Anda di halaman 1dari 11

PENYAKIT ATAU CEDERA AKIBAT KECELAKAAN KERJA PADA

PERAWAT DAN UPAYA PENCEGAHAN

OLEH KELOMPOK 9 :
1. MUTIARA. HR PO7120421023
2. SRI WAHYUNI S PO7120421049
3. NOVIA RENZA PAEMBONAN PO7120421044
4. NUR AFNI ASWAR PO7120421045
5. SRY IRMAYANTI SYAHRIR PO7120421048

POLTEKKES KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS

T.A 2021 / 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa Karna Kasih-Nya, dan
Perlindungan-Nya kami bisa menyelasaikan makalah kami ini yang berjudul “Penyakit Atau
Cedera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat dan Upaya Pencegahan“.Meskipun banyak
hambatan yang kami lalui dalam proses pembuatan makalah ini tentanng konsep dan prinsip
kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, menyusun pengkajian keperawatan, merumuskan
diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan. Namun kami mampu menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan yang masih banyak kekurangan
dalam penulisan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat
membangun dari teman-teman semua. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

PALU, 28 Juli 2021

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................1
1.2 TUJUAN........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI KECELAKAAN KERJA............................................................................2

2.2 PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PERAWAT......................................................3

2.3 JENIS CIDERA AKIBAT KECELAKAAN KERJA.................................................4

2.4 UPAYA PENCEGAHAN CEDERA AKIBAT KECELAKAAN KERJA………...5

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................7

3.2 SARAN..........................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi sekarang ini pemerintah telah menyediakan berbagai macam fasilitas
pelayanan kesehatan untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang
sering dimanfaatkan yaitu rumah sakit. Rumah sakit merupakan tempat kerja yang
memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah
sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit. Dalam
rangka pengelolaan dan pengendalian risiko yang berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja di rumah sakit perlu diselenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja di
rumah sakit agar terciptanya kondisi rumah sakit yang sehat, aman, selamat, dan nyaman
(Permenkes, 2016).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang disingkat K3RS merupakan segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(Permenkes, 2016). Dalam melaksanakan K3RS, pimpinan tertinggi rumah sakit harus
berkomitmen untuk merencanakan, melaksanakan, meninjau dan meningkatkan
pelaksanaan K3RS secara tersistem dari waktu ke waktu dalam setiap aktifitasnya dengan
3 melaksanakan manajemen K3RS yang baik. Komitmen rumah sakit dalam
melaksanakan K3RS diwujudkan dalam bentuk penetapan kebijakan dan tujuan dari
program K3RS secara tertulis, penetapan organisasi K3RS, dukungan pendanaan, sarana
dan prasarana (Permenkes, 2016).

B. Tujuan

Untuk mengetahui penyakit atau cedera yang akan dialami perawat jika terjadi
kecelakaan kerja dan upaya pencegahan, terutam menangani pasien dengan riwayat
penyakit yang dapat menular.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi kecelakaan kerja

Menurut AS/NZS 4801: 2001, kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan
yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau
kerugian lainnya.

Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang berpontensi


menyebabkan merusak lingkungan. Selain itu, kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja
adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan
atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau
kemungkinan akibat lainnya (Heinrich et al., 1980).

B. Penyakit akibat kerja pada perawat

Setiap hari perawat kontak langsung dengan pasien dalam waktu cukup lama (6-8 jam/ hari),
sehingga selalu terpajan mikroorganisme patogen. Dapat menjadi pembawa infeksi dari satu
pasien ke pasien lain, atau ke pereawat lainnya. Haru sangat berhati-hati (bersama apoteker)
bila menyiapkan dan memberikan obat-obatan antineoplastik pada pasien kanker. Selalu
mencuci tangan setelah melayani pasien, melepas masker dan kap (topi perawat) bila
memasuki ruang istrahat atau ruang makan bersama. Abortus spontan, lahir prematur dan
lahir mati sering dialami perawat yang bertugas diruangan rawat inap/bangsal perawat.
Bahaya diarea kerja tenaga perawat :

1. Penyakit menular
Tenaga perawat kemungkinan melakukan kontak yang berhubungan dengan cairan darah
berkuman, cairan tubuh, busa, cairan mulut, cairan urine, kotoran manusia, muntahan dan
lain-lain sehingga mendapat penularan. Media penularan yang sering terjadi adalah
sebagai berikut :

Media penularan Penyakit menular

Penularan melalui cairan darah Hepatitis B, hepatitis C,AIDS


Penularan melalui udara atau busa Flu menular, TBC, SARS
Penularan melalui kontak tubuh Penyakit kulit biasa, radang infeksi
kulit
Penularan melalui mulut (Berkontak Radang infeksi perut, hepatitis A

2
dengan cairan urine san kotoran
manusia)

2. Sakit otot dan tulang


Tindakan memindahkan pasien, membalikan dan menepuk-nepuk punggung pasien,
latihan penyembuhan, dikarenakan sering mengeluakan tenaga berlebihan, gerakan yang
tidak benar , mudah menyebabkan cedera dibagia oto dan tulang, apabila tenaga perawat
berusia agak tua, maka akan menambah resiko dan tingkat keseriusan cedera di oto dan
tulang.
3. Gangguan tidur
Tenaga perawat perlu waktu sepanjang malam atau waktu yang tidak tentu untuk menjaga
pasien, sehingga mudah mengalami kondisi tidur pendek, tidur kurang lelap, kesulitan
tidur.

4. Infeksi saluran kencing

Adalah infeksi yang melibatkan setiap bagian dari sistem urinasi, termasuk uretra,
kandung kemih, ureter, dan ginjal. Seseorang bisa terkena infeksi ini akibat
pemasangan kateter urin jangka panjang. Kateter urin sendiri merupakan sebuah tabung
yang dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui uretra untuk mengalirkan
urin. Sekitar 15-25 persen pasien yang dirawat di rumah sakit menerima kateter urin
selama mereka dirawat inap.

5. Infeksi aliran darah

CVC line (central line/central venous catheter/alat akses vena) sangat berguna dalam
lingkungan perawatan kesehatan. Jika Anda pernah masuk UGD sebelumnya untuk suatu
kondisi serius, atau menjalani rawat inap, Anda mungkin pernah dipasangkan alat ini.
Alat akses vena memiliki peran penting untuk menyokong kesehatan Anda selama di
rumah sakit. Pasalnya, alat ini berfungsi sebagai jalur masuk bagi cairan, obat, atau suplai
darah ke dalam tubuh. Alat ini juga bisa memungkinkan dokter untuk segera melakukan
tes tertentu.

Terlepas dari kepraktisan dan kepentingannya, CVC line juga menimbulkan potensi
bahaya sampingan, yaitu infeksi aliran darah. Infeksi aliran darah karena pemasangan
central line (CLABSI) dapat terjadi bila kuman mendapatkan akses ke dalam aliran darah
pasien dari tabung central line. CLABSI dapat menyebabkan demam yang disertai panas
dingin, jantung berdebar-debar, kemerahan, bengkak, atau nyeri di lokasi pemasukan
kateter, dan keluarnya cairan keruh dari tempat kateter.

6. Pneumonia

merupakan infeksi lainnya yang bisa ditularkan di rumah sakit. Sebagian besar kasus
penularan penyakit ini akibat dari penggunaan ventilator. Ventilator adalah mesin yang

3
digunakan untuk membantu pasien bernapas. Alat ini berisi oksigen dan akan
ditempatkan di mulut atau hidung pasien, atau bisa juga melalui lubang di bagian depan
leher.

Infeksi dapat terjadi jika kuman masuk melalui tabung dan masuk ke paru-paru pasien.
Nah, guna membantu mengurangi penularan infeksi pneumonia ke pasien lain akibat
penggunaan ventilator, penyedia layanan kesehatan biasanya akan menjaga tempat tidur
pasien pada sudut 30- 45 derajat. Petugas kesehatan juga akan segera melepaskan
ventilator begitu pasien bisa bernapas sendiri, membersihkan bagian dalam mulut pasien
secara teratur, serta mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani ventilator pasien.

Sementara jika Anda ingin terhindar dari paparan virus menular, Anda bisa memakai
masker selama berada di rumah sakit. Anda juga harus rajin-rajin mencuci
tangan, terutama setelah Anda menyentuh permukaan seperti gagang pintu.

7. Infeksi situs operasi (SSI)

Sebuah infeksi luka operasi adalah infeksi yang terjadi setelah operasi di bagian tubuh
mana operasi berlangsung. Infeksi luka operasi kadang bisa terjadi secara ringan karena
hanya melibatkan permukaan kulit saja. Di sisi lain, infeksi ini juga bisa serius ketika
sudah melibatkan jaringan di bawah kulit, organ, atau bahan implan yang meradang.

C. Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang ditimbulkan membuat
perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis cidera akibat kecelakaan. Tujuan
pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan pelaporan statistik kecelakaan kerja.
Banyak standar referensi penerapan yang digunakan berbagai oleh perusahaan, salah satunya
adalah standar Australia AS 1885-1 (1990)1 .

Berikut adalah pengelompokan jenis cidera dan keparahannya:


 Cidera fatal (fatality) Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat
kerja
 Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury) Adalah suatu kejadian
yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau kehilangan hari kerja selama satu hari
kerja atau lebih. Hari pada saat kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai
kehilangan hari kerja.
 Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day) Adalah semua jadwal
masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk kerja karena cidera, tetapi tidak
termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga termasuk hilang hari kerja karena cidera yang
kambuh dari periode sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada saat

4
kerja alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220
kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.
 Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty) Adalah jumlah
hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan pekerjaan rutinnya dan
ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan
alternatif termasuk perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.
 Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury) Kecelakaan kerja ini tidak
termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter,
perawat, atau orang yang memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada
kecelakaan.
 Cidera ringan (first aid injury) Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang
ditangani menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh luka
lecet, mata kemasukan debu, dan lain-lain.
 Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident) Adalah suatu kejadian
yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja
kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya pembuangan limbah.

D. Upaya Pencegahan

Pada PMK nomor : 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggara Pelayanan Penyakit Akibat
Kerja disebutkan bahawa penyakit akibat kerja bersigat irreversible sehingga tindakan
pencegahan sangat diperlukan, karena bila tidak dilakukan akan menimbulkan penyakit
akibat kerja pada pekerja lain dengan risiko pekerjaan yang sama. Upaya pencegahan
penyakit akibat kerja antara lain melakukan identifikasi potensi bahaya penyakit akibat
kerja, melakukan promosi kesehatan kerja sesuai dengan hasil identifikasi potensi bahaya
yang ada di tempat kerja, melakukan pengendalian potensi bahaya di tempat kerja,
memberikan informasi mengenai alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya
yang ada di tempat kerja dan cara pemakaian alat pelindung diri yang benar dan
memberikan imunisasi bagi pekerja yang terpajan dengan agen biologi.
Menurut Effendy (1998) Upaya pencegaha penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut :
1. Substitusi yaitu mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang
kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya karbon tetraklorida
diganti dengan triklor –etilen
2. Ventilasi umum yaitu mengalirkan udara sebanyak-banyaknya menurut perhitungan
kedalam ruang kerja agar sesuai dengan kadar nilai ambang batas bagi bahan-bahan
ataupun aktifikas dalam ruangan tersebut.
3. Ventilasi Keluar Setempat (local exhausers) adalah alat yang dapat menghisap
udara dari suatu tempat kerja tetentu agar bahan-bahan yang berbahaya dari tempat
tersebut dapat dialirkan keluar

5
4. Isolasi adalah dengan cara mengisolasi alat-alat medis yang membahayakan
ataupun mengkhususkan pasien dengan penyakit infeksius diruang isolasi
5. Alat pelindung adalah dapat berupa pakaian, masker kacamata, sepatu yang
dijadikan sebagai pelindung diri untuk mengurangi atau mencegah adanya kontak
langsung antara kontaminan dengan petugas
6. Pemeriksaan sebelum bekerja, hal ini dapat dilakukan pada penerimaan calon
petugas apakah sudah sesuai dengan jenis dan beban kerja paik secara fisik,
psikologis maupun dari segi kesehatannya
7. Pemeriksaan secara berkala dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk
mengidentifikasi secara dini penyakit akibat kerja yang dapat dialami.

Berdasarkan dari agen penyebabnya upaya pencegahan penyakit akibat kerja adalah
sebagai berikut :
1. Agen Biologi, upaya pencegaha yang dapat dilakukan antara lain :
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi
dan desinfeksi
b. Sebelum berkerja dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja untuk memastikan
dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja
ditempat infeksius dan dilakukan imunisasi
c. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan benar
d. Menggunakan desinfektan dengan cara yang sesuai
e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
specimen yang benar
f. Pengolahan limbah yang baik
g. Menggunakan alat pelindung diri atau kabinet keamanan biologis yang sesuai h.
Kebersihan diri petugas harus dijaga
2. Agen Kimia
a. Material safty data sheet dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui
oleh seluruh petugas
b. Menggunakan karet hisap atau alat vakum untuk mencegah tetelannya bahan
kimia dan terhirupnya aerosol
c. Menggunakan alat pelindung diri
3. Agen Fisika
a. Pengaturan cahaya dan vebtilasi serta penyediaan air minum yang cukup b.
Menggunakan alat pelindung diri

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan
keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan
K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.

Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi melalui
pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi
pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

B.  Saran

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan
kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau
negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan
saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
7
Manullang. 2017. Risiko Cedera Akibat Kerja pada Peraat. Diakses pada tanggal : 29 Juli 2021
file:///C:/Users/WINDOWS%207%20MEDUSA/Downloads/RISIKO%20CEDERA
%20AKIBAT%20KERJA%20PADA%20PERAWAT_Putri%20Syalsabila
%20Manullang_191101126.pdf

Nasution. 2017. Penyakit Dan Kecelakaan Akibat Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Diakses pada tanggal : 29 Juli 2021
file:///C:/Users/WINDOWS%207%20MEDUSA/Downloads/Salsabila%20Mumtaza
%20Nasution_191101122_PENYAKIT%20DAN%20KECELAKAAN%20AKIBAT
%20KERJA%20PADA%20PERAWAT%20DI%20RUMAH%20SAKIT%20DAN
%20FAKTOR.pdf

Anda mungkin juga menyukai