Anda di halaman 1dari 3

ABSES HATI

● DEFINISI
1. Abses Hati Amoeba Didapat kan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebagai parasit non pathogen
dalam mulut dan usus, tapi hanya enteremoeba histolytica yang dapat menyebabkan penyakit. Hanya
sebagian individu yang terinfeksi entamoeba histolytica yang memberi gejala invasif, sehingga diduga ada
dua jenis E.histolytica yaitu strain patogen dan nonpatogen. Bervariasinya virulensi strain ini berbeda
berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar (Sudoyo, 2006). Histolytica didalam
feses dapat ditemukan dalam dua bentuk vegetative atau tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup
diluar tubuh manusia.Kista dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten terhadap suasana kering dan asam.
Bentuk tropozoit akan mati dalam suasana kering dan asam. Tropozoit besar sangat aktif bergerak, mampu
memangsa eritrosit, mengandung protease yaitu hialuronidase dan mukopolisakarida yang mampu
mengakibatkan kerusakan jaringan
2. Abses Hati piagenik Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negative dan penyabab terbanyak adalah
E.Coli selain itu, penyebab nya juga adalah streptococcus faecalis, proteus vulgaris, dan salmonella
typhi.Dapat pula bakteri anaerob seperti bakteroides, aerobakteria, akttinomesis, dan streptococcus
anaerob.Untuk penempatannya perlu dilakukan biakan darah, pus, empedu, dan swab secara anaerob
maupun aerob (Sudoyo, 2006)
● FAKTOR RESIKO

● KLASIFIKASI
Ada dua jenis abses, septik dan steril. Kebanyakan abses adalah septik, yang berarti bahwa mereka
adalah hasil dari infeksi.
1. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh. Hanya bakteri dan respon kekebalan tubuh yang
diperlukan. Sebagai tanggapan terhadap bakteri, sel-sel darah putih yang terinfeksi berkumpul di situs
tersebut dan mulai memproduksi bahan kimia yang disebut enzim yang menyerang bakteri dengan terlebih
dahulu tanda dan kemudian mencernanya. Enzim ini membunuh bakteri dan menghancurkan mereka ke
potongan-potongan kecil yang dapat berjalan di sistem peredaran darah sebelum menjadi dihilangkan dari
tubuh. Sayangnya, bahan kimia ini juga mencerna jaringan tubuh.
2. Abses steril kadang-kadang bentuk yang lebih ringan dari proses yang sama bukan disebabkan oleh
bakteri, tetapi oleh non-hidup iritan seperti obat-obatan. Jika menyuntikkan obat seperti penisilin tidak
diserap, itu tetap tempat itu disuntikkan dan dapat menyebabkan iritasi yang cukup untuk menghasilkan
abses steril. Seperti abses steril karena tidak ada infeksi yang terlibat. Abses steril cukup cenderung
berubah menjadi keras, padat benjolan karena mereka bekas luka, bukan kantong-kantong sisa nanah.
a. Carbuncles dan bisul. Kelenjar minyak kulit (kelenjar sebasea) di bagian belakang atau bagian belakang leher
biasanya adalah orang-orang terinfeksi. Yang paling sering terlibat bakteri Staphylococcus aureus. Jerawat
adalah suatu kondisi serupa yang melibatkan kelenjarsebaceous pada wajah dan punggung.
b. Pilonidal kista. Banyak orang cacat lahir sebagai sebuah lubang kecil di kulit tepat di atasanus. Tinja bakteri
dapat memasuki pembukaan ini, menyebabkan infeksi dan abses berikutnya.
c. Retropharyngeal, parapharyngeal, peritonsillar abses. Sebagai akibat dari infeksi tenggorokan, seperti radang
tenggorokan dan tonsilitis, bakteri dapat menyerang jaringan yang lebih dalam tenggorokan dan menyebabkan
abses. Abses ini dapat berkompromi menelan dan bahkan bernapas.
d. Lung abses. Selama atau setelah radang paru-paru, apakah itu disebabkan oleh bakteri[Common radang
paru-paru], tuberkulosis, jamur, parasit, atau bakteri lain, abses dapat berkembang sebagai komplikasi.
e. Hati abses. Bakteri atau amuba dari usus dapat menyebar melalui darah ke hati dan menyebabkan abses.
f. Psoas abses. Jauh di bagian belakang perut, di kedua sisi tulang belakang pinggang, terletak otot psoas.
Mereka flex pinggul. Abses dapat mengembangkan di salah satu otot, biasanya ketika itu menyebar dari usus
buntu, usus besar, atau saluran tuba.
● PATOFISIOLOGI
a. Amoebiasis Hepar
Amebiasis Hati penyebab utamanya adalah entamoeba hystolitica.Hanya sebagian kecil individu yang terinfeksi
E.Hystolitica yang member gejala amebiasis invasive, sehingga ada dugaan ada dua jenis E.hystolitica yaitu
strain pathogen dan non pathogen. Bervariasinya virulensi berbagai strain E.hystolitica ini berbeda berdasarkan
kemampuan nya
menimbulkan lesi pada hati. Patogenesi amebiasis hati belum dapat diketahui secara pasti.
Ada beberapa mekanisme yang telah dikemukakan antara lain; faktor virulensi yang menghasilkan
toksin, ketidakseimbangan nutrisi, factor resistensi parasit, imunodepresi pejamu, berubah-ubahnya antigen
permukaan dan penurunan imunitas cell- Mediated (sudoyo, 2006). parasit dengan lingkungan saluran cerna
terutama pada flora bakteri. Mekanisme terjadinya amebiasis hati:
a) Penempelan E.Hystolitica pada mucus usus
b) Pengerusakan sawar intestinal.
c) Lisis sel epitel intestinal serta sel radang.
Terjadinya supresi respon imun cell-mediated yang disebabkan enzim atau toksin parasit, juga dapat karena
penyakit tuberculosis, malnutrisi, keganasan.
Penyebaran ameba kehati.penyebaran ameba dari usus kehati sebagian besar melalui vena porta.
Terjadi fokus akumulasi neutrofil periportal yang disertai nekrosis dan infiltrasi granulomatosa .lesi membesar,
bersatu dengan granuloma diganti dengan jaringan nekrotik. Bagian nekroti ini dikelilingi kapsul tipis seperti
jaringan fibrosa.
b. Abses Hati Piagenik
Abses Hati piagenik dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari:
1) Vena porta yaitu terifeksi pelvis atau gastrointestinal, bisa menyebabkan pielflebitis porta atau emboli septic
2) Saluran empedu merupakan sumber infeksi tersering. Kolangitis septic dapat menyebabkan penyumbatan
saluran empedu seperti juga batu empedu, kanker, striktura saluran empedu ataupun anomaly saluran empedu
kongenital.
3) Infeksi langsung seperti luka penetrasi. Focus septik berdekatan seperti abses perinefrik, kecelakaan lalu
lintas.
4) Septisemia atau bakterimia akibat infeksi ditempat lain.
5) Kriptogenik tanpa factor predisposisi yang jelas, terutama pada
6) organ lanjut usia.
● EPIDEMIOLOGI
Amebiasis merupakan suatu tnfeksi yang disebabkan oleh protozoa saluran cerna yakni E. hystolitica.
Komplikasi extraintestinal dari infeksi E. hystolitica dapat menimbulkan pus dalam hati, sehingga terjadi abses
(abses hati amuba). Diperkirakan 10% dari seluruh penduduk dunia terinfeksi oleh oteh E. hystolitica, tetapai
hanya 10% yang memperlihatkan gejala. 1 Prevalensi tertinggi di daerah tropis dan Negara berkembang dengan
keadaan sanitasi yang buruk, status social ekonomi yang rendah dan status gizi yang kurang baik serta dimana
strain virulen E. hystolitica masih tinggi. Misalnya di Meksiko, India, Amerika Tengah dan Utara, Asia dan Afrika.
Prevalensi E. hystoliisua di berbagai daerah di Indonesia berkisar antara 10-18%.
Di negara-negara yang sedang berkembang, AHA didapatkan secara endemic dan jauh lebih sering
dibandingkan AHP. AHP ini tersebar di seluruh dunia dan terbanyak di daerah tropis dengan kondisi
higiene/sanitasi yang kurang. Secara epidemiologi, didapatkan 8-15 per 100.000 kasus AHP yang memerlukan
perawatan di RS antara 0,008-0,016%. AHP lebih sering terjadi pada pria dibandingkan perempuan dengan
rentang usia berkisar lebih dari 40 tahun
● PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri, anemia,
peningkatan laju endap darah, peningkatan alkalin fosfatase, peningkatan enzim transaminase dan serum
bilirubin, berkurangnya konsentrasi albumin serum dan waktu protrombin yang memanjang menunjukkan bahwa
terdapat kegagalan fungsi hati yang disebabkan AHP.
Tes serologi digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding. Kultur darah yang memperlihatkan
bacterial penyebab menjadi standar emas untuk menegakkan diagnosis secara mikrobiologik.
Pada pemeriksaan penunjang yang lain, seperti pada pemeriksaan foto toraks, dan foto polos abdomen
ditemukan diafragma kanan meninggi, efusi pleural, atelektasis basiler, empiema atau abses paru. Pada foto
toraks PA, sudut kardiofrenikus tertutup, pada posisi lateral sudut kostofrenikus anterior tertutup. Di bawah
diafragma, terlihat bayangan udara atau air fluid level. Abses lobus kiri akan mendesak kurvatura minor. Secara
angiografik, abses merupakan daerah avaskular. Pemeriksaan penunjang yang lain yaitu Abdominal CT-Scan
atau MRI, USG abdominal, dan biopsi hati, kesemuanya saling menunjang sehingga memiliki nilai diagnostik
paling tinggi.
● TATALAKSANA
Non farmakologis : Istirahat
Diet hati III
IVFD RL gtt X/menit
Farmakologis : Metronidazol 3x500 mg selama 10 hari
Parasetamol 3x500 mg (bila demam)
Tramadol 2x1 ampul
Omeprazole 1x20 g
- Metronidazol merupakan obat pilihan untuk abses hati amebik. Metronidazol masuk kedalam protozoa
melalui difusi pasif dan diubah menjadi nitro radikal sitotoksik yang reaktif oleh pengurangan ferrodoxin
atau flavodoxin.
- Efek samping: Mual, sakit kepala, anoreksia, diare, nyeri epigastrum dan konstlpasi.
- Interaksi Obat: Metronidazole menghambat metabolisme warfarin dan dosis antikoagulan kumarin
lainnya harus dikurangi.
- Pemberian alkohol selama terapi dengan metronidazole dapat menimbulkan gejala seperti pada
disulfiram yaitu mual, muntah, sakit perut dan sakit kepala.
Dengan obat-obat yang menekan aktivitas enzim mikrosomal hati seperti simetidina, akan
memperpanjang waktu paruh metronidazole
● PROGNOSIS
Prognosis yang buruk apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan pengobatan, jika hasil kultur darah
yang memperlihatkan bakterial penyebab multipel, tidak dilakukan drainase terhadap abses, adanya ikterus,
hipoalbuminemia, efusi pleural atau adanya penyakit lain.
Pada kasus, prognosisnya:
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : Dubia at bonam
● KOMPLIKASI
Komplikasi Komplikasi yang paling sering adalah berupa rupture abses sebesar 515,6%, perforasi
abses ke berbagai organ tubuh seperti ke pleura, paru, pericardium, usus,intraperitoneal atau kulit. Kadang-
kadang dapat terjadi superinfeksi, terutama setelah aspirasi atau drainase. (Menurut Julius, Ilmu penyakit dalam,
jilid I, 1998).Dapat juga komplikasi seperti:
1. Infeksi sekunder Merupakan komplikasi paling sering, terjadi pada 10-20% kasus
.2. Ruptur atau penjalaran langsung Rongga atau organ yang terkena tergantung pada letak abses.
Perforasi paling sering ke pleuropulmonal, kemudian ke rongga intraperitoneum,selanjutnya pericardium dan
organ-organ lain.
3. Komplikasi vaskuler Ruptur kedalam v. porta, saluran empedu atau traktus gastrointestinal jarang
terjadi.
4. Parasitemia, amoebiasis serebral. histolytica bisa masuk aliran darah sistemik dan menyangkut di
organ lain misalnya otak yang akan memberikan gambaran klinik dari lesi fokal intrakrani

Anda mungkin juga menyukai