Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

T DENGAN MASALAH UTAMA


KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN SEREBRAL PADA
GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI DI INSTALASI
GAWAT DARURAT RSUD BANYUMAS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Tugas Praktek


Program Profesi Ners Stase Kegawatdaruratan

Disusun oleh :
NURUL KHOTIMAH, S. Kep.
NIM. A3.1100346

Program Pendidikan Profesi Ners STIKES Muhammadiyah Gombong


Jl.Yos Sudarso 461 Telp. 0287-472433 Fax. 0287-473750

Email : Stikesmuhgombong@yahoo.com

PENGESAHAN

Lembar pengesahan :

Laporan kasus
Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Masalah Utama
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Pada Gangguan
Sistem Neurologi Di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Kebumen

Telah disetujui pada tanggal :

Pembimbing Klinik

(Bambang, Riadiyono. Kep. Ns)

Pembimbing Akademik

(Podo Yuwono, S. Kep. Ns)

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................ Error! Bookmark not defined.
B. Tujuan........................................................................................................ 2
1. Tujuan Umum ....................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
A. Pengertian.................................................................................................. 3
B. Etiologi ...................................................................................................... 3
C. Batasan Karakteristik ................................................................................ 3
D. Patofisiologi dan Patway Keperawatan..................................................... 4
E. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan ...................................................... 5
BAB III. TINJAUAN KASUS.....................................................................................8
A. Pengkajian ................................................................................................. 8
B. Masalah Keperawatan ............................................................................... 9
C. Rencana Keperawatan ............................................................................... 9
D. Implementasi ............................................................................................. 9
E. Evaluasi ................................................. Error! Bookmark not defined.0
BAB IV. PEMBAHASAN..........................................................................................12
BAB V. KESIMPULAN...............................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa)
secara abnormal rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula
darah antara 70-110 mg/dL. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi; pada
hipoglikemia, kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah
menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi.
Otak merupakan organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang
rendah

karena

glukosa

merupakan

sumber

energi

otak

yang

utama.

Otak memberikan respon terhadap kadar gula darah yang rendah dan melalui sistem
saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin).
Hal ini akan merangsang hari untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah
tetap terjaga. Jika kadarnya menurun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak.
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau
kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L).
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang
berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl),
dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik).
Pada sebagian besar kasus koma hipoglikemik yang ditemukan di tempat
pelayanan kesehatan umum (klinik/RS) penyebab utamanya adalah karena terapi
pemberian insulin pada pasien penderita diabetes mellitus. Pada penelitian survey
yang dilakukan oleh Department of Neurology and Neurological Sciences, and
Program in Neurosciences, Stanford University School of Medicine,terdapat
setidaknya 93,2% penyebab masuknya seseorang dengan gejala koma hipoglikemik
adalah mereka yang menderita diabetes mellitus dan telah menjalani terapi
pemberian insulin pada rentang waktu sekitar 1,5 tahunan.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien
dengan gangguan sistem neurologi dengan masalah keperawatan utama
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral di Instalasi Gawat Darurat RSUD
Banyumas
2. Tujuan khusus
a.

Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem


neurologi dengan masalah utama ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
di Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas.

b.

Mampu menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan berdasarkan


kegawatdaruratan pada pasien dengan gangguan sisitem neurologi dengan
masalah utama ketidakefektifan perfusi jaringan serebral di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Banyumas.

c.

Mampu melakukan tindakan keperawatan berdasarkan kegawatdaruratan


pada pasien dengan gangguan sisitem neurologi dengan masalah utama
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral di Instalasi Gawat Darurat RSUD
Banyumas.

d.

Mengetahui efektifitas tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien


dengan gangguan sisitem neurologi dengan masalah utama ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral di Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah suatu penurunan jumlah
oksigen yang mengakibatkan kegagalan untuk memelihara jaringan pada tingkat
kapiler (Wilkinson, 2007).
B. ETIOLOGI
1.

Gangguan pertukaran

2.

Hipervolemia

3.

Hipoventilasi

4.

Gangguan aliran arteri

5.

Gangguan aliran vena

6.

Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah

7.

Gangguan transpor oksigen melalui alveolar dan membran kapiler

8.

Penurunan mekanis dari aliran darah arteri dan vena

9.

Ketidaksesuaian antara ventilasi dan aliran darah

10. Perubahan afinitas terhadap oksigen


11. Keracunan enzim

C. BATASAN KARAKTERISTIK
Objektif:
Perubahan status mental
Perubahan perilaku
Perubahan respons motorik
Perubahan reaksi pupil
Kesulitan menelan
Kelemahan ekstremitas atau kelumpuhan
Ketidaknormalan dalam berbicara

D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY KEPERAWATAN


1. Anatomi Fisiologi
a. Pengaturan Kadar Glukosa Darah
Peristiwa glukoneogenesis berperan penting dalam penyediaan energi
bagi kebutuhan tubuh, khususnya sistem saraf dan peredaran darah (eritrosit).
Kegagalan glukoneogenesis berakibat fatal, yaitu terjadinya disfungsi otak
yang berakibat koma dan kematian. Hal ini terjadi bilamana kadar glukosa
darah berada di bawah nilai kritis. Nilai normal laboratoris dari glukosa dalam
darah ialah : 65 110 ml/dL atau 3.6 6.1 mmol/L. Setelah penyerapan
makanan kadar glukosa darah pada manusia berkisar antara 4.5 5.5 mmol/L.
Jika orang tersebut makan karbohidrat kadarnya akan naik menjadi sekitar 6.5
7.2 mmol/L. Saat puasa kadar glukosa darah turun berkisar 3.3 3.9 mmol/L.
Pengaturan kadar glukosa darah dilakukan melalui mekanisme metabolik dan
hormonal. pengaturan tersebut termasuk bagian dari homeostatik.
Aktivitas metabolik yang mengatur kadar glukosa darah dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain : (1) Mutu dan Jumlah Glikolisis dan
glukoneogenesis, (2) Aktivitas enzim-enzim, seperti glukokinase dan
heksokinase. Hormon penting yang memainkan peranan sentral dalam
pengaturan kadar glukosa darah adalah insulin. insulin dihasilkan dari sel-sel b
dari pulau-pulau langerhans pankreas dan disekresikan langsung ke dalam
darah sebagai reaksi langsung bila keadaan hiperglikemia.
Proses pelepasan insulin dari sel B pulau Langerhans Pankreas dijelaskan
sebagi berikut :
Glukosa dengan bebas dapat memasuki sel-sel B Langerhans karena adanya
Transporter glut 2. glukosa kemudian difosforilasi oleh enzim glukokinase
yang kadarnya tinggi. Konsentrasi glukosa darah mempengaruhi kecepatan
pembentukan ATP dari proses glikolisis, glukoneogenesis, siklus Kreb dan
Electron Transport System di mitokondria.

Peningkatan produksi ATP akan menghambat pompa kalium ( K+ pump)


sehingga membran sel-sel B mengalami depolarisasi sehingga ion-ion

Kalsium ( Ca2+ ) masuk ke dalam membran dan mendorong terjadinya


eksositosis insulin. Selanjutnya insulin dibawa darah dan mengubah glukosa
yang kadarnya tinggi menjadi glikogen.
Enzim yang kerjanya berlawanan dengan insulin adalah glukagon.
glukoagon dihasilkan oleh sel-sel a langerhans pankreas. sekresi hormon ini
distimulasi oleh keadaan hipoglikemia. bila glukoagon yang dibawa darah
sampai di hepar maka akan mengaktifkan kerja enzim fosforilase sehingga
mendorong terjadinya glukoneogenesis.
b. Otak Mengatur Asupan Makanan

2. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah
glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di
astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja
yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus
menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan
saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun,
maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan
mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di
bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10
mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat
menghasilkan koma.

3. Pathway
Obat insulin (penderita DM), puasa, reaksi
terhadap makanan (karbohidrat)

Sel beta pancreas rusak/terganggu

Produksi insulin

Energi

glukoneogenesis
.

Sistem saraf & peredaran


darah terganggu

Hipoglikemia

Disfungsi Otak

Syok hipoglikemi

Perfusi jaringan

Ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral

E. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan suplai darah dan O2
keotak menurun, adanya sumbatan darah ke otak
Tujuan :
Perfusi jaringan serebral menjadi efektif dengan kriteria hasil:
TD sistolik dan diastolik dalam rentang yang diharapkan
Tidak ada hipotensi ortostatik
Tidak ada bising pembuluh darah besar
Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan usia serta kemampuan
Menunjukan perhatian, konsentrasi dan orientasi
Menunjukan memori jangka lama dan saat ini

Tidak mengalami sakit kepala


Intervensi :
a.

Pantau tanda-tanda vital


R/ Adanya perubahan tanda vital seperti respirasi menunjukkan kerusakan
perubahan neurologik.

b.

Pantau

, dan kadar hemoglobin

R/ Untuk menentukan pengiriman oksigen ke jaringan.


c.

Pantau tingkat kesadaran


R/ Tingkat kesadaran merupakan indikator terbaik adanya perubahan
neurologik.

d.

Pantau sakit kepala


R/ Untuk mengetahui adanya peningkatan TIK

e.

Pantau memori, mood dan afek


R/ Untuk mengetahui adanya perubahan pada fungsi otak (memori)

f.

Pantau tonus otot, pergerakan motorik, gaya berjalan, dan kesesuaian


R/ Fungsi cerebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih dahulu oleh
adanya gangguan sirkulasi, oksigenasi. perubahan persepsi sensori motorik
dan kognitif mungkin akan berkembang dan menetap dengan perbaikan
respon secara bertahap

g.

Pantau adanya parestesi: mati rasa dan kesemutan


R/ Untuk mengetahui adanya perubahan pada fungsi motorik

h.

Pantau status cairan termasuk asupan dan haluaran


R/ Pembatasan cairan diperlukan untuk meminimalkan fluktuasi aliran
vaskuler, tekanan darah (TD) dan TIK

i.

Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler sesuai


permintaan
R/ Untuk menurunkan volume intravaskuler

j.

Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 - 45, bergantung pada kondisi


pasien dan permintaan medis
R/ Untuk mengurangi peningkatan TIK

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal

: 18 Juli 2011

Jam

: 09.30 WIB

I. Identitas klien
Nama

: Tn. T

Usia

: 52 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Buruh Tani

Suku bangsa

: jawa/ indonesia

Agama

: islam

Alamat

: Sokaraja, Banyumas

Diagnose medis

: Hipoglikemi

Nomer CM

: 586091

Tanggal masuk

: 18 Juli 2011

Penanggung jawab :
Nama

: Ny. M

Usia

: 45 Tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: buruh

Suku bangsa

: Jawa/ indonesia

Agama

: Islam

Alamat

: Sokaraja, Banyumas

II. Pengkajian primer


1. Airway
-

Bernafas spontan
Tidak ada sumbatan pada jalan nafas
Tidak ada penumpukan sekret

2. Breating
-

, tidak tampak penggunaan otot bantu nafas,

pada

auskultasi ronchi (-), wheezing (-), RR: 24 x/mnt.


3. Circulation
-

Capillary refill kurang dari 2 detik


Klien tampak lemes, akral teraba dingin, CRT 2 detik,
TD: 180/100 mmHg, ND: 60 x/mnt, SB: 36,5C, GDS:
32 mg%.

4. Disability
-

Kesadaran klien apatis

GCS 10 (

Tampak susah bicara, bicara pelo, hemiparese sinistra,

).

kekuatan otot ekstremitas atas 5/4, kekuatan otot


ekstremitas bawah 5/4.

5. Expossure
-

Kondisi umum cukup


Akral teraba Hangat
Suhu 36,6c

III. Pengkajian sekunder


1. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
klien tidak sadar
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Banyumas Tanggal 17 Juli 2011 pukul
09.15 WIB, dengan keluhan utama klien tidak sadar setelah di injeksi
insulin 40 ui pada pukul 08.00 wib. Pada pengkajian riwayat penyakit
sekarang diperoleh data dari istrinya bahwa tadi pagi pukul 08.00 wib
setelah disuntik insulin 40 ui klien lemes dan tiba-tiba tidak berespon
atau tidak kooperatif sebelumnya klien belum makan apa-apa baru
minum teh juga tidak manis, setelah itu klien langsung dibawa ke
RSUD Banyumas.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu diperoleh data bahwa klien
menderita penyakit diabetes mellitus sejak tahun 2007, dan pada tahun
2005 klien pernah terserang stroke, klien juga sering kontrol ke dokter
syaraf di Jogja kadang di Purwokerto bila obat habis. Riwayat penyakit
keluarga istri klien mengatakan ibu dan

kedua kakak klien juga

mempunyai penyakit hipertensi.


d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan keluarganya tidak ada yg sakit seperti klien.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum

: lemah

b. Kesadaran

: Apatis

c. Tanda tanda vital


Tekanan darah

: TD: 180/100 mmHg,

Nadi

: 60 x/menit,

Suhu

: 36,5C,

Respirasi

: 24 x/menit

GDS: 32 mg%.
d. Kepala
- Rambut ikal hitam dan terlihat bersih
- Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

- Hidung

: simetris, tidak ada polip

- Telinga

: simetris, tidak ada serum

e. Thorak
- Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
- Paru

: Suara nafas vasikuler

- Jantung

: S1> S2, regular tidak ada murmur dan gallop

f. Abdomen
- Datar dan supel
- Hepar dan lien tidak teraba
- Bising usus 13 x/ menit
- Tidak ada ascites
g. Ekstremitas
- Ektremitas atas dan bawah tidak ada masalah
- Ektremitas atas sebelah kanan terpasang infuse RL 20 Tpm
- Tidak ada fraktur
- Tidak ada oedema

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tanggal

: 18 Juli 2011

Belum ada hasil


b. Radiologi
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang melalui radiologi
c. EKG
Gambaran EKG normal, HR 82 x/ menit
4. Program Terapi
- IVFD RL% 20 tpm
- O2 3 liter dengan kanul nasal
- Injeksi ceftriaxone 2 x 1000 mg
- Injeksi Ketorolak 2 x 30 mg
- Injeksi Gastridin 2 x 25 mg

B. ANALISA DATA
No
1

Data focus
DS

Masalah

Etiologi

: Istri klien mengatakan Ketidakefektifan


penurunan kadar
perfusi
jaringan
setelah di suntik insulin
glukosa
darah(
serebral
40 ui tadi pagi ,klien
berhubungan
hipoglikemi )
lemes

dan

berespon/

tidak
tidak

kooperatif.
DO

: Kesadaran apatis, GCS

10, klien tampak lemes, dapat


bernafas spontan, RR: 24 x/mnt,
akral teraba dingin, CRT 2
detik, TD:180/100 mmHg, ND:
60 x/mnt, SB: 36,5C, GDS: 32
mg%,

klien

tampak

susah

bicara, bicara pelo, hemiparese


sinistra,

kekuatan

otot

ekstremitas atas 5/4, kekuatan


otot ekstremitas bawah 5/4.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
kadar glukosa darah ( hipoglikemi )

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data pengkajian, Tn. T mengalami hipoglikemi yang secara klinis


ditandai dengan penurunan kesadaran (kesadaran apatis), GCS 10,

klien

tampak

lemes, RR: 24 x/mnt, akral teraba dingin, CRT 2 detik, TD: 180/100 mmHg, ND: 60
x/mnt, SB: 36,5C, GDS: 67 mg%, klien tampak masih susah bicara, bicara pelo,
hemiparese sinistra, kekuatan otot ekstremitas atas 5/4, kekuatan otot ekstremitas
bawah 5/4.
Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan
dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus
hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat.
Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat misalnya: hipoglikemia karena
puasa, ( hipoglikemia terjadi setelah berpuasa ), hipoglikemia reaktif, dimana
hipoglikemia

terjadi

sebagai

reaksi

terhadap

makan,

biasanya

karbohidrat.

Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea) yang
diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya.
Jika dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak
menurunkan kadar gula darah.
Kegawatdaruratan yang terjadi pada Tn.T dengan hipoglikemia adalah
terjadinya syok hipoglikemik dan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral akibat dari
gangguan fungsi otak. Karena otak merupakan organ yang sangat peka terhadap kadar
gula darah yang rendah karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama.
Tindakan keperawatan yang diberikan pada Tn. T terutama bertujuan untuk
mengatasi syok hipoglikemia dan memperbaiki perfusi jaringan serebral agar tidak
terjadi kerusakan fungsi otak. Tindakan keperawatan yang telah diberikan adalah:

1.

Mengatur posisi pasien semifowler 45


Pengaturan posisi yang tepat akan membantu kenyamanan pasien.
Dengan diposisikan semifowler 45 akan meningkatkan volume rongga dada dan
membantu fungsi respirasi pasien ( Smeltzer, 2004).

2.

Memberikan oksigenasi binasal kanala 3 lt/mnt


Oksigen diberikan untuk menaikkan saturasi O2 sehingga diharapkan
akan meningkatkan perfusi secara sistemik.

3.

Melakukan rekam jantung / EKG


Pemeriksaan EKG adalah cara untuk menemukan keabnormalan aktifitas
listrik dari serabut otot jantung dan untuk membantu menegakkan diagnosa medis.

4.

Pemeriksaan laboratorium GDS cito.


Pemeriksaan laboratorium cito dilakukan untuk menegakkan diagnosis
hipoglikemia. Karena dari anamnese keluarga, klien post disuntik insulin 40 ui dan
mempunyai riwayat penyakit DM sejak tahun 2007. Hipoglikemia sering terjadi
pada penderita DM karena hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau
obat lain (sulfonilurea) yang diberikan kepada penderita diabetes untuk
menurunkan kadar gula darahnya. Jika dosisnya lebih tinggi dari makanan yang
dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah.
Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia
berat. Hal ini terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon
secara normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal.
Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi
kadar gula darah yang rendah.

5.

Melakukan kolaborasi dalam pemberian cairan dan obat-obatan ( D40 % )


Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah
penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun
minum jus buah, air gula atau segelas susu.
Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin
untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena
untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko

mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon.


Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan
gula darah dalam waktu 5-15 menit
6.

Memasang dower catheter


Pemasangan dower cathether bertujuan untuk pemantauan fungsi ginjal
yang kaitannya dengan produk urine/diuresis dan juga supaya pasien istirahat.

7.

Memantau kesadaran dan TTV


Dilakukan untuk mengetahui kondisi terakhir dan perkembangan pasien
setelah pemberian intervensi mandiri dan kolaboratif terhadap pasien selama di
IGD serta digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan alih rawat ke ruang
interna/VIP.
Tindakan asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn.T lebih

mengarah pada penanganan kegawatdaruratan, belum ditujukan untuk mengatasi


masalah yang mendasari munculnya masalah keperawatan.

BAB V
KESIMPULAN

Pada kasus Tn. T setelah diberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan


selama 100 menit di Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1.

Berdasarkan pengkajian primer dan sekunder yang telah dilakukan menunjukan


kegawatdaruratan pada sistem neurologi dibuktikan dengan adanya penurunan
kesadaran, kesadaran klien apatis, GCS 10 (

), bernafas spontan, RR: 24

x/mnt. klien tampak lemes, akral teraba dingin, CRT 2 detik, TD: 180/100 mmHg,
ND: 60 x/mnt, SB: 36,5C, GDS: 32 mg%, klien tampak susah bicara, bicara pelo,
hemiparese sinistra, kekuatan otot ekstremitas atas 5/4, Kekuatan otot ekstremitas
bawah 5/4.
2.

Dari hasil analisa data ditemukan masalah keperawatan Ketidakefektifan perfusi


jaringan serebral berhubungan dengan penurunan kadar glukosa darah.

3.

Tindakan keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan terutama ditujukan untuk


mencegah terjadinya syok hipoglikemia berulang yang dapat menyebabkan
kerusakan otak yang permanen dan memperbaiki perfusi jaringan serebral.
Tindakan keperawatan yang diberikan sebagai berikut:
a. Mengatur posisi pasien semifowler
b. Memberikan oksigenasi
c. Melakukan rekam jantung / EKG
d. Pemeriksaan laboratorium GDS cito.
e. Kolaborasi dalam pemberian cairan dan obat-obatan
f. Memasang dower catheter
g. Memantau kesadaran dan TTV

4.

Evaluasi setelah 100 menit tindakan keperawatan dan medis yang dilakukan adalah
masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral belum teratasi dan
syok hipoglikemia teratasi. Tim medis memutuskan untuk alih rawat di ruang
interna (VIP) untuk mencegah terjadinya syok hipoglikemia berulang.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta, EGC.
Http:// Asuhan Keperawatan koma hipoglikemia. Html. diakses pada tanggal 19 April
2011, pukul 14.00 wib
Http:// Gangguan endokrin : Hipoglikemi ( kadar gula darah rendah ), diakses pada
tanggal 19 april 2011, pukul 14.40
Smeltzer, C . Suzanne,dkk, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol.
1, Jakarta , EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC
dan kriteria hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai