Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

DM DENGAN KOMPLIKASI HIPERGLIKEMIA

NAMA : NUR AFNI ASWAR

NIM : PO714201171030

KELAS : 4.A

DIPLOMA IV KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

MAKASSAR

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi

Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang lebih tinggi


pada rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah (Sujono & Sukarmin, 2008).
Hiperglikemia merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah mengalami
peningkatan diatas normal. Peningkatan kadar glukosa darah dikatakan DM apabila
hasil pengukuran kadar glukosa plasma puasa ≥140 mg/dl (SI : 7,8 mmol/L) atau
kadar glukosa sewaktu ≥200 mg/dl (SI : 11,1 mmol/l) pada satu kali pemeriksaan atau
lebih. Tingginya kadar glukosa darah tersebut dapat menyebabkan berbagai
komplikasi metabolik akut maupun kronis (Smeltzer & Bare, 2008).

2. Etiologi dan Faktor Resiko


Hiperglikemia adalah keadaan ketika kadar gula darah melonjak secara tiba-
tiba. Keadaan ini bisa disebabkan antara lain stres, infeksi, dan konsumsi obat-obatan
tertentu (Saraswati, 2009). Fakto resiko yang berhubungan antara lain : obesitas,
riwayat keluarga, dan usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia > 45
tahun) (Brunner & Suddarth, 2013).

3. Manifestasi Klinis
Menurut ADA (2009), manifestasi klinis pada pasien dengan hiperglikemia
antara lain :
a. Kadar gula darah sewaktu melebihi angka 200 mg/dl atau kadar gula darah puasa
melebihi 126 mg/dl.
b. Poliuria (banyak dan sering kencing)
c. Polipagia (banyak makan)
d. Polidipsi (banyak minum)
e. Kelemahan tubuh dan lesu cepat lelah tidak bertenaga
f. Berat badan menurun
g. Rasa kesemutan karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut saraf
h. Infeksi saluran kencing
i. Glukosuria
j. Infeksi yang sukar sembuh
.
4. Patofisiologi

Hiperglikemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga glukosa darah tidak dapat
masuk ke sel-sel otot, jaringan adipose atau hepar. Dalam keadaan normal kira-kira 50%
glukosa yang dimakan terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke sel sehingga energi
terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Lipolisis bertambah dan
lipogenesis terhambat, akibatnya dalam jaringan banyak tertimbun asetil KoA (zat yang
penting pada siklus asam sitrat dan prekusor utama dari lipid dan steroid, terbentuk
dengan cara menggabungkan gugus asetil pada koenzim A selama oksidasi karbohidrat,
asam lemak atau asam-asam amino), dan senyawa ini akan banyak diubah menjadi zat
keton karena terhambatnya siklus TCA (Tricarboxylic Acid Kreb’s Cycle). Zat keton
sebenarnya merupakan sumber energi yang berguna terutama pada saat puasa.
Metabolisme zat keton pada pasien DM meningkat, karena jumlahnya yang terbentuk
lebih banyak daripada yang dimetabolisme. Keadaan ini disebut ketoasidosis yang
ditandai dengan nafas yang cepat dan dalam disertai adanya bau aseton (Tjay, 2007).
5.
PATHWAY
Faktor penyebab : Faktor pencetus :
- Faktor genetik (adanya antigen - Usia > 45 tahun
HLA/Human Leukosit Antigen) - Obesitas
- Respon autoimun abnormal - Pola makan tidak baik
- Faktor lingkungan (infeksi - Kurang aktivitas fisik
virus/toksin pada tubuh) - Riwayat keluarga : DM

Viskositas darah meningkat


Memicu reaksi autoimun pada pankreas
Hipertensi
Gangguan toleransi glukosa

Peningkatan lipolisis Kerusakan pembuluh darah perifer


Retensi insulin dan gangguan sekresi insulin
Gliserol asam lemak bebas Suplai nutrisi, oksigen, leukosit terganggu
meningkat Diabetes Mellitus

Terdapat luka MK : Resiko infeksi


Ketogenesis Kegagalan sel beta pankreas untuk
memproduksi insulin
Ketouria Luka tidak mendapat suplai nutrisi
Tubuh kekurangan insulin dan leukosit
Ketoasidosis
Iskemik dan kerusakan jaringan
Glukosa tidak dapat diserap sel tubuh
- Nyeri abdomen
- Mual dan muntah Gangren
Terjadi glukoneogenesis
- Hiperventilasi
- Nafas bau keton Ulkus diabetik
Glukosa menumpuk dalam darah

Koma diabetikum MK : Kerusakan integritas


Hiperglikemia jaringan

Kematian MK : Ketidakseimbangan kadar


glukosa darah
Glukosa menarik air Makrovaskular Mikrovaskular

Osmotik diuretik Organ jantung Serebral Organ ginjal Organ mata

Poliuria /banyak kencing Kerusakan arteri koroner Penyumbatan pembuluh Ginjal tidak dapat Glukosa dalam Kerusakan
jantung darah otak mereabsorbsi glukosa darah (sorbitol) pembuluh darah
Elektrolit tubuh berkurang tertimbun di lensa kapiler mata
melalui urin (natrium, klorida, Penyakit jantung koroner Penurunan aliran oksigen ke Glukosa masuk ke mata
sodium) otak urin Suplai nutrisi dan
Penurunan suplai oksigen Pembentukan oksigen menurun
Merangsang rasa haus dan nutrisi ke otot jantung Penurunan kesadaran Glikosuria katarak

Iskemia pada mata


Minum terus menerus Iskemia miokard MK : Ketidakefektifan Kerusakan MK : Gangguan
perfusi jaringan otak glomerulus ginjal sensori persepsi
Peningkatan asupan cairan Infark miokard Retinopati
(penglihatan)
Glomerulosklerosis
Polidipsia Daya ejeksi otot jantung Kebutaan
berkurang
Nefropati
MK : Resiko
MK : Kekurangan volume Penurunan cardiac output cedera
cairan Resiko gagal ginjal
Penurunan aliran oksigen ke kronis
pembuluh darah perifer
MK : Ketidakseimbangan
elektrolit
Akral dingin dan pucat

MK : Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagostik menurut PERKENI (2011), yaitu:
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa
darah meningkat di bawah kondisi stress. Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai
patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).

7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropati. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia (Smeltzer &
Bare, 2008) :
1) Diet
- Komposisi makanan :
Karbohidrat = 60 % – 70 %
Protein = 10 % – 15 %
Lemak = 20 % – 25 %
- Jumlah kalori perhari
Antara 1100 -2300 kkal
Kebutuhan kalori basal :
 Laki – laki : 30 kkal / kg BB
 Perempuan : 25 kkal / kg BB

- Penilaian status gizi :


 BB
- BBR = x 100 %TB – 100
- Kurus : BBR 110 %
- Obesitas bila BBRR > 110 %
- Obesitas ringan 120% – 130 %
- Obesitas sedang 130% – 140%
- Obesitas berat 140% – 200%
- Obesitas morbit > 200 %
 Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja
biasa adalah :
- Kurus : BB x 40 – 60 kalori/hari
- Normal (ideal) : BB x 30 kalori/hari
- Gemuk : BB x 20 kalori/hari
- Obesitas : BB x 10 – 15 kalori/hari
2) Latihan jasmani
Manfaat latihan jasmani :
a. Menurunkan kadar glukosa darah mengurangi resitensi insulin, meningkatkan
sensitivitas insulin).
b. Menurunkan berat badan.
c. Mencgah kegemukan.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lipid
darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah.
3) Medis
a. Obat hiperglikemi oral :
- Sulfoniluria : Glibenglamida, glikosit, gliguidon, glimeperide, glipizid.
- Biguanid ( metformin )
- Hon su insulin secretagogue ( repakglinide, natliglinide )
- Inhibitor glucosidase
- Tiosolidinedlones
b. Insulin
- Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, adalah jenis obat
insulin yang memiliki sifat transparan dan mulai bekerja dalam tubuh dalam
waktu 30 menit sejak dimasukan kedalam tubuh. Obat insulin ini bekerja
secara maksimal selama 1 sampai 3 jam dalam aliran darah penderita, dan
segera menghilang setelah 6 sampai 8 jam kemudian.
- Insulin reaksi panjang, merupakan jenis yang mulai bekerja 1 sampai 2 jam
setelah disuntikan kedalam tubuh seseorang. Tetapi obat ini tidak memiliki
reaksi puncak, sehingga ia bekerja secara stabil dalam waktu yang lama
yaitu 24 sampai 36 jam didalam tubuh penderita, contohnya lavemir dan
lantus.
- Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai efektif bekerja
menurunkan kadar gula darah sejak 1 sampai 2 jam setelah disuntikan
kedalam tubuh. Obat ini bekerja secara maksimal selama 6 sampai 10 jam,
dan berakhir setelah 10 sampai 16 jam setelahnya. Contohnya humulin m3,
hypurin, dan insuman.
- Insulin reaksi cepat yang bekerja 5 sampai 15 menit setelah masuk kedalam
tubuh. Ia memiliki tingkat reaksi maksimal selama 30 sampai 90 menit, dan
pengaruhnya akan segera menghilanhg setelah 3 sampai 5 jam setelahnya,
contohnya lispro, actrapid, novorapid dan velosulin.

8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan hiperglikemia (Mansjoer,
2007) yaitu :
a. Komplikasi akut
- Hipoglikemia/koma hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi apabila kadar glukosa darah <70 mg/dl, sering
terjadi akibat kelebihan pemberian terapi insulin ataupun terlambat makan.
Gejala yang muncul disebabkan oleh pelepasan epinefrin (keringat dingin,
gemetar, sakit kepala dan palpitasi), kekurangan glukosa dalam otak (tingkah
laku tidak sesuai, sensori yang tumpul dan koma). Kejadian hipoglikemia yang
sering terjadi dan dalam waktu yang lama, dapat menimbulkan kerusakan otak
permanen bahkan kematian. Penatalaksanaannya dengan pemberian
karbohidrat baik secara oral maupun intravena.
- Hipoglikemik adalah kadar gula yang rendah kadar gula normal 60-100 mg%.
- Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNC/HONK)
HHNK merupakan komplikasi metabolik akut DM yang sering terjadi
pada pasien DM tipe 2. Hiperglikemia yang terjadi akibat defisiensi insulin
secara relatif tanpa disertai dengan ketosis. Hal ini menyebabkan
hiperosmolaritas, diuresis osmotik dan dehidrasi berat dengan kadar glukosa
darah >600 mg/dl. Pasien dapat mengalami penurunan kesadaran bahkan
kematian apabila tidak mendapat penanganan. Penanganan HHNK adalah
dengan rehidrasi, penggantian elektrolit dan insulin regular.
- Ketoasidosis Diabetic (KAD)
Penurunan kadar insulin yang sangat rendah akan menimbulkan
hiperglikemia, glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis,
peingkatan oksidasi asam lemak bebas disertai dengan pembentukan badan
keton (asetoasetat, hidroksibutirat, dan aseton). Hal ini menyebabkan
peningkatan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan
ketonuria dapat menyebabkan diuresis osmotik, dehidrasi, dan kehilangan
elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit berlebih dapat menyebabkan
hipotensi, syok, koma, sampai meninggal. Penanganan DKA meliputi
perbaikan kekacauan metabolik akibat kekurangan insulin, pemulihan cairan
dan elektrolit, pengobatan keadaan yang mempercepat terjadinya ketoasidosis.
b. Komplikasi kronik
- Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskuler perifer dan vaskuler serebral
- Mikrovaskuler (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati),
dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskuler maupun makrovaskuler
- Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
- Rentan infeksi, seperti tuberkolosis paru dan infeksi saluran kemih
- Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

9. Pencegahan
Pencegahan terjadinya DM hiperglikemia (Brunner & Suddarth, 2013) antara
lain :
a. Pencegahan primer
- Program penurunan berat badan.
Pada seseorang yang mempunyai risiko DM dan mempunyai berat
badan lebih, penurunan berat badan merupakan cara utama untuk menurunkan
risiko terkena DM tipe 2 atau intoleransi glukosa. Beberapa penelitian
menunjukkan penurunan berat badan 5-10% dapat mencegah atau
memperlambat munculnya DM tipe 2.
- Diet sehat.
Diet sehat dapat dilakukan dengan mengatur jumlah asupan kalori agar
tercapai berat badan yang ideal, mengonsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat kompleks agar tidak menimbulkan puncak (peak) glukosa darah
yang tinggi setelah makan dan juga makanan yang mengandung sedikit lemak
jenuh, dan tinggi serat larut.
- Latihan jasmani.
Latihan jasmani teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah,
mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan
kadar kolesterol HDL. Latihan jasmani yang dianjurkan, dikerjakan sedikitnya
selama 150 menit/minggu dengan latihan aerobik sedang (mencapai 50-70%
denyut jantung maksimal), atau 90 menit/minggu dengan latihan aerobik berat
(mencapai denyut jantung >70% maksimal). Latihan jasmani dibagi menjadi 3-
4 kali aktivitas/minggu
- Menghentikan merokok.
Merokok merupakan salah satu risiko timbulnya gangguan
kardiovaskular. Meskipun merokok tidak berkaitan langsung dengan timbulnya
intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat komplikasi
kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM tipe 2.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian
pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan
penyakit DM. Dalam upaya pencegahan sekunder program penyuluhan
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
program pengobatan dan dalam menuju perilaku sehat. Untuk pencegahan
sekunder ditujukan terutama pada pasien baru. Pengelolaan DM dimulai dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu).
Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi
farmakologis dengan obat oral dan atau suntikan insulin.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang DM yang telah
mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut.
Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan
menetap. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien
dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat
dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.
Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan holistik dan
terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan.
Kolaborasi yang baik antar para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata,
bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, pediatris, dll.)
sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier.
KONSEP KEPERAWATAN HIPERGLIKEMIA

1. Pengkajian
 Pengkajian Primer
a. Airway : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau benda
asing yang menghalangi jalan nafas
b. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot
bantu pernafasan
c. Circulation : kaji nadi, biasanya nadi menurun.
d. Disability : Lemah,letih,sulit bergerak,gangguan istirahat tidur.
 Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas, letargi
/disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tidak
ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan
kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesi, gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut), gangguan
memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam menurun
(koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi
pernapasan meningkat
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan
bernapas.
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan
(diuresis osmotic) akibat hiperglikemia
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin,penurunan masukan oral,status hipermetabolisme.
3. Rencana Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan
bernapas.
Kriteria Hasil :
1. Pola nafas pasien kembali teratur.
2. Respirasi rate pasien kembali normal.
3. Pasien mudah untuk bernafas.
Intervensi:
1)   Kaji status pernafasan dengan mendeteksi pulmonal.
2)   Berikan fisioterapi dada termasuk drainase postural.
3)   Penghisapan untuk pembuangan lendir.
4)   Identifikasi kemampuan dan berikan keyakinan dalam bernafas.
5)    Kolaborasi dalam pemberian therapi medis
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan
(diuresis osmotic) akibat hiperglikemia
Kriteria Hasil :
1. TTV dalam batas normal
2. Turgor kulit dan capillary refill baik
3. Keseimbangan urin output
4. Kadar elektrolit normal
5. GDS normal
Intervensi :
1) Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan setiap jam
2) Observasi kepatenan atau kelancaran infuse
3) Monitor TTV dan tingkat kesadaran tiap 15 menit, bila stabil lanjutkan
untuk setiap jam
4)  Observasi turgor kulit, selaput mukosa, akral, pengisian kapiler
5)  Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam :
Pemberian therapi insulin
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin,penurunan masukan oral,status hipermetabolisme.
Kriteria hasil ;
BB yang optimal
Intervensi:
1) Pantau berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
2) Tentukan program diet dan pola makan dan bandingkan makanan yang di
habiskan
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen,muntahan makanan
yang belum di cerna.
4) Berikan makanan yang mengandung nutrient kemudian upayakan
pemberian yang lebih padat yang dapat di toleransi
5) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan sesuai indikasi
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan yang mencakup tindakan
tindakan independen (mandiri) dan kolaborasi.  
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak
kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan,
serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. N

Tempat tanggal lahir : Watampone, 31 Desember 1960

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status Perkawinan : Kawin

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

Alamat : Jl. Salak No.2 Watampone

Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus

No.RM :

Tanggal Masuk RS :

2. Penanggung Jawab

Nama : Bp. R

Umur : 69 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Jl. Salak No.2 Watampone

Hubungan dengan pasien : Suami

Status perkawinan : Nikah

3. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
Keluhan Utama : Pasien mengeluhkan badan lemas, pusing dan buang air
besar cair 5 kali

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


 Alasan masuk RS : pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing,
buang air besar cair sudah 5 kali, pasien mempunyai riwayat DM 3
tahun yang lalu.
 Riwayat kesehatan pasien : pasien mengatakan badan terasa lemas,
pusing sejak 3 hari yang lalu, buang air besar cair 5 kali dalam
sehari. Pada tanggal 29 Juni 2019 pasien berobat di Poli Dalam di
RS Dr. Soetarto Yogyakarta kemudian pasien menjalani rawat inap
di bangsal Kirana.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
 Pasien mengatakan sakit DM sejak 3 tahun yang lalu, pasien
berobat rutin di Puskesmas, mendapatkan terapi metformin dan
glimipirid
 Anak pasien mengatakan terkadang pasien lupa meminum obat
rutinnya.
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit DM
4. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik-Biologis
a) Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan
yang dikonsumsi pasien berupa nasi sayur dan lauk.Kemudian
pasien minum 8-10 gelas perhari(1500-2000cc) berupa air
putih.Pasien selalu minum teh manis setiap hari.
Selama sakit : Pasien mengatakan pasien makan 3x sehari, habis
setengah porsi. Makanan yang dikonsumsi pasien berupa nasi sayur
dan lauk. Kemudian pasien minum 8-10 gelas perhari(1500-
2000cc) berupa air putih.
b) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk
dan warna feses lunak berwarna kuning kecoklatan. Buang air kecil
lancar kurang lebih sebanyak 5-6 kali.
Selama sakit : Selama dirumah sakit pasien buang air besar cair 5
kali dalamsehari sekali. Terdapat ampas. Warna kuning bau khas
feses. Untuk buang air kecil pasien lancarr sehari 5-6 kali sehari.
Urine berwarna kuning jernih.
c) Pola Aktivitas
Sebelum sakit :
 Keadaan aktivitas sehari-hari
Pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dalam
melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan,
BAB/ BAK dan berpakaian pasien melakukannya secara
mandiri dan tidak menggunakan alat bantu
 Keadaans pernafasan
Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasan teratur.
 Keadaan kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit jantung.

Selama sakit
 Keadaan aktivitas sehari-hari
Pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dalam
melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan,
BAB/ BAK dan berpakaian pasien dibantu oleh anaknya.
 Keadaan pernafasan
Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasan teratur.
 Keadaan kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak berdebar-debar setelah melakukan
aktivitas.
d) Kebutuhan Istirahat-tidur
Sebelum sakit : Sebelum sakit kebutuhan istirahat-tidur pasien
tercukupi, pasien biasanya dalam sehari tidur 6-8 jam.
Selama sakit : Selama sakit pasien mengatakan tidak ada
perubahan dalam pola tidurnya di rumah sakit. Selama di Rumah
Sakit pasien lebih banyak waktunya untuk istirahat.
e) Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
 Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Pasien mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga
berobat di puskesmas terdekat. Pasien belum mengerti
tentang pengobatan rutin tentang penyakitnya.
 Pola hubungan
Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersama suami
 Koping atau toleransi stress
Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan
dilakukan oleh pihak keluarga, terutama suami pasien dan
pasien.
 Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
Keadaan mental : pasien dalam keadaan compos
mentis (sadar penuh)
Berbicara : pasien dapat berbicara dengan
lancer
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan Bugis
Kemampuan bicara : tidak ada gangguan
pengetahuan pasien : pasien mengatakan paham
mengenai penyakit yang dideritanya.
 Konsep diri
a. Gambaran diri : Pasien mengatakan lemas.
Pasien sedikit terganggu dalam menjalankan
aktivitas karena merasa lemas.
b. Harga diri : Pasien menghargai dirinya dan
selalu mempunyai harapan terhadap hidupnya
c. Peran diri : Pasienmengakui perannya
sebagai seorang ibu rumah tangga, pasien
mengatakan bahwaingin segera sembuh dan
berkumpul dengan keluarga.
d. Ideal diri : Pasien lebih menurut pada
keluarganya
e. Identitas diri : Pasien mengenali siapa dirinya

 Seksual
Pasien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya
 Nilai
Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat, pasien memahami hal-hal yang baik dan yang
benar
f) Aspek Lingkungan Fisik
Rumah pasien berada di pedesaan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Status Gizi : TB = 155cm BB = 60 kg IMT = 24,97 kg/m2
b. Tanda Vital
TD = 100/70 mmHg Nadi = 88 x/menit
Suhu = 36,2oC RR = 22 x/menit
c. Skala Nyeri
Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri pada tubuhnya.

6. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo-Caudal)


a. Kulit
Kulit lembab berwarna sawo matang, tidak terdapat lesi, pertumbuhan rambut
merata. Turgor kulit baik.
b. Kepala
rambut ambut lurus, rambut hitam terdapat uban, dan berambut tebal.Rambut
tertata rapi.
c. Mata
konjungtiva tidak anemis, dilatasi pupil normal, reflek pupil baik, sklera baik
d. Hidung
normal dan simetris tidak terdapat lesi.
e. Telinga
kedua lubang telinga bersih tidak mengeluarkan cairan
f. Mulut
Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat berwarna putih kekuningan,
mukosa bibir lembab, tidak berbau mulut
g. Leher
Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis)
h. Tengkuk
Pada tengkuk tidak terdapat benjolan yang abnormal.
i. Thorax
Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna kulit
merata
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris
Perkusi : suara sono
Auskultasi : suara trakheal, bronkhial, bronko vesikuler
j. Kardivaskuler
Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran rambut
merata
Palpasi : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm dari
midklavikularis kiri.
Perkusi : Suara redup
Auskultasi : Suara S1 dan S2
k. Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak terdapat luka, kulit berwarna sawo matang.
l. Abdomen
Inspeksi : warna kulit sawo matang, warna kulit merata, tidak terdapat
bekas luka.
Auskultasi : peristaltik usus 38 kali permenit, terdengar jelas
Perkusi : terdengar hasil ketukan ―tympani‖ di semua kuadran
abdomen
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,, tidak terdapat edema, tidak terdapat
massa dan benjolan yang abnormal
m. Panggul
Bentuk panggul normal, warna kulit panggul merata kecoklatan, tidak terdapat
lesi, pertumbuhan rambut tipis merata
n. Anus dan rectum
Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat pembengkakan.
Warna merah tua.
o. Genetalia
Genetalia pasien normal, tidak ada luka.
p. Ekstremitas
Ektremitas atas : Tangan kanan dan kiri bisa digerakkan secara
leluasa. Kekuatan otot 5. Tangan kiri terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tpm.
Ekstremitas bawah : Kedua telapak kaki kanan dan kiri tidak terjadi
kelemahan, anggota gerak lengkap, tidak terdapat edema,kekuatan otot 5.
Kuku pada jari kaki terlihat bersih
7. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin : 12.5 mg/dl Nilai rujukan : 75 – 140
b. Eritrosit : 3.79 mg/ul Nilai rujukan : 3.9 – 5.5
c. GDS : 529 mgdl Nilai rujukan : < 200
d. Leukosit : 14.600 k/ul Nilai rujukan : 4.000 – 10.000

8. Terapi pengobatan
a. NACL 0.9% :
b. Novorapid : 12 ui
c. Ceftriaxone : 250 g/12 jam

B. Analisa Data
Data Subyektif Data Obyektif Masalah Keperawatan
 Pasien mengatakan  Hemoglobin : 12.5 Ketidakstabilan kadar
memiliki riwayat DM mg/dl glukosa darah
3 tahun yang lalu  Leukosit : 14.600 k/ul
 Pasien mengatakan  GDS : 529 mg/dl
badan lemas
 Pasien mengeluh
pusing
 Pasien mengeluh  Hemoglobin : 12.5 Keletihan
pusing dan lemas mg/dl
 Pasien mengatakan  Pasien terlihan lemah
jika pekerjaan rumah
dibantu oleh anaknya
-  Leukosit : 14.600 k/ul Resiko infeksi

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa darah d.d GDS :
529 mg//dl
2. Keletihan b.d kondisi fisiologis ( DM ) d.d mengeluh lelah

3. Resiko infeksi b.d penyakit kronis ( DM )

D. Rencana Keperawatan

DX 1 : Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa darah


d.d GDS : 529 mg//dl
Luaran : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam, maka kestabilan
kadar glukosa darah meningkat dengan kriteria hasil :
 Lelah menurun
 Kadar glukosa dalam drah membaik
Intervensi :
Observasi :
 Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
 Monitor kadar glukosa darah
 Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Terapeutik :
 Konsultasi dengan nedis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
Edukasi :
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
 Ajarkan pengelolaan diabetes (insulin dan obat oral)
Kolaborasi :
 Pemberian insulin

DX2 : Keletihan b.d kondisi fisiologis ( DM ) d.d mengeluh lelah


Luaran : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam diharapkan
klien merasa berenergi, lebih rileks dan bertenaga dengan kriteriaa hasil :

 Klien tidak lelah

 Glukosa adekuat

 Tenaga klien meningkat

 Klien dapat mempertahankan aktivitasnya

 Istirahat cukup
Intervensi :
Observasi

 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

 Monitor pola dan jam tidur

 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas


Terapeutik

 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis : cahaya, suara dan
kunjungan)

 Lakukan latihan rentan gerak pasif/aktif


 Berikan aktivitas distraksi yang menenagkan

 Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah dan berjalan
Edukasi

 Anjurkan tirah baring

 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak


berkurang

 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan


DX 3 : Resiko infeksi b.d penyakit kronis ( DM )
Luaran : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam infeksi berkurang.
KH : nyeri berkurang, keadaan luka kering, pus (+)
Observasi

 Pemantauan tanda vital

 Kaji tanda-tanda infeksi ; suhu tubuh, nyeri dan perdarahan

 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local


Terapeutik

 Rawat luka dengan steril


Edukasi

 Mengajarkan keluarga dan pasien cara merawat luka

 Mencuci tangan sebelum dan sesudah setiap melakukan kegiatan perawatan


pasien.

 Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi

 Mengajarkan pasien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi


E. Catatan Perkembangan

DX 1 : Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa


darah d.d GDS : 529 mg//dl
Hari / Tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu / 5 Mei Observasi : S : Riwayat DM 3 tahun yang
2021  Identifikasi lalu
kemungkinan penyebab O : GDS : 529 mg/dl
hiperglikemia A : Ketidakstabilan kadar
 Monitor kadar glukosa glukosa darah
darah P : lanjutkan intervensi
 Monitor tanda dan 1. Identifikasi
gejala hiperglikemia kemungkinan penyebab
Terapeutik : hiperglikemia
 Konsultasi dengan 2. Monitor kadar gula
nedis jika tanda dan darah
gejala hiperglikemia 3. Konsultasi dengan tim
tetap ada atau medis jika tanda dan
memburuk gejala hiperglikemia
Edukasi : tetap ada atau
 Anjurkan monitor memburuk
kadar glukosa darah 4. Anjurkan kepatuhan
secara mandiri diet dan olahraga
 Anjurkan kepatuhan 5. Ajarkan pengelolaan
diet dan olahraga diabetes
 Ajarkan pengelolaan 6. Pemberian insulin
diabetes (insulin dan
obat oral)
Kolaborasi :
 Pemberian insulin
Kamis / 6 Mei Observasi : S : Riwayat DM 3 Tahun yang
2021  Identifikasi lalu
kemungkinan penyebab O : GDS : 420 mg/dl
hiperglikemia A : Ketidakstabilan glukosa
 Monitor kadar glukosa darah
darah P : Lanjutkan Intervensi
Terapeutik : 1. Identifikasi
 Konsultasi dengan kemungkinan penyebab
nedis jika tanda dan hiperglikemia
gejala hiperglikemia 2. Monitor kadar gula
tetap ada atau darah
memburuk 3. Konsultasi dengan tim
Edukasi : medis jika tanda dan
 Anjurkan kepatuhan gejala hiperglikemia
diet dan olahraga tetap ada atau
 Ajarkan pengelolaan memburuk
diabetes (insulin dan 4. Anjurkan kepatuhan
obat oral) diet dan olahraga
Kolaborasi : 5. Ajarkan pengelolaan
 Pemberian insulin diabetes
6. Pemberian insulin

DX2 : Keletihan b.d kondisi fisiologis ( DM ) d.d mengeluh lelah


Hari / Tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu / 5 Mei Observasi S : Mengeluh lema
2021 O : terlihat lemas
 Identifikasi gangguan
A : Keletihan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor pola dan jam
 Monitor pola dan jam tidur tidur
2. Monitor lokasi dan
 Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama ketidaknyamanan
melakukan aktivitas selama melakukan
aktivitas
Terapeutik 3. Sediakan lingkungan
 Sediakan lingkungan nyaman
nyaman dan rendah 4. Lakukan latihan rentan
stimulus (mis : cahaya, gerak pasif dan aktif
suara dan kunjungan) 5. Berikan aktivitas
distraksi yang
 Lakukan latihan rentan
gerak pasif/aktif menenangkan
6. Anjurkan tirah baring
 Berikan aktivitas distraksi 7. Anjurkan lakukan
yang menenagkan aktivitas secara
 Fasilitasi duduk disisi bertahap
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah dan
berjalan
Edukasi

 Anjurkan tirah baring

 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap

 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang

 Ajarkan strategi koping


untuk mengurangi
kelelahan

Kamis / 6 Mei Observasi S : Mengatakan jika dirinya


2021 sudah tidak terlalu lelah
 Monitor pola dan jam tidur
O : terlihat bersemangat
 Monitor lokasi dan A : Keletihan
ketidaknyamanan selama P : Lanjutkan intervensi
melakukan aktivitas 1. Monitor pola dan jam
Terapeutik tidur
2. Monitor lokasi dan
 Sediakan lingkungan
ketidaknyamanan
nyaman dan rendah
stimulus (mis : cahaya, selama melakukan
suara dan kunjungan) aktivitas
3. Sediakan lingkungan
 Lakukan latihan rentan nyaman
gerak pasif/aktif
4. Lakukan latihan rentan
 Berikan aktivitas distraksi gerak pasif dan aktif
yang menenagkan 5. Berikan aktivitas
distraksi yang
Edukasi
menenangkan
 Anjurkan tirah baring 6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan lakukan
aktivitas secara
bertahap

DX 3 : Resiko infeksi b.d penyakit kronis ( DM )


Hari / Tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu / 5 Mei Observasi S:-
2021  Pemantauan tanda vital O : Leukosit : 14.600 k / ul
 Kaji tanda-tanda A : resiko infeksi
infeksi ; suhu tubuh, P : Lanjutkan intervensi
nyeri dan perdarahan 1. Pemantauan TTV
 Monitor tanda dan 2. Kaji tanda – tanda
gejala infeksi sistemik infeksi
dan local 3. Monitor tanda dan
Terapeutik gejala infeksi
 Rawat luka dengan
steril
Edukasi
 Mengajarkan keluarga
dan pasien cara
merawat luka
 Mencuci tangan
sebelum dan sesudah
setiap melakukan
kegiatan perawatan
pasien.
 Mengajarkan pasien
dan keluarga tentang
tanda dan gejala infeksi
 Mengajarkan pasien
dan keluarga
bagaimana
menghindari infeksi
Kamis / 6 Mei Observasi S:-
2021  Pemantauan tanda vital O : Leukosit : 10.500 k/ul
 Kaji tanda-tanda A : Resiko infeksi
infeksi ; suhu tubuh, P : lanjutkan intervensi
nyeri dan perdarahan
 Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local

DAFTAR PUSTAKA

DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
IDAI.2017.Diagnosis dan Tata Laksana DM Tipe 1 pada Anak dan Remaja

Anda mungkin juga menyukai