NIM : PO714201171030
KELAS : 4.A
DIPLOMA IV KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
MAKASSAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
3. Manifestasi Klinis
Menurut ADA (2009), manifestasi klinis pada pasien dengan hiperglikemia
antara lain :
a. Kadar gula darah sewaktu melebihi angka 200 mg/dl atau kadar gula darah puasa
melebihi 126 mg/dl.
b. Poliuria (banyak dan sering kencing)
c. Polipagia (banyak makan)
d. Polidipsi (banyak minum)
e. Kelemahan tubuh dan lesu cepat lelah tidak bertenaga
f. Berat badan menurun
g. Rasa kesemutan karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut saraf
h. Infeksi saluran kencing
i. Glukosuria
j. Infeksi yang sukar sembuh
.
4. Patofisiologi
Hiperglikemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga glukosa darah tidak dapat
masuk ke sel-sel otot, jaringan adipose atau hepar. Dalam keadaan normal kira-kira 50%
glukosa yang dimakan terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke sel sehingga energi
terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Lipolisis bertambah dan
lipogenesis terhambat, akibatnya dalam jaringan banyak tertimbun asetil KoA (zat yang
penting pada siklus asam sitrat dan prekusor utama dari lipid dan steroid, terbentuk
dengan cara menggabungkan gugus asetil pada koenzim A selama oksidasi karbohidrat,
asam lemak atau asam-asam amino), dan senyawa ini akan banyak diubah menjadi zat
keton karena terhambatnya siklus TCA (Tricarboxylic Acid Kreb’s Cycle). Zat keton
sebenarnya merupakan sumber energi yang berguna terutama pada saat puasa.
Metabolisme zat keton pada pasien DM meningkat, karena jumlahnya yang terbentuk
lebih banyak daripada yang dimetabolisme. Keadaan ini disebut ketoasidosis yang
ditandai dengan nafas yang cepat dan dalam disertai adanya bau aseton (Tjay, 2007).
5.
PATHWAY
Faktor penyebab : Faktor pencetus :
- Faktor genetik (adanya antigen - Usia > 45 tahun
HLA/Human Leukosit Antigen) - Obesitas
- Respon autoimun abnormal - Pola makan tidak baik
- Faktor lingkungan (infeksi - Kurang aktivitas fisik
virus/toksin pada tubuh) - Riwayat keluarga : DM
Poliuria /banyak kencing Kerusakan arteri koroner Penyumbatan pembuluh Ginjal tidak dapat Glukosa dalam Kerusakan
jantung darah otak mereabsorbsi glukosa darah (sorbitol) pembuluh darah
Elektrolit tubuh berkurang tertimbun di lensa kapiler mata
melalui urin (natrium, klorida, Penyakit jantung koroner Penurunan aliran oksigen ke Glukosa masuk ke mata
sodium) otak urin Suplai nutrisi dan
Penurunan suplai oksigen Pembentukan oksigen menurun
Merangsang rasa haus dan nutrisi ke otot jantung Penurunan kesadaran Glikosuria katarak
MK : Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagostik menurut PERKENI (2011), yaitu:
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa
darah meningkat di bawah kondisi stress. Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai
patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropati. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia (Smeltzer &
Bare, 2008) :
1) Diet
- Komposisi makanan :
Karbohidrat = 60 % – 70 %
Protein = 10 % – 15 %
Lemak = 20 % – 25 %
- Jumlah kalori perhari
Antara 1100 -2300 kkal
Kebutuhan kalori basal :
Laki – laki : 30 kkal / kg BB
Perempuan : 25 kkal / kg BB
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan hiperglikemia (Mansjoer,
2007) yaitu :
a. Komplikasi akut
- Hipoglikemia/koma hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi apabila kadar glukosa darah <70 mg/dl, sering
terjadi akibat kelebihan pemberian terapi insulin ataupun terlambat makan.
Gejala yang muncul disebabkan oleh pelepasan epinefrin (keringat dingin,
gemetar, sakit kepala dan palpitasi), kekurangan glukosa dalam otak (tingkah
laku tidak sesuai, sensori yang tumpul dan koma). Kejadian hipoglikemia yang
sering terjadi dan dalam waktu yang lama, dapat menimbulkan kerusakan otak
permanen bahkan kematian. Penatalaksanaannya dengan pemberian
karbohidrat baik secara oral maupun intravena.
- Hipoglikemik adalah kadar gula yang rendah kadar gula normal 60-100 mg%.
- Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNC/HONK)
HHNK merupakan komplikasi metabolik akut DM yang sering terjadi
pada pasien DM tipe 2. Hiperglikemia yang terjadi akibat defisiensi insulin
secara relatif tanpa disertai dengan ketosis. Hal ini menyebabkan
hiperosmolaritas, diuresis osmotik dan dehidrasi berat dengan kadar glukosa
darah >600 mg/dl. Pasien dapat mengalami penurunan kesadaran bahkan
kematian apabila tidak mendapat penanganan. Penanganan HHNK adalah
dengan rehidrasi, penggantian elektrolit dan insulin regular.
- Ketoasidosis Diabetic (KAD)
Penurunan kadar insulin yang sangat rendah akan menimbulkan
hiperglikemia, glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis,
peingkatan oksidasi asam lemak bebas disertai dengan pembentukan badan
keton (asetoasetat, hidroksibutirat, dan aseton). Hal ini menyebabkan
peningkatan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan
ketonuria dapat menyebabkan diuresis osmotik, dehidrasi, dan kehilangan
elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit berlebih dapat menyebabkan
hipotensi, syok, koma, sampai meninggal. Penanganan DKA meliputi
perbaikan kekacauan metabolik akibat kekurangan insulin, pemulihan cairan
dan elektrolit, pengobatan keadaan yang mempercepat terjadinya ketoasidosis.
b. Komplikasi kronik
- Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskuler perifer dan vaskuler serebral
- Mikrovaskuler (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati),
dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskuler maupun makrovaskuler
- Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
- Rentan infeksi, seperti tuberkolosis paru dan infeksi saluran kemih
- Ulkus/ gangren/ kaki diabetik
9. Pencegahan
Pencegahan terjadinya DM hiperglikemia (Brunner & Suddarth, 2013) antara
lain :
a. Pencegahan primer
- Program penurunan berat badan.
Pada seseorang yang mempunyai risiko DM dan mempunyai berat
badan lebih, penurunan berat badan merupakan cara utama untuk menurunkan
risiko terkena DM tipe 2 atau intoleransi glukosa. Beberapa penelitian
menunjukkan penurunan berat badan 5-10% dapat mencegah atau
memperlambat munculnya DM tipe 2.
- Diet sehat.
Diet sehat dapat dilakukan dengan mengatur jumlah asupan kalori agar
tercapai berat badan yang ideal, mengonsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat kompleks agar tidak menimbulkan puncak (peak) glukosa darah
yang tinggi setelah makan dan juga makanan yang mengandung sedikit lemak
jenuh, dan tinggi serat larut.
- Latihan jasmani.
Latihan jasmani teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah,
mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan
kadar kolesterol HDL. Latihan jasmani yang dianjurkan, dikerjakan sedikitnya
selama 150 menit/minggu dengan latihan aerobik sedang (mencapai 50-70%
denyut jantung maksimal), atau 90 menit/minggu dengan latihan aerobik berat
(mencapai denyut jantung >70% maksimal). Latihan jasmani dibagi menjadi 3-
4 kali aktivitas/minggu
- Menghentikan merokok.
Merokok merupakan salah satu risiko timbulnya gangguan
kardiovaskular. Meskipun merokok tidak berkaitan langsung dengan timbulnya
intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat komplikasi
kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM tipe 2.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian
pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan
penyakit DM. Dalam upaya pencegahan sekunder program penyuluhan
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
program pengobatan dan dalam menuju perilaku sehat. Untuk pencegahan
sekunder ditujukan terutama pada pasien baru. Pengelolaan DM dimulai dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu).
Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi
farmakologis dengan obat oral dan atau suntikan insulin.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang DM yang telah
mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut.
Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan
menetap. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien
dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat
dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.
Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan holistik dan
terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan.
Kolaborasi yang baik antar para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata,
bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, pediatris, dll.)
sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier.
KONSEP KEPERAWATAN HIPERGLIKEMIA
1. Pengkajian
Pengkajian Primer
a. Airway : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau benda
asing yang menghalangi jalan nafas
b. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot
bantu pernafasan
c. Circulation : kaji nadi, biasanya nadi menurun.
d. Disability : Lemah,letih,sulit bergerak,gangguan istirahat tidur.
Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas, letargi
/disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tidak
ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan
kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesi, gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut), gangguan
memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam menurun
(koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi
pernapasan meningkat
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan
bernapas.
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan
(diuresis osmotic) akibat hiperglikemia
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin,penurunan masukan oral,status hipermetabolisme.
3. Rencana Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan
bernapas.
Kriteria Hasil :
1. Pola nafas pasien kembali teratur.
2. Respirasi rate pasien kembali normal.
3. Pasien mudah untuk bernafas.
Intervensi:
1) Kaji status pernafasan dengan mendeteksi pulmonal.
2) Berikan fisioterapi dada termasuk drainase postural.
3) Penghisapan untuk pembuangan lendir.
4) Identifikasi kemampuan dan berikan keyakinan dalam bernafas.
5) Kolaborasi dalam pemberian therapi medis
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan
(diuresis osmotic) akibat hiperglikemia
Kriteria Hasil :
1. TTV dalam batas normal
2. Turgor kulit dan capillary refill baik
3. Keseimbangan urin output
4. Kadar elektrolit normal
5. GDS normal
Intervensi :
1) Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan setiap jam
2) Observasi kepatenan atau kelancaran infuse
3) Monitor TTV dan tingkat kesadaran tiap 15 menit, bila stabil lanjutkan
untuk setiap jam
4) Observasi turgor kulit, selaput mukosa, akral, pengisian kapiler
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam :
Pemberian therapi insulin
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin,penurunan masukan oral,status hipermetabolisme.
Kriteria hasil ;
BB yang optimal
Intervensi:
1) Pantau berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
2) Tentukan program diet dan pola makan dan bandingkan makanan yang di
habiskan
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen,muntahan makanan
yang belum di cerna.
4) Berikan makanan yang mengandung nutrient kemudian upayakan
pemberian yang lebih padat yang dapat di toleransi
5) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan sesuai indikasi
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan yang mencakup tindakan
tindakan independen (mandiri) dan kolaborasi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak
kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan,
serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
No.RM :
Tanggal Masuk RS :
2. Penanggung Jawab
Nama : Bp. R
Umur : 69 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
3. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
Keluhan Utama : Pasien mengeluhkan badan lemas, pusing dan buang air
besar cair 5 kali
Selama sakit
Keadaan aktivitas sehari-hari
Pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dalam
melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan,
BAB/ BAK dan berpakaian pasien dibantu oleh anaknya.
Keadaan pernafasan
Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasan teratur.
Keadaan kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak berdebar-debar setelah melakukan
aktivitas.
d) Kebutuhan Istirahat-tidur
Sebelum sakit : Sebelum sakit kebutuhan istirahat-tidur pasien
tercukupi, pasien biasanya dalam sehari tidur 6-8 jam.
Selama sakit : Selama sakit pasien mengatakan tidak ada
perubahan dalam pola tidurnya di rumah sakit. Selama di Rumah
Sakit pasien lebih banyak waktunya untuk istirahat.
e) Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Pasien mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga
berobat di puskesmas terdekat. Pasien belum mengerti
tentang pengobatan rutin tentang penyakitnya.
Pola hubungan
Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersama suami
Koping atau toleransi stress
Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan
dilakukan oleh pihak keluarga, terutama suami pasien dan
pasien.
Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
Keadaan mental : pasien dalam keadaan compos
mentis (sadar penuh)
Berbicara : pasien dapat berbicara dengan
lancer
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan Bugis
Kemampuan bicara : tidak ada gangguan
pengetahuan pasien : pasien mengatakan paham
mengenai penyakit yang dideritanya.
Konsep diri
a. Gambaran diri : Pasien mengatakan lemas.
Pasien sedikit terganggu dalam menjalankan
aktivitas karena merasa lemas.
b. Harga diri : Pasien menghargai dirinya dan
selalu mempunyai harapan terhadap hidupnya
c. Peran diri : Pasienmengakui perannya
sebagai seorang ibu rumah tangga, pasien
mengatakan bahwaingin segera sembuh dan
berkumpul dengan keluarga.
d. Ideal diri : Pasien lebih menurut pada
keluarganya
e. Identitas diri : Pasien mengenali siapa dirinya
Seksual
Pasien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya
Nilai
Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat, pasien memahami hal-hal yang baik dan yang
benar
f) Aspek Lingkungan Fisik
Rumah pasien berada di pedesaan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Status Gizi : TB = 155cm BB = 60 kg IMT = 24,97 kg/m2
b. Tanda Vital
TD = 100/70 mmHg Nadi = 88 x/menit
Suhu = 36,2oC RR = 22 x/menit
c. Skala Nyeri
Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri pada tubuhnya.
8. Terapi pengobatan
a. NACL 0.9% :
b. Novorapid : 12 ui
c. Ceftriaxone : 250 g/12 jam
B. Analisa Data
Data Subyektif Data Obyektif Masalah Keperawatan
Pasien mengatakan Hemoglobin : 12.5 Ketidakstabilan kadar
memiliki riwayat DM mg/dl glukosa darah
3 tahun yang lalu Leukosit : 14.600 k/ul
Pasien mengatakan GDS : 529 mg/dl
badan lemas
Pasien mengeluh
pusing
Pasien mengeluh Hemoglobin : 12.5 Keletihan
pusing dan lemas mg/dl
Pasien mengatakan Pasien terlihan lemah
jika pekerjaan rumah
dibantu oleh anaknya
- Leukosit : 14.600 k/ul Resiko infeksi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa darah d.d GDS :
529 mg//dl
2. Keletihan b.d kondisi fisiologis ( DM ) d.d mengeluh lelah
D. Rencana Keperawatan
Glukosa adekuat
Istirahat cukup
Intervensi :
Observasi
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis : cahaya, suara dan
kunjungan)
Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah dan berjalan
Edukasi
Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
DAFTAR PUSTAKA