Anda di halaman 1dari 22

BLOK BIOMEDIK 2

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

Fasilitator

Pinka Taher, drg, M Biomed

Nurul Irba Somadinata (201911121) Putri Novthalia (201911126)


Oldilia Yolanda (201911122) Raafid Shidqi Marsel (201911127)
Oriza Sativa (201911123) Raisya Nabila Ayudya (201911128)
Oxy Asfuridah Ansori (201911124) Ratu Inneke Aliefia (201911129)
Puja Sitna H. Latupono (201911125) Regina Amanda (201911130)

KELOMPOK 1
KELAS E

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Tahun Ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan akan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat dan karunia-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “Fisiologi Sistem
Endokrin” dapat terselesaikan.

Makalah ini dibuat dan disusun untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok pada mata kuliah Biomedik 2. Dalam penyusunan makalah ini, pastinya
kami mengalami hambatan selama penyusunan berjalan. Namun, dengan
ketekunan, serta pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah


membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
bagi kami selaku penulis dan umumnya bagi pihak yang membaca. Mohon maaf
dan harap dimaklumi atas segala kekurangan dalam makalah ini.

Jakarta, 28 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 1

1.3 Tujuan Pembelajaran .......................................................... 2

1.4 Manfaat Pembelajaran ........................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3

2.1 Prinsip Umum Sistem Endokrin......................................... 3

2.1.1 Golongan Umum Hormon ........................................ 3

2.1.2 Fungsi Keseluruhan Sistem Endokrin ...................... 4

2.1.3 Komplesitas Sistem Endokrin.................................... 4

2.1.4 Mekanisme Umum Mengontrol Sekresi Hormon...... 7

2.1.5 Mekanisme Kerja Hormon ....................................... 9

2.2 Hubungan Hipotalamus dan Hipofisi ................................ 10

2.3 Kontrol Endokrin Terhadap Pertumbuhan ......................... 11

2.3.1 Pengaturan Sekresi GH ............................................... 14

BAB III PENUTUP ................................................................................ 17

3.1 Kesimpulan ........................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem endokrin mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi


daripada kecepatan. Kelenjar endokrin melepaskan hormon, yaitu caraka kimia
melalui darah yang bekerja pada sel target yang terletak pada jarak yang jauh dari
kelenjar endokrin. Sebagian besar aktivitas sel sasaran yang berada di bawah
kontrol hormonal diarah kan untuk mempertahankan homeostasis. Kelenjar
endokrin sentral, yang terletak di dalam atau di dekat dengan otak, mencakup
hipotalamus, kelenjar hipofisis, dan kelenjar pineal. Hipotalamus dan kelenjar
hipofisis posterior bekerja sebagai unit untuk melepaskan hormon yang penting
dalam mempertahankan keseimbangan air, dalam persalinan, dan dalam proses
laktasi. Hipotalamus juga menyekresi hormon regulatorik yang mengontror
keluaran hormon dari kelenjar hipofisis anterior, yang menyekresi enam hormon
yang nantinya sangat memegang kendali keluaran hormon dari beberapa kelenjar
endokrin perifer. Salah satu hormon hipofisis anterior, hormon pertumbuhan,
memacu pertumbuhan dan memengaruhi homeostasis nutrien. Kelenjar pineal
menyekresi hormon yang penting dalam mempertahankan irama biologis tubuh.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang yang ada, maka tercetuslah


rumusan makalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana penjelasan mengenai prinsip umum sistem endokrin?

1.2.2 Bagaimana penjalasan mengenai hubungan hipotalamus dan


hipofis ?

1.2.3 Bagaimana penjelasan mengenai kontrol endokrin terhadap


pertumbuhan?

1
2

1.3. Tujuan Masalah

1.3.1 Untuk mengetahui fisologi sistem endokrin


1.3.2 Guna memahami materi secara rinci yang terdapat yang terdapat
pada fisiologi sistem endokrin.
1.4. Manfaat Pembelajaran
Adapun manfaat yang dapat diperoleh yakni memahami dan
memperluas wawasan mengenai pertumbuhan dan perkembangan jaringan
keras/tulang
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Umum Sistem Endokrin

Sistem endokrin terdiri dari serangkaian kelenjar dan kurirkurir


kimiawi yang dihasilkannya, yang disebut sebagai hormon. Hormon
berperan penting dalam memastikan stabilitas relatif sistem-sistem tubuh,
yaitu homeostasis.1 Cara-cara yang digunakan oleh hormon untuk
menimbulkan efek fisiologiknya bergantung pada apakah hormon
bersifat hidrofilik (hormon peptida, katekolamin, dan indolamin) atau
2
lipofilik (hormon steroid dan tiroid).

2.1.1 Golongan Umum Hormon


Tiga golongan umum hormon sebagai berikut :

1. Protein dan polipeptida, mencakup hormon yang disekresi oleh


kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pankreas (insulin dan
glukagon), kelenjar paratiroid (hormon paratiroid), dan banyak
hormon lainnya
2. Steroid disekresi oleh korteks adrenal (kortisol dan aldosteron),
ovarium (estrogen dan progesteron), testis (testosteron), dan
plasenta (estrogen dan progesteron).
3. Turunan asam amino tirosin, disekresi oleh kelenjar tiroid
(tiroksin dan triiodotironin) dan medula adrenal (epinefrin dan
norepinefrin). Sampai saat ini, tidak diketahui adanya hormon
polisakarida maupun hormon asam nukleat.3

3
4

2.1.2 Fungsi Keseluruhan Sistem Endokrin


Dalam peranan regulasinya, sistem endokrin menjalankan efek
yang menyeluruh di seluruh tubuh, yang mecakup di bawah ini:

1. Mengatur metabolisme nutrien serta keseimbangan H2O dan


elektrolit, yang secara kolektif penting dalam mempertahankan
lingkungan internal yang konstan.

2. Menginduksi perubahan adaptif untuk membantu tubuh


menghadapi situasi stres.

3. Mendorong tumbuh kembang yang lancar dan berurutan.

4. Mengontrol reproduksi

5. Mengatur produksi sel darah merah

6. Bersama sistem saraf autonom, mengontrol dan mengintegrasikan


aktivitas sistem sirkulasi dan pencernaan.2

Hormon tropik (tropik berarti "memelihara"). Hormon tropik


merangsang dan mempertahankan jaringan endokrin sasaran mereka.
Sebagai contoh, hormon tropik thyroid-stimulating hormone (TSH),
dari hipofisis anterior, merangsang sekresi hormon tiroid oleh kelenjar
tiroid serta mempertahankan integritas struktural kelenjar ini. Tanpa
TSH, kelenjar tiroid mengalami atrofi dan menghasilkan hormon dalam
kadar yang sangat rendah.2

2.1.3 Kompleksitas Sistem Endokrin

1. Satu kelenjar endokrin dapat menghasilkan banyak hormon.


Contoh : Hipofisis Amterior mengeluarkan enam hormon berbeda,
masing-masing di bawah mekanisme kontrol yang berlainan dan
memiliki fungsi yang berbeda-beda.

2. Satu hormon dapat dikeluarkan oleh lebih dari satu kelenjar


endokrin. Sebagai contoh, hipotalamus dan pankreas sama-sama
5

mengeluarkan hormon somatostatin, dan somatostatin bekerja


sebagai parakrin di lambung.

3. Satu hormon sering memiliki lebih dari satu jenis sel sasaran dan
karenanya dapat menimbulkan lebih dari satu jenis efek, khususnya
dengan berikatan dengan tipe reseptor yang berbeda. Sebagai
contoh, vasopresin mendorong reabsorpsi H2O oleh tubulus ginjal
dengan berikatan dengan reseptor V2 (vasopresin 2) di sel tubulus
distal dan koligentes serta vasokonstriksi arteriol di seluruh tubuh
dengan berikatan dengan reseptor V1 di otot polos arteriol.
Hormon yang memiliki berbagai jenis sel sasaran dapat
mengoordinasikan dan mengintegrasikan aktivitas berbagai
jaringan menuju ke efek tertentu. Sebagai contoh, efek insulin
pada otot, hati, dan lemak bekerja bersama untuk menyimpan
nutrien setelah absorpsi makanan.

4. Laju sekresi sebagian hormon bervariasi cukup besar seiring


dengan waktu dalam suatu pola siklik. Karena itu, sistem endokrin
juga menghasilkan koordinasi fungsi secara temporal (waktu). Hal
ini terutama jelas pada kontrol siklus reproduksi oleh sistem
endokrin, misalnya daur haid, yaitu ketika fungsi normal
memerlukan pola perubahan sekresi berbagai hormon yang sangat
spesifik.

5. Satu sel sasaran dapat dipengaruhi oleh lebih dari satu hormon.
Sebagian sel memiliki serangkaian reseptor untuk berespons
dengan cara berbeda-beda terhadap berbagai hormon. Sebagai
gambaran, insulin mendorong perubahan glukosa menjadi glikogen
di dalam sel hati dengan merangsang satu enzim hati tertentu,
sementara hormon lain, glukagon, dengan mengaktifkan enzim hati
lainnya, meningkatkan penguraian glikogen menjadi glukosa di
dalam sel hati.
6

6. Suatu caraka kimiawi yang sama mungkin berupa hormon atau


neurotransmiter, bergantung pada sumber dan cara
penyampaiannya ke sel sasaran. Norepinefrin, yang disekresikan
rsebagai hormon oleh medula adrenal dan dibebaskan sebagai
neurotransmiter oleh serat saraf pascaganglion simpatis, adalah
contoh utamanya.

7. Sebagian organ hanya memiliki fungsi endokrin (khusus hanya


menghasilkan hormon, contohnya hipofisis anterior), sementara
organ lain pada sistem endokrin melakukan fungsi non-endokrin
selain mengeluarkan hormon. Sebagai contoh, testis menghasilkan
sperma dan menyekresi hormon seks pria testosteron.2

. Konsentrasi plasma efektif hormon yang aktif secara biologis


dan bebas dan karena itu ketersediaan hormon terhadap reseptornya
bergantun pada beberapa faktor:

1. Laju sekresi hormon ke dalam darah oleh kelenjar endokrin. Laju


sekresi, suatu faktor yang meningkatkan konsentrasi plasma
hormon, berada di bawah kontrol untuk mempertahankan
konsentrasi hormon pada titik acuan yang diinginkan.

2. Bagi beberapa hormon, aktivasi laju metaboliknya atau


konversinya. Setelah disekresi ke dalam darah oleh kelenjar
endokrin, hormon lipfilik sering dimodifikasi di organ lain.
Kadang-kadang, modifikasi perifer (jauh dari kelenjar endokrin) ini
menghasilkan bentuk hormon yang lebih aktif. Sebagai Contohnya
: bentuk terbanyak hormon tiroid yang disekresi oleh kelenjar tiroid
adalah tiroksin (yang mengandung 4 iodin), tetapi bentuk terkuat
hormon tiroid di dalam darah adalah tri-iodotironin (yang
mengandung tiga iodin). Laju aktivasi hormon semacam ini
biasanya berada di bawah kontrol hormonal itu sendiri.
7

3. Bagi hormon lipofilik, derajat pengikatannya dengan protein


plasma. Karena hormon lipofilik kurang larut di air, mereka
bersirkulasi di plasma dengan terikat ke protein plasma tertentu.
Hanya sebagian kecil hormon tak-terikat yang bebas untuk
berinteraksi dengan sel targetnya.

4. Laju eliminasinya dari darah oleh inaktivasi metabolik dan


ekskresinya di urine. Semua hormon pada akhirnya diinaktifkan
oleh enzim di hati, ginjal, darah, atau sel target. Waktu yang
diperlukan setelah hormon disekresi dan sebelum diinaktifkan,
serta cara terjadinya inaktivasi ini berbeda-beda pada berbagai
kelompok hormon

Contoh : Hormon steroid lipofilik dan hormon tiroid diinaktifkan


oleh pengubahan bagian aktif molekul oleh berbagai cara
biokimiawi. Setelah hormon lipofilik diinaktifkan, hati biasanya
menambahkan gugus bermuatan untuk membuatnya menjadi lebih
larut-air sehingga mereka dapat dibebaskan dari pembawa protein
plasma dan dieliminasi di urine.2

2.1.4 Mekanisme umum mengontrol sekresi berbagai hormon :

1. Kontrol Umpan Balik negatif

Umpan-balik negatif adalah gambaran menonjol pada sistem


kontrol hormon. Secara sederhana, umpan-balik negatif dijumpai
jika keluaran sistem melawan perubahan pada masukan sehingga
variabel terkontrol berada dalam kisaran sempit di sekitar titik
patokan tertentu. Umpan balik negatif mempertahankan
konsentrasi plasma suatu hormon pada kadar tertentu. Sebagai
Contoh: ketika konsentrasi plasma hormon tiroid bebas
dalamdarah turun di bawah "patokan" tertentu, hipofisis anterior
mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH) hapter yang
merangsang tiroid untuk meningkatkan sekresi hormon tiroidnya.
8

Hormon tiroid nantinya menghambat sekresi lebih lanjut TSH oleh


hipofisis anterior. Umpan-balik negatif menjamin bahwa jika
sekresi kelenjar tiroid telah "dinyalakan" oleh TSH, sekresi
tersebut tidak akan berlanjut tanpa kendali, tetapi akan
"dipadamkan" jika kadar hormon bebas dalam darah telah
mencapai tingkat yang telah ditentukan. Karena itu, efek suatu
hormon tertentu dapat menghambat sekresinya sendiri. Lengkung
umpan balik sering menjadi cukup rumit.

2. Refleks Neuroendokrin

Tujuan refleks semacam ini adalah menghasilkan


peningkatan mendadak sekresi hormon (yaitu, "menaikkan
patokan termostat") sebagai respons terhadap rangsangan
tertentu, sering berupa rangsangan eksternal terhadap tubuh.
Contoh adalah peningkatan sekresi kortisol, "hormon stres", oleh
korteks adrenal selama respons stres.

3. Irama Diurnal (Sirkadian)

Irama diurnal ("siang-malam") atau sirkadian ("dalam


sehari") yang ditandai oleh osilasi berulang kadar hormon yang
sangat teratur dan bersiklus satu kali 24 jam. Irama ini disebabkan
oleh osilator endogen serupa dengan neuron pemacu pernapasan
dibatang otak yang mengontrol gerakan napas berirama, kecuali
bahwa osilator ini bersiklus jauh lebih lama. Selain itu, tidak
seperti irama napas, irama endokrin terkunci, atau terjebak ke
petunjuk eksternal misalnya siklus terang- gelap. Siklus 24 jam
bawaan naik turunnya sekresi hormon dilakukan untuk menyamai
"derap langkah" siklus terang dan gelap,
9

sebagai contoh adalah sekresi kortisol meningkat pada malam hari,


mencapai puncaknya pada pagi sebelum yang bersangkutan
terjaga, kemudian turun sepanjang hari hingga titik terendah pada
saat tidur malam

Gambar 1.1 Irama diurnal sekresi kortisol.

2.1.5 Mekanisme Kerja Hormon

Langkah pertama kerja suatu hormon adalah pengikatan


hormon pada reseptor spesifik di sel target. Sel yang tidak
memiliki reseptor untuk hormon tersebut tidak akan berespons.
Reseptor untuk beberapa hormon terletak pada membran sel target,
sedangkan reseptor hormon yang lain terletak di sitoplasma
atau di nukleus. Ketika hormon terikat pada reseptornya, hal
tersebut biasanya akan menginisiasi serangkaian reaksi di dalam
sel, dengan setiap tahap reaksi yang semakin teraktivasi sehingga
sejumlah kecil konsentrasi hormon bahkan dapat mempunyai
pengaruh yang besar.3

Reseptor hormon merupakan protein berukuran besar, dan


setiap sel yang dirangsang biasanya memiliki sekitar 2.000 sampai
100.000 reseptor. Setiap reseptor biasanya juga sangat spesifik
sebuah hormon; hal ini menentukan jenis hormon yang akan
10

bekerja pada jaringan tertentu. Jaringan target yang dipengaruhi


oleh suatu hormon adalah jaringan yang memiliki reseptor
spesifiknya. Lokasi berbagai jenis reseptor hormon secara garis
besar adalah sebagai berikut :

1. Di dalam atau pada permukaan membran sel. Reseptor membran


sebagian sebagian besar spesifik untuk protein, peptida, dan
hormon katekolamin.

2. Di dalam sitoplasma sel. Reseptor utama untuk berbagai hormon


steroid terutama ditemukan dalam sitoplasma

3. Di dalam nukleus sel. Reseptor untuk hormon tiroid dijumpai di


nukleus dan lokasinya diyakini berhubungan erat dengan satu atau
lebih kromosom.3

2.2. Hubungan Hipotalamus dan Hipofisis

Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar endokrin kecil yang terletak di


rongga tulang di dasar otak (tepat di bawah hipotalamus). Hipofifis
dihubungkan dengan hipotalamus oleh tangkai penghubung tipis.1
Kelenjar hipofisis sendiri terdiri dari dua lobus yang berbeda secara
anatomi dan fungsional, yaitu hipofisis postertior dan hipofisis anterior
(kedua lobus ini memiliki kesamaan lokasi).

Hipofisis posterior dinamai juga dengan neurophisis. Hal ini dikatakan


demikian karena hipofisis posterior terdiri atas jaringan syaraf. Sedangkan
hipofisis anterior dinamai juga adenohipofisis (artinya adalah kelenjar)
karena hipofisis anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar.1 Hubungan
antara hipotalamus dengan hipofisis adalah terdapat hubungan saraf antara
hipotalamus dengan lobus posterior hipofisis dan terdapat hubungan
vaskular antara hipotalamus dengan lobus anterior hipofisis.2

Hipofisis posterior (dapat didefinisikan sebagai perpanjangan


hipotalamus secara anatomis dan fungsionional)1 sebagian besar terdiri dari
11

ujung-ujung akson yang berasal dari badan sel di nukleus supraoptikus dan
paraventrikularis kemudian dan berjalan ke hipofisis posterior melalui
traktus hipo-talamohipofisialis. Pada akhirnya, sebagian besar serat
supraoptik akan berakhir di lobus posterior itu sendiri, sementara sebagian
serat paraventrikel akan berakhir di eminensia mediana. Untuk lobus
anterior dan intermediat hipofisis, kedua bagian ini berasal dari kantong
Rathke pada mudigah, suatu evaginasi dari atap.2 Serat saraf simpatis
mencapai lobus anterior dari kapsulnya, dan serat parasimpatis
mencapainya dari nervus petrosus (tetapi hanya sedikit. kalaupun ada,
serat saraf yang berjalan dari hipotalamus).

Pembuluh porta hipofisis juga membentuk suatu hubungan


vaskular langsung antara hipotalamus dengan hipofisis anterior. Cabang
arteri dari arteri karotis dan sirkulus Wilisi akan membentuk suatu
anyaman kapiler berpori yang dinamai pleksus primer (pada permukaan
ventral hipotalamus). Perlu diketahui juga bahwa lengkung kapiler juga
menembus eminensia mediana (bagian dari hipotalamus ventral tempat
pembuluh-pembuluh porta berasal.). Kapiler mengalirkan isinya ke dalam
pembuluh-pembuluh porta sinusoid hipofisis (pembuluh yang mengangkut
darah menuruni tangkai hipofisis ke kapiler hipofisis anterior). Sistem ini
berawal dan berakhir pada kapiler-kapiler tanpa mengalir ke jantung. Pada
manusia, tidak ada pasokan arteri hipofisis anterior lain selain pembuluh
kapsul dan hubungan anastomosis dari kapiler-kapiler hipofisis posterior.2

2.3 Kontrol Endokrin Terhadap Pertumbuhan

Pada anak yang sedang tumbuh, terjadi sintesis neto protein di


bawah pengaruh hormon pertumbuhan seiring dengan semakinbesarnya
tubuh. Pertambahan berat semata tidak sinonim dengan pertumbuhan
karena pertambahan berat dapat terjadi akibat retensi H2O atau
penyimpanan Iemak tanpa pertumbuhan jaringan yang sebenarnya.
Pertumbuhan membutuhkan sintesis neto protein dan mencakup
12

pemanjangan tulang-tulang panjang (tulang ekstremitas) serta peningkatan


ukuran dan jumlah sel di jaringan lunak.2

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Pada pertumbuhan tidak hanyak faktor hormon


pertumbuhan saja yang berperan melain kan ada beberapa faktor
lain yang berperan dalam pertumbuhan Meskipun, seperti
diisyaratkan oleh namanya hormon pertumbuhan esensial bagi
pertumbuhan, GH bukan satu-satunya penentu laju dan besar akhir
pertumbuhan pada seseorang. Faktor-faktor berikut juga
memengaruhi pertumbuhan:

1. Penentuan genetik kapasitas maksimal pertumbuhan


seseorang.
Pencapaian potensi pertumbuhan penuh ini selanjutnya
bergantung pada banyak faktor yang tercantum di bawah ini.
2. Diet yang memadai
protein total dan asam amino esensial yang memadai untuk
melaksanakan sintesis protein yang dibutuhkan untuk tumbuh.
Anak dengan malnutrisi tidak pernah mencapai potensi
pertumbuhan penuh mereka. Sebaliknya, seseorang tidak dapat
melebihi pertumbuhan maksimal yang telah ditentukan secara
genetik dengan mengonsumsi diet melebihi yang dibutuhkan.
Kelebihan asupan makanan akan menyebabkan obesitas dan
bukan pertumbuhan.
3. Bebas dari penyakit kronik dan kondisi lingkungan penuh
stres.

Hambatan pertumbuhan di bawah keadaan-keadaan yang


kurang menguntungkan ini sebagian besar disebabkan oleh
sekresi kortisol dari korteks adrenal yang dipicu oleh stres
berkepanjangan. Kristol memeliki beberapa efek anti-
13

pertumbuhan yang kuat, misalnya mendorong penguraian


protein, menghambat pertumbuhan tulang panjang, dan
menghambat sekresi GH.

4. Kadar normal hormon-hormon yang memengarupengaruhi


pertumbuhan.

Selain GH yang mutlak dibutuhkan, hormon lain yang


mencakup hormon tiroid, insulin, dan hormon seks berperan
sekunder dalam mendorong pertumbuhan. 2

Laju pertumbuhan tidaklah kontinu, demilcianjuga faktor-faktor


yang mendorong pertumbuhan tidaklah sama selama periode pertumbuhan.
Pertumbuhan janin terutama didorong oleh hormon-hormon tertentu dari
plasenta dengan ukuran saat lahir terutama ditentukan oleh faktor genetik
dan lingkungan. GH tidak berperan dalam perkembangan janin. Setelah
lahir, GH dan faktor hormon non-plasenta lain mulai berperan penting
dalam mengatur pertumbuhan. Faktor genetik dan nutrisi juga berpengaruh
besar pada periode pertumbuhan ini.

Anak memperlihatkan dua periode pertumbuhan pesat lonjakan


pertumbuhan pascalahir ("setelah lahir") selama dua tahun pertama
kehidupan dan lonjakan pertumbuhan pubertas selama remaja (Gambar 1.2).
Dari usia 2 tahun hingga pubertas, laju per-tumbuhan linier secara progresif
menurun, meskipun anak tetap tumbuh. Sebelum pubertas tidak banyak
perbedaan tinggi atau berat antara kedua jenis kelamin. Selama pubertas,
terjadi akselerasi mencolok pertumbuhan linier karena tulang-tulang
panjang memanjang. Pubertas dimulai pada usia sekitar 11 tahun pada anak
perempuan dan 13 tahun pada anak dan berlangsung beberapa tahun pada
kedua jenis kelamin. Mekanisme yang bertanggung jawab untuk lonjakan
pertumbuhan masa pubertas belum sepenuhnya diketahui. Tampaknya
faktor genetik dan lingkungan berperan. Beberapa bukti menunjukkan
bahwa sekresi GH meningkat selama pubertas dan karenanya mungkin
14

berperan dalam akselerasi pertumbuhan selama waktu ini. Selain itu,


androgen (hormon seks "pria") yang sekresinya meningkat drastis saat
pubertas, juga berperan menyebabkan lonjakan pertumbuhan pubertas
dengan mendorong sintesis protein dan pertumbuhan tulang. Androgen
poten dari testis pria, testosteron, sangat penting dalam mendorong
peningkatan tajam tinggi badan pada anak laki. Androgen adrenal yang
kurang poten dari kelenjar adrenal, yang juga meningkat sekresinya selama
masa remaja, kemungkinan besar penting dalam lonjakan pertumbuhan
pubertas pada anak.perempuan. Meskipun sekresi estrogen oleh ovarium
juga dimulai selama pubertas, belum jelas apa peran hormon seks wanita ini
pada lonjakan pertumbuhan masa pubertas pada anak perempuan.
Testosteron dan estrogen akhirnya bekerja pada tulang untuk menghentikan
pertumbuhannya lebih lanjut sehingga tinggi dewasa penuh tercapai pada
akhir masa remaja.2

Gambar 1.2 Kurva Pertumbuhan Normal

2.3.1 Sekresi GH Diatur oleh Dua Hormon Hipofisiotropik.

Kontrol sekresi GH bersifat kompleks, dengan dua hormon


hipofisiotropik hipotalamus berperan kunci. Dua hormon regulatorik
dari hipotalamus yang bekerja berlawanan berperan dalam kontrol
sekresi hormon pertumbuhan: growth hormonereleasing hormone
(GHRH, hormon pelepas GH) yang bersifat merangsang dan
15

dominan dan growth hormone-inhibiting hormone (GHIH, hormon


penghambat GH, atau somatostatin) yang bersifat menghambat
(Gambar 1.3). Baik GHRH maupun somatostatin bekerja pada
somatotrop hipofisis anterior dengan berikatan pada reseptor
bergandeng protein G yang terkait pada jalur caraka kedua cAMP,
dengan GHRH meningkatkan cAMP dan somatostatin menurunkan
cAMP. Seperti kontrol pada hormon hipofisis anterior lainnya,
lengkung umpan balik negatif berperan dalam mengontrol sekresi
GH. Hal yang turut memperumit lengkung umpan balik negatif bagi
aksis hipotalamus-hipofisis-hati adalah pengaturan langsung sekresi
GH oleh faktor stimulasi dan inhibitorik. Oleh sebab itu, lengkung
umpan balik negatif melibatkan baik inhibisi dari faktor perangsang
dan stimulasi dari faktor inhibitorik. GH merangsang sekresi IGF-1
oleh hati, dan IGF 1 pada gilirannya adalah inhibitorik primer sekresi
GH oleh hipofisis anterior. IGF-1 menghambat somatotrop di
hipofisis secara langsung dan selanjutnya menurunkan sekresi GH
dengan menghambat sel penyekresi GHRH dan merangsang sel
penyekresi somatostatin di hipotalamus, sehingga menurunkan
perangsangan somatotrop oleh hipotalamus. Selanjutnya, GH sendiri
menghambat sekresi GHRH hipotalamus dan merangsang pelepasan
somatostatin.2
16

Gambar 1.3 Kontrol Sekresi Hormon Pertumbuhan.

Faktor yang mempengaruhi sekresi GH Sejumlah faktor


memengaruhi sekresi GH dengan bekerja pada hipotalamus. Sekresi
GH memperlihatkan irama diurnal yang jelas. Sepanjang hari kadar GH
cenderung rendah dan cukup konstan. Namun, sekitar satu jam setelah
tidur lelap dimulai, sekresi GH melonjak hingga lima kali nilai siang
hari. Pada fluktuasi diurnal sekresi GH ini terjadi letupan-letupan lebih
lanjut sekresi sebagai respons terhadap olahraga, stres, dan penurunan
kadar gula darah, yaitu rangsangan-rangsangan utama yang mening
ngkatkan sekresi. Manfaat peningkatan sekresi GH pada situasisituasi di
atas ketika kebutuhan energi melebihi cadangan glukosa tubuh mungkin
adalah bahwa glukosa dihemat untuk otak dan asam lemak disajikan
sebagai sumber energi alternatif bagi otot. Karena menggunakan
sirnpanan lemak dan mendorong sintesis protein tubuh, GH mendorong
perubahan komposisi tubuh dari mengurangi pengendapan lemak ke
meningkatkan protein otot. Karena itu, peningkatan sekresi GH yang
menyertai olahraga mungkin ikut memerantarai efek olahraga dalam
mengurangi persentase lemak tubuh sambil meningkatkan massa tubuh
17

non-lemak dan juga peningkatan asam amino darah setelah diet tinggi
protein juga meningkatkan sekresi GH.2
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peran sistem endokrin adalah untuk mempertahankan homeostasis


tubuh keseluruhan. Hal ini dicapai melalui koordinasi berbagai jalur sinyal
hormon yang mengatur aktivitas sel di organ-organ sasaran di seluruh
tubuh. Mekanisme endokrin juga berkenaan dengan kemampuan manusia
untuk berkembang biak, dan untuk fungsi ini diperlukan pematangan
seksual. Kelenjar endokrin klasik tersebar di seluruh tubuh dan
mengeluarkan hormon ke dalam sistem sirkulasi, biasanya melalui sekresi
tanpaduktus ke dalam cairan interstisium. Organ sasaran mengekspresikan
reseptor yang berikatan dengan hormon spesifik untuk memulai suatu
respons sel. Sistem endokrin dapat diperbandingkan dengan regulasi saraf
fungsi fisiologis yang merupakan fokus dari bagian sebelumnya.
Efektorefektor endokrin biasanya melakukan regulasi terhadap banyak
jaringan dan organ secara bersamaan, dengan spesifisitas ditentukan oleh
ekspresi reseptor-reseptor yang relevan. Perubahan dalam kondisi
lingkungan, sebagai contoh, sering mengharuskan dilakukannya respons
terpadu yang melibatkan banyak sistem organ. Pengaturan oleh saraf, di
pihak lain, sering terbatas secara spasial, misalnya kemampuan untuk
mengerutkan satu otot. Bagaimanapun, sistem-sistem tubuh harus bekerja
sama untuk mempertahankan stabilitas lingkungan internal tubuh baik
menitdemi-menit maupun dalam jangka-panjang.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Ganong WF. Review of Medical Physiology, 22nd Edition. EGC, 2008:


306-307
2. Sherwood L, 2007. Human Physiology. 6th ed. International Student
Edition, Thomson Learning Inc.
3. Guyton AC. Texbook Of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia:
Elsevier.2011: 881-891.

Anda mungkin juga menyukai