Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

“PERAN NEUROTRANSMITER PADA KOMPONEN


LENGKUNG REFLEKS DAN MEKANISME SENSORIK”

Disusun oleh:

1. Afif Fadhiil Dzaki 11181330000002


2. Shafiya Fatiha Rahmi 11181330000023
3. Syarifah Miftahul Janna 11181330000024
4. Akbar Fatahillah 11181330000025
5. Nagatha Goldie Melanie 11181330000034
6. Vina Sulistiawati 11181330000048
7. Nadiya Rahmi 11181330000076
8. Wipan Kurniawan 11181330000080
9. Annisa Ayu Wardhani 11181330000094
10. Muhammad Hafidz Miftahuddin 11181330000113
11. Annisa Akmalia Julerezky 11181330000118
12. Tiara Alfiattutthoyyibah 11181330000129
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia
yang diberikan, sehingga Laporan Praktikum Fisiologi 1 ini bisa terselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya


kepada para dosen yang telah membimbing kami dalam melaksanakan praktikum fisiologi,
kami ucapkan juga terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga laporan ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.

Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa laporan ini masi jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya laporan yang lebih baik lagi selanjutnya.

Tangerang Selatan, 14 Desember 2018

Kelompok 9
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar
2. Praktikum Peran Neurotransmitter Pada Komponen Lengkung Refleks
 Pendahuluan
 Tujuan
 Alat dan Bahan
 Tata Kerja
 Kesimpulan
3. Praktikum Mekanisme Sensorik
 Pendahuluan
 Tujuan
 Alat dan Bahan
 Tata Kerja
 Hasil Praktikum
 Pembahasan
 Pertanyaan dan Jawaban
A. PERAN NEURONTRANSMITER PADA KOMPONEN
LENGKUNG REFLEKS

I. PENDAHULUAN
Neuron merupakan suatu sel yang berfungsi mengirimkan sinyal –
sinyal pada sel lain atau pun pada sesama sel neuron atau dengan sesama sel
neuron. Neuron membentuk sistem saraf. Sistem saraf adalah jaringan
komunikasi utama pada tubuh manusia.
Neurotansmiter merupakan pembawa pesan kimia yang berfungsi
menghantarkan rangsang dan terdapat dua jenis rangsang, yaitu rangsang
langsung dan rangsang tak langsung.

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Memahami peran neurotransmiter pada penghantaran impuls dari
sarafke efektor.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Sediaan otot-saraf katak
2. 3 buah gelas arloji
3. Stimulator dengan elektroda perangsang
4. Larutan Ringer
5. Peralatan bedah minor
6. Benang secukupnya
7. Penusuk katak
8. Jarum pentul
9. Papan Paraffin

IV. TATA KERJA


 Menyiapkan Sediaan otot-saraf katak
1. Memegang katak dengan menekuk bagian kepala dan punggung katak antara
jari jempol dan telunjuk
2. Menusuk kepala katak bagian foramen magnum dengan penusuk katak untuk
mematikan saraf pusat
3. Hingga masuk ke dalam kepala katak mengenai otak katak, korek-korek otak
katak ke kiri dan kanan
4. Menarik penusuk katak, beri rangsangan ke mata katak dengan mengusapkan
penusuk katak, jika saraf pusat (otak) katak telah rusak maka mata katak
tidak memberikan respon seperti berkedip
5. Memegang katak dengan menekuk bagian punggung dandan kepala katak
antara jari jempol dan telunjuk
6. Menusuk punggung katak bagian kanal sentralis dengan penusuk katak untuk
mematikan saraf tepi
7. Hingga masuk ke sumsum tulang belakang, maka otot katak akan tegang dan
katak mengalami kejang
8. Menarik penusuk katak, beri rangsangan pada kaki dengan menekan kaki
katak, Jika saraf tepi (spinal cord) katak telah rusak, maka katak tidak
memberikan pergerakan seperti meloncat atau bergerak
9. Menusuk keempat kaki katak dengan jarum pentul di papan paraffin dengan
posisi pronasi
10. Menguliti katak pada bagian atas tendon Achilles hingga pangkal femur
11. Jangan lupa untuk selalu meneteskan larutan ringer sewaktu membuat
sediaan otot-saraf katak
12. Memotong otot pada bagian femur katak hingga terlihat n. ischiadicus, dan
jangan memotong sarafnya
13. Menelusuri kemudian memotong n. ischiadicus hinggan bagian terdekat
dengan spinal cord,
14. Memotong bagian femur dekat lutut, sehingga kita mendapatkan sediaan oto-
saraf katak

 Proses Kerja
 Letakkan sediaan otot-saraf pada gelas arloji yang kosong dan carilah
ambang rangsang tak langsung dengan mengobservasi adanya kontraksi otot
akibat perangsangan tersebut. Catatlah besar ambang rangsang tak langsung.
 Carilah juga ambang rangsang langsung dengan mengobservasi adanya
kontraksi otot akibat perangsangan tersebut. Catatlah besar ambang rangsang
langsung.
 Rendamlah otot dari sediaan otot-saraf tersebut di atas dalam larutan Ringer
selama ±3 menit.
 Pindahkan/rendam otot dari sediaan otot-saraf tersebut dalam larutan Ringer
tanpa kalsium selama ±10 menit.
 Pindahkan sediaan otot-saraf tersebut pada gelas arloji kosong dan beri
rangsang tak langsung dengan intensitas ambang rangsang dan 0,5 v lebih
besar daripada ambang rangsang yang didapat pada langkah #1.
 Rendamlah kembali otot dari sediaan otot-saraf tersebut dalam larutan Ringer
selama ±10 menit.
 Pindahkan/rendam otot dari sediaan otot-saraf tersebut ke dalam larutan
tubo-kurarin 2% selama ±10 menit.
 Pindahkan sediaan otot-saraf tersebut pada gelas arloji kosong dan rangsang
kembali secara tak langsung dan langsung dengan intensitas ambang
rangsang dan 0,5V lebih besar daripada ambang rangsang yang didapat pada
langkah #1 dan #2.
 Hasil

Larutan Ringer
Rangsang langsung 1 volt
Rangsang tak langsung 0,5 volt

Data di atas adalah hasil percobaan yang kami dapatkan, ketika sediaan otot-
saraf diberi rangsang langsung (otot) sebesar 1 volt maka terjadi kontraksi
pada sediaan otot katak sedangkan untuk rangsang tak langung (saraf) hanya
membutuhkan 0,5 volt saja. Hal ini membuktikan bahwa rangsang tak
langsung tidak memerlukan rangsangan yang lebih kuat untuk menggerakkan
atau membuat kontraksi pada sediaan otot katak.

 PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan rangsang tak langsung?
2. Apa yang dimaksud dengan rangsang langsung?
3. Setelah otot direndam dengan larutan Ringer tanpa kalsium, apa yang
diharapkan terjadi pada perangsangan tak langsung?
4. Bagian mana dari sediaan otot-saraf yang dapat dipengaruhi oleh larutan
tubo-kurarin?
5. Setelah otot direndam dengan tubo-kurarin, apa yang diharapkan terjadi pada
perangsangan tak langsung dan langsung?

 JAWABAN
 Rangsang tak langsung
Rangsang yang yang diberikan olehs yaraf dan otot pada katak.
 Rangsang langsung
Rangsang yang diberikan langsung kejaringan otot pada katak tanpa
diberikan pada syaraf.
 Setelah otot di rendam dengan larutan ringer tanpakalsium dan diberikan
rangsang, otot akan berkontraksi dengan voltase yang lebih besar karena
larutan ringer tanpa kalsium akan menyebabkan otot akan berkontraksi lebih
lemah dan membutuhkan ambang rangsang yang lebihtinggi. Jikadiberikan
larutan ringer dengan kalsium, akan menyebabkan otot lebih mudah
berkontraksi karena kalsium membantu otot untuk depolarisasi dan
melakukan kontraksi.
 Tubo-kurarin adalah suatu zat inhibitor kompetitif pada reseptornikotinin
asetilkolin pada postsinaps motor end plate sehingga neurotransmitter
asetilkolin tidak bias berikatan dengan reseptornya, karena reseptor telah
berikatan dengan inhibitor tersebut.
 Setelah sediaan direndam dengan larutan tubo-kurarin dan diberikan
rangsang tidak langsung maupun rangsang langsung, mendapatkan hasil
bahwa tidak ada perubahan berupa kontraksi pada otot.
V. KESIMPULAN
Pemberian rangsang secara tidak langsung pada katak membutuhkan voltase
yang lebih kecil dari rangsang langsung, karena pemberian rangsang tidak
langsung melibatkan 1 motor unit, yaitu otot dan syaraf sehingga dengan
voltase kecil akan menyebabkan otot berkontraksi lebih cepat karena
rangsang juga diberikan oleh syaraf dan menyebar ke seluruh bagian motor
unit tersebut. Ambang rangsang minimal yang diberikan pada rangsang tidak
langsung juga lebih rendah dari pemberian rangsang langsung.
B. MEKANISME SENSORIK

I. PENDAHULUAN
Dalam sistem sensorik, integrasi itu berarti terjadinya korelasi antara impuls-impuls
saraf yang timbul sebagai akibat rangsangan pada permukaan atau bagian dalam tubuh
jasad tersebut, sedangkan dalam sistem motorik, integrasi itu meliputi koordinasi impuls-
impuls motorik, sehingga kegiatan-kegiatan otot dan kelenjar dapat diatur secara
harmonis dan efisien1.

Pada praktikum mekanisme sensorik ini, akan ditunjukkan bagaimana saraf-saraf


yang tersebar merata dalam tubuh manusia saling berkoordinasi dengan jaringan-jaringan
tubuh lainnya dalam menerima rangsangan dan proses penanggapannya.

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Setelah praktikum ini, mahasiswa dapat:
1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin.
2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit.
3. Memeriksa daya (kemampuan) menentukan tempat rangsangan taktil
(lokalisasi taktil).
4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriinasi taktil) pada
perangsangan serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksesif)
5. Menentukan adanya perasaan iringan (after image) dan menerangkan
mekanisme terjadinya after image.
6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:
a. Kekasaran permukaan
b. Bentuk
c. Bahan pakaian
7. Memeriksa daya menentukan sikap anggota tubuh2.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Tiga baskom dengan air bersuhu 20°C, 30°C, 40°C
2. Gelas Beaker dan termometer kimia
3. Es
4. Alkohol atau eter
5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut
Frey + jarum
6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil +bahan-bahan
pakaian
IV. TATA KERJA
1. Perasaan Subjektif Panas dan Dingin
a. Siapkan tiga baskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira
20°C. 30°C, 40°C.
b. Minta orang percobaan (OP) untuk memasukkan tangan kanannya ke dalam
air bersuhu 20°C dan tangan kirinya ke dalam air berushu 40°C selama
kurang lebih 2 menit. Catat kesan apa yang dialami OP.
c. Kemudian minta op untuk segera memasukkan kedua tangan itu serentak ke
dalam air bersuhu 30°C. Catat kesan apa yang dialami OP.
d. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan OP yang kering dari jarak ±10
cm.
e. Kemudian basahi kulit punggung tangan OP dengan air dan tiup sekali lagi
dengan kecepatan seperti pada langkah #d.
f. Olesi sebagian kulit punggung tangan OP dengan alkohol atau eter dan tiup
sekali lagi dengan kecepatan seperti pada langkah #d.
g. Bandingkan kesan yang dialami OP pada hasil tiupan pada langkah #d, #e, #f.

2. Titik-Titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit


a. Minta OP untuk meletakkan punggung tangan kanannya di atas sehelai kertas
dan Tarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat gambar
tangan.
b. Pilih dan gambarkan di telapak tangan kanan OP itu suatu daerah seluas 3 cm
x 3 cm dan gambarkan pula daerah itu di gambar tangan pada kertas.
c. Tutup mata OP dan letakkan punggung tangan kanannya santai di atas meja.
d. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajajr titik-titik yang
memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan
menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam
air bersuhu 50°C. Tandai dengan tinta titik-titik panas yang diperoleh.
e. Ulangi langkah #d dengan kerucut kuningan yang ditempatkan dalam bejana
berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es. Tandai dengan tinta
titik-titik dingin yang diperoleh.
f. Lakukan pula percobaan menurut cara di atas: titik-titik yang memberikan
kesan tekan dengan menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik
yang memberikan kesan nyeri dengan menggunakan jarum. Tandai dengan
tinta titik-titik dan nyeri yang diperoleh.
g. Gambarkan dengan simbol yang berbeda untuk kesan masing-masing semua
titik yang diperoleh pada lukisan tangan di kertas.

3. Lokalisasi Taktil
a. Tutup mata OP dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jari.
b. Kemudian perintahkan OP untuk melokalisasikan tempat yang baru
dirangsang tadi dengan ujung pensil pula.
c. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.
d. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-ratanya untuk
kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, dan tengkuk.

4. Diskriminasi Taktil (Ambang Membedakan 2 Titik Rangsang Taktil)


a. Ambil dan renggangkan sebuah jangka yang tersedia sehingga kedua
ujungnya berjarak ±1cm (sesuai dengan ukuran jari telunjuk OP).
b. Instruksikan OP untuk menutup mata dan letakkan secara simultan
(bersamaan waktunya) kedua ujung jangka pada ujung jari telunjuk OP (bila
ujung jari telunjuk OP tidak dapat digunakan, gunakanlah ujung jari lainnya)
dan mintalah OP untuk mengidentifikasi jumlah rangsang (1 atau 2 titik
rangsang) yang menekan/merangsang ujung jarinya.
c. Dekatkanlah kedua ujung jangka secara bertahap dan ulangilah langkah #b
sampai OP tidak dapat lagi membedakan kedua ujung jangka sebagai 2 titik
rangsang. Arah gerakan harus tegak lurus terhadap garis yang
menghubungkan kedua ujung jangka. Catatlah ambang rangsang OP dalam
membedakan 2 titik rangsang taktil.
d. Ulangi langkah #a s.d. #c, namun dengan kedua ujung jangka diletakkan
secara suksesif (berurutan), yaitu satu ujung diletakkan lebih dahulu
daripada ujung lainnya.
e. Catatlah hasil pemeriksaan ambang membedakan 2 titik rangsang ini baik
dengan cara perangsangan simultan maupun suksesif.
f. Tentukan juga dengan cara yang sama (perangsangan simultan dan
suksesif) ambang dua titik di tengkuk, bibir, pipi, dan lidah.
g. Catatlah apa yang dialami OP.

5. Perasaan Iringan (After Image)


a. Letakkan sebuah pensil di antara kepala dan daun telinga OP dan biarkan di
tempat itu selama saudara melakukan percobaan F.
b. Setelah selesai dengan percobaan F, angkatlah pensil tersebut dari telinga
OP dan catatlah apa yang dirasakan OP setelah pensil itu dilepaskan.

6. Kemampuan Membedakan Berbagai Sifat Benda


Kekasaran Permukaan Benda
a. Dengan mata tertutup, perintahkan OP untuk meraba-raba permukaan
amplas yang memiliki kekasaran yang berbeda-beda.
b. Perhatikan kemampuan OP untuk membedakan derajat kekasaran amplas
c. Kemudian, perintahkan OP untuk meraba-raba berbagai jenis bahan pakaian
uang saudara berikan.
d. Perintahkan OP untuk setiap kali menyebutkan jenis/sifat bahan pakaian
yang dirabanya.
Bentuk Benda
a. Dengan mata tertutup, perintahkan OP untuk memegang-megang benda
kecil yang saudara berikan.
b. Perintahkan OP untuk menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.

7. Tafsiran Sikap
a. Perintahkan OP untuk duduk dan meutup mata.
b. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah OP ke dekat kepalanya, ke
dekat dadanya, ke dekat lututnya, dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.
c. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan OP.
d. Perintahkan OP untuk menyentuh telinga, hidung, dan dahinya
menggunakan telunjuknya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali
mengangkat lurus lengannya.
e. Perhatikan apakah ada kesalahan.

V. HASIL PRAKTIKUM
1. Perasaan Subjektif Panas dan Dingin
Kesan OP pada langkah kerja #a, #b, #c adalah:
Pada suhu 20°C OP merasakan tangan kanannya dingin
Pada suhu 40°C OP merasakan tangan kirinya hangat
Pada suhu 30°C OP merasakan tangan kanan yang awalnya dingin berubah
menjadi hangat dan tangan kiri yang awalnya hangat menjadi dingin.

Kesan OP pada langkah kerja #d, #e, #f adalah:


a. Kulit punggung tangan OP terasa dingin yang merata
b. Kulit punggung tangan OP yang sudah dibasahi dengan air, kemudian
ditiup, bagian kulit yang terkena air tidak terasa dingin, yang terasa dingin
hanya bagian samping yang tidak terkena air. Namun, ketika tidak ditiup,
kulit punggung tangan yang terkena air juga terasa dingin.
c. Kulit tangan OP yang telah diolesi alkohol terasa dingin dan rasa dingin
tersebut meningkat ketika kulit punggung tangan tersebut ditiup.

2. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit


Titik-titik tersebut memiliki reseptor yang berbeda-beda di kulit, yaitu:
1) Reseptor panas : Badan Ruffini
2) Reseptor dingin : Badan Krausse
3) Reseptor tekan : Badan Vater Paccini
4) Reseptor nyeri : Nociceptor
5) Rseptor sentuh : Badan Meissner

3. Lokalisasi Taktil
Pada kulit terdapat mekanoreseptor yang menerima stimulus sentuhan
dan tekanan, mekanoreseptor tersebut menerima rangsang hanya dari
permukaan kulit tertentu yang mengelilinginya (area reseptif).

Semakin padat reseptor di suatu daerah kulit, maka semakin banyak


juga area reseptif di suatu permukaan kulit tersebut. Ujung jari dan telapak
tangan memiliki lebih banyak jumlah mekanoreseptor dengan area reseptif
yang luas dibandingkan dengan daerah tengkuk, sehingga lebih mudah untuk
membedakan secara pasti dua titik rangsang di ujung jari daripada tengkuk.
4. Diskriminasi Taktil

Pada saat ujung jari diberi rangsangan, OP mampu mengidentifikasi


jumlah rangsangan dengan tepat. Namun, pada saat tengkuk diberi rangsangan
OP sulit untuk mengidentifikasi jumlah rangsangan. Kemudian saat diberi
rangsangan pada pipi, lidah, dan bibir, OP mampu mengidentifikasi jumlah
rangsangan yang diberikan.
5. Perasaan Iringan (after image)

Setelah melakukan percobaan ke-6 terlebih dahulu, telinga kanan OP


terasa lebih ringan daripada telinga kiri setelah pensil diangkat.

6. Kemampuan Membedakan Berbagai Sifat Benda


Kekasaran Permukaan Benda
Dari percobaan tersebut, OP mampu membedakan tingkat kekasaran
permukaan amplas yang berbeda-beda.

Bentuk Benda
Dari percobaan tersebut, OP mampu menyebutkan bentuk benda-benda
yang diberikan. Seperti bentuk beras yang sangat kecil.
Bahan Pakaian
Dari percobaan tersebut, OP mampu menyebutkan sifat dari bahan-
bahan pakaian yang diberikan.

7. Tafsiran Sikap

Saat lengan bawah OP digerakkan secara pasif ke dekat kepala, dada,


dan lututnya, OP mampu menyebutkan lokasi lengannya. Kemudian, saat OP
diberi perintah untuk menyentuh telinga, hidung, dan dahinya, OP mampu
menunjuk bagian tersebut dengan tepat. Namun ketika dipercepat, terjadi
beberapa kesalahan.
VI. PEMBAHASAN
Dalam praktikum pertama, saat terjadi perbedaan suhu yang dirasakan oleh tangan
kanan dan kiri secara bersamaan disertai dengan peningkatan serta penurunan kalor yang
terjadi saat kedua tangan dicelupkan pada baskom bersuhu 30°C. Hal tersebut
membuktikan bahwa Thermoreseptor cepat dalam menanggapi suhu yang berbeda secara
bersamaan. Thermoreseptor mengalami adaptasi sehingga tubuh berusaha untuk
menyeimbangkan suhu yang berbeda secara bertahap.

Dalam praktikum kedua, saat kulit punggung tangan OP yang diolesi alcohol ditiup
terasa lebih dingin, hal tersebut disebabkan karena alcohol lebih mudah menguap dan
disertai kalor yang didapatkan pada permukaan kulit.
Dalam praktikum ketiga yang berperan adalah mekanoreseptor yang mengambil peran
untuk merespon tekanan, getaran, kinestesi, dan yang berkaitan dengan indra peraba.

Dalam praktikum keempat memakai dua titik yang terkadang akan menyebabkan
kesulitan dalam pembedaannya. Lokalisasi dua titik lebih peka pada bagian yang
menonjol, seperti bibir, hidung, mata, ujung jari, dan telinga.

Dalam praktikum kelima, saat pensil dijepit di antara daun telinga dan kepala, telinga
beradaptsi terhadap beban yang diberikan. Sehingga saat pensil tersebut diangkat, telinga
tersebut akan terasa lebih ringan karena beban telah hilang.

Dalam praktikum ketujuh, OP mampu mengikuti arahan yang diberikan untuk


menentukan lokasi lengan dan menunjuk bagian tubuh yang diminta. Hal ini
menunjukkan bahwa koordinasi sistem saraf berjalan dengan baik.

VII. PERTANYAAN DAN JAWABAN


1. Perasaan Subjektif Panas dan Dingin
P-MS.1 Apakah ada perbedaan perasaan subjektif antara kedua tangan tersebut?
Apa sebabnya?
 Ada. Karena selain merespon tingkat temperatur yang tetap, indra suhu
berespon terhadap perubahan suhu. Sedangkan pada pengolesan sebagian
punggung tangan OP dengan alcohol memberikan kesan yang lebih dingin saat
ditiup, karena alkohol menyerap kalor di permukaannya.

P-MS.2 Apakah ada perbedaan antara ketiga hasil tindakan pada langkah #d, #e,
dan #f? Apa sebabnya?
 Ada. Berubahnya rangsangan yang datang membuat tangan merasakan respon
yang berbeda-beda juga. Pada prosedur #d (sejuk), #e (dingin), dan #f (lebih
dingin) karena eter menyerap kalor di permukaan.
2. Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit
P-MS.3 Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang
oleh benda panas? Bagaimana keterangannya?
 Apabila titik dingin dirangsang oleh benda panas akan tetap terasa dingin
begitu pula sebaliknya apabila titik panas dirangsang oleh benda yang dingin
akan terasa panas. Karena titik-titik rangsang terdapat pada titik-titik tertentu.
Pada percobaan ketika di beri rangsangan dingin dan panas pada titik yang
sama maka akan terasa kedua-duanya ataupun adanya sensasi bingung yang
timbul karena kita sulit membedakan mana yang panas dan yang dingin.
Berdasarkan hukun Johannes Muller, kesan yang diperoleh bergantung pada
jenis reseptor bukan pada jenis rangsangan.

3. Lokalisasi Taktil
P-MS.4 Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk
seluruh bagian tubuh?
 Tidak, kemampuan tersebut berbeda karena reseptor taktil adalah
mekanoreseptor yang berespon terhadap perubahan bentuk dan penekanan
fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila
depolarisasi cukup besar maka akan memunculkan potensial aksi dan
menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak. Berbeda reseptor taktilnya,
berbeda juga kecepatan mengirim impulsnya. Semakin distal bagian tubuh
maka akan semakin sensitive dalam melokalisasi taktil.
 Contoh: ujung jari dan bibir lebih sensitif karena memiliki reseptor yang lebih
padat

P-MS.5 Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat


rangsang taktil?
 Topognosia

4. Diskriminasi Taktil (Ambang Membedakan 2 Titik Rangsang Taktil)


P-MS.6 Apa artinya bila perangsangan oleh kedua ujung jangka memberi kesan
sebagai satu titik rangsang?
 Artinya bahwa jarak kedua ujung jangka berada di bawah ambang
membedakan dua titik rangsang (diskriminasi taktil)

5. Perasaan Iringan (After Image)


P-MS.7 Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?
 Sistem saraf memiliki sirkuit bolak balik (oscillatory) atau sirkuit reverberasi.
Dengan adanya sirkuit tersebut, rangsangan yang telah diteruskan oleh satu
neuron kembali lagi kepada neuron tersebut sehingga menimbulkan perasaan
iringan (after image).
6. Kemampuan Membedakan Berbagai Sifat Benda
P-MS.8 Apa nama kelainan neurologis yang diderita oleh orang yang membuat
kesalahan dalam membedakan sifat (ukuran, bentuk, kekasaran permukaan)
benda?
 Bentuk : Astereogsia (agnosia taktil)
 Berat : Baragnosia
 Kekasaran permukaan : Thigmanesthesia

7. Tafsiran Sikap
P-MS.9 Apa nama kelainan neurologis yang diderita oleh orang yang membuat
kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta?
 Disdiadokokinesia
VIII. DAFTAR PUSTAKA

1
Sukardi, E. 1984. Neuroanatomi Medica. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

2
Brililiantina, L., Widjajakusumah, D., Hapsari, AF., et al. 2018. Buku Panduan Praktikum
Modul Neuroendocrine & Metabolism. Tangerang Selatan: Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai