Anda di halaman 1dari 25

“ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

PADA NEONATUS ”

MAKALAH

OLEH

NABILA ZHAFIRAH

IIA

DOSEN PEMBIMBING:

Riza Apriani, S.Keb, Bd

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI D-III KEBIDANAN BUKITTINGGI

TP 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ANATOMI DAN
FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN”.

Shalawat dan salam kepada Rasulullah saw yang telah membawa kita ke alam yang kaya
akan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada


pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk
itu penulis juga mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
untuk penulisan makalah yang berikutnya.

Penulis juga berharap agar makalah ini juga dapat bermanfaat tidak hanya bagi
penulis, tapi juga bagi pembaca makalah ini.

Bukittinggi, September 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................... 2

Daftar isi......................................................................................................... 3

BAB I pendahuluan........................................................................................ 4

1.1 latar belakang ........................................................................................... 4


1.2 tujuan........................................................................................................ 4
1.3 mamfaat.................................................................................................... 4

BAB II Isi ....................................................................................................... 5

2.1 Mekanisme Kerja Hormon .................................................. 5


2.2 kelenjer pada system hormone.............................................. 5
2.3 kelenjar tiroid.................................................................... 8
2.4 kelenjer paratiroid............................................................... 8
2.5 Sistem Endokrin pada Neonatus............................................ 13

BAB III Penutup.......................................................................... 15

3.1 kesimpulan............................................................................ 15
3.2 saran.................................................................................... 15

BAB IV Daftar Pustaka................................................................. 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sifat hormon
 Suatu hormon merupakan zat kimia yang disekresi dalam cairan tubuh oleh suatu sel atau
kelompok sel dam menimbulkan efek pengaturan fisiologis pada sel-sel tubuh lainnya.
 Hormon terbagi menjadi dua macam yaitu:
- Hormon lokal
- Hormon umum

B. Tujuan
 Menjelaskantentanganatomisistemendokrin
C. mamfaat
 kita dapat mengetahui bagaimana sistem endokrin terjadi

4
BAB II
ISI

SISTEM ENDOKRIN

Sifat hormon
 Suatu hormon merupakan zat kimia yang disekresi dalam cairan tubuh oleh suatu sel atau
kelompok sel dam menimbulkan efek pengaturan fisiologis pada sel-sel tubuh lainnya.
 Hormon terbagi menjadi dua macam yaitu:
- Hormon lokal
- Hormon umum
Mekanisme kerja hormon
Berbagia hormon berfungsi mengatur tingkat aktivitas jaringan sasaran.dua mekanisme
umum yang penting dengan mana banyak hormon berfungsi adalah:
1. Pengaktifan sistem AMP siklik sel yang selanjutnya menimbulkan fungsi sel tertentu
2. Pengaktifan gen sel yang menyebabakan fungsi sel tertentu.
Kelenjer pada sistem hormon
1. Kelenjer hipofisis aanterior posterior
2. Kelenjer thyroid
3. Empat kelenjer parathyroid
4. Kedua kelenjer adrenal

5
5. Pulau langerhans
6. Dua ovarium
7. Dua testis
8. Kelenjer pineal
9. Kelenjer timus

Kelenjer hipofisis (pituitari)


Merupakan kelenjer kecil,garis tengahnya kurang dari 1 cm dan beratnya sekitar 0,5
sampai 1 gram yang terletak didalam sel latusica pada basis otak dan dihubungkan dengan
hipotalamus oleh tangkai pituitaria,atau infumdibilum hipotalami.

Pembagian hormon hipofisis


a. hipofisis anterior
b. hipofisis posterior

1. hormon hipofisis anterior


a. growth hormone (GH) atau somatotropic hormone (STH) adalah sejenis hormon
protein yang mengendalikan pertumbuhan sel tubuh dengan merangsang seluruh
jaringan tubuh untuk menambah ukuran sel dan memperbanyak mitosis sehingga
jumlah sel bertambah.GH mempunyai efek metabolik yaitu:
1) protein sintesis lebih
2) penggunaan karbohidrat berkurang
3) mobilisasi lemak berlebih
b. TSH (thyroid stimulating hormone:hormone perangsang thyroid) terletak tepat di
bawah laring sebelah kanan dan kiri dengan trakea.
1) Pembentukan dan sekresi hormon tiroid
Hormon yang paling banyak di sekresi oleh kelenjer tiroid adalah
tiroksin.zat hasil sekresidinamakan koloid yang dibatasi oleh sel epitel
koloid yang menyekresi bagian dalam folikel.

2) Fungsi tiroid

6
- Meningkatkan kecepatan metabolisme secara keseluruhan
- Pada anak-anak merangsang pertumbuhan
3) Peningkatan umum kecepatan metabolisme
- Hormon tiroid meningkat aktifitas metabolisme hampir semua
jaringan tubuh
- Efek hormon tiroid menyebabakan peningkatan sintesis protein

4) Efek hormon tiroid atas pertumbuhan


- Hormon tiroid mempunyai efek umum dan khusus atas
pertumbuhan pada manusia
- Efek hormon tiroid atas pertumbuhan pertama dimanifestasikan
dakam anak-anak yang sedang tumbuh
5) Kelainan kelenjer tiroid
a. Kegagalan sekresi tiroid
b. Kelebihan sekresi tiroid
c. ACTH (adrennocorticotropik
hormone),adrenocorticotropin,corticotropin
d. Hormon perangsang folikel
e. Prolaktin
2. Hormon hipofisis posterior ADH dan oksitoksin
a. ADH (antidiuretik hormone)
Efek fisiologis:
- ADH menghemat air dan mengatur tekanan osmotic cairan tubuh 95% dari
total osmotic presure pada ECF ditentuksn oleh konsentrasi ion Na.
- ADH pada kontraksi sedang dan tinggi punya presure
effeck(meningkatkan tkanan darah dengan mrangsang kontriksi pembulu
darah perifer) karena itu ADH sering disebut sebagai vasopressin.
b. Oxitosin
Efek fisiologis:pada perempuanefek oxitoksin tidak dikenal fungsinya pada laki-
laki,walaupun dilepas pada saat stimulasi seksual

7
Kendali sekresi:penghisapan payudara,desafan nafas suara bayi atau stimulating
puting atau areola pada ibu yang menyusui mengakibatkan stimulasi sarafpada
hipotalamus,sekresi oksitoxin dan keluar dan keluarnya air susu.

KELENJER TIROID
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh
membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya.
Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi tiroid diatur
oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali hormon pelepas tirotropin
(TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang
mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju
metabolik tubuh.

Pembentukan dan pelepasan


Kelenjer tiroid mensekresi dua jenis hormon,yaitu:
- Tiroksin atau tetraiodotironin (T4),90% dari seluruh sekresi kelenjar tiroid
- Triiodotironin (T3),sekresi dalam jumlah kecil

Efek fisiolagis hormon tiroid


- Hormon ini meningkatkan laju metabolik hampir semua sel tubuh dengan menstibulus
konsumsi oksigen dan memperbesar pengeluaran energi,terutama dalam bentuk panas
- Pertumbuhan dan maturasi normal tulang dan gigi,jaringan ikat serta jaringan saraf

KELENJER PARATIROID

Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon
paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan fosfat dalam
tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat darah dan sel
oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.

8
1. Anatomi fisiologi kelenjer paratiroid
Dalam keadaan normal terdapat 4 kelenjer tiroid pada manusia,panjangnya kira-kira
6mm,labar 3 mm,dan tebalnya 2mm.
2. Efek fisiologis
- Ion kalsium sangat penting untuk pambentukan tulang dan gigi,koagulasi
darh,kontraksi otot,permeabilitas membran sel dan kemampuan eksitabilitas
neuromuskular yang normal
- Ion fosfat sangat penting untuk metabolisme selluler,sistem buffer asam basa
tubuh,juga sebagai komponen nulkleotida danmembran sel
3. Abnormalitas sekresi
- Hipersekresi
Biasanya disebabkan oleh tumor dari salah satu kelenjer paratiroid. Pada
hiperparatiroidisme terjadi aktivitas osteoklasik yang hebat pada tulang dan
meningkatkn konsentreasi ion kalsium dalm cairan ekstrasel.
- Hiposekresi
Bila kelenjer paratiroid tidak mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah
cukup,osteoklast tulang hampir tidak aktif sama sekali.
- Rickets terutama pada anak-anak sebagai akibat defisiensi kalsium atau fosfat
dalam cairan ekstrasel. Biasanya rickets disebabkan karena kekurangan vitamin D
bukan kekurangan kalsium atau fosfor diet.

KELENJER KALSITONIN
Hormon ini diberi nama kalsitonin karena ia menurunkan konsentrasi ion kalsium
darah.Kalsitosin mengurangi konsentrasi kalsium plasma dalam tiga cara:

1. Efek segera untuk mengurangi aktivitas osteoklast


2. Efek kedua,yang dapat dilihat sekitar satu jam,adalah peningkatan aktivitas
osteoblastik 3.
Efek ketiga dan terlama kalsitonin adalah mencegah pembentukan osteoklast baru dari sel
osteoprogenitor

Absorpsi kalsium dan fosfat


Kalsium sukar diapsorpsi dari saluran pencernaan karena banyak senyawanya relatif
kurang larut dan juga karena kation bivalen sukar diabsorpsi dengan baik setiap waktu
kecuali bila tedapat kalsium berlebihan dalam diet,kalsium cenderung membentuk senyawa
kalsium fosfat yang hampir tidak larut sehingga sukar diabsorpsi dan dibuang melalui usus
untuk diekskresi ke fase.

Vitamin D dan peranannya pada absorpsi kalsium


Vitamin D mempunyai efek kuat dalam meningkatkan absorbsi kalsium dari saluran
pencernaan adiposa.organ ini berada di kutupatas ginjal.

9
KELENJAR ADRENAL

Adalah dua masa triangukar pipih bewarna kuning yang terutama pada jaringan
adiposa.organ ini berada di kutup atas.

hormon yang dihasilkan adalah:

1. Hormon medular,yang disekresi oleh sel-sel kromatin medula adrenal untuk merespon
stimulus pregangtion simpatis.
2. Hormon kortikal adrenal,kelenjer adrenal terletak pada kutup superior kedua
ginjal,masing-masing terdiri dari dua bagianr,medula adrenal dan korteks adrenal

Abnormalitas hormone

1. Hipoadremalitas-penyakit addison
Diakibatkan karena kegagalan dari korteks adrenal menghasilkan hormon-hormon
korteks darenal dan hal ini selanjutnya paling sering disebabkan oleh atrofi primer
korteks adrenal,mungkin akibat autoimunitas terhadap kokteka tetapi sering juga oleh
kerusakan tuberkolosis pada kelenjer adrenal atau invansi korteks adrenal oleh kanker.
2. Hiperadrenalisme-penyakit cushing
Hipersekresi korteks adrenal menyebabkab kompleks efek hormonal yang dinamakan
penyakit cacing

PANGKEAS ENDOKRIN

Sel ednokrin dapat ditemukan dalam pulau lenggershans,yaitu kumpulan sel kecil yang
tersebar diseluruh organ.ada 4 jenis sel penghasil hormon yang teridentivikasi dalam pulu-pulau
tersebut,yaitu:

1. Sel alfa,mensekresi glukagon yang meningkatkan kadar gula darah


2. Sel beta mensekresi insulin,yaitu menurunkan kadar gula darah
3. Sel delta mensekresi somatostanin atau hormon penghalang hormon pertubuhan yang
menghambat sekresi glukagon dan insulin.
4. Sel F,mengsekresi polipotida pangreas,sejenis hormon pencernaan untuk fungsi yang
tidak jelas,yang dilepaskan setelah makan

a. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia
b. Glukagon adalah suatu hormon yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau
lenggerhans,mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin

DIABETES MILITUS

10
Diabetes militus bisebabkan oleh penurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pulau

KELENJER PINEAL

Kelenjer pineal terbentuk dari jaringan saraf dan terlatak dilangit-langit vertikelketiga
otak.kelenjer ini terdiri dari pinealosit dan sel neurolgia penopang.

KELENJER TIMUS

Faktor yang diproduksi oleh kelenjer ini adalah meliputi 6 pepetida,yang secara kolektif
disebut timosin.fungsi dari timosin adalah:

1. Mengendalikan perkembangan sistem imun dependen timus dengan menstimulasi


diferensiasi dan proliferasi sel limfosit T
2. Mungkin berperan dalam penyakit immuno difesiensikongenital,seperti
agamaglobulinemia,yaitu ketidakmampuan total untuk memproduksi anti bodi

Sifat Hormon

Semua hormon umunya memperlihatkan adanya kesamaan sifat. Beberapa sifat yang umum
diperlihatkan oleh hormon ialah sebagai berikut.

1. Hormon Polipeptida biasanya disintesis dalam bentuk precursor yang belum aktif
(disebut sebagai prohormon), contohnya proinsulin. Prohormon memiliki rantai yang
panjang daripada bentuk aktifnya.
2. Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yang sangat rendah dan sebagian
hormon berumur pendek.
3. Beberapa jenis hormon (misalnya adrenalin) dapat segera beraksi dengan sel sasaran
dalam waktu beberapa detik, sedangkan hormon yang lain (contohnya esterogen dan
tiroksin) bereaksi secara lambat dalam waktu beberapa jam samapai beberapa hari.
4. Pada sel sasaran, hormon akan berkaitan dengan reseptornya.
5. Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua dalam mekanismenya.

F. Mekanisme Aksi Hormon

Reseptor Hormon Pada Membran

Reseptor untuk hormon pada suatu sel dapat terletak pada membrane atau sitoplasma biasanya
merupakan reseptor untuk hormon protein atau peptida. Apabila sudah sampai di dekat sel
sasaran, hormon akan segera berikatan dengan reseptornya dan memebentuk komplekss hormon-

11
reseptor. Pembentukan hormon-reseptor terjadi melalui mekanisme yang serupa dengan
penggabungan antara anak kunci dan gemboknya. Kompleks hormon-reseptor akan memicu
serangkaian reaksi biokimia yang menimbulkan tanggapan hayati.

Berikut adalah contoh beberapa peristiwa yang dapat diubah oleh hormon dengan cara kerja
seperti di atas :

- Perubahan aktivitas enzim : perubahan aktivitas enzim memungkinkan proses


metabolism tertentu dapat terselenggara atau terhenti.
- Pengaktifan mekanisme transport aktif : proses transport aktif sangat penting bagi sel
untuk memasukkan tau mengeluarkan suatu zat.
- Aktivitas pembentukan mikrotubulus : perubahan aktivitas pembentukan mikrotubulus
dapat mempengaruhi berbagai peristiwa yang tergantung padanya, antara alin
pergerakan ameba dan mitosis sel.
- Pengubahan aktivitas metabolism DNA : pengubahan aktivitas metabolisme DNA dapat
memepengaruhi proses pertumbuhan atau pembelahan sel.

Reseptor Hormon Pada Sitoplasma (Reseptor Sitosolik)

Merupakan hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel sasaran. Hormon yang
menggunakan reseptor sitosolik adalah hormon steroid dan hormon turunan asam amino.
Hormon tersebut sangat musah larutdalam lipid sehingga mudah melewati membrane sel sasaran.

Selama dalam peredaran darah ke seluruh tubuh, hormon selalu berkaitan dengan
pengembannnya. Hormon akan terlepas dari molekul pengemban dan masuk ke sel sasaran.
Dalam sitoplasma sel sasaran, hormon berkombinasi dengan reseptor khusus sehingga
menghasilkan kompleks hormon-reseptor yang aktif. Kompleks tersebut memiliki daya gabung
yang sanagt tinggi terhadap DNA sehingga setelah masuk ke inti, akan segera berkombinasi
dengan DNA. Hal ini yang mengawali transkrip DNA. Pengikatan kompleks hormon-reseptor
pada daerah promoter akan merangsang gen tertentu untuk aktif atau pasif.

G.Sistem Endokrin pada neonatus

Sistem Endokrin Intra Uterin

Kelenjar –kelenjar endokrin pada intra uterin belum bisa berfungsia secara maksimal

karena pembentukan belum sempurna dan masih mendapatkan bantuan dari plasenta dan

kelenjar endokrin ibunya.

Pembentukan kelenjar-kelenjar endokrin dimulai dari trimester I. Kelenjar-kelenjar

12
endokrin pada ekstra uterin sudah bisa berfungsi secara maksimal karena pembentukannya juga

sudah muali sempurna jadi neonatus sudah tidak mendapatkan bantuan dari plasenta dan kelenjar

endokrin ibunya.

Kelenjar-Kelenjar Endokrin

1. Hipofisis Anterior

Mulchahey dan kawan-kawan (1987), dalam suatu tinjauan yang bagus sekali tentang

ontogenesis fungsi dan regulasi kelenjar hipofisis janin, mengetengahkan suatu pandangan yang

menarik dan patut diacungi jempol. Pertama, mereka mengabaikan validitas konsep bahwa

pengendalian sekresi hipofisis anterior janin tergantung pada pematangan system saraf pusat.

Kedua, mereka menyebutkan bahwa sistem endokrin janin berfungsi selama beberpa

waktu sebelum “sistem saraf pusat melengkapi sinaptogenesisnya dan sistem-sistem integrative

lainnya telah mencapai status maturitas, sehingga mampu melaksanakan banyak tugas yang

berkaitan dengan homeostasis.”

Ketiga, mereka melanjutkan dengan mengusulkan bahwa sistem endokrin janin tidak

perlu menyerupai sistem endokrin dewasa, tetapi dapat merupakan satu dari sistem homeostasik

pertama kali yang dikembangkan.

Akhirnya, hipofisis anterior janin berdiferensiasi menjadi lima tipe sel, yang mensekresi

enam hormon protein:

1. Laktotrop memproduksi prolaktin (PRL)

2. Somatotrop, memproduksi hormon pertumbuhan (GH)

13
3. Kortikotrop, memproduksi kortikotropin (ACTH)

4. Tirotrop, memproduksi thyroid-stimulating horomone (TSH)

5. Gonadotrop, memproduksi luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH).

ACTH pertama kali dideteksi pada hipofisis janin pada minggu ke-7 kehamilan dan

sebelum akhir minggu ke-17, hipofisis janin mampu mensintesis dan menyimpan semua hormon

hipofisis. GH, ACTH dan LH telah diidentifikasi pada hipofisis janin manusia pada kehamilan

13 minggu. Lebih jauh, hipofisis janin responsif terhadap hormon-hormon hipofisiotropik dan

mampu mensekresi hormon-hormon ini sejak kehamilan dini.

Kadar hormon pertumbuhan hipofisis agak tinggi pada darah tali pusat, meskipun peranan

untuk hormon tersebut dalam pertumbuhan dan perkembangan janin tidak jelas. Dekapitasi in

utero tidak banyak mengganggu pertumbuhan sisa lainnya pada janin binatang, seperti yang

diperlihatkan oleh Bearn (1967) dan lainnya. Lagipula, janin-janin anensefalik manusia dengan

jaringan hipofisis kecil tidak banyak berbeda dari janin-janin normal.

Hipofisis janin menghasilkan dan melepaskan endorfin-β dengan cara yang berbeda dari

kadar plasma ibunya. Lagipula, kadar endorfin-β dan lipotrofin-β darah tali pusat ditemukan

menurun sesuai dengan menurunnya pH janin, tetapi berkorelasi dengan cara yang positif dengan

PCO2 janin.

2. Neurohipofisis

Neurohipofisis janin berkembang dengan baik pada kehamilan 10 sampai 12 minggu dan

sudah dapat ditemukan oksitosin dan arginin vasopresin (AVP). Di samping itu, hormon

vasotosin (AVT) terdapat di hipofisis janin dan kelenjar pineal. AVT hanya terdapat pada

14
kehidupan janin manusia. Pada binatang-binatang dewasa, infus AVT meningkatkan tidur dan

merangsang pelepasan prolaktin.

Ada kemungkinan oksitosin dan AVP berfungsi pada janin untuk menghemat air tetapi

aksi-kasi ini sebagian besar pada tingkat paru dan plasenta dibandingkan pada tingkat ginjal.

Pembentukan PGE2 di dalam ginjal janin dapat melemahkan kerja AVP di organ ini.

Beberapa peneliti telah menemukan bahwa kadar AVP di plasma tali pusat meningkat

secara menyolok dibandingkan dengan kadar yang ditemukan dalam plasma ibu. Di samping itu,

AVP dalam darah tali pusat dan darah janin tampak meninggi pada stress janin.

3. Hipofisis Intermedia Janin

Ada lobus intermedie hipofisis yang berkembang baik pada janin manusia. Sel-sel dalam

struktur ini mulai menghilang sebelum cukup bulan dan tidak ada lagi pada hipofisis dewasa.

Produk sekresi utaria dari sel-sel lobus intermedia adalah hormon stimulasi α-melanosit (α-

MSH) dan β-endorfin. Kadar α-MSH janin menurun secara progesif sesuai dengan umur

kehamilan.

4. Tiroid

Sistem hipofisis-tiroid mampu berfungsi pada akhir tri trimester pertama (lihat tabel).

Tetapi sampai tengah-tengah kehamilan, sekresi thyroid-stimulating hormone dan hormon tiroid

masih rendah. Ada peningkatan yang lumayan besar setelah waktu ini.

15
Mungkin sangat sedikit tirotropin melintasi plasenta dari ibu ke janin sementara

stimulator-stimulator. Tiroid berjangka panjang LATS dan LATS-protektor demikian juga, bila

terdapat dalam konsentrasi tinggi pada ibunya. Juga, antibody-antibaodi IgG ibu terhadap

thyroid-stimulating hormon (TSH) juga dapat melintasi plasenta sehingga mengakibatkan kadar

TSH tinggi palsu pada neonatus.

Fase-fase pematangan tiroid pada janin dan neonatus manusia

v Embriogenesis sumbu hipofisis-tiroid 2 sampai 12 minggu

v Pematangan hypothalamus 10 sampai 35 minggu

v Perkembangan pengendalian neuroendorin 20 minggu sampai 4 minggu setelah lahir

v Pematangan system monodeyodinasi perifer 30 monggu sampai 4 minggu setelah lahir

Plasenta manusia secara aktif mengkonsentrasikan yodida pada sisi janin dan sepanjng

trimester kedua dan ketiga kehamilan, tiroid janin mengkonsentrasikan yodida lebih kuat

daripada tiroid ibu. Karena itu, pemberian raip-yodida atau jumlah yodida yang lebih banyak dari

biasa, jelas berbahaya bagi janin.

Hormon tiroid yang berasal dari ibu melintasi plasenta pada tingkat yang sangat terbatas

dengan triyodotironin lebih mudah lewat darpada tiroksin. Ada aksi terbatas hormon tiroid

selama kehidupan janin. Janin manusia yang atiroid tumbuh secara normal pada waktu lahir.

Hanya jaringan-jaringan tertentu yang mungkin responsive terhadap hormon tiroid, yaitu otak

dan paru.

5. Kelenjar Paratiroid

16
Ada bukti yang baik bahwa paratiroid menguraikan parathormon pada akhir trimester

pertama dan kelenjar tersebut tampaknya memberi respon in utero terhadap stimulasi pengaturan.

Neonatus dari ibu-ibu dengan hiperparatiroidisme, misalnya dapat menderita tetani

hipokalsemik.

Kadar kalsium plasma dalam janin, 11 sampai 12 mg per dL, dipertahankan oleh transpor

aktif dari darah ibu. Kadar paratiroid dalam darah janin relatif rendah dan kadar kalsitonin tinggi.

Pada biri-biri, paratiroidektomi janin menyebabkan turunnya konsentrasi kalsium plasma janin.

Nefrektomi juga menyebabkan turunnya kalsium dan 1α-hidroksilasi dari 25-OH-kolekalsiferol

terjadi di ginjal janin.

6. Kelenjar Adrenal

Adrenal janin manusia disbanding dengan ukuran badan totalnya jauh lebih besar daripada

perbandingan ukuran tersebut pada orang dewasa, seluruh pembesaran tersebut merupakan

bagian dalamnya atau yang disebut zone janin korteks adrenal. Zone janin yang normalnya

mengalami hipertrofi tersebut, mengalami involusio dengan cepat setelah lahir. Zone janin

tersebut tidak ada dalam kejadian yang jarang, dimana hipofisis janin secara kongenital tidak

ada.

Adrenal janin juga mensintesis aldosteron. Pada satu penelitian, kadar aldosteron di

plasma tali pusat mendekati cukup bulan, melebihi kadarnya di plasma ibu, seperti juga rennin

dan substrat rennin. Tubulus-tubulus ginjal bayi baru lahir dan barangkali juga janin tampak

relatif tidak sensitif terhadap aldosteron.

17
Perkembangan Adrenal Janin Awal

Pada awal kehidupan embrional, adrenal janin tersusun dari sel-sel yang mirip dengan sel-

sel zona fetal korteks adrenal janin, sel-sel ini dengan cepat muncul dan berproliferasi sebelum

waktu vaskularisasi hipofisis oleh hipotalamus sempurna. Hal ini memberi kesan bahwa

perkembangan awal adrenal janin berada di bawah pengaruh-pengaruh trofik yang mungkin

tidak sepenuhnya sesuai dengan pengaruh trofik pada orang dewasa.

Kemungkinan, ACTH disekresi oleh hipofisis janin tanpa adanya factor corticotropin-

releasing factor (CRF) atau ACTH (atau CRF) lain yang timbul dari suatu sumber selain

hipofisis janin, misalnya dari ACTH (atau CRF) korionik yang disintesis oleh trofoblas. ACTH

tidak menyebrangi plasenta. Tetapi ada kemungkinan lain, ini mencakup kemungkinan bahwa

ada suatu agen selain ACTH yang meningkatkan replikasi sel-sel adrenal zona fetal.

Korteks adrenal fetus normal terus menerus berkembang sepanjang kehamilan dan selama

5 sampai 6 minggu kehamilan terakhir, terjadi kenaikan cepat ukuran adrenal fetus manusia.

Jelas bahwa laju pertumbuhan adrenal fetus dan sekresi steroid tidak dikendalikan oleh rangsang

trofik tunggal (ACTH), tetapi lebih diatur oleh lebih dari satu jenis agen yang menunjang

pertumbuhan.

7. Gonad

Siiteri dan Wilson (1974) mendemontrasikan sintesis testosteron oleh testis janin dari

progesterone dan pregnenolon pada kehamilan 10 minggu. Lebih lanjut, Leinonen dan Jaffe (

1985) menemukan bahwa sel-sel Leydig testis janin luput dari desensitisasi yang khas pada testis

dewasa, yang diberi tantangan-tantangan hCG berulang.

18
Fenomena dalam testis janin ini mungkin disebabkan oleh:

v Tidak adanya reseptor estrogen di dalam testis janin

v Stimulasi prolaktin pada reseptor-reseptor hCG/LH pada testis janin

Karena itu, ada hubungan yang erat antara gambaran perkembangan sel-sel Leydig dalam

testis janin dan kadar hCG, pembentukan testosteron testis dan kadar hCG, konsentrasi reseptor

untuk kadar LH/hCG dan tidak adanya regulasi penurunan reseptor LH/hCG dan sekresi

testosteron testikuler janin yang terus menerus pada waktu kadar hCG tinggi. Pembentukan

estrogen di ovarium janin telah didemonstrasikan tetapi pembentukan estrogen di ovarium tidak

diperlukan untuk perkembangan fenotip perempuan.

Plasenta Sebagai Organ Endokrin

Perubahan-perubahan endokrin yang menyertai kehamilan manusia mungkin adalah yang

paling unik dan paling mengherankan yang dicatat pada fisiologi atau patofisiologi mamalia.

Kalau diteliti niali-nilai ini, jelas bahwa perubahan-perubahan endokrin pada kehamilan

merupakan fenomena. Di samping peningkatan pembentukan hormon steroid seks dan

mineralkortikoid ini, juga ada peningkatan menyolok kadar rennin, angiotensinogen dan

angiotensin II plasma, bersamaan dengan produksi harian 1 g laktogen plasenta manusia (hPL)

dan jumlah gonadotropin koroinik manusia (hCG) dalam jumlah banyak.

Plasenta juga memproduksi adrenokortikotropin (ACTH) korionik dan produk-produk

lain dari pro-opiomelanokortik, human korionik tirotropin (hCT) dan juga hypothalamic-like

19
releasing dan inhibiting hormon, yaitu thyrotropin-releasing hormone (TRH), gonadotropin-

releasing hormone (GnRH) atau luteinizing hormon-releasing hormone (LHRH), corticotropin-

releasing factor (CRF) dan somatostatin serta inhibin dan berbagai macam protein yang unik

untuk kehamilan (spesifik-kehamilan) atau proses-proses neoplastik.

Hormon-Hormon Protein Plasenta

1. Gonadotropin korionik

2. Adrenokortikotropin dan tirotropin korionik

3. Hormon-hormon hypothalamic like-releasing dari plasenta

4. Inhibin

B. Sistem Endokrin Ekstra Uterin

Sistem endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada ketika berada dalam

kandungan. Ketika janin berada dalam kandungan maka masih mendapatkan segala

kebutuhannya dari ibu melalui plasenta meskipun dalam perkembangan di dalam kandungan

mulai terbentuk organ-organ bagi aktivitas hidup.

Namun, organ-organ tersebut, misalnya system endokrin masih belum sempurna

sempurna untuk dapat hidup mandiri. Setelah janin lahir barulah system endokrin dapat bekerja

sehingga bayi dapat hidup diluar rahim ibunya kerena hilangnya ketergantungan dari plasenta

dan ibu.

Setelah lahir ada beberapa kelenjar yangmengalami daptasi agar mampu bekerja misalnya :

Kelenjar Tiroid

20
Segera setelah lahir, kelenjar tiroid mngalami perubahan-perubahan besar funsi dan

metabolisnya. Pendinginan atmosfer membangkitkan peningkatan mendadak dan jelas sekresi

tirotropsin, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan progresif kadar tiroksin serum maksimal

24-26 minggu setelah lahir. Ada peningkatan kadar tryiyodotironin serum yang terjadi hampir

bersamaan.

Kelenjar Timus

Pada bayi baru lahir ukurannya masih sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram atau sedikit

ukurannya ertambah dan pada masa remaja beratnya meningkat 30-40 gram kemudian mengerut

lagi.

21
Gambar k.hipofisis 2.Gambar k.tiroid

3.Gambar k.adrenal 4.Gambar k.pangkreas

22
5.Gambar k.hypotalamus 6.Gambar k.paratiroid

9.Gambar k.timus 10.Gambar k.pineal

23
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Suatu hormon merupakan zat kimia yang disekresi dalam cairan tubuh oleh suatu sel atau
kelompok sel dam menimbulkan efek pengaturan fisiologis pada sel-sel tubuh lainnya.Kulit
meruoakansalah satu organik terbesar dari tubuh dimana kulit membentuk 15% dari berat badan
keseluruhan.

Saran
Dengan adanya makalah ini diharapakan agara mahasiswa dapat mengetahui bagaiman proses
system-sistem yang adapadatubuh yang sebenarnya :
 Bagaimana system endokrin

24
Daftarpustaka

1. Tambayong, Jan.1997.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Keperawatan.Yogyakarta:Bumi


Aksara
2. Smeltzer, Suzanne C. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Ed. 8. Vol. 2. Jakarta : EGC
3. Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
4. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.
5. Pengajar, Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia. 1985. Ilmu Kesehatan Anak
6. http://missheni.blogspot.com/2011/01/perubahan-fisiologi-neonatus.html

25

Anda mungkin juga menyukai