AMBON
DISUSUN OLEH :
NIM : 1240212018094
TK : 3C
AMBON 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
A. PENGERTIAN (MEDIS)
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem
dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja
insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)
Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia
kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan
kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Suyono, 2002).
B. ETIOLOGI
Diabetes tipe I :
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel
pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari
studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah
merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu
penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
1. Faktor genetic
a. Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi
genetic terhadap diabetes mellitus.
b. Nutrisi
1. Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
2. Malnutrisi protein
3. Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
c. Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan
hyperglikemia sementara.
C. KLASIFIKASI
Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama
Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk
mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-
anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan
nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
a. Non obesitas
b. Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya
resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
a. Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes
karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
b. Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
c. diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan,
tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat
sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS).
Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek
utama kekurangan insulin sebagai berikut :
1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan
kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang
mengakibatkan aterosklerosis.
3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang
tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah
glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225
mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi
glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
E. MANIFESTASI KLINIS
F. KOMPLIKASI
1. Akut
1.) Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.) Diabetik
2. Kronik
1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi, pembuluh darah otak.
2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
3.) Neuropati diabetic.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena :
<100>
100 - 200 = belum pasti DM
>200 = DM
Darah kapiler :
<80>
80 - 100 = belum pasti DM
> 200 = DM
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena :
<110>
110 - 120 = belum pasti DM
> 120 = DM
Darah kapiler :
<90>
90 - 110 = belum pasti DM
> 110 = DM
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl).
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik,
diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis
untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus
adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain:
1. Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %,
protein 20 %.
2. Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
3. Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
4. Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Indikasi diet A :
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Indikasi diet B :
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
1. Kurang tahan lapan dengan dietnya.
2. Mempunyai hyperkolestonemia.
3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler
acident (cva) penyakit jantung koroner.
4. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi
belum ada nefropati yang nyata.
5. Telah menderita diabetes dari 15 tahun
II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN/ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Gejala :
Lemah,letih sulit bergerak atau berjalan
Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat
Tanda :
Takikardia dan takipneu pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas
Latergi atau disorientasi, koma
Penurunan kekuatan otot
2. Sirkulasi
Gejala :
Adanya riwayat hipertensi; IM akut
Klaudikasi, kebas dan ksemutan pada ekstremitas
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda :
Takhikardi
Prubahan tekanan Darah Postural; hipertensi
Nadi yang menurun atau tak ada
Disritmia
Krekels
Kulit panas, kering dan kemerahan; bola mata cekung
3. Integritas Ego
Gejala:
Stres;tergantung pada orang lain
Masalah financial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda :
Ansietas; peka rangsangan
4. Eliminasi
Gejala :
Perubahan pola berkemih (poli uria), nokturia
Rasa nyeri atau terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang
Nyeri tekan abdomen
Diare
Tanda :
Urine encer, pucat, kuning;poliuri
Urine berkabut, bau busuk
Abdomen keras, adanya acites
Bising usus lemah dan menurun;hiperaktif(diare)
5. Makanan /Cairan
Gejala :
Hilang nafsu makan
Mual atau muntah
Haus
Penggunaan diuretic
Tanda :
Kulit kering/ bersisik, turgor jelek
Kekakuan/distensi abdomen, muntah
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah)
Bau halitosis/manis, bau buah(nafas aseton)
6. Neurosensori
Gejala :
Pusing/pening
Sakit kepala
Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia
Gangauan penglihatan
Tanda :
Disorientasi; mengantuk, latergi, stupor/koma(tahap lanjut). Gangguan memori; kacau
mental
Reflex tendon dalam(RTD) menurun (koma)
Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Abdomen yang tegang/nyeri(sedang/berat)
Tanda :
Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala:
Merasa kekurangan oksigen,batuk dengan/ tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi atau tidak
Tanda :
Lapar udara
Batuk, dengan atau tanpa sputum purylen
Frekuensi perna
9. Keamanan
Gejala :
Tanda :
Demam,diaphoresis
Kulit rusak, lesi/ulserasi
Menurunnya kekuatan umum/ rentang gerak
Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan jika kadar kalium menurun dengan
cukup tajam)
B. Diagnosa dan rencana asuhan keperawatan
Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri dengan menggunakan 1. Skala nyeri menentukan tingkat kenyamanan
skala (0-10) serta rencana tindakan selanjutnya
2. Jaga kestenlisasian selama perawatan 2. Teknik septic-aseptik mencegah terjadinya
luka infeksi yang berlanjutan
3. Ajarkan teknik relaksasi 3. Teknik relaksasi diindikasikan untuk
4. Rawat luka tiap hari mengurangi rasa nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter dalam 4. Mempercepat proses penyembuhan
pemberian insulin 5. Membantu dalam menstabilkan gula darah
pasien.
2. Perubahan volume cairan b/d dierasis osmotic, kehilangan gastric berlebihan (diare, muntah)
masukan dibatasi (mual).
3. Pola napas seperti adanya pernapasan Paru-paru mengeluarkan asam karbonat yang
kumaul / pernapasan yang berbau katon. menghasilkan kompensasi alkalosis respiratonk.
5. Catat hal-hal seperti mual, nyeri, abdomen, Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah
muntah dan distensi lambung. motalitas lambung yang sering kali akan
menimbulkan muntah dan secara potensial akan
menimbulkan kekurangan cairan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral,
status hipermetabolisme.
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan
dari kebutuhan taraupetik.
3. Berikan makanan cair yang mengandung zat Pemberian cairan melalui oral lebih baik jika
makanan dan elektrolit dengan segera jika pasien sadar dan fungsi gastroantastinal baik
pasien sudah dapat mentoleransi melalui
pemberian cairan
4. Kelebihan b/d penurunan produksi energy metabolic, perubahan kimia darah, peningkatan
kebutuhan energy.
3. Tingkat partisipasi pasien dalam melakukan Meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang
aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat di
di toleransi toleransi pasien.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurangnya informasi
2. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan Kesadaran tentang pentingnya control diet akan
makanan tinggi serat dan cara untuk membantu pasien dalam merencanakan waktu.
mengkomsumsi makanan diluar rumah.
A. Identitas pasien
Nama : Tn. I. N
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Halong
Tgl masuk RS/ jam : 01-10-2020 jam 11:00 WIT
Tgl pengkajian : 12-10-2020 jam 08:30 WIT
Rumah Sakit : Rumkit dr. F.X Suhardjo
Ruangan : kelas 1
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Halong
Catatan Kronologis
Pada akhir bulan oktober waktu pasien jalan pagi, setelah tiba di rumah pasien merasa kram pada
kedua kaki seperti terbakar api. Pasien belum pernah meraskan hal yang sama sebelum selama ia jalan
pagi , dengan kondisi kaki yang demikian pasien dan keluarga menganggap bahwa itu adalah kekuatan
gaib, sehingga keluarga pasien memanggil dukun kampong untuk berobat. Namun dengan air biasa yang
digunakan oleh dukun kampung ketika pasien mencoba menaruh kedua tangan air masih dalam keadaan
dingin, setelah bergantiaan dengan air hangat yang dicelupkan kedua kaki, malah membuat kedua kaki
pasien luka. Pasien sudah mendapat pengobatan dari tim kas (mantri) selama satu minggu, namun KU
pasien makin lemas sehingga keluarga mengambil keputusan untuk dibawa ke RS, tiba di UGD pada
pukul 11:00 WIT dan mendapat therapy :
4. Latihan / olahraga
- Jenis latihan / olahraga : Jalan pagi
- Frekuensi : 3X / minggu
- Keluhan : tidak ada
D. GENOGRAM
x x x
x
77 60
x x x x
35
40 30
Keterangan :
= laki- laki
= perempuan
x
= laki- laki meninggal
x = perempuan meninggal
= Pasien
E. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
- Kesadaran : Compos mentis
- KU : Lemah
- BB / TB : 57 / 160
- TD : 150 / 90 mmHg, N : 86 x / m, S : 37 c, R : 22 x /m
2. Wajah
- Abnormalitas struktur : Tidak
- Ekspresi wajah : Tampak Meringis
3. Mata
- Bola mata : Normal
- Kelopak mata : Normal
- Pupil : Normal
- Sclera : Normal
- Konjungtiva : Normal
- Ketajaman penglihatan : Normal
4. Hidung
- Struktur : Normal
- Pernapasan cuping hidung : Tidak
- Penciuman : Baik
5. Telinga
- Struktur : Normal
- Fungsi Pendengaran : Baik
6. Mulut
G. Pemeriksaan penunjang
- Darah
1. Lenco : 13.200
2. BB : 165 – 168
3. Tromb : 175.000
4. Bul T/D/I : 0,4/0,2/0,2
5. SOGT / PT : 16 / 19
6. Ureum : 47
7. Creat : 4,0
8. Cholest : 155
9. GDP : 361
10. HB : 12,7 gr/dl
KLASIFIKASI DATA
DS : Pasien mengatakan
KU Lemah
Ekspresi wajah tampak meringis
TD : 150 / 90 mmHg
Pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya
Hipertimpani
USG hasilnya acites
Luka pada kedua telapak kaki
Terpasang IVFD Nacl 12 tts/m
Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
Leuco :13.200
SGOT/PT : 16/19 ul
Ureum : 47 mg/dl
Creat : 4,0
GDP : 361
ANALISA DATA
DO :
- KU Lemah
- Ekspresi wajah tampak meringis
- Luka pada kedua telapak kaki
- TD : 150/90 UL
- Leuco : 13.200
- SGOT/PT : 16/19 UL
- Ureum : 47 mg/dl
- Creat : 4,0
- GDP : 361
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut b/d Terputusnya kontinustas jaringan
2. Gangguan eliminasi bowel b/d hipoperistaltik usus
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurang informasi tentang penyakit
NCP
N Diagnosa Keperawatan Tujuan Interverensi Rasional
O
1. Nyeri b/d terputusnya kontinuitas Selama dilakukan 1. Kaji skala nyeri dengan 1. Skala nyeri menentukan tingkat
jaringan yang ditandai dengan
tindakan keperawatan
DS: Pasien mengatakan menggunakan skala (0- kenyamanan serta rencana
- Nyeri pada luka dalam 1 x 6 jam
- Nyeri seperti tertusuk-tusuk 10) tindakan selanjutnya
diharapkan nyeri dapat
- Nyeri menyebar sampai
kelutut teratasi dengan 2. Jaga kestenlisasian 2. Teknik septic-aseptik mencegah
- Skala nyeri sedang (4) criteria:
- Nyeri hilang timbul selama perawatan luka terjadinya infeksi yang
DO : 1. KU baik
- KU Lemah 3. Ajarkan teknnik berlanjutan
2. Nyeri berkurang
- Ekspresi wajah tampak
3. Skala nyeri 3 relaksasi 3. Dapat diindikasikan untuk
meringis
- Luka pada kedua telapak
4. Rawat luka tiap hari mengurangi nyeri
kaki
- TD 140/90 mmHg
5. Kolaborasi dengan 4. Mempercepat proses
- N 82 x/m
- S 37 C dokter dalam pemberian penyembuhan
- R 22 x/m
- Leuco 13.200 insulin 5. Membantu dalam menstabilkan
- SGOT/PT 16/19 UL
- Ureum 47 mg/dl gula darah pasien.
- Creat 4,0
- GDP 361
NO Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
2. Gangguan eliminasi bowel b/d Selama dilakukan 1. Anjurkan pada pasien 1. Makan/ minum yang dalam
hipoperistaltik usus ditandai tindakan keperawatan agar makan dan keadaan hangat dapat
DS : Pasien mengatakan diharapkan gangguan keadaan hangat lebih aktif sehingga proses
- Perut kembung eliminasi bowel dapat 2. Anjurkan pada pasien eliminasi dapat berjalan
- Belum BAB selama 3 teratasi dengan criteria agar tetap mengikuti normal
beraktivitas
4. Kurang pengetahuan b/d kurang Selama dilakukan 1. Bekerja dengan pasien 1. Partisipasi dalam perencanaan
informasi tentang penyakit, tindakan keperawatan dalam menata tujuan belajar meningkatkan antusias dan kerja
ditandai dengan. selama 1x 6 jam yang diharapkan sama pasien dengan prinsip-
DS : Pasien mengatakan diharapkan pasien prinsip yang di pelajari.
- Pernah mengalami dapat mengetahui
penyakit yang sama penyebab serta dapat 2. Diskusikan tentang rencana 2. Kesadaran tentang pentingnya
- Ada keluarga yang mencegah timbulnya diet, penggunaan makanan control diet akan membantu
mengalami penyakit DM penyakit berulang tinggi serat dan cara untuk pasien dalam merencanakan
DO : mengkomsumsi makanan waktu.
- Pasien bertanya-tanya diluar rumah.
tentang penyakitnya
3. Tekankan pentingnya 3. Membantu dalam menciptakan
mempertahankan gambaran nyata dari keadaan
pemeriksaan gula darah pasien untuk melakukan control
setiap hari. penyakit dengan lebih kuat.
Jenis Kelamin:Laki-laki
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
Nama : Tn . I. N DX medis: DM
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
Masih lemas
Pukul 10.10 wit
6. Membantu pasien ke WC BAK dengan
O: KU Lemah
menggunakan kursi roda
Hasil : Pasien dapat BAK A: Masalah sebagian teratasi
Nama : Tn . I. N DX medis: DM
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
Nama : Tn . I. N DX medis: DM
NO IMPLEMENTASI EVALUASI