Disusun oleh:
Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia
yang diberikan, sehingga Laporan Praktikum Fisiologi 1 ini bisa terselesaikan dengan baik.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa laporan ini masi jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya laporan yang lebih baik lagi selanjutnya.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar
2. Praktikum Peran Neurotransmitter Pada Komponen Lengkung Refleks
Pendahuluan
Tujuan
Alat dan Bahan
Tata Kerja
Kesimpulan
3. Praktikum Mekanisme Sensorik
Pendahuluan
Tujuan
Alat dan Bahan
Tata Kerja
Hasil Praktikum
Pembahasan
Pertanyaan dan Jawaban
A. PERAN NEURONTRANSMITER PADA KOMPONEN
LENGKUNG REFLEKS
I. PENDAHULUAN
Neuron merupakan suatu sel yang berfungsi mengirimkan sinyal –
sinyal pada sel lain atau pun pada sesama sel neuron atau dengan sesama sel
neuron. Neuron membentuk sistem saraf. Sistem saraf adalah jaringan
komunikasi utama pada tubuh manusia.
Neurotansmiter merupakan pembawa pesan kimia yang berfungsi
menghantarkan rangsang dan terdapat dua jenis rangsang, yaitu rangsang
langsung dan rangsang tak langsung.
Proses Kerja
Letakkan sediaan otot-saraf pada gelas arloji yang kosong dan carilah
ambang rangsang tak langsung dengan mengobservasi adanya kontraksi otot
akibat perangsangan tersebut. Catatlah besar ambang rangsang tak langsung.
Carilah juga ambang rangsang langsung dengan mengobservasi adanya
kontraksi otot akibat perangsangan tersebut. Catatlah besar ambang rangsang
langsung.
Rendamlah otot dari sediaan otot-saraf tersebut di atas dalam larutan Ringer
selama ±3 menit.
Pindahkan/rendam otot dari sediaan otot-saraf tersebut dalam larutan Ringer
tanpa kalsium selama ±10 menit.
Pindahkan sediaan otot-saraf tersebut pada gelas arloji kosong dan beri
rangsang tak langsung dengan intensitas ambang rangsang dan 0,5 v lebih
besar daripada ambang rangsang yang didapat pada langkah #1.
Rendamlah kembali otot dari sediaan otot-saraf tersebut dalam larutan Ringer
selama ±10 menit.
Pindahkan/rendam otot dari sediaan otot-saraf tersebut ke dalam larutan
tubo-kurarin 2% selama ±10 menit.
Pindahkan sediaan otot-saraf tersebut pada gelas arloji kosong dan rangsang
kembali secara tak langsung dan langsung dengan intensitas ambang
rangsang dan 0,5V lebih besar daripada ambang rangsang yang didapat pada
langkah #1 dan #2.
Hasil
Larutan Ringer
Rangsang langsung 1 volt
Rangsang tak langsung 0,5 volt
Data di atas adalah hasil percobaan yang kami dapatkan, ketika sediaan otot-
saraf diberi rangsang langsung (otot) sebesar 1 volt maka terjadi kontraksi
pada sediaan otot katak sedangkan untuk rangsang tak langung (saraf) hanya
membutuhkan 0,5 volt saja. Hal ini membuktikan bahwa rangsang tak
langsung tidak memerlukan rangsangan yang lebih kuat untuk menggerakkan
atau membuat kontraksi pada sediaan otot katak.
PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan rangsang tak langsung?
2. Apa yang dimaksud dengan rangsang langsung?
3. Setelah otot direndam dengan larutan Ringer tanpa kalsium, apa yang
diharapkan terjadi pada perangsangan tak langsung?
4. Bagian mana dari sediaan otot-saraf yang dapat dipengaruhi oleh larutan
tubo-kurarin?
5. Setelah otot direndam dengan tubo-kurarin, apa yang diharapkan terjadi pada
perangsangan tak langsung dan langsung?
JAWABAN
Rangsang tak langsung
Rangsang yang yang diberikan olehs yaraf dan otot pada katak.
Rangsang langsung
Rangsang yang diberikan langsung kejaringan otot pada katak tanpa
diberikan pada syaraf.
Setelah otot di rendam dengan larutan ringer tanpakalsium dan diberikan
rangsang, otot akan berkontraksi dengan voltase yang lebih besar karena
larutan ringer tanpa kalsium akan menyebabkan otot akan berkontraksi lebih
lemah dan membutuhkan ambang rangsang yang lebihtinggi. Jikadiberikan
larutan ringer dengan kalsium, akan menyebabkan otot lebih mudah
berkontraksi karena kalsium membantu otot untuk depolarisasi dan
melakukan kontraksi.
Tubo-kurarin adalah suatu zat inhibitor kompetitif pada reseptornikotinin
asetilkolin pada postsinaps motor end plate sehingga neurotransmitter
asetilkolin tidak bias berikatan dengan reseptornya, karena reseptor telah
berikatan dengan inhibitor tersebut.
Setelah sediaan direndam dengan larutan tubo-kurarin dan diberikan
rangsang tidak langsung maupun rangsang langsung, mendapatkan hasil
bahwa tidak ada perubahan berupa kontraksi pada otot.
V. KESIMPULAN
Pemberian rangsang secara tidak langsung pada katak membutuhkan voltase
yang lebih kecil dari rangsang langsung, karena pemberian rangsang tidak
langsung melibatkan 1 motor unit, yaitu otot dan syaraf sehingga dengan
voltase kecil akan menyebabkan otot berkontraksi lebih cepat karena
rangsang juga diberikan oleh syaraf dan menyebar ke seluruh bagian motor
unit tersebut. Ambang rangsang minimal yang diberikan pada rangsang tidak
langsung juga lebih rendah dari pemberian rangsang langsung.
B. MEKANISME SENSORIK
I. PENDAHULUAN
Dalam sistem sensorik, integrasi itu berarti terjadinya korelasi antara impuls-impuls
saraf yang timbul sebagai akibat rangsangan pada permukaan atau bagian dalam tubuh
jasad tersebut, sedangkan dalam sistem motorik, integrasi itu meliputi koordinasi impuls-
impuls motorik, sehingga kegiatan-kegiatan otot dan kelenjar dapat diatur secara
harmonis dan efisien1.
3. Lokalisasi Taktil
a. Tutup mata OP dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jari.
b. Kemudian perintahkan OP untuk melokalisasikan tempat yang baru
dirangsang tadi dengan ujung pensil pula.
c. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.
d. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-ratanya untuk
kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, dan tengkuk.
7. Tafsiran Sikap
a. Perintahkan OP untuk duduk dan meutup mata.
b. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah OP ke dekat kepalanya, ke
dekat dadanya, ke dekat lututnya, dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.
c. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan OP.
d. Perintahkan OP untuk menyentuh telinga, hidung, dan dahinya
menggunakan telunjuknya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali
mengangkat lurus lengannya.
e. Perhatikan apakah ada kesalahan.
V. HASIL PRAKTIKUM
1. Perasaan Subjektif Panas dan Dingin
Kesan OP pada langkah kerja #a, #b, #c adalah:
Pada suhu 20°C OP merasakan tangan kanannya dingin
Pada suhu 40°C OP merasakan tangan kirinya hangat
Pada suhu 30°C OP merasakan tangan kanan yang awalnya dingin berubah
menjadi hangat dan tangan kiri yang awalnya hangat menjadi dingin.
3. Lokalisasi Taktil
Pada kulit terdapat mekanoreseptor yang menerima stimulus sentuhan
dan tekanan, mekanoreseptor tersebut menerima rangsang hanya dari
permukaan kulit tertentu yang mengelilinginya (area reseptif).
Bentuk Benda
Dari percobaan tersebut, OP mampu menyebutkan bentuk benda-benda
yang diberikan. Seperti bentuk beras yang sangat kecil.
Bahan Pakaian
Dari percobaan tersebut, OP mampu menyebutkan sifat dari bahan-
bahan pakaian yang diberikan.
7. Tafsiran Sikap
Dalam praktikum kedua, saat kulit punggung tangan OP yang diolesi alcohol ditiup
terasa lebih dingin, hal tersebut disebabkan karena alcohol lebih mudah menguap dan
disertai kalor yang didapatkan pada permukaan kulit.
Dalam praktikum ketiga yang berperan adalah mekanoreseptor yang mengambil peran
untuk merespon tekanan, getaran, kinestesi, dan yang berkaitan dengan indra peraba.
Dalam praktikum keempat memakai dua titik yang terkadang akan menyebabkan
kesulitan dalam pembedaannya. Lokalisasi dua titik lebih peka pada bagian yang
menonjol, seperti bibir, hidung, mata, ujung jari, dan telinga.
Dalam praktikum kelima, saat pensil dijepit di antara daun telinga dan kepala, telinga
beradaptsi terhadap beban yang diberikan. Sehingga saat pensil tersebut diangkat, telinga
tersebut akan terasa lebih ringan karena beban telah hilang.
P-MS.2 Apakah ada perbedaan antara ketiga hasil tindakan pada langkah #d, #e,
dan #f? Apa sebabnya?
Ada. Berubahnya rangsangan yang datang membuat tangan merasakan respon
yang berbeda-beda juga. Pada prosedur #d (sejuk), #e (dingin), dan #f (lebih
dingin) karena eter menyerap kalor di permukaan.
2. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit
P-MS.3 Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang
oleh benda panas? Bagaimana keterangannya?
Apabila titik dingin dirangsang oleh benda panas akan tetap terasa dingin
begitu pula sebaliknya apabila titik panas dirangsang oleh benda yang dingin
akan terasa panas. Karena titik-titik rangsang terdapat pada titik-titik tertentu.
Pada percobaan ketika di beri rangsangan dingin dan panas pada titik yang
sama maka akan terasa kedua-duanya ataupun adanya sensasi bingung yang
timbul karena kita sulit membedakan mana yang panas dan yang dingin.
Berdasarkan hukun Johannes Muller, kesan yang diperoleh bergantung pada
jenis reseptor bukan pada jenis rangsangan.
3. Lokalisasi Taktil
P-MS.4 Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk
seluruh bagian tubuh?
Tidak, kemampuan tersebut berbeda karena reseptor taktil adalah
mekanoreseptor yang berespon terhadap perubahan bentuk dan penekanan
fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila
depolarisasi cukup besar maka akan memunculkan potensial aksi dan
menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak. Berbeda reseptor taktilnya,
berbeda juga kecepatan mengirim impulsnya. Semakin distal bagian tubuh
maka akan semakin sensitive dalam melokalisasi taktil.
Contoh: ujung jari dan bibir lebih sensitif karena memiliki reseptor yang lebih
padat
7. Tafsiran Sikap
P-MS.9 Apa nama kelainan neurologis yang diderita oleh orang yang membuat
kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta?
Disdiadokokinesia
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1
Sukardi, E. 1984. Neuroanatomi Medica. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
2
Brililiantina, L., Widjajakusumah, D., Hapsari, AF., et al. 2018. Buku Panduan Praktikum
Modul Neuroendocrine & Metabolism. Tangerang Selatan: Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.