Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN

KRITIS DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPOGLIKEMIA

Disusun ntuk memenuhi tugas stase keperawatan gawat darurat dan kritis

Oleh
AFENTIANI RIZKY SUHENDRI
204291517030

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

A. KONSEP DASAR ............................................................................................... 1

1. Anatomi dan Fisiologi ............................................................................... 1

2. Definisi ..................................................................................................... 11

3. Etiologi ..................................................................................................... 12

4. Patofisiologi ............................................................................................. 14

5. Manifestasi Klinik ................................................................................... 15

6. Komplikasi ............................................................................................... 16

7. Penatalaksanaan Medis .......................................................................... 17

B. ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................................... 18

1. Pengkajian ..................................................................................................... 18

2. Pengkajian Sekunder .............................................................................. 18

3. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 20

4. Intervensi Keperawatan ......................................................................... 21

5. Implementasi Keperawatan ................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 27

ii
A. KONSEP DASAR
1. Anatomi dan Fisiologi
Sistem endokrin adalah suatu sistem dalam tubuh manusia yang bertugas
untuk melakukan sekresi (memproduksi) hormon yang berfungsi untuk
mengatur seluruh kegiatan organ-organ dalam tubuh manusia sesuai dengan
yang dibutuhkan organ tersebut. Hasil sekresi berupa hormon ini langsung
masuk ke dalam pembuluh darah manusia tanpa harus melalui saluran
(duktus). Sistem endokrin terbagi menjadi beberapa kelenjar endokrin yang
jika dalam satu kesatuan disebut dengan sistem endokrin. Jadi, sistem
endokrin merupakan gabungan dari beberapa kelenjar endokrin. Kelenjar
endokrin itu sendiri ada yang menghasilkan satu macam hormon/tunggal,
danada juga yang menghasilkan beberapa hormon/ganda. Kelenjar terdiri
dari dua tipe yaitu endokrin dan eksokrin. Kelenjar endokrin melepaskan
sekresinya langsung ke dalam darah. Kelenjar endokrin terdapat pada pulau
Langerhans, kelenjar gonad (ovarium dan testis), kelenjar adrenal, hipofise,
tiroid dan paratiroid. Sedangkan kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya
ke dalam duktus pada permukaan tubuh seperti kulit dan organ internal
(lapisan traktus intestinal-sel APUD).

Gambar 1 . Sistem Endokrin pada manusia

1
Beberapa fungsi dari kelenjar endokrin, adalah mengontrol dan merangsang
aktifitas kelenjar tubuh, merangsang pertumbuhan jaringan, menghasilkan
hormon-hormon yang dibutuhkan oleh organ-organ tertentu, mengatur
oksidasi, metabolisme, dan meningkatkan penyerapan (absorpsi) glukosa
pada usus halus, mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang, protein,
vitamin, dan mineral. Sedangkan fungsi dari hormon adalah mengendalikan
proses-proses dalam tubuh manusia seperti proses metabolisme, proses
oksidatif, perkembangan seksual, dan lain-lain. Menjaga keseimbangan
fungsi tubuh (homeostasis). Di dalam tubuh manusia, terdapat 6 kelenjar
endokrin yang masing-masing berperan dalam menghasilkan hormon-
hormon tertentu sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kelenjar-kelenjar tersebut
adalah sebagai berikut. 1. Kelenjar Hipofisis Hipofisis atau disebut juga
glandula pituitaria terletak di sella turcica, lekukan os tsphenoidale basis
cranii, berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm. Kelenjar ini terbagi
menjadi lobus anterior dan posterior, serta terdiri dari adenohipofisis yang
berasal dari orofaring dan neurohipofisis yang berasal dari sistem kantong
Ratke (Ratke diambil dari nama ahli anatomi asal Jerman).  ANATOMI
FISIOLOGI  123 Hipofise dikenal sebagai master of gland karena
kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol aktivitas
kelenjar endokrin lain dengan menghasilkan bermacam-macam hormon
untuk mengatur kegiatan kelenjar endokrin lainnya, terletak di bagian otak
besar. Kelenjar hipofisis ini dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan letaknya,
yaitu bagian depan (anterior), bagian tengah (central), dan juga bagian
belakang (posterior). Kelenjar hipofisis juga bekerja sama dengan
hipotalamus (suatu organ dalam otak) untuk mengendalikan organ-organ
dalam tubuh.

2
Gambar 2. Kelenjar Hipofisis

a. Kelenjar Hipofisis Anterior (Adenohipofise), menghasilkan beberapa


macam hormon, antara lain sebagai berikut. 1) Hormon Somatotropin,
yang berfungsi untuk merangsang metabolisme protein dan lemak serta
merangsang pertumbuhan tulang dan otot. 2) Hormon Tirotropin, yang
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan dari
kelenjar gondok (kelenjar tiroid) dan juga untuk merangsang sekresi
tiroksin. 3) Hormon Adenocorticotropin (ACTH), yang berfungsi untuk
mengontrol perkembangan dan pertumbuhan aktifitas kulit ginjal dan
merangsang kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon
glukokortikoid (hormon untuk metabolisme karbohidrat). 4) Hormon
Lactogenic, yang berfungsi untuk memelihara korpus luteum (kelenjar
endokrin sementara pada ovarium) sehingga dapat menghasilkan
progesteron (hormon perkembangan dan pertumbuhan primer pada
wanita) dan air susu ibu 5) Hormon Gonadotropin, yang berfungsi untuk
merangsang pematangan folikel dalam ovarium (siklus mentruasi),
menghasilkan hormon estrogen (pertumbuhan dan perkembangan
sekunder pada wanita), dan menghasilkan progesteron pada wanita. 
ANATOMI FISIOLOGI  124 Sedangkan pada pria, hormon
gonadotropin berfungsi untuk merangsang terjadinya spermatogenesis

3
(siklus pembentukan sperma pada pria) serta merangsang sel-sel
interstitial testis untuk menghasilkan hormon androgen dan testosterone.
b. Kelenjar Hipofise Tengah Kelenjar hipofise bagian tengah hanya
memproduksi satu hormon yang disebut dengan Melanosit Stimulating
Hormon (MSH). Hormon ini bertanggung jawab terhadap pewarnaan
pada kulit manusia. Semakin banyak melanosit yang diproduksi, maka
semakin hitam kulit seseorang. c. Kelenjar Hipofise Belakang
(Neurohipofise) Kelenjar hipofise bagian belakang menghasilkan 2
macam hormon, yaitu sebagai berikut. 1) Hormon Vasopresin atau
Hormon Diuretik (ADH), yang berfungsi untuk mempengaruhi proses
reabsorpsi urin pada tubulus distal ginjal guna mencegah terlalu banyak
urin yang keluar. 2) Hormon Oksitosin, yang berfungsi untuk
merangsang otot polos yang terdapat di uterus (alat reproduksi dalam
wanita). 2. Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid terletak di bagian depan leher
atau bagian depan kerongkongan tepat dibawah kartilago krikoid antara
fasia koli media dan fasia prevertebralis. Dalam ruang yang sama juga
terletak trakea, esofagus, pembuluh darah besar dan saraf. Kelenjar
tiroid melekat pada trakea dan melingkari dua pertiga sampai tiga
perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak
pada permukaan belakang kelenjar tiroid. Pada orang dewasa berat
tiroid kira-kira 18 gram. Terdapat dua lobus kanan dan kiri yang dibatasi
oleh isthmus. Masing-masing lobus memiliki ketebalan 2 cm, lebar 2,5
cm, dan panjang 4 cm. Terdapat folikel dan para folikuler. Mendapat
sirkulasi dari arteri tiroidea superior dan inferior dan dipersarafi oleh
saraf adrenergik dan kolinergik.Pembuluh darah besar yang terdapat
dekat kelenjar tiroid adalah arteri karotis komunis dan arteri jugularis
interna. Sedangkan saraf yang ada adalah nervus vagus yang terletak
bersama di dalam sarung tertutup di laterodorsal tiroid. Nervus rekurens
terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring (Anderson, 1999;
Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Guyton & Hall, 2012). Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) atau Tetra
Iodotironin. Bentuk aktif hormon ini adalah triyodotironin (T3) yang

4
sebagian besar berasal dari konversi hormon T4 di perifer dan sebagian
kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Yodida inorganik yang
diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Yodida
inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan selanjutnya
menjadi bagian dari tirosin yang terdapat dalam tiroglobulin sebagai
monoyodotirosin (MIT).Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar
hormon perangsang tiroid yaitu Thyroid Stimulating Hormon (TSH)
yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini
secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon
tiroid dalam sirkulasi yang bertindak  ANATOMI FISIOLOGI 
125 sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan
terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin (Thytotropine Releasing
Hormon – TRH) dari hipotalamus. Kelenjar tiroid juga mengeluarkan
kalsitonin dari sel parafolikuler. Kalsitonin adalah polipeptida yang
menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorbsi
kalsium dan tulang. Kelenjar ini menghasilkan dua bentuk hormon
sebagai berikut.
a. Hormon Tiroksin, yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan
perkembangan tubuh manusia, mengatur aktivitas saraf, dan juga
mengatur metabolisme organik.
b. Hormon Triiodontironin, fungsinya sama dengan hormon tiroksin.
Fungsi hormon tiroid antara lain mengatur laju metabolisme tubuh,
pertumbuhan testis, saraf dan tulang, mempertahankan sekresi GH
dan gonadotropin, menambah kekuatan kontraksi otot dan irama
jantung, merangsang pembentukan sel darah merah, mempengaruhi
kekuatan dan ritme pernafasan, sebagai kompensasi tubuh terhadap
kebutuhan oksigen akibat metabolisme dan antagonis insulin.

5
Gambar 3. Kelenjar Tiroid

1. Kelenjar Paratiroid Kelenjar ini terletak di setiap sisi dari kelenjar tiroid dan
berjumlah 4 buah yang tersusun secara berpasangan. Kelenjar Paratiroid
menghasilkan hormon parahormon yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan kalsium dalam darah dan juga mengatur metabolisme
fosfor.Kelenjar paratiroid tumbuh di dalam endoderm menempel pada
bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar tiroid yang berjumlah 4
buah terdiri dari chief cells dan oxyphill cells. Kelenjar paratiroid berwarna
kekuningan dan berukuran kurang lebih 3 x 3 x 2 mm dengan berat
keseluruhan sampai 100 mg. Kelenjar paratiroid mensintesa dan
mengeluarkan hormon paratiroid (Parathyroid Hormon/PTH). Sintesis PTH
dikendalikan oleh kadar kalsium dalam plasma. Sintesis PTH dihambat
apabila kadar kalsium rendah.PTH bekerja pada tiga sasaran utama dalam
pengendalian homeostasis kalsiumyaitu di ginjal, tulang dan usus. Di dalam
ginjal, PTH meningkatkan reabsorbsi kalsium. Padatulang, PTH
merangsang aktifitas osteoplastik, sedangkan di usus, PTH meningkatkan
absorbsi kalsium (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Guyton
& Hall, 2012).

6
Gambar 4. Kelenjar Paratiroid

2. Kelenjar Anak Ginjal (Adrenal/Suprarenal)


Kelenjar adrenal terletak di kutub atas kedua ginjal. Kelenjar suprarenal atau
kelenjar anak ginjal menempel pada ginjal. Terdiri dari dua lapis yaitu
bagian korteks dan medula. Korteks adrenal mensintesa 3 hormon, yaitu
sebagai berikut.
a. Mineralokortikoid (aldosteron), berfungsi mengatur keseimbangan
elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium dan eksresi kalium.
Membantu dalam mempertahankan tekanan darah normal dan curah
jantung.
b. Glukokortikoid, berfungsi dalam metabolisme glukosa
(glukosaneogenesis) yang meningkatkan kadar glukosa darah,
metabolisme cairan dan elektrolit, inflamasi dan imunitas terhadap
stressor.
c. Androgen/hormon seks (androgen dan estrogen). Kelebihan pelepasan
androgen mengakibatkan virilisme (penampilan sifat laki-laki secara
fisik dan mental pada wanita) dan kelebihan pelepasan estrogen
mengakibatkan ginekomastia dan retensi natrium dan air. Sedangkan
bagian medulaberfungsi untuk menghasilkan 2 hormon sebagai berikut.
d. Hormon Adrenalin, yang berperan dalam segala hal yang berhubungan
denganpeningkatan fisiologis manusia, seperti meningkatkan denyut

7
jantung, meningkatkan kecepatan pernapasan, dan menyempitkan
pembuluh darah manusia.
e. Hormon Noradrenalin, yang fungsinya adalah kebalikan dari hormon
Adrenalin.
3. Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas terletak di retroperitoneal rongga abdomen atas dan
terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjangnya sekitar 10-
20 cm dan lebar 2,5-5 cm. Mendapat asupan darah dari arteri mesenterika
superior dan splenikus. Kelenjar pankreas berfungsi sebagai endokrin dan
eksokrin. Sebagai organ endokrin karena di pankreas terdapat pulau-pulau
Langerhans yang terdiri dari 3 jenis sel yaitu sel beta (B) 75 %, sel alfa (A)
20 % dan sel delta (D) 5%. Sekresi hormon pankreas dihasilkan oleh pulau
Langerhans. Setiap pulau Langerhans berdiameter 75-150 mikron. Sel alfa
menghasilkan glukagon dan sel beta merupakan sumber insulin, sedangkan
sel delta mengeluarkan somatostatin, gastrin dan polipeptida pankreas.
Glukagon juga dihasilkan oleh mukosa usus
menyebabkan terjadinya glikogenesis dalam hati dan mengeluarkan glukosa
ke dalam aliran
darah. Fungsi insulin terutama untuk memindahkan glukosa dan gula lain
melalui membran
sel ke jaringan utama terutama sel otot, fibroblast dan jaringan lemak. Bila
tidak ada glukosa
maka lemak akan digunakan untuk metabolisme sehingga akan timbul
ketosis dan acidosis. Dalam meningkatkan kadar gula dalam darah,
glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi
glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta
meningkatkan glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari yang bukan
karbohidrat). Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipolisis
(pemecahan lemak) (Anderson,1999; Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007;
Guyton & Hall, 2012). Efek anabolik dari hormon insulin adalah sebagai
berikut.

8
a. Efek pada hepar, yaitu meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa,
menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis
meningkatkan sintesa triglicerida dari asam lemak bebas di hepar.
b. Efek pada otot, yaitu meningkatkan sintesis protein, meningkatkan
transfortasi asam amino dan meningkatkan glikogenesis.
c. Efek pada jaringan lemak, yaitu meningkatkan sintesa trigliserida dari
asam lemak bebas, meningkatkan penyimpanan trigliserida dan
menurunkan lipolysis. Kelenjar ini terletak di dalam rongga peritoneal
(rongga perut) manusia dan terdiri dari sel alpha dan sel betha. Masing-
masing sel ini menghasilkan hormon tersendiri, yaitu :
a. Sel Alpha, yang menghasilkan hormon Glukagon yang berperan
dalam produksi glukosa dalam darah.
b. Sel Betha, yang menghasilkan hormon insulin yang berperan dalam
menurunkan kadar glukosa dalam darah.
4. Kelenjar Gonad (Kelenjar Reproduksi)
Kelenjar gonad terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan tampak
jelas pada minggu pertama. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa
prepubertas dengan meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH).
Kelenjar ini disebut juga dengan kelenjar reproduksi karena produknya yang
berhubungan dengan alat reproduksi manusia. Kelenjar ini terletak di bagian
alat reproduksi pria dan wanita. Jika pada pria, terdapat di testis, dan wanita
terdapat di ovarium. Testis terdiri dari dua buah dalam skrotum. Testis
mempunyai duafungsi yaitu sebagai organ endokrin dan reproduksi.
Sebagai organ endokrin, testis menghasilkan hormone testoteron dan
estradiol di bawah pengaruh LH. Efek testoteron pada fetus merangsang
diferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria. Pada masa pubertas
akan merangsang perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti
perkembangan bentuk tubuh, distribusi rambut tubuh, pembesaran laring,
penebalan pita suara, pertumbuhan dan perkembangan alat genetalia.
Ovarium berfungsi sebagai organ endokrin dan reproduksi. Sebagai organ
endokrin, ovarium menghasilkan sel telur (ovum) yang setiap bulannya
pada masa ovulasi siap dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan

9
mempengaruhi perkembangan seks sekunder, menyiapkan endometrium
untuk menerima hasil konsepsi serta mempertahankan laktasi. Beberapa
macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar ini, antara lain sebagai
berikut.
a. Hormon Estrogen, yang berfungsi dalam pertumbuhan dan
perkembangan alat reproduksi sekunder wanita seperti perkembangan
payudara, perkembangan pinggul, dan lain-lain.
b. Hormon Progesteron, yang berfungsi dalam perkembangan dan
pertumbuhan alat reproduksi primer wanita, seperti perkembangan
uterus, dan lain-lain.
c. Hormon Androgen, yang berfungsi dalam pertumbuhan dan
perkembangan primer pada pria, seperti pembentukan sperma.
d. Hormon Testosteron, berperandalampertumbuhan dan perkembangan
sekunder pria, seperti perubahan suara, pertumbuhan jakun, dan lain-
lain (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Guyton & Hall,
2012). Dalam menjalankan fungsinya, kelenjar endokrin juga akan
mengalami peningkatan ataupun penurunan dalam memproduksi
hormon-hormon tubuh. Hal ini juga yang akan menyebabkan penyakit-
penyakit pada manusia. Beberapa penyakit pada sistem hormone antara
lain sebagai berikut.
1. Penyakit Addison, terjadi karena berkurangnya produksi dari
hormon glukokortikoid. Hal ini bisa disebabklan oleh kelenjar
adrenal yang terinfeksi atau bisa juga karena proses imun.
2. Sindrom Cushing, disebabkan karena produksi yang berlebihan dari
hormone glukokortikoid. Gejalanya seperti osteoporosis, otot
menjadi lemah, luka yang sulit sembuh, dan gangguan mental.
3. Sindrom Adrenogenital, terjadi karena kurangnya produksi hormon
glukokortikoid akibat kekurangan enzim pembentuk
glukokortikoidpada kelenjar adrenal. Contoh sindrom ini adalah
timbulnya tanda-tanda pertumbuhan reproduksi sekunder pria pada
wanita.

10
4. Diabetes Mellitus, terjadi karena kadar glukosa dalam darah yang
meningkat. Hal ini disebabkan karena produksi glukosa oleh sel
alpha yang meningkat atau penurunan produksi insulin yang
berkurang, sehingga tidak dapat menstabilkan kelebihan glukosa
dalam darah.
5. Hipotiroidea, terjadi akibat kekurangan hormon tiroid. Hal ini dapat
menyebabkan kratinisme (tubuh menjadi pendek karena
pertumbuhan tulang dan otot yang terhambat). Kekurangan hormon
ini dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi garam yodium yang
sesuai. Hipertiroidea, terjadi karena hormon tiroid diproduksi secara
berlebihan sehingga dapat menyebabkan penyakit Graves, yaitu
penyakit yang memiliki gejala seperti pembengkakan kelenjar tiroid,
pembesaran bola mata, dan lain-lain.

2. Definisi
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan penurunan konsentrasi glukosa
serum dengan atau tanpa adanya gejala sistem autonom dan
neuroglikopenia. Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa
darah <70 mg/dl (<4,0 mmol/L) dengan atau adanya whipple’s triad, yaitu
terdapat gejala-gejala hipoglikemia, seperti kadar glukosa darah yang
rendah, gejala berkurang dengan pengobatan. Hipoglikemia sering dialami
oleh pasien DM tipe 1, diikuti oleh pasien. DM tipe 2 yang diterapi dengan
insulin dan sulfonylurea. (Rusdi, Mesa 2020). Menurut Sutawardana etc
(2016) Hipoglikemia adalah komplikasi akut diabetes melitus yang
seringkali terjadi secara berulang yang ditandai dengan gula darah kurang
dari 70 mg/dl. Penyandang diabetes melitus akan menghadapi situasi
dilematik dimana mereka diharuskan memperoleh terapi obat penurun gula
darah untuk mengontrol kadar gula darah tetap normal, namun juga
menghadapi kekhawatiran akan efek samping terapi yang dapat
menyebabkan komplikasi hipoglikemia. Hipoglikemia merupakan
hambatan utama dalam memaksimalkan terapi antihiperglikemik. Kondisi
hipoglikemik pada penderita DM dapat menimbulkan efek jangka panjang
dan jangka pendek antara lain penyakit serebrovaskular kronis, infark

11
miokard, penurunan neurokognitif, kematian sel retina, kebutaan, dll (Kalra
et al., 2013).

3. Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
 Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
 Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan
kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
 Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
 Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di
hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu:
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat
yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya,
terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum
disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula
darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien
harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja
lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan.
Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang
dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan
ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang
banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah
raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa
menggunakan insulin.

12
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar
glukosa darah akan menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara
lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat
insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan
mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar
merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam
waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan.
Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan
obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah
menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan
glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran
darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan
menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru
menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon
glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah.
Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi
dosis 80 mg.

13
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih
terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan
tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
4. Patofisiologi
Normal tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 60-120 mg/dl. agar
dapat memberi sumber energi bagi metabolisme sel. Pemasukan glukosa
dari berbagai sumber seperti: pemasukan makanan, pemecahan glikogen,
glukoneogenesis memacu terjadinya respon insulin. Orang sehat akan
segera memproduksi Hormon insulin untuk menurunkan kembali kadar gula
darah ke level yang normal. Pada orang Diabetes Melitus, terjadi defisiensi
Insulin, sehingga Glukosa tidak bisa dimanfaatkan oleh sel dan hanya
beredar di pembuluh darah sehingga menimbulkan Hiperglikemia. Untuk
menurunkan kadar gula darah biasanya diberikan Insulin, namun karena
dosis yang kurang tepat bisa menimbulkan penurunan glukosa darah yang
cepat. Efek dari penurunan glukosa darah , bisa timbul Hipoglikemia,
dengan gejala yang ringan sampai berat. Gejala Hipoglikemia Ringan,
ketika kadar glukosa darah menurun, sistem syaraf simpatis akan
terangsang. Terjadi pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan
gejala : perspirasi, tremor, takhikardia, palpitasi, gelisah dan rasa lapar. Pada
Hipoglikemia Sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem syaraf pusat mencakup ketidakmampuan
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusio, penurunan daya ingat,
patirasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi,
perubahan emosional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Pada
Hipoglikemia Berat, fungsi sistem syaraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk
mengatasi Hipoglikemia yang diderita, gejalnya: Disorientasi, serangan
kejang, sulit dibangunkan dari tidur, kehilangan kesadaran. Terjadi
hipoglikemia bila serum glukosa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan. Sistem saraf sangat sensitif terhadap penurunan kadar glukosa

14
serum, karena glukosa merupakan sumber energi utama. Otak tidak dapat
menggunakan sumber energi lain (ketone, lemak) kecuali glukosa. Sebagai
konsekuensi penurunan kadar glukosa, maka akan mempengaruhi aktivitas
system saraf. Dalam keadaan normal, penurunan glukosa serum oleh karena
aktivitas hormon insulin secara akut, akan merangsang sekresi hormon
glukagon dan epinephrin yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
Sekresi hormon glukagon pada penderita IDDM mengalami gangguan,
sehingga tidak dapat menaikkan kadar gula darah. Peran hormon glukagon
diasumsikan akan digantikan oleh hormon ephinephrine untuk menaikan
gula darah, dengan cara meningkatkan produksi glukosa hepar dan
menghambat sekresi hormon insulin. Akan tetapi pada penderita IDDM
sekresi hormon ephinephrine juga menurun, sebagai akibat adanya
gangguan saraf autonom.

5. Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda hipoglikemia tidaklah spesifik antar individu.
Hipoglikemia dapat ditegakkan dengan adanya Whipple’s Triad. Gejala
hipoglikemia dikategorikan menjadi neuroglikopenia, yaitu gejala yang
berhubungan langsung terhadap otak apabila terjadi kekurangan glukosa
darah. Otak sangat bergantung terhadap suplai yang berkelanjutan dari

glukosa darah sebagai bahan bakar metabolisme dan support kognitif. Jika
level glukosa darah menurun maka disfungsi kognitif tidak bisa terelakkan.
Gejala hipoglikemia kedua, adalah autonom, yaitu gejala yang terjadi
sebagai akibat dari aktivasi sistem simpato-adrenal sehingga terjadi
perubahan persepsi fisiologi. Menurut PERKENI dan Yale et al, gejala dan
tanda hipoglikemia adalah sebagai berikut:

15
6. Komplikasi
1. Otak
Apabila suplai glukosa ke otak mengalami penurunan secara
mendadak, maka dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif,
kegagalan fungsi otak, koma dan kematian. Hipoglikemia berat yang
terjadi pada pasien usia lanjut akan menyebabkan peningkatan risiko
dimensia dan ataksia cerebellum.
2. Jantung.
Hipoglikemia akut akan mengaktivasi sistim simpato-adrenal dan
pelepasan epinefrin dengan akibat terjadi perubahan hemodinamik
melalui peningkatan denyut jantung, dan tekanan darah sistolik
diperifer, sebaliknya akan terjadi penurunan tekanan darah sentral dan
resistensi arteri diperifer. Aktivasi dari sistim simpato-adrenal juga
akan meningkatkan kontraktilitas miokardium dan curah jantung
(stroke volume dan cardiac output). Konsekwensi dari perubahan
hemodinamik tersebut adalah peningkatan beban kerja jantung pada
waktu terjadi hipoglikemia. Hal ini dapat memicu terjadinya serangan
iskemia dan gangguan perfusi jantung. Pelepasan epinefrin juga
dihubungkan dengan terjadinya gangguan irama jantung berupa
pemanjangan interval QT yang dapat menyebabkan tahikardia, fibrilasi
dan kematian mendadak.
3. Endotel pembuluh darah dan respon inflamasi
Hipoglikemia akan menurunkan sekresi insulin dan meningkatkan
respon glukagon, mengaktivasi respon simpato-adrenal, meningkatkan
sekresi epinefrin dan glukokortikoid. Hipoglikemia juga akan
menginduksi kerusakan endotel, gangguan koagulasi dan peningkatan
marker-marker inflamasi seperti C-reactive protein, interleukin-6,
interleukin-8, TNF alfa dan endotelin
4. Mata.
Hipoglikemia dapat menyebabkan gangguan visual terutama pada
penderita diabetes melitus. Kelainan mata pada hipoglikemia dapat

16
berupa diplopia, penglihatan kabur, dan kehilangan sensitivitas kontras
serta gangguan pada retina.

7. Penatalaksanaan Medis
Adapun tatalaksana hipoglikemia sebagaimana dikutip langsung dari buku
Clinical Pathway yang diterbitkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) tahun 2015 adalah pemberian gula
murni sebesar 30 gram (2 sendok makan) atau siruppermen gula murni
pada pasien sadar ataustadium permulaan, dan penggunaan protocol
sebagai berikut untuk pasien tidak sadar:
- Pemberian larutan Dekstrosa 40% sebanyak 50 ml dengan bolus
intravena (IV)
- Pemberian cairan Dekstrosa 10% per infus, 6 jam per kolf (500 cc).
- Periksa GDS, bila: GDS < 50 mg/dl, berikan bolus Dekstrosa 40% 50
ml IV GDS <100 mg/dl, berikan bolus Dekstrosa 40% 25 ml IV
- Periksa GDS setiap 1 jam setelah pemberian Dekstrosa 40%, bila: GDS
<50 mg/dl, berikan bolus Dekstrosa 40% 50 ml IV GDS <100 mg/dl,
berikan bolus Dekstrosa 40% 25 ml IV GDS 100-200 mg/dl, tanpa
bolus Dekstrosa 40% GDS >200 mg/dl, pertimbangkan menurunkan
kecepatan drip Dekstrosa 10%
- Setelah poin no (4), dilakukan 3 kali berturut-turut hasil GDS > 100
mg/dl, lakukan pemantauan GDS setiap 2 jam dengan protokol no (4).
- Setelah poin no (5) dilakukan 3 kali berturut-turut hasil GDS > 100
mg/dl, lakukan pemantauan GDS setiap 4 jam dengan protokol no (5).
- Bila GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, sliding scale
setiap 6 jam: GDS < 200 mg/dl, jangan berikan insulin GDS 200-250
mg/dl, berikan 5 unit insulin GDS 250-300 mg/dl, berikan 10 unit
Insulin GDS 300-350 mg/dl, berikan 15 unit insulin GDS > 350 mg/dl,
berikan 20 unit insulin
- Bila hipoglikemia belum teratasi, pertimbangka pemberian antagonis
insulin, seperti: Deksametason 10 mg IV bolus, dilanjutkan 2 mg tiap 6
jam dan Manitol 1,5-2 g/KgBB IV setiap 6-8 jam. Cari penyebab lain
penurunan kesadaran.

17
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan
kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke
otak.
b. Breathing (pernapasan)
Frekuensi nafas >24 x/mnt dan napas tersengal – sengal, sianosis,
capillary refill kembali < 2 detik.
c. Circulation (sirkulasi)
d. Kebas, kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi,
nadi bradikardi, tekanan darah menurun.
e. Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke
otak.
f. Exposure.
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh.
Karena hipoglikemi adalah komplikasi dari penyakit DM
kemungkinan kita menemukan adanya luka/infeksi pada bagian
tubuh klien / pasien.
2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utam
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
b. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
- Riwayat kesehatan dahulu

18
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
- Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal
hipertensi, jantung. Pengkajian sukender AMPLE
A : alergi yang dipunyai klien
M : klien dengan hipoglikemia mengkonsumsi insulin peroral
maupun per-IV , Penggunaan sulfonylurea.
P : memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus
L : Intake makan kurang
E : pencetus atau kejadian penyebab keluhan biasanya karena
dosis insulin terlalu tinggi.
Pengkajian nyeri
P : pencetus nyeri
Q: kualitas nyeri
R: arah perjalanan nyeri
S: skala nyeri
T: lamanya nyeri sudah dialami klien
c. Tanda tanda vital
Tekanan darah, irama dan kekuatan nadi, irama kedalaman
pernapasan, dan penggunaan otot bantu pernapasan, suhu tubuh.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah

19
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
6) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
7) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
8) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar Glukosa Darah berhubungan dengan penggunaan
insulin atau obat glikemik oral (D.0027)
2. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (D.0001)

20
4. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan Indonesia Indonesia
( SLKI ) ( SIKI )

1. Ketidakstabilan Setelah dilakukan intervensi A. Manajemen Hipoglikemia


kadar Glukosa keperawatan selama 3 X 24 ( I.03115)
Darah jam kestabilan kadar gula
Observasi
berhubungan darah meningkat dengan
dengan kriteria hasil : - Identifikasi tanda dan gejala
penggunaan - Kesadaran meningkat hipoglikemia
insulin atau obat - Berkeringat menurun - Identifikasi penyebab
glikemik oral ( - Kadar glukosa dalam hipoglikemia
D.0027) darah membaik
Terapeutik
- Kadar glukosa dalam
urine membaik - Berikan karbohidrat yang
- Jumlah urine membaik sederhana, jika perlu
- Berikan glucagon,jika perlu
- Pertahankan akses IV , Jika
perlu

Edukasi

- Anjurkan monitor kadar glukosa


darah

2. Bersihan jalan Setelah dilakukan intervensi A. Manajemen jalan nafas


nafas tidak efektif ( keperawatan selama 3 X 24 (I.01011)
D.0001) jam bersihan jalan nafas
Observasi
meningkat dengan kriteria
hasil : - Monitor pola nafas (Frekuensi,
- Mengi menurun kedalaman, usaha nafas).
- Dipsnea menurun

21
- Sianosis menurun - Monitor bunyi nafas tambahan (
- Gelisah menurun mis, mengi dan ronki kering)
- Frekuensi nafas membaik
Terapeutik
- Pola nafas membaik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
dengan head titt dan chin lift ( jaw
– thrust jika curiga trauma
servikal )
- Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
- Lakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen, jika perlu.

5. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.

- Tahap-Tahap dalam Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan

• Review rencana tindakan keperawatan.


• Analisis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

• Antisipasi komplikasi yang akan timbul.

• Mempersiapkan peralatan yang diperlukan (waktu, tenaga, alat).

• Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.

• Memerhatikan hak-hak pasien, antara lain sebagai berikut.

a. Hak atas pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan


kesehatan.

22
b. Hak atas informasi.
c. Hak untuk menentukan nasib sendiri.
d. Hak atas second opinion.

2. Tahap Pelaksaan

• Berfokus pada klien.

• Berorientasi pada tujuan dan kriteria hasil.

• Memperhatikan keamanan fisik dan spikologis klien.

• Kompeten.

3. Tahap Sesudah Pelaksaan

• Menilai keberhasilan tindakan.

• Mendokumentasikan tindakan, yang meliputi:


a. Aktivitas/tindakan perawat.
b. Hasil/respons pasien.
c. Tanggal/jam, nomor diagnosis keperawatan,
tanda tangan.
Berikut contoh format pelaksanaan:
Kode Tanggal/ Tindakan Paraf
Diagnosa Pukul dan
keperawatan Hasil

4. Evaluasi

23
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan.

A. Macam Evaluasi

1. Evaluasi Proses (Formatif)

 Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.

 Berorientasi pada etiologi.


 Dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah ditentukan
tercapai.

 Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara


paripurna.

2. Evaluasi Hasil (Sumatif)

 Berorientasi pada masalah keperawatan.

 Menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan.

 Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan


kerangka waktu yang ditetapkan.

B. Komponen SOAP/SOAPIER

Pengertian SOAPIER adalah sebagai berikut:

• S: Data Subjektif

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah


dilakukan tindakan keperawatan.
• O: Data Objektif

Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau


observasi perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan
klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
• A: Analisis

24
Interpretasi dari data subjektif dan data objektif Analisis
merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih
terjadi atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi
akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi
datanya dalam data subjektif dan objektif.

• P: Planning

Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,


dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditentukan sebelumnya. Tindakan yang telah menunjukkan
hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan tindakan ulang pada
umumnya dihentikan. Tindakan yang perlu dilanjutkan adalah
tindakan yang masih kompeten untuk menyelesaikan masalah klien
dan membutuhkan waktu untuk mencapai keberhasilannya. Tindakan
yang perlu dimodifikasi adalah tindakan Yang dirasa dapat membantu
menyelesaikan masalah klien, tetapi perlu ditingkatkan kualitasnya
atau mempunyai alternatif pilihan yang lain yang diduga dapat
membantu mempercepat proses penyembuhan. Sedangkan, rencana
tindakan yang baru/sebelumnya tidak ada dapat ditentukan bila timbul
masalah baru atau rencana tindakan Yang sudah tidak kompeten lagi
untuk menyelesaikan masalah yang ada.

• I: Implementasi

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai


dengan intruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P
(perencanaan). Jangan lupa menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan.
• E: Evaluasi
Evaluasi adalah respons klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
• R: Reassesment

Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap


perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana
tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan?

25
Berikut contoh format evaluasi :

Diagnosa Tanggal / Catatan Paraf


Keperawatan Jam Perkembangan

26
DAFTAR PUSTAKA

Andrayani, L. W. (2018). THE STRATEGY OF ACUTE COMPLICATION

PREVENTION: HYPOGLIKEMIA ON NON INDEPENDENT DIABETES

MELLITUS. Jurnal Kesehatan Prima, 11(2), 141-149.

Huang, I. (2018). Patofisiologi dan Diagnosis Penurunan Kesadaran pada Penderita

Diabetes Mellitus. Medicinus, 5(2).

Kementrian Kesehatan RI. 2017. Bahan ajar Kebidanan Anatomi dan Fisiologi.

Jakarta: Kemenkes RI.

MUSTIKA, N. R. W. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA

NY. Y DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II (HIPOGLIKEMI) DI

INSTALASI GAWAT.

Rusdi, M. S. (2020). Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus. Journal Syifa

Sciences and Clinical Research (JSSCR), 2(2), 83-90.

Sutawardana, J. H., & Waluyo, A. (2016). STUDI FENOMENOLOGI

PENGALAMAN PENYANDANG DIABETES MELITUS YANG PERNAH

MENGALAMI EPISODE HIPOGLIKEMIA.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Definisi Dan Indikator Dianostik. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI)

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2016.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI)

27
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2016.Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi

Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI)

Walid, Siful dan Nikmatur Rohmah.2019. Proses Keperawatan: Teori dan

Aplikasi.Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

28

Anda mungkin juga menyukai