Oleh :
Kelompok 10
FAKULTAS KEDOKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita sehingga tugas laporan praktikum ini dapat selesai dengan lancar.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.
yang telah membawa kita ke zaman yang terang benderang ini.
Kami menyadari dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan
laporan ini. Terima Kasih.
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
II. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Memahami berbagai pengaruh keadaan hipoglikemia terhadap fungsi otak dan
kardiovaskuler.
Tujuan Perilaku Khusus
Menerangkan berbagai pengaruh keadaan hipoglikemia terhadap gerakan ikan Guppy.
II. Tujuan
Tujuan Intruksional Umum
1. Memahami perbedaan antara binatang homoiotermik dam poikilotermik.
2. Memahami cara mengukur suhu tubuh manusia.
3. Memahami cara menetapkan kelembapan relatif udara.
Tujuan Perilaku Khusus
1. Menerangkan pengaruh suhu keliling pada suhu tubuh binatang poikilotermik.
2. Menerangkan cara mengukur suhu ketiak dan suhu mulut.
3. Menerangkan pengaruh bernapas melalui mulut dan berkumur air es terhadap
suhu mulut.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dipandang dari kemampuannya mengatur suhu tubuh berkaitan dengan produksi panas,
binatang dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
a. Binatang Poikiloterm
Suhu tubuh binatang poikiloterm berubah-ubah tergantung pada suhu sekelilingnya,
sehingga peoses-proses vital di dalam tubuhnya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
suhu lingkungan. Termasuk binatang poikiloterm yaitu pisces, amphibi, dan reptile.
Suhu tubuh dari golongan binatang-binatang ini sedikit diatas suhu lingkungannya.
b. Binatang Homoioterm
Binatang Homoioterm suhu tubuhnya boleh dikatakan konstan, karena binatang ini
mempunyai sentrum pengatur suhu tubuh yang baik.
2
Bentuk penyesuaian fisiologinya adalah bahwa panas yang dihasilkan oleh tubuh akan
meningkat dengan menurunnya temperatur luar. Sebaliknya, temperatur sekitar (ambient
temperature) yang tinggi akan menurunkan jumlah panas yang panas yang dihasilkan oleh
tubuh. Hal itu dapat dikaitkan melambatnya aktivitas metabolisme, menurunnya luaran kerja,
dan menurunnya tonus otot. Secara umum, mekanisme yang berlangsung untuk menghasilkan
panas meliputi peningkatan aktivitas metabolisme jaringan, peningkatan aktivitas otot, dan
produksi panas (thermogenesis) tanpa aktivitas menggigil.
Panas dari dalam tubuh dapat ditransfer ke lingkungan luar. Demikian juga sebaliknya,
panas dari lingkungan luar dapat ditransfer ke dalam tubuh. Kecepatan transfer panas ke
dalam atau ke lingkungan luar tergantung pada 3 faktor yaitu :
a. Luas permukaan
b. Perbedaan suhu
c. Konduksi panas spesifik permukaan tubuh hewan
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau
diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi,
konveksi, konduksi dan evaporasi.
3
BAB III
ANALISIS MASALAH
4
II. Tata Kerja
1. Pengukuran Suhu Mulut
1.1. Bersihkan thermometer maksimum dengan alcohol.
1.2. Turunkan meniscus air raksa sampai di bawah skala dengan mengayun-
sentakkan thermometer tersebut beberapa kali.
1.3. Letakkan reservoir thermometer di bawah lidah dan suruh orang percobaan
(OP) menutup mulutnya rapat-rapat.
1.4. Setelah 3 menit, baca dan catat suhu mulut OP.
1.5. Turunkan meniscus air raksa sampai di bawah skala seperti butir 2.
1.6. Letakkan reservoir thermometer di bawah lidah OP seperti butir 3.
1.7. Baca dan catat suhu mulut OP setelah 6 menit.
2. Pengaruh Bernapas melalui Mulut dan Berkumur Air Es pada Suhu Mulut
2.1. Turunkan meniscus air raksa sampai di bawah skala seperti langkah 1.2.
2.2. Letakkan reservoir thermometer di bawah lidah OP.
2.3. Baca dan catat suhu mulut OP setelah 3 menit.
2.4. Suruh OP bernapas teanang melalui mulu selama 2 menit sambil menutup
lubang hidung. Segera setelah tindakan ini, ulangi langkah 1 s.d. 3.
2.5. Suruh OP berkumur berulang-ulang dengan air es selama 1 menit. Segera
setelah tindakan ini, ulangi langkah 1 s.d. 3.
5
5. Menetapkan Kelembapan Relatif Udara Ruangan
5.1. Bacalah suhu pada thermometer bola basah dan bola kering pada ruangan.
5.2. Kemudian bacalah kelembapan relatuf udara (%) pada psychrometric chart
berdasarkan suhu bola basah dan bola kering pada ruangan tersebut.
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Hasil
Insulin (tetes) Tindakan Glukagon (mL)
3 Jerky Movements 2
II. Pembahasan
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Insulin dapat menurunkan kadar glukosa, lemak dan asam amino dalam darah serta
mendorong penyimpanan nutrien-nutrien tersebut. Sewaktu molekul-molekul nutrien
ini memasuki darah dalam keadaan absorbtif, insulin meningkatkan penyerapannya
oleh sel dan konversi masing-masing menjadi glikogen, trigliserida, dan protein.
Hormon ini menjalankan efeknya yang beragam dengan mengubah transportasi nutrien
spesifik dari darah ke dalam sel atau dengan mengubah aktivitas enzim-enzim yang
terlibat dalam jalur metabolik tertentu (Sherwood)
Hampir seluruh energi yang digunakan oleh sel otak disuplai oleh glukosa yang
berasal dari darah, karena otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya mampu
sekitar dua menit menyimpan suplai glukosa dalam bentuk glikogen di neuron pada
setiap saat. Untuk mengambil glukosa dari darah, sel otak tidak membutuhkan insulin
seperti kebanyakan sel lainnya. Sel otak memperoleh glukosa dari darah secara difusi.
Ketika konsentrasi glukosa darah turun dari kisaran fisiologis, transport glukosa dari
pembuluh darah ke otak menjadi inadekuat untuk metabolisme energi dan fungsi otak.
Apabila terjadi hiperinsulinemia, maka konsentrasi glukosa darah menjadi sangat
rendah, karena kelebihan insulin menyebabkan hampir seluruh glukosa dalam darah
ditranspor secara cepat ke dalam sel-sel non-neural sensitif insulin ke seluruh tubuh,
khususnya sel-sel otot dan sel-sel hati. Apabila hal ini terjadi, maka glukosa yang
tertinggal dalam darah tidak cukup untuk mensuplai neuron-neuron dan fungsi mental
kemudian menjadi sangat terganggu, kadang-kadang sampai menebabkan koma, tetapi
lebih sering terjadi ketidakseimbangan mental dan gangguan psikotik.
Hiperinsulinemia dapat menyebabkan hipoglikemik pada otak. Simpanan
karbohidrat dalam jaringan saraf sangat terbatas, dan fungsi normal bergantung pada
pasokan glukosa yang kontinu. Bila kadar glukosa plasma turun gejala awal adalah
7
berdebar-debar, berkeringat dan kegelisahan karena efek saraf autonom. Pada kadar
plasma yang lebih rendah , gejala neuroglikopenik mulai muncul. Gejala-gejala ini
mencakup rasa lapar, kebingungan dan kelainan kognitif lain. Pada kadar glukosa
plasma yang lebih rendah lagi, terjadi letargi, koma, kejang dan akhirnya kematian
(Ganong)
I. Hasil
Suhu Tubuh
Mulut
Ketiak
3 menit 6 menit Bernapas Mulut Kumur Air Es
36.5oC 36,7oC 36,1oC 35oC 36,1oC
Suhu Katak
Tanpa Perlakuan Air Es Air Hangat
Ruangan Katak Air Katak Air Katak
o
24 C 22oC 10oC 12oC o
40 C 34oC
II. Pembahasan
P-SH.1. Apakah perbedaan antara thermometer maksimum (klinik) dengan
thermometer kimia?
P-SH.2. Apakah ada perbedaan antara hasil pemeriksaan 3 dan 6 menit? Jelaskan!
Ada, perbedaan terjadi karena ketika 3 menit perpindahan kalor tubuh masih belum
stabil sehingga masih berubah-ubah. Sedangkan saat menit sudah lebih stabil sehingga
hasilnya pun lebih akurat.
Pada saat kondisi setelah berkumur sengan air es, didapatkan suhu tubuh menurun
menjadi. Hal tersebut terjadi karena adanya proses radiasi dan konduksi (tubuh mengeluarkan
panas) agar dapat menyesuaikan dengan kondisi tubuhnya
8
P-SH.4. Mengapa ketiak harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum diukur suhunya?
Karena ketiak mengandung kelembaban yang tinggi serta mudah terpengaruh suhu
lingkungan, kelembaban ini akan mempengaruhi suhu. Semakin tinggi kelembaban maka
semakin tinggi pula suhunya, begitu pula sebaliknya. Maka, untuk mendapat hasil yang
akurat ketiak harus dikeringkan terlebih dahulu.
P-SH.5. Apakah ada perbedaan antara suhu ketiak dan suhu mulut? Apa sebabnya?
Menurut teori, suhu tubuh yang diukur melalui mulut lebih tinggi daripada yang diukur
melalui axilla (ketiak), karena thermometer yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh
melalui mulut langsung meyentuh dan mengenai pembuluh darah yang berada di bawah
lidah. Sehingga pengukurannya lebih cepat daripada pengukuran suhu tubuh melalui axilaris.
Karena jika air es sampai masuk ke dalam mulut kodok air es dapat
mengenaitermometer dan yang terukur adalah suhu air es, bukan suhu kodok tersebut.
P-SH.7. Apakah ada perbedaan suhu kodok pada waktu dibenamkan air es dan pada
waktu dibenamkan dalam air hangat?
Pada lingkungan suhu kamar yang konstan, suhu katak juga konstan. Selanjutnya pada
perlakuan kedua suhu lingkungan diturunkan menjadi dingin (pada air es) ternyata katak
masih dapat bertahan hidup dan suhu tubuhnya juga ikut turun. Kemudian pada suhu
lingkungan yang panas (pada air hangat), suhu katak juga ikut naik.
9
BAB V
PENUTUP
I. Kesimpulan
Syok Insulin pada Ikan Guppy
Dari percobaan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa semakin banyak insulin
yang diberikan kepada ikan guppy akan terjadi hiperinsulinemia pada ikan guppy
tersebut. Hiperinsulinemia tersebut menyebabkan kadar glukosa darah menjadi turun
karena efek dari insulin seperti yang telah diketahui yaitu membantu transport glukosa
ke dalam sel, maka pada keadaan ini, glukosa darah ikan tersebut kebanyakan
ditranspor ke sel-sel non neural sensitif insulin, sehingga pasokan glukosa ke otak
menjadi sangat berkurang. Hal ini menyebabkan Ikan mulai kehilangan
keseimbangannnya dan merupakan suatu tanda bahwa ikan telah mengalami
hipoglikemia.
Untuk mencegah hiperinsulinemia berkelanjutan pada ikan guppy maka diberikan
perlakuan pemberian larutan glukosa 20%. Ketika ditambahkan larutan glukosa 20%
sebanyak 1 ml pada air dan diamati setelah 3 menit pemberian, pergerakan ikan
kembali seperti semula, keseimbangan ikan telah kembali. Hal ini menunjukkan
terjadinya peningkatan glukosa di dalam tubuh ikan guppy sehingga pasokan glukosa
ke otak telah kembali.
10
LAMPIRAN
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Tim penyusun praktikum. Buku Panduan Praktikum Modul Homeostasis II : Digestive and
Metabolism. 2019. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Ganong, W. F. Fisiologi Kedokteran, terjemahan Adrianto, P. 2000. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. 2011. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Anonim. Pengaturan Suhu Tubuh. 2012. Dalam http://www.staff.ui.ac.id/. Diakses tanggal 14
Desember 2019.
Anonim.. Regulasi Suhu Tubuh. 2010. Dalam http://nursingbegin.com/regulasi-suhu-tubuh.
Diakses tanggal 14 Desember 2019.
Guyton, Arthur. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. 1995. Jakarta : Buku
Kedokteran
Syaifuddin. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. 2006. Jakarta: EGC
iii