Anda di halaman 1dari 12

RESUME KEPERAWATAN

NAMA : NUR AFNI ASWAR

NIM : PO714201171030

KELAS / PRODI : 4 A / D 4 KEPERAWATAN

Hari / Tanggal : Senin / 10 Mei 2021

DM dengan Kebutuhan Khusus

A. Melakukan Pengukuran Kadar Gula Darah ( Sewaktu, Puasa, 2 Jam Post


Prandial )

Link Akses : https://www.youtube.com/watch?v=YtX7jZDsRJ0

SOP Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu :

Tujuan : Pemeriksaan gula darah bertujuan untuk mengetahui kadar gula darah seseorang

Nilai Normal GDS :

1. Sebelum makan : 70 – 130 mg/dl

2. Dua jam setelah makan : kurang daru 140 mg/dl


3. Puasa selama delapan jam : 100 mg/dl

4. Menjelang tidur : 100 – 140 mg/dl

Inndikasi :

1. Untuk pasien DM

2. Untuk pemeriksaan lab

Persiapan Alat dan Bahan

1. Lanset

2. Pena lancet

3. Glucometer

4. Strip gula darah

5. Alcohol swab

Prosedur tindakan :

1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.

2. Mencuci tangan.

3. Atur posisi pasien senyaman mungkin.

4. Dekatkan alat di samping pasien.

5. Pastikan alat bisa digunakan.

6. Pasang stik GDA pada alat glukometer.

7. Mengurut jari yang akan ditusuk (darah diambil dari salah satu ujung jari telunjuk,
jari tengah, jari manis tangan kiri / kanan).

8. Desinfeksi jsri ysng sksn ditusuk dengan kapas alcohol

9. Menusukkan lanset di jari tangan pasien, dan biarkan darah mengalir secara spontan

10. Tempatkan ujung strip tes glukosa darah (bukan diteteskan ) secara otomatis terserap
ke dalam strip

11. Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang stik GDA.

12. Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas alkohol.


13. Alat glukometer akan berbunyi dan bacalah angka yang tertera pada monitor.

14. Keluarkan strip tes glukosa dari alat monitor

15. Matikan alat monitor kadar glukosa darah

16. Membereskan alat.

17. Mencuci tangan.

18. Dokumentasi : catat hasil pada buku catatan

Note :

Lanset hanya bisa digunakan dalam satu kali pemakean hal ini bertujuan untuk :

1. Menghindari infeksi

2. Jarum akan menjadi tumpul dan akan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa apabila di
gunakan secara berulang kali,

B. Melakukan Manajemen Modifikasi Gaya Hidup ( Perencanaan Makan dan


Perencanaan Aktivitas Fisik )

Link Akses : https://www.youtube.com/watch?v=KtBAALjwjsw


Link Akses : https://www.youtube.com/watch?v=0aiFaA8CbJA

1. Perencanaan Aktivitas Fisik

Dianjurkan untuk melakukan kegiatan aktivitas fisik seperti jalan santai, bersepeda.
Minimal seminggu bisa dilakukan 3 – 5 kali dengan durasi lamanya 30 mnt/hari.

Note :

sebelum melakukan kegiatan aktivitas fisik / olahraga di anjurkan

 Untuk mengecek kadar gula darah untuk mengetahui apakah ada penurunan kadar
gula darah setelah melakukan kegiatan aktivitas fisik / olahraga

 Apabila pasien memiliki kadar gula darah diatas 200 mg/dl dianjurkan untuk tidak
melakukan kegiatan aktivitas fisik/olahraga dengan tujuan untuk menghindari
terjadinya komplikasi selama kegiatan berlangsung

 Apabila kadar gula darah pasien di bawah 100 mg/dl maka dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan sebelum melakukan kegiatan aktivitas fisik/olahraga
dengan tujuan agar gula darah tidak turun secara drastis pada saat melakukan
aktivitas fisik/olahraga

2. Perencanaan Makan
1. Makanan yang mengandung karbohidrat tapi dengan catatan : Ravinasi yaitu
karbohidrat olahan yang berasal dari ubi, jagung, dan kentang. Karena seseorang yang
mengidap penyakit DM butuh kecukupan serat

2. Protein yang sehat, yang rendah lemak dengan kalori yang di sesuaikan dengan
kebutuhan tubuh

C. Melakukan Manajemen Pemberian Obat Hipoglikemik Oral

Link Akses : https://www.youtube.com/watch?v=bkpFvia9oUc

1. Golongan Sulfonirue

Mekanisme kerja

Sering disebut insulin secretagogues, kerjanya merangsang sekresi insulin dari


granul-granul sel beta langerhans pancreas. Rangsangannya melalui interaksinya
dengan ATP-sensitive K Channel pada membrane sel-sel β yang menimbulkan
depolarisasi membrane dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya
kanal Ca maka ion Ca akan masuk ke sel β, merangsang granula yang berisi insulin
dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptide-C.
Selain itu, sulfonylurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar.

Farmakokinetik

Absorbsi ke saluran cerna cukup efektif. Makanan dan keadaan hiperglikemia dapat
mengurangi absorbs, karena itu akan lebih efektif bila diminum 30 menit sebelum
makan. Dalam plasma 90% terikat protein plasma terutama albumin. Ikatan ini paling
kecil untuk klorpropamid dan paling besar untuk gliburid.

Masa paruh asetoheksamid pendek tetapi metabolit aktifnya, 1-hidroksiheksamid


masa paruhnya lebih panjang, sekitar 4-5 jam, sama dengan tolbutamid dan
tolazamid. Sebaiknya sediaan ini diberikan dalam dosis terbagi. Sekitar 10 %
metabolitnya dieksresi melalui empedu dan keluar bersama tinja.

Klorpropamid dalam darah terikat albumin, masa paruhnya panjang, 24-48 jam.
Efeknya masih terlihat beberapa hari setelah obat dihentikan. Metabolismenya di
hepar tidak lengkap, 20 % diekskresi utuh di urin.

Mula kerja tolbutamid cepat, masa paruhnya sekitar 4-7 jam. Dalam darah 96 %
tolbutamid terikat protein plasma dan di hepar diubah menjadi karboksitolbutamid.
Ekskresinya melalui ginjal.

Tolazamid absorbsinya lebih lambat dari yang lain. Efeknya dalam glukosa darah
belum nyata untuk beberapa jam setelah obat diberikan. Masa paruh sekitar 7 jam.

Sulfonilurea generasi II umumnya potensi hipoglikemiknya 100x lebih besar dari


generasi I. Meski masa paruhnya pendek, yaitu 3-5 jam, efek hipoglikemiknya
berlangsung 12-24 jam. Cukup diberikan 1x sehari.

Glipizid, absorbsinya lengkap, masa paruh 3-4 jam. Dalam darah 98% terikat protein
plasma, potensinya 100x lebih kuat dari tolbutamid, tetapi efek hipoglikemik
maksimalnya mirip dengan sulfonylurea lain. Metabolismenya di hepar menjadi
metabolit tidak aktif, 10 % diekskresi melalui ginjal dalam keadaan utuh.

Gliburid (glibenklamid), potensi 200x lebih besar dari tolbutamid, masa paruhnya
sekitar 4 jam. Metabolismenya di hepar. Pada pemberian dosis tunggal hanya 25 %
metabolitnya diekskresi melalui urin, sisanya melalui empedu. PAda penggunaan
dapat terjadi kegagalan primer dan sekunder, dengan seluruh kegagalan kira-kira 21%
selama 1 ½ tahun.

Karena semua sulfonylurea dimetabolisme di hepar dan diekskresi melalui ginjal,


sediaan ini tidak boleh diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang
berat.

Efek samping

Insidens efek samping generasi I adalah 4 % dan lebih rendah lagi untuk genarasi II.
Dapat timbul hipoglikemia hingga koma. Reaksi ini lebih sering terjadi pada pasien
usia lanjut dengan gangguan fungsi hepar dan ginjal, terutama yang menggunakan
sediaan dengan masa kerja panjang.
Efek samping lain yaitu mual, muntah, diare, gejala hematologic, ssp, mata, dsb.
Gangguan saluran cerna tersebut dapat berkurang dengan mengurangi dosis, menelan
obat bersama dengan makanan atau membagi obat dalam beberapa dosis. Gejala ssp
berupa vertigo, bingung, ataksia, dsb. Gejala hematologic seperti leucopenia,
agranulositosis. Efek samping lain yaitu hipotiroidisme, ikterus obstruktif, yang
bersifat sementara dan lebih sering timbul akibat klorpropamid.

Kecenderungan hipoglikemia pada orang tua disebabkan oleh mekanisme kompensasi


berkurang dan asupan makanan yang cenderung kurang. Selain itu hipoglikemia tidak
mudah dikenali pada orang tua karena timbul perlahan tanpa tanda akut dan dapat
menimbulkan disfungsi otak sampai koma. Penurunan kecepatan ekskresi
klorpropamid dapat m eningkatkan hipoglikemia.

Indikasi

Pada umumnya hasil yang baik diperoleh pada pasien yang diabetesnya mulai timbul
pada usia diatas 40 tahun. Kegagalan terapi dengan salah satu derivate sulfonylurea
mungkin disebabkan oleh perubahan farmakokinetik obat, misalnya penghancuran
obat yang terlalu besar.

Interaksi

Obat yang dapat meningkatkan ririko hipoglikemia saat penggunaan sulfonylurea


adalah insulin, alcohol, fenformin, kloramfenikol, anabolic steroid, fenfluramin dan
klofibrat.

2. Meglitinid

Repaglinid dan nateglinid merupakan golongan meglitinid, mekanisme kerjanya sama


dengan sulfonylurea tetapi struktur kimianya sangat berbeda. Golongan ADO ini
merangsang insulin dengan menutup kanal K yang ATP-independent di sel β
pancreas.

Repaglinide merupakan jenis pertama dari golongan ini. Mekanisme kerja sama
dengan SU akan tetapi tidak memiliki efek insulin eksitosis. Onsetnya sangat cepat
kira-kira 1 jam setelah dimakan tetapi durasi obatnya 5-8 jam. Oleh karena itu baik
untuk pengendalian gula postprandial. Di metabolisme di hati oleh CYP3A4. dosis
anjuran 0,25-4 mg maksimal 16 mg. Dapat digunakan monoterapi atau kombinasi
dengan biguanides. Karena strukturnya tanpa sulfur maka baik untuk orang yang
alergi sulfur atau SU.

Nateglinide merupakan golongan terbaru, mekanisme dengan stimulasi cepat dan


transit pengeluaran insulin dari sel B dengan menutup channelATP-sensitif K+. Baik
untuk pengaturan gula darah postprandial tetapi kurang untuk gula darah malam dan
puasa. Obat ini diserap 20 menit setelah makan dan puncak dalam 1 jam
dimetabolisme dihati oleh CYP2C9 dan CYP3A4 dengan waktu paruh 1.5 jam.
Sangat aman pada penderita gagal ginjal.

3. Biguanid

Mekanisme Kerja

Biguanid merupakan obat antihiperglikemik, tidak menyebabkan rangsangan sekresi


insulin dan umumnya tidak menyebabkan hipoglikemia. Metformin menurunkan
produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adipose
terhadap insulin. Efek ini terjadi karena adanya aktivasi kinase di sel (AMP-activated
protein kinase). Meski masih controversial, adanya penurunan produksi glukosa di
herar, banyak data yang menyatakan bahwa efeknya terjadi akibat penurunan
glukoneogenesis. Preparat ini tidak mempunyai efek pada sekresi glucagon, kortisol,
hormone pertumbuhan dan somatostatin.

Metformin oral akan diabsorbsi di intestine, dalam darah tidak terikat protein plasma,
ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh. Masa paruhnya sekitar 2 jam. Dosis
awal 2x 500 mh, umumnya dosis pemeliharaan adalah 3x 500 mg, dosis maksimal
adalah 2,5 g. Obat diminum pada waktu makan. Pasien yang tidak respon terhadap
sulfonylurea dapat diatasi dengan metformin atau dapat pula sebagai kombinasi
dengan insulin atau sulfonylurea.

Efek samping

20% pasien mengalami mual, muntah, diare, serta metallic taste, tetapi dengan
menurunkan dosis keluhan0keluhan tersebut segera hilang. Pada beberapa pasien
yang mutlak bergantung pada insulin eksogen, kadang-kadang biguanid menimbulkan
ketosis yang tidak disertai dengan hiperglikemia. Hal ini harus dibedakan dengan
ketosis karena defisiensi insulin.

Pada pesien dengan gangguan fungsi ginjal atau system kardiovaskular, pemberian
biguanid akan menimbulkan peningkatan kadar asam laktat dalam darah, sehingga hal
ini dapat ,mengganggu keseimbangan elektrolit dalam cairan tubuh.

Indikasi

Sediaan biguanid tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen, dan digunakan
pada terapi diabetes dewasa. Fenformin dilarang dipasarkan di Indonesia karena dapat
menyebabkan asidosis laktat. Fenformin digantikan oleh metformin yang lebih sedikit
menyebabkan asidosis laktat. Dosis metformin adalah 1-3 g sehari dibagi dalam dua
atau 3x pemberian.
Kontraindikasi

Biguanid tidak boleh diberikan pad akehamilan, penyakit hepar berat, penyakit ginjal
dengan uremia dan penyakit jantung kangestif serta penyakiut paru dengan hipoksia
kronik. Pada pasien yang akan diberi zat kontras intravena atau yang akan dioperasi,
pemberian obat ini sebaiknya dihentikan dahulu. Setelah lebih dari 48 jam, biguanid
baru boleh diberikan dengan catatan fungsi ginjal harus tetap normal. Hal ini untuk
mencegah terbentuknya laktat yang berlebihan dan dapat berakhir fatal akibat asidosis
laktat. Insidensi asidosis akibat metformin kurang dari 0.1 kasus per 1000 pasien
dalam setahun.

D. Pemberian Injeksi Insulin

Link Akses : https://www.youtube.com/watch?v=0GwjZ3ad5dw

SOP Pemberian / penyuntikan insulin

Pengertian ;

Insulin adalah hormon yang digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada
Diabetes Mellitus Insulin Pen (Actrapid Novolet): adalah insulin yang dikemas dalam
bentuk pulpen insulin khusus yang berisi 3 cc insulin

Tujuan :

Untuk mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus.


Indikasi :

1. Pasien penderita DM

Persiapan alat :

1. Spuit insulin/insulin pen (Actrapid Novolet)

2. Vial insulin

3. Alcohol swab

4. Handscoen bersih

5. Daftar/formulir obat

Prosedur tindakan :

Tahap Pra interaksi

1. Melakukan vertifikasi program terapi

2. Mencuci tangan

3. Memakai sarung tangan bersih

4. Mendekatkan alat ke dekat klien

5. Mengkaji program/intruksi medik tentang rencana pemberian terapi injeksi insulin


(prinsip 6 benar : nama klien, obat/jenis insulin dosis, waktu, cara pemberian, dan
pendokumentasian)

6. Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan, waktu kerja, dan masa efek
puncak insulin, serta efek samping yang mungkin timbul.

7. Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin

Tahap Orientasi

1. Mengucapkan salam dan menyapa klien

2. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada klien

3. Menanyakan kesiapan klien sebelum dilakukan tindakan

4. Memberikan kesempatan bertanya pada klien sebelum dilakukan tindakan


Tahap Kerja

1. Menjaga privacy klien

2. Mengatur posisi klien

3. Lepaskan penutup pena Jika menggunakan intermediate-acting insulin dengan lembut


putar pena diantara telapak tangan 15 detik untuk campuran

4. Lepaskan penutup jarum

5. Pastikan pena siap

a. Putar tombol pemilih dosis di ujung pena untuk 1 atau 2 unit (dosis monoton perubahan
tanda dengan berubahnya tombol)

b. Pegang pena dengan jarum menunjuk ke atas. Tekan tombol dosis sampai benar-benar
sampai menetes. Ulangi jika perlu, sampai insulin terlihat di ujung jarum. Dial akan
kembali ke nol setelah menyelesaikan langkah dasar

6. Mengatur dosis Putar dosis tombol untuk mengatur dosis insulin (anda dapat memutar
mundur juga). Pena akan memugkinkan untuk menerima hanya jumlah yang telah
ditetapkan. Periksa jendela dosis untuk memastikan dosis yang akan disuntikkan sudah
tepat.

7. Pilih tempat injeksi Pilih tempat injeksi. Perut adalah tempat yang disukai untuk banyak
jenis insulin-antara bagian bawah rusuk dan kemaluan baris, menghindar sekitar 3-4 inci
pusar. Bagian atas paha dan belakang lengan atas ( jika anda pleksibel ) dapat juga
digunakan

8. Menyuntikkan insulin

a. Posisikan ibu jari di ujung atas tombol pena dengan tenang untuk terus aman

b. Dengan lembut mencubit kulit dengan tangan bebas

c. Cepat masukkan jarum pada sudut 90 derajat. Melepaskan cubitan

d. Gunakan ibu jari untuk menekan tombol dosis sampai berhanti ( jendela dosis akan
kembali pada nol ). Biarkan jarum di tempat selama 5-10 detik untuk membantu
mencegah insulin dari bocor keluar dari tempat injeksi

e. Tarik jarum langsung keluar dari kulit. Kadang-kadang akan keluar sedikit darah atau
terjadi memar adalah normal. Lap dengan tisu atau bola kapas beralkohol, tapi jangan
ditekan
9. Tutup kembali insulin pen

10. Lepas sarung tangan

11. Cuci tangan

Anda mungkin juga menyukai