Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK

BIOKIMIA METABOLISME AIR SUSU DAN AIR LIUR

Nurbalqis Zain
2107101010120
A-07
Senin, 26 September 2022

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022/2023
PENDAHULUAN
JUDUL: BIOKIMIA METABOLISME AIR SUSU DAN AIR LIUR
A. Tujuan Praktikum
- Untuk mengetahui dan membandingkan pH, berat jenis, serta uji biuret pada air liur
dan air susu.
- Untuk mengetahui pengaruh asam asetat, sifat dan susunan, serta pengaruh pH terhadap
kerja amilase air liur.

B. Prosedur Kerja
• PERCOBAAN AIR SUSU
1. Reaksi
Periksa pH air susu menggunakan salah satu dari lakmus, fenolftalein, merah kongo,
indikator universal, atau pH meter.
2. Berat Jenis
Berat jenis susu murni (whole milk) berkisar 1,028 - 1,030. Berat jenis air susu akan turun
jika susu diencerkan, dan naik jika lemaknya diambil.
Cara kerja: Tentukan berat jenis air susu dengan menggunakan urinometer.
3. Ukuran Butiran Lemak
Secara mikroskopis, air susu terdiri dari plasma cair yang mengandung banyak bola lemak
berukuran kecil sebagai suspensi.
Cara kerja:
- Taruh 1 (satu) tetes air susu di atas kaca objek, tutup dengan kaca penutup dan periksa
dengan menggunakan mikroskop. Ulangi percobaan terhadap air susu kental yang
sudah diencerkan dengan air. Bandingkan ukuran bola lemak kedua susu tersebut.
Supaya lebih jelas, butiran lemak dapat diwarnai dengan Sudan IV.
- Perhatikan susu kental dan susu murni yang terdapat dalam gelas ukur. Kedua jenis
susu ini disediakan dalam waktu yang sama. Susu kental mengandung lemak 2 kali
lebih banyak daripada susu murni. Mengapa pada susu kental tidak terdapat lapisan
krem? Perhatikan homogenitas kedua jenis susu di atas.
4. Pembentukan film (selaput)
- Panaskan 25 mL susu murni hingga mendidih di dalam gelas kimia terbuka.
- Ambil selaput yang terbentuk di permukaan air susu, dan lakukan uji Millon.
- Biarkan sebentar hingga dingin, kemudian ulangi pemanasannya. Apakah selaput yang
kedua atau ketiga masih terbentuk? Pembentukan selaput dipengaruhi oleh kadar
protein air susu.
5. Uji protein
Lakukan uji Millon dan Biuret terhadap sejumlah kecil air susu. Apakah kesimpulan yang
dapat diambil?
6. Membedakan susu mentah dengan susu pasteurisasi
Susu murni mentah mengandung enzim fosfatase, lipase, katalase, protease, diatase,
amilase, laktase, peroksidase, dan dehidrogenase. Fosfatase dan dehidrogenase merupakan
indikator pentig perlakuan panas. Apabila susu dipanaskan, maka enzim tersebut menjadi
rusak.
a. Uji Guaiac (untuk peroksidase)
Cara Kerja:
Campur 12 mL susu mentah dengan 8 mL air. Bagi campuran menjadi 2 bagian, dan
masukkan masing-masing bagian ke dalam tabung yang diberi tanda A dan B. Panaskan
tabung A hingga mendidih, kemudian dinginkan dengan air keran. Tambahkan 10 tetes
larutan Guaiac dalam alkohol dan beberapa tetes H2O2 3% ke dalam setiap tabung.
Campur dengan baik dan panaskan dalam penangas air suhu 37’C selama 10 menit.
Apa yang terjadi? Mengapa? Jelaskan. Zat lain apa yang memberi hasil positif?
Catatan: Susu segar sering memberikan hasil positif tanpa penambahan peroksida (H2O2).
b. Uji Schardinger (untuk dehidrogenase)
Uji ini berdasarkan reduksi biru metilen oleh enzim dehidrogenase membentuk leuko biru
metilen yang tidak berwarna. Hidrogen untuk reduksi ini diperoleh dari formaldehid.
Cara kerja:
Isi sebuah tabung dengan 5 mL susu mentah dan tabung lain dengan 5 mL susu yang
sudah dipasteurisasi. Tambahkan 1 mL larutan biru metilen 0,02% dan 1 mL larutan
formaldehid 0,4% ke dalam setiap tabung. Campur dengan baik dan panaskan dalam
penangas air suhu 60-65’C. Bila air susu mengandung dehidrogenase, maka saat suhu
dalam tabung mencapai 65’C, reduksi biru metilen akan berlangsung dengan cepat.
Jaga agar suhunya tidak melebihi 67’C.
Catatan: Bagian atas campuran akan terlihat tetap biru akibat oksidasi oleh oksigen udara.
7. Sifat Kasein.
Kasein merupakan protein utama susu (80% dari total protein susu). Kasein dapat diendapkan
dengan penambahan asam dan enzim rennin. Bila terdapat cukup asam yang mengubah pH
susu menjadi 4,2-5,2, maka kasein akan mengendap disertai dengan melarutnya garam kalsium
dan fosfat yang terikat dalam susu. Kasein akan menggumpal oleh penambahan asam pekat,
enzim proteolisis, alcohol pekat atau pemanasan.
Cara kerja:

o Uji kelarutan kasein


Periksa daya larut kasein dalam larutan:
- Natrium klorida 10%
- Natrium karbonat 0,5%
- Natrium hidroksida 0,1 N
- Asam klorida 0,2%
- Kalsium hidroksida jenuh
o Uji protein kasein
Lakukan uji Biuret, Millon, Xantoprotein, dan Hopskin-Cole untuk kasein.
o Uji sulfat dan fosfat
Campur sedikit kasein dengan campuran pelebur di dalam cawan porselin, dan
panaskan. Larutkan sedikit campuran dengan air dan lakukan percobaan untuk fosfat
dan sulfat sebagai berikut:
a. Uji fosfat
Tambahkan 1 mL larutan dengan urea 10% dan 10 mL pereaksi molibdat spesial.
Campur, lalu tambahkan 1 mL larutan FeSO4 spesial. Warna biru yang semakin
jelas setelah dibiarkan, menyatakan adanya ortofosfat.
Catatan: Setelah penambahan molibdat spesial, larutan harus asam.
b. Uji sulfat
Asamkan larutan dengan HCl encer dan tambahkan BaCl2 2%. Endapan putih
menyatakan adanya sulfat.
• PERCOBAAN AIR LIUR
1. Sifat dan Susunan Air Liur
Kunyah sepotong lilin atau parafin untuk merangsang pengeluaran air liur. Kumpulkan 50
mL air liur di dalam gelas kimia. Tentukan berat jenisnya dengan urinometer. Saring
sebagian dan lakukan percobaan berikut.
a. Air liur yang tidak disaring.
- Uji pH dengan lakmus, fenolftalein, merah kongo atau indicator universal.
- Uji Biuret, Millon, dan Molisch.
b. Air liur yang disaring.
- Tambahkan 2 mL air liur dengan 1 tetes asam asetat encer. Apakah yang membentuk
presipitat amorf ini?
- Lakukan uji fosfat.
Tambahkan 1 mL larutan dengan urea 10% dan 10 mL pereaksi molibdat spesial. Campur,
lalu tambahkan 1 mL larutan FeSO4 spesial. Warna biru yang semakin jelas setelah
dibiarkan, menyatakan adanya ortofosfat. Terangkan hasil yang diperoleh.
- Lakukan uji sulfat.
Asamkan larutan dengan HCl encer dan tambahkan BaCl2 2%. Endapan putih menyatakan
adanya sulfat. Terangkan hasil yang diperoleh.

2. Sifat dan Susunan Air Liur


Masukkan 5 mL air liur yang sudah disaring ke dalam 5 mL larutan pati 1%, aduk, dan
tempatkan dalam penangas air suhu 37’C. Catat bila opalesensinya hilang dan viskositas berubah.
Sementara itu, isi seluruh lekukan pada piring reaksi dengan 1 tetes larutan iodium. Setiap 1 menit,
ambil sedikit campuran tadi dengan batang gelas pengaduk dan teteskan pada iodium di lekukan
piring reaksi. Tentukan saat larutan iodium tidak lagi memberikan perubahan warna. Waktu
tersebut dinamakan titik akromik. Ingat bahwa larutan pati sendiri berwarna cokelat-kuning.
Di akhir percobaan, bandingkan waktu yang anda peroleh dengan waktu yang diperoleh
teman anda. Apabila percobaan dilakukan dengan baik dan cara yang sama, maka perbedaan waktu
yang diperoleh menunjukkan perbedaan aktivitas amilase pada masing-masing air liur. Perhatikan
bahwa opalesensi larutan pati sudah hilang sebelum reaksi dengan iodium berhenti (menunjukkan
hasil negatif). Jika titik akromik telah tercapai, periksa larutan dengan pereaksi Benedict. Catat
apakah reduksi telah terjadi.
3. Pengaruh pH Terhadap Kerja Amilase Air Liur
Sediakan 4 buah tabung dan isi dengan:
- Tabung I : 2 mL larutan HCl 0,4% dengan pH 1
- Tabung II : 2 mL larutan asam laktat 0,1% dengan pH 5
- Tabung III : 2 mL aquades dengan pH 7
- Tabung IV : 2 mL larutan Na2CO3 1% dengan pH 8.
Tambahkan 2 mL larutan pati 1% dan 2 mL air liur yang tidak disaring ke dalam setiap tabung.
Aduk dengan baik dan letakkan pada penangas air suhu 37’C selama 15 menit. Angkat dan
bagi isi setiap tabung menjadi 2 bagian yang sama. Tambahkan 1 tetes larutan iodium pada
bagian yang pertama dan lakukan uji Benedict pada bagian yang kedua. Terangkan hasilnya.
C. Hasil Pengamatan

1. AIR SUSU

• Uji pH
Prosedur Hasil Pengamatan
Indikator dimasukkan → Interpretasi warna pH: 6
• Uji Berat Jenis
Prosedur Hasil Pengamatan
Masukkan urinometer ke dalam susu → 1,023 g/ml
diamkan sesaat → baca dan hitung skala
• Uji Biuret
Prosedur Hasil Pengamatan
Susu 2 ml + 1 tetes NaOH + CuSO4 → Warna berubah menjadi merah muda hingga
campur → amati perubahan warna pink
• Uji Kelarutan Kasein
Prosedur Hasil Pengamatan
Tabung 1. Tepung kasein + NaCl 1 ml -
Tabung 2. Tepung kasein + NaCO3 1 ml -
Tabung 3. Tepung kasein + HCl 1 ml Terdapat penggumpalan
2. AIR LIUR

a. Tidak Disaring
• Uji pH
Prosedur Hasil Pengamatan
Indicator dimasukkan → Interpretasi warna pH: 7
• Uji Biuret
Prosedur Hasil Pengamatan
Saliva + NaOH 10 % 1 tetes + CuSO4 0,1 % Terjadi perubahan warna biru muda

b. Disaring
• Uji Dengan Asam Asetat
Prosedur Hasil Pengamatan
2 ml saliva + 1 tetes asam asetat Penggumpalan dan endapan
• Uji Sifat dan Susunan Air Liur
Prosedur Hasil Pengamatan
Campurkan air liur dengan larutan pati 1 % Tidak ada perubahan, karena saliva tidak
dengan perbandingan 1 : 1 → panaskan → disaring
amati perubahan
• Uji Pengaruh pH Terhadap Kerja Amilase Air liur (Tidak Disaring)
Prosedur Hasil Pengamatan
2 ml larutan pati 1 % + air liur yang
tidak disaring 2 ml → panaskan →
bagi 2 → isi larutan
- Tabung 1 + 1 tetes iodium
- Tabung 2 + 1 tetes benedict
Iodium Benedict
(Tabung 1): 2 ml larutan HCl 0,4 % Munculnya suatu larutan di Terdapat gumpalan
permukaan
(Tabung 2): 2 ml larutan asam laktat Terdapat gumpalan yang Terdapat gumpalan
mengapung
(Tabung 3): 2 ml aquades Terdapat gumpalan Larutan menjadi keruh
(Tabung 4): 2 ml larutan Na2CO3 Tidak ada Larutan jernih
LANDASAN TEORI
Air susu merupakan cairan terbaik bagi seorang bayi. Air susu memiliki unsur komposisi
yang tepat untuk melindungi bayi dari berbagai macam penyakit infeksi. Bayi yang baru lahir
secara alamiah memiliki immunoglobin dan plasenta. Immunoglobin ini akan cepat menurun
segera setelah bayi lahir, sedangkan tubuh bayi baru lahir belum mampu membentuk
immunoglobin tersebut. Kondisi ini akan berkurang apabila bayi mendapatkan air susu, karena air
susu adalah cairan yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur. Zat kekebalan dalam air susu diantaranya
secretory-IgA (sIgA), Lactobacillus bifidus, Laktoperoksidae, lisozim, dan lekosit akan
menurunkan resiko infeksi pada seluruh saluran.
(Fadilah, 2021)
Produksi air susu dikendalikan oleh interaksi berbagai hormone, prolactin menjadi
hormone dominan yang terlibat. Selama kehamilan, kadar progesterone yang tinggi menghambat
efek prolactin pada produksi air susu. Penurunan drastis kadar progesterone setelah melahirkan
memicu laktasi. Stimulasi puting ibu, injeksi oksitosin atau rangsangan manual, memicu pelepasan
prolactin dari hipofisis anterior dan oksitosin dari hipofisis posterior. Jalur sensorik lain dapat
memengaruhi lepasnya oksitosin selain dari rangsangan putting ibu. Pelepasan prolactin dari
hipofisis anterior menstimulasi produksi dan sekresi ASI, sementara pelepasan oksitosin dari
hipofisis posterior di dalam sel-sel mioepitelial payudara menghasilkan pelepasan air susu.
(Karima, 2019)
Dalam air susu terdapat suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam
organic yang disekresikan oleh kedua belah payudara ibu sebagai makanan utama bayi. Terdapat
kolostrum sebagai komposisi bayi yakni cairan yang pertama kali disekresikan oleh kelenjar
mamae yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae yang diproduksi sebelum dan
sesudah melahirkan. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi, tergantung dari hisapan bayi
pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi
bayi. Kolostrum juga mengandung protein, vitamin A yang tinggi, dan mengandung karbohidrat
serta lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi.
(Sirait, 2021)
Air liur adalah campuran kompleks cairan, elektrolit, enzim, dan makromolekul yang
berfungsi bersama untuk melakukan beberapa peran penting yaitu pelumasan untuk membantu
menelan dan pencernaan, metabolisme pati dengan amilase pada saliva, modulasi rasa,
perlindungan terhadap karies gigi, serta pertahanan melawan pathogen. Kelenjar saliva mayor
adalah kelenjar parotis, submandibular, dan sublingual. Kelenjar saliva minor adalah kelenjar yang
melapisi mukosa bibir, lidah, rongga mulut, dan faring.
(Djohan, 2020)
Enzim merupakan katalisator organic yang diproduksi oleh sel. Reaksi metabolisme dan
pertumbuhan sel akan terhambat jika tidak ada enzim. Ada beberapa jenis enzim dalam system
pencernaan, salah satunya yakni enzim amilase yang berfungsi untuk memecah ikatan pada
amilum sehingga terbentuknya maltose. Enzim ini terbagi menjadi tiga macam, yaitu alpha-
amilase, beta-amilase, dan gamma-amilase. Dalam ludah atau saliva serta pancreas terdapat enzim
alpha-amilase. Enzim ini akan memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum. Fungsi dari
semua kelenjar ludah adalah untuk membantu mencerna makanan dengan cara mengeluarkan suatu
secret yang disebut dengan saliva. Adapun pancreas adalah yang memiliki fungsi ganda sebagai
kelenjar eksokrin maupun endokrin. Sebagai kelenjar endokrin, pancreas berfungsi untuk
memproduksi hormone, sedangkan sebagai kelenjar eksokrin pancreas berfungsi untuk
mensekresikan enzim-enzim pancreas yakni enzim amilase, lipase, dan tripsin.
(Damira, 2021)
Air liur mengandung glikoprotein berupa musin yang bekerja sebagai pelumas pada waktu
mengunyah dan menekan makanan. Enzim αamilase liur atau ptialin mampu menghidrolisis pati
dan glikogen menjadi maltosa dan oligosakarida lain dengan menyerang ikatan glikosidat α(1→4).
Amilase liur akan segera terinaktivasi pada pH 4.0 atau kurang sehingga kerja pencernaan
makanan di dalam mulut akan terhenti begitu lingkungan lambung yang asam menembus partikel
makanan. Lalu adapun pancreas dibentuk dari dua sel dasar yang mempunyai fungsi sangat
berbeda yaitu sel eksokrin dan sel endokrin. Sel-sel eksokrin yang berkelompok-kelompok disebut
sebagai asini yang menghasilkan getah pancreas. Getah pancreas mengandung enzim-enzim yang
membantu mencerna makanan dalam usus halus. Setelah diproduksi, getah pancreas masuk ke
saluran utama pancreas dan mengalir ke duodenum. Saluran ini bergabung dengan saluran empedu
(common bile duct) yang menghubungkan pancreas dengan hepar dan kantung empedu. Sel-sel
endokrin terdiri atas sel alpha yang menghasilkan glucagon dan sel beta yang menghasilkan
insulin, keduanya penting untuk metabolism karbohidrat.
(Probosari, 2018)
PEMBAHASAN
Susu merupakan suatu cairan bergizi yang dihasilkan oleh kelenjar susu dari makhluk
hidup dan berperan sebagai sumber gizi utama bagi bayi sebelum mencerna makanan yang padat.
Susu disebut sebagai bahan pangan yang hampir sempurna karena kandungan gizi yang lengkap.
Sebagian besar zat gizi yang essensial terdapat pada susu diantaranya adalah protein, kalsium,
fosfor, vitamin A, dan tiamin (vitamin B). Kandungan susu yang lengkap memengaruhi
karakteristiknya, dimana akan menjadi bahan yang mudah terkontaminasi sarana tumbuh mikrobia
dan memiliki daya simpan yang rendah. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui
metabolisme serta pH pada air susu juga air liur.
Susu ini sendiri dapat diolah menjadi berbagai macam olahan pangan. Produk olahan pada
susu memanfaatkan beberapa komponen yang terdapat dalam susu, diantaranya vitamin, lemak,
protein, laktosa, dan mineral. Komponen protein pada susu dapat diolah menjadi keju, sedangkan
komponen lemak pada susu dapat diolah menjadi butter ataupun mentega. Berat jenis normal dan
sesuai standar pada susu adalah 1,028-1,030 g/ml. Berat jenis susu dipengaruhi oleh kandungan
yang terlarut didalam susu. Semakin banyak senyawa yang terdapat dalam susu, maka berat jenis
susu akan meningkat. Pada praktikum ini didapatkan berat jenis susu 1,023 g/ml. Selanjutnya
adapun uji pH pada air susu yang bertujuan untuk mengetahui nilai pH pada susu segar dan
menggunakan indicator universal. Susu segar bersifat ampoter yakni dapat bersifat asam dan basa,
sebagian asam yang terdapat pada susu adalah asam laktat, dengan standar pH normal susu adalah
antara 6,3-6,8 yang ditetapkan oleh SNI 2011. Pada praktikum uji pH susu didapatkan nilai pH
adalah 6, kemudian didiamkan beberapa saat lalu dilakukan pengecekkan pH kembali didapatkan
pH tetap bernilai 6 dan warna tidak berubah. Selanjutnya adapun uji biuret yang digunakan untuk
menentukan sifat-sifat kasein yang terdapat dalam susu. Dalam praktikum ini didapatkan
perubahan warna menjadi merah muda hingga pink, perubahan warna tersebut merupakan reaksi
antara Cu dari CuSO4 dengan nitrogen yang dilepaskan dari ikatan peptide pada protein dengan
bantuan basa kuat atau NaOH. Kemudian adapun uji kelarutan kasein dimana kasein merupakan
protein jenis phospoprotein yakni terdiri dari beberapa unit asam amino yang terikat dengan ikatan
peptida. Di dalamnya tidak hanya terdiri dari zat-zat organik, melainkan mengandung juga zat-zat
anorganik seperti kalsium, phosphor, dan magnesium. Pada uji kelarutan kasein ini didapatkan
pada tabung yang dicampurkan dengan HCl mengalami penggumpalan, sedangkan yang dicampur
dengan dua larutan lain tidak mengalami penggumpalan. Penggumpalan susu yang ditambahkan
dengan larutan asam terjadi karena didalam susu terdapat kasein dan kasein ini akan menggumpal
apabila ditambahkan oleh beberapa penggumpalan kimia, diantaranya adalah asam, kalsium,
magnesium klorida, dan glukana dilakton.
Kemudian praktikum selanjutnya adalah pada air liur. Makanan yang masuk ke dalam
mulut biasanya masih berbentuk potongan atau keratan yang mempunyai ukuran relatif besar dan
tidak dapat diserap langsung oleh dinding usus. Oleh karena itu sebelum siap diserap oleh dinding
usus makanan tersebut harus melewati sistem pencernaan makanan yang terdiri atas beberapa
organ tubuh, yaitu mulut, lambung, dan usus dengan bantuan pankreas dan empedu. Dalam mulut
makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah. Selama penghancuran
secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar mulut mengeluarkan cairan yang
disebut saliva atau ludah. Uji pertama yang dilakukan adalah uji pH pada air liur dengan
menggunakan indicator universal, hasil yang didapatkan adalah 7 dalam artian normal. Selanjutnya
adalah uji biuret pada saliva yang bertujuan untuk mengidentifikasi adanya ikatan peptide pada
suatu protein dan CuSO4 bereaksi dengan senyawa alkali yang mengandung banyak peptide akan
membentuk kompleks berwarna ungu, kepekatan warna yang didapat menunjukkan jumlah ikatan
peptide pada protein tersebut. Pada uji biuret ini didapatkan perubahan warna menjadi biru muda.
Lalu uji asam asetat pada air liur mendapatkan hasil adanya endapan juga penggumpalan.
Perubahan warna pada uji biuret dan pembentukkan gumpalan atau endapan pada uji asam asetat
pada air liur menunjukkan adanya protein di dalam air liur. Protein akan menjadi endapan atau
gumpalan apabila ditambahkan dengan larutan asam dan akan membentuk perubahan warna
apabila terjadi ikatan antara Cu dengan N pada larutan CuSO4 0,1 %. Dan Adapun uji yang
dilakukan adalah pengaruh pH terhadap kerja amilase air liur tanpa disaring hasil yang didapatkan
adanya gumpalan yang mengapung pada uji iodium dan terdapat gumpalan pada uji benedict yakni
pada larutan asam laktat, sedangkan pada larutan HCl 0,4% pada uji iodium hanya muncul suatu
larutan di permukaan, pada aquades hasil yang didapatkan terdapat gumpalan namun larutan
menjadi keruh pada uji benedict, dan yang terakhir pada larutan Na2CO3 tidak terdapat apapun di
iodium dan larutan menjadi jernih pada uji benedict.
Air liur mengandung glikoprotein berupa musin yang bekerja sebagai pelumas pada waktu
mengunyah dan menekan makanan. Enzim αamilase liur atau ptialin mampu menghidrolisis pati
dan glikogen menjadi maltosa dan oligosakarida lain dengan menyerang ikatan glikosidat α(1→4).
Amilase liur akan segera terinaktivasi pada pH 4.0 atau kurang sehingga kerja pencernaan
makanan di dalam mulut akan terhenti begitu lingkungan lambung yang asam menembus partikel
makanan.
DOKUMENTASI

Uji pH air susu : 6 Uji pH air liur : 7


Uji kelarutan kasein air susu Uji biuret air liur

Uji air liur terhadap asam asetat, susunan dan sifat, serta pengaruh kerja amilase

Uji berat jenis air susu Uji biuret air susu Uji pH air susu
KESIMPULAN
Susu sebagai bahan makanan yang mengandung zat-zat makanan atau zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sifatnya mudah dicerna dan diserap, sehingga baik sekali untuk
diminum. Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada susu akibat aktifitas dan pertumbuhan
mikroba. Nilai gizinya yang tinggi juga menyebabkan susu menjadi media yang sangat cocok bagi
mikroorganisme untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat
singkat susu menjadi tidak layak dikonsumsi bila tidak ditangani dengan benar. Tujuan dilakukan
percobaan ini adalah untuk uji pH menunjukkan bahwa sampel susu mempunyai nilai pH 6 dan
uji berat jenis menunjukkan bahwa susu dalam keadaan kurang baik. Susu tersebut mempunyai
bau yang khas, rasa yang sedikit manis yang berasal dari laktosa dan tidak terlalu kental. Selain
itu, dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah. Selama
penghancuran secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar mulut mengeluarkan
cairan yang disebut saliva atau ludah. Uji yang dilihat adalah untuk mengidentifikasi ikatan peptide
terhadap protein pada air liur yakni pada uji biuret.

DAFTAR PUSTAKA
Damira, dkk. (2021). “Aktivitas Enzim Amilase Pada Saliva dan Enzim Protease Pada
Sekret Pancreas Rana Esculenta”. Padang: Prosiding SEMNAS BIO.

Djohan, W. Sapto, H. (2020). “Diagnosis dan Penatalaksanaan Sialadenitis Bakteri”.


Lampung: JIMKI 8(2): 136-145.

Fadilah, T. Setiawati, D. (2021). “Aspek Imunologi Air Susu Ibu dan Covid-19”. Bandung:
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti 6(1): 44-67.

Karima, N. dkk. (2019). “Potensi Biji Fenugreek (Trigonella Foenum-Graecum L.)


Sebagai Terapi Komplementer Dalam Meningkatkan Produksi ASI”. Lampung: Medical Journal
of Lampung University 8(1): 261-267.

Probosari, E. (2018). “Penatalaksanaan Gizi Pada Pasien Dengan Cancer Pancreas”.


Semarang: JNH 6(1): 24-36.

Sirait, L. (2021). “ASI Sebagai Pertahanan Tubuh Bayi”. Jakarta: SEBATIK.

Anda mungkin juga menyukai