Petunjuk Praktikum
FISIOLOGI PRODUKSI
J10C202
Disusun Oleh :
Dr. Ir. Diding Latipudin, M.Si.
Dr. Ir. Kurnia A. Kamil, M.Agr. Sc., M.Phil.
Dr. Ir. Elvia Hernawan, M.S.
Dr. Ir. Lovita Adriani, M.S.
Ir. An An Yulianti, M.S.
Ronnie Permana, S.Pt., M.Si.
Ir. Andi Mushawwir, S.Pt., M.P., IPM.
Novi Mayasari, S.Pt., M.Sc., Ph.D.
FISIOLOGI PRODUKSI
J10C202
Mengetahui
Kepala Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia
Mengesahkan
Halaman
PERCOBAAN I
Temperature –Humidity Index (THI) ...................................................... 1
PERCOBAAN II
Daya Tahan Panas Ternak (DTP) ........................................................... 10
PERCOBAAN III
Laju Metabolisme
(Teknik Estimasi Laju Metabolisme :
Metode Secara Tidak Langsung Berdasarkan Konsumsi Oksigen) ....... 17
PERCOBAAN IV
Sweating Rate (SR) .............................................................................. 25
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, telah melimpahkan
rahmat dan karunia kepada kami sehingga penyusunan petunjuk praktikum ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Panduan ini berisi petunjuk praktikum tentang aplikasi pengukuran respon
fisiologis ternak terhadap berbagai faktor lingkungan, untuk kepentingan produksi
ternak. Banyak materi praktikum yang semestinya diberikan atau disajikan dalam
petunjuk praktikum ini, namun dengan mempertimbangkan kondisi fasilitas
Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia yang sangat terbatas, sehingga
dalam edisi ini hanya diberikan tiga materi praktikum.
Sebagai kepala laboratorium, saya sangat berharap agar para peserta Mata
Kuliah Fisiologi Produksi, dapat memanfaatkan panduan praktikum ini dengan
sebaik-baiknya. Tidak lupa juga kami menyampaikan terima kasih kepada rekan-
rekan dosen di Laboratoirum Fisiologi Ternak dan Biokimia atas gagasan dan
kerja kerasnya dalam menyusun panduan ini.
Semoga penyempurnaan materi peraktikum ini dapat terus dilakukan dari
tahun ke tahun, baik kuantitas maupun kualitas materinya. Oleh karena itu kepada
para pengguna panduan ini diharapkan dapat menyampaikan saran perbaikan
untuk menambah bobot ilmiah materi ini.
Kepala Laboratorium
Fisiologi Ternak dan Biokimia
A. Teori Dasar
Kelembaban Temperatur
Udara Lingkungan
Efferent
Efferent
Target Organ
Kelenjar
Endokrin Sistem Otot
Respon
Effektor
Pengaturan Panas
B. Tujuan Praktikum
1. Menggunakan beberapa formula THI untuk membuat grafik THI
2. Menentukan comfort zone ternak berdasarkan beberapa formula THI dan
dengan menggunakan grafik THI
C. Materi Praktikum
Dalam percobaan ini digunakan alat dan bahan sebagai berikut :
1. Thermometer bola kering/dry bulb (DB)
2. Thermometer bola basah/Wet Bulb (WB)
3. Skala kelembaban berdasarkan DB dan Selisih DB-WB
4. Kertas millimeter atau program MS. Exel minimal versi 95.
5. Kandang Percobaan dengan ternaknya
1. THI = (1.8 × Tdb + 32) − [(0.55 − 0.0055 × RH)× (1.8 × Tdb − 26.8)]
(NRC, 1971)
10. THI = (1.8xT db+32) – {(0,55 -0,0055 RH) ((1.8xT db+32)– 58)}
(Modifikasi Elvia Hernawan, Andi Mushawwir dan Diding Latipudin, 2012,
berdasarkan Ingraham (1987))
E. Metode
1. Membuat Grafik THI
a. Tentukan sumbu X sebagai temperature (0C) atau dan sumbu Y
sebagai Kelembaban
b. Skala minimal temperature 150C dan maksimal 400C. Gunakan tingkat
ketelitian skala 0,2, contoh 15; 15,2; 15,4 … 400C.
c. Skala minimal kelembaban 0% dan maksimal 100%, dengan ketelitian
skala 5, contoh 0, 5, 10… 100%.
2. Menentukan Thermal Comfort Zone Ternak Sapi Perah dan Sapi Potong
a. Ukur temperatur dengan menggunakan thermometer bola kering (DB)
dan bola basah (WB) serta kelembaban kandang sapi perah dan sapi
potong. Lakukan pengukuran ini dibeberapa titik kandang (minimal 3
point).
b. Tempatkan thermometer DB-WB pada tiga (3) titik di dalam kandang.
Sebagai representasi untuk menentukan temperatur kandang, maka
thermometer dapat ditempatkan di ujung dan tengah kandang.
c. Tuliskan hasil pengamatan anda pada Tabel Pengamatan berikut :
04.00 am
05.00 am
06.00 am
07.00 am
08.00 am
09.00 am
10.00 am
11.00 am
12.00 pm
13.00 pm
14.00 pm
15.00 pm
16.00 pm
17.00 pm
Rata-rata
TR = Temperatur Rectal (0C); DJ =Denyut Jantung (Kali/Menit); LR = Laju Respirasi (Kali/Menit)
A. Teori Dasar
B. Tujuan Praktikum
1. Menentukan Heat Tolerance Coefficient (HTC) berdasarakan metode Rhoad
dan hasil modifikasi Soeharsono.
2. Menentukan Benezra Coefficient (BC) berdasarakan metode Benezra dan
hasil modifikasi Soeharsono
3. Menentukan daya tahan panas ternak berdasarakan nilai Heat Tolerance
Coefficient (HTC) dan Benezra Coefficient (BC)
C. Materi Praktikum
Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Thermometer air raksa atau digital
2. Steteskop
3. Vaselin
4. Ternak sapi 4 ekor (masing-masing 2 ekor dari bangsa yang berbeda)
D. Formula
1. Formula berdasarkan metode Iberia
a. Heat Tolerance Coefficient (HTC) berdasarkan Rhoad
𝑅𝑇 𝑁𝑅
BC = +
28,33 23
BC = Benezra Coefficient
RT = Rectal Temperature
NR = Number of Respiratory Rate
38,33 = Temperatur normal sapi (standard temperature)
23 = Frekwenai pernafasan normal (standard respiratory rate)
𝑅𝑇1 𝑁𝑅1
IA = +
𝑅𝑇0 𝑁𝑅0
Menurut perhitungan dengan cara Benezra ini, toleransi panas yang optimal
jika nilai BC sama dengan 2. Semakin tinggi nilai BC semakin rendah
toleransi-panas hewan.
LAJU METABOLISME
Teknik Estimasi Laju Metabolisme :
Inderect Mehtod Berdasarkan Konsumsi Oksigen
A. Teori Dasar
Produksi panas total atau Total heat production (HE) merupakan jumlah
energi yang ditransfer dari tubuh ternak ke lingkungan dalam bentuk yang berbeda
dengan energi pembakaran atau combustible energi. Beberapa devinisi mengenai
produksi panas dikemukakan bahwa produksi panas total terdiri dari banyak
komponen, yaitu : fasting metabolism (HeE) atau metabolism basal, panas yang
berkaitan dengan aktivitas voluntary (HjE), panas dari pembentukan produk (HrE),
panas untuk pengaturan suhu tubuh (HcE), panas yang timbul dari proses
pencernaan (HdE), panas dari waste dan eksresi (HwE), dan panas dari fermentasi
(HfE). Komponen-komponen panas HrE + HdE + HwE + HfE dalam penerapannya
sering digabungkan menjadi heat increment (HiE) atau sering disebut juga dengan
specific dynamic action
Selisih antara konsumsi energi dengan energi yang tidak terpakai atau
dikeluarkan melalui feses, urin, dan gas-gas pencernaan, serta produk yang
tersimpan dalam bentuk lemak, protein, dan telur merupakan atau setara produksi
panas total, atau persamaannya dapat dituliskan melalui formula berikut:
HE = IE – (FE + UE + GE) – RE, atau
HE = ME - RE
Jumlah atau besaran produksi panas pada ternak unggas dapat dihitung
atau diperkirakan berdasarkan pengukuran konsumsi oksigen. Menurut Mc
Donald et al. (1988) serta Louw (1993) panas yang dihasikan unggas adalah hasil
dari oksidasi molekul-molekul zat makanan, termasuk produksi panas pada saaat
puasa yang diukur sebagai metabolisme basal, spesfic dynamic action dan panas
yang timbul akibat kerja otot. Karena proses oksidasi molekul zat makanan
membutuhkan oksigen dan dari proses oksidasi tersebut juga dihasilkan
B. Tujuan Praktikum
1. Mengukur metabolisme secara tak langsung
2. Mengukur laju metabolisme dan menghitung laju metabolisme basal
C. Materi Praktikum
a. Tikus putih/Ayam
b. Timbangan
c. 1 set metabolor stoples lengkap
d. Pencatat waktu (jam/stopwatch)
e. Thermometer dan barometer
f. Vaselin
g. Sringer (Spuit)
D. Formula
standar dengan menggunakan rumus Charles yang dikutip oleh Louw, (1993)
sebagai berikut :
𝐁𝐏𝐞𝐱𝐩 𝐱 𝟐𝟕𝟑
Volume (STP) = Vexp 𝟕𝟔𝟎 𝐗 (𝑻
𝒆𝒙𝒑 +𝟐𝟕𝟑)
metode diatas, maka untuk menghitung laju metabolisme atau produksi panas
(1989) adalah tetapan yang telah disepakati bahwa untuk 1 liter oksigen yang
dikonsumsi seekor hewan menghasilkan 4,825 kalori dari oksidasi campuran
maka diasumsikan nilai RQnya sama dengan 0,85 dan tingkat kesalahan
maksimal dari hasil perhitungan produksi panas atau laju metabolisme adalah
(Kkal/menit) dengan tingkat kesalahan tidak lebih dari 0,5%, adalah dengan
(1967) yang dikutip oleh Louw (1993). Adapun rumusnya adalah sebagai
berikut :
4,92 x V
Energi Value (Kkal/menit) = (20, 93)-O2e
100
dimana
V = Volume O2 yang dikonsumsi pada standar temperature pressure atau STP (0°C,
760 mmHg)
4, 92 = Energi yang dihasilkan dari pembakaran makanan per liter O2 (Kcal)
20, 93 = Kandungan O2 di udara normal (%)
E. Metode :
1. Siapkan metabolor stoples
a. Lakukan tahap pemeriksaan sebagai berikut:
- Periksa dan pastikan sambungan antara selang dan tutup
stoples dalam keadaan tidak bocor.
- Hubungkan tutup stoples dengan pipa manometer
- Isi dengan 10 ml udara, sampai kaki cairan pada
manometer berubah.
- Perhatikan, bila cairan pada kaki manometer itu
kembali dalam keadaan semula berarti ada kebocoran,
segera olesi sambungan-sambungan dan tutup stoples
dengan vaselin
- Periksa dan coba kembali, sampai metabolor stoples
dapat berfungsi dengan baik.
2. Timbang tikus percobaan dan catat bobot tubuhnya ( lakukan tiga kali dan
hitung rataannya)
3. Masukkan tikus ke dalam stoples , tutup rapat-rapat (perhatikan, jangan
ada kebocoran dari bagian sambungan atau tutup stoples).
4. Tarik pendorong spiud sehingga spuid terisi dengan udara 10-20 cc,
sambungkan spuid ini dengan salah satu selang karet pada tutup stoples.
5. Perhatikan dan beri tanda permukaan cairan sebelum diisi udara.
6. Doronglah udara dalam spuid sehingga cairan di kaki manometer
menjadi terdorong ( permukaan cairan menjadi tidak sama)
7. Catat waktu, sejak permukaan cairan pada posisi tidak sama sampai
dengan cairan kembali pada posisi semula.
8. Catat suhu dan tekanan udara laboratorium saat pengukuran dilakukan.
9. Keluarkan tikus dari stoples, istirahatkan selama 15 menit, dengan tujuan
memulihkan kondisi tikus.
10. Ulangi pengukuran tersebut di atas sebanyak 2 kali. Catat waktunya.
2 = ............................ g
3 = ............................ g
Rataan : ..................... g
A. Teori Dasar
Pada dasarnya terdapat dua cara pengeluaran air melalui kulit, yaitu (1)
pengeluaran air yang dikontrol oleh fungsi kelenjar keringat, dan (2) pengeluaran
air karena proses fisika (difusi). Dalam kisaran suhu lingkungan netral,
sejumlah air secara terus-menerus dievaporasikan dari kulit tanpa disadari dan
tidak di bawah kontrol fisiologis. Kehilangan air “insensible” ini berlangsung
dengan cara difusi, dan lajunya ditentukan oleh tinggi rendahnya perbedaan
tekanan uap air antara kulit yang bertekanan jenuh pada suhu kulit dengan suhu
udara sekitar yang memiliki tekanan uap air tidak jenuh. Hasil penelitian pada
manusia menunjukkan bahwa pada suhu lingkungan netral, pengeluaran air in
sensible ini mencapai 50 mL/jam. Sehingga dengan meningkatnya suhu kulit,
maka kehilangan air insensible melalui kulit ini akan meningkat. Akan tetapi
dengan meningkatnya suhu lingkungan, pengeluaran air insensible ini menjadi
kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan yang dikeluarkan melalui
kelenjar keringat. Pengetahuan tentang laju pengeluaran keringat, terutama berasal
dari studi yang menggunakan hewan domestik dan juga manusia.
Telah diketahui bahwa hewan mamalia umumnya memiliki 3
macam kelenjar pada kulitnya, yaitu Kl. sebaceus, Kl. apocrinedan Kl. eccrine.
KL. SEBACEUS
Di antara ketiga kelenjar tersebut, kelenjar sebaceus adalah merupakan
kelenjar yang berhubungan langsung dengan folikel rambut, dan dimiliki hanya
oleh mamalia. Perihal unik dari Kl. sebaceus pada manusia adalah : (1). kepala
yang botak memiliki populasi Kl. sebaceus yang tertinggi di bandingkan bagian
tubuh lain; (2) kelenjar ini juga terdapat pada batas merah pada bibit atas; dan
(3) jerawat, suatu kelainan/penyakit yang berpusat pada sekitar kelenjar ini,
dan belum diperoleh informasi kehadirannya pada species primata maupun
penting. Pada suhu lingkungan 40oC, evaporasi air maksimum pada kulit
gr/m2/jam.
Tabel 1. Dimensi dan kepadatan kelenjar keringat pada bagian tengah
panggul(midflank) sapi dewasa Bos indicus dan Bos taurus
Parameter Bos indicus Bos taurus
Panjang (µm) 936 724
Diameter (µm) 173 129
Volume (µm3 x 10-6) 20 - 25 8 – 12
Jumlah per m2 1507 1005
B. Tujuan Praktikum
1. Mengukur laju pengeluaran keringat (Sweating Rate = SR)
2. Membuktikan evaporasi panas melalui kelenjar keringat
3. Mengetahui hubungan temperatur dengan laju pengeluaran keringat
C. Materi Praktikum
a. Domba/kambing
b. Perforator
c. Oven
D. Formula
𝟔𝟗𝟗𝟎
Sweating Rate (SR) =
𝒕
t = waktu yang dibutuhkan dalam detik untuk mengubah warna CCD dari
warna biru menjadi merah muda
E. Metode :
1. Pembuatan Cobalt Chloride Disc 5% (CCD 5%)
a. Kertas saring Whatman no.1 digunting membentuk lingkaran
berdiameter 5,3 mm atau menggunakan perforator (pelubang kertas)
b. Kertas whatman yang telah berbentuk lingkran dicelupkan ke dalam
larutan cobalt chloride 5 % selama 1 menit.
c. Dikeringkan pada suhu ruang selama 2 jam.
d. Kertas whatman bundar tersebut kemudian direkatkan pada objek
glass berjajar tiga dengan jarak 0,5 cm dan ditutup menggunakan
isolasi transparan.
e. Dikeringkan dalam oven selama 10-12 jam dengan temperatur 800C.
f. Pembuatan CCD 5% dapat dilakukan dua hingga satu hari sebelum
pengukuran pada ternak dilakukan.
2. Penyiapan Ternak
a. Ternak di keluarkan dari kandang
b. Catat temperatur lingkungan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
t = Waktu yang dibutuhkan dalam detik untuk mengubah warna CCD dari warna biru menjadi merah muda
SR = Sweating Rate
DJ = Denyut Jantung (kali/menit)
LR = Laju Respirasi (kali/menit)
Amrullah I.K. 2003. Seri Beternak Mandiri : Nutrisi Ayam Pedaging., Cetakan
pertama, Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.
Bondi, A.A. 1987. Animal Nutrition., English ed., John Wiley & Son ltd., Great
Britain.
Devi Yuliananda. 2012. Studi tentang Pertumbuhan Ayam Lokal Leher Gundul
Ditinjau dari Aspek Energetik. Disertasi. Fakultas Peternakan,
Universitas Padjadjaran, Bandung.
Mader, R. Hansen, P.J. dan A.D. Ealy. 2006. Effects of Heat Stress on the
Establishment and Maintenance of Pregnancy in Cattle. Dairy Science
Department, University of Florida. Gainsville, USA.
Maynard, L.A., J.K. Loosli, H.F Hintz, and R.G. Warner. 1979. Animal
Nutrition., Seventh ed., McGraw-Hill Book Company, New York, United
States of America.
McDonald P., R.A. Edwards, J.F.D. 1988. Animal Nutrition, fourth edition,
Longman Group Ltd., Essex, England.
McLean, J.A., and G. Tobin. 1987. Animal and Human Calorimetery. First publ.,
Cambridge University Press., Melbourne, Australia.
Van Kampen, M. 1987. Poultry and Bird in : Bioclimatology and The Adaption of
Livestock. H.D. Jhinson, ed. Elsevier Scientific Publisher, Amsterdam,
The Netherlands.