewat sistem portal
3) Septikemia generalisata yang melibatkan hepar lewat sirkulasi arteri hepatika
4) Penyebaran langsung dari infeksi organ-organ intraperitoneal
5) Penyebab lainnya, disini termasuk trauma pada hepar.
Penyakit traktus biliaris (kolangitis, kolesistitis) merupakan penyebab tersering dari
abses hepar (60 % kasus). Tersumbatnya aliran empedu menyebabkan proliferasi dari
bakteri. Penyebab tersering yang kedua adalah septikemia generalisata, diikuti oleh
appendisitis akut/perforasi dan divertikulitis.
Trauma tajam dengan penetrasi ke hepar dapat langsung memasukkan bakteri ke
parenkim hepar dan menyebabkan abses. Sedangkan trauma tumpul pada hepar dapat
meyebabkan nekrosis jaringan hepar, perdarahan intrahepatik dan keluarnya asam
empedu akibat robekan dari kanalikuli. Lesi yang terjadi pada kasus seperti ini
biasanya soliter.
Abses dapat bersifat multipel atau soliter, biasanya yang berasal dari infeksi organ
lain yang lewat aliran darah akan menjadi abses yang multipel. Lesi akan memberikan
gambaran jaringan hati yang pucat. Ukuran rongga abses biasanya bermacam-macam
dan umumnya bergabung, pada kasus-kasus yang lanjut akan tampak gambaran
“honeycomb” yang mengandung sel-sel PMN dan jaringan hati yang nekrosis.
Kebanyakan lesi akan terjadi pada lobus dekstra dari hepar (Price, 2013).
E. Pathway
Baradero, Mary. 2014. Seri Asuhan Keperawatan: Klien Gangguan Hati. Jakarta: EGC.
Cameeron. 2012. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam. Jakarta: Binarupa Aksara.
Doenges, E., Moorhouse, MF dan Geissler, A. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Mansjoer, Arief. dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
NANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. 2013. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Sudoyo, Aru
W. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC