Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Post partum merupakan masa dimana organ-organ repsroduksi kembali normal
atau kembali seperti keadaan tidak hamil dan membutuhkan waktu 6 minggu. Periode
pada post partum di bagi menjadi 3 periode yaitu : puerpureum dini, intermedial
puerperium dan remote pueperium. Ibu post partum banyak mengalami perubahan baik
pada fisiologis maupun psikologis. Pada perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post
partum ibu mengalami perubahan sistem repsroduksi dimana ibu mengalami proses
pengerutan pada uterus setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Sedangkan pada perubahan adaptasi psikologis adanya rasa ketakutan dan ke khawatiran
pada ibu yang baru melahirkan. Dan hal ini akan berdampak kepada ibu yang berada
dalam masa post partum menjadi sensitif (kirana, 2015). Menurut World Health
Organitation (WHO) menyatakan setiap menit seorang ibu melahirkan meninggal karena
beberapa komplikasi saat melahirkan. Dengan kata lain 1.400 perempuan yang meninggal
lebih dari satu tahun karena kehamilan berkisar 50.000 perempuan yang meninggal pada
saat persalinan dan nifas (Herawati,2010). ASI yang tidak lancer merupakan masalah
yang di hadapi oleh sebagian ibu post partum karena kurangnya pengeluaran ASI.
Pengeluaran ASI yang kurang berdampak pada status gizi dan rendahnya
cakupan pemberian ASI esklusif karena ibu akan memberikan susu formula (sufor) untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi dan akhirnya akan mempengaruhi produksi ASI (Djanah,
2017). Cakupan ASI esklusif di seluruh dunia menurut WHO (2016) hanya sekitar 36%
selama periode 2010-2017. Cakupan ASI esklusif di Indonesia tahunn 2017 sekitar 37,3
(Kemenkes RI, 2018). Sedangkan, untuk cakupan pemberian ASI esklusif di Provinsi
Maluku dalam 3 tahun terakhir mengalami naik turun pada tahun 2017 pencapaian ASI
sebesar 33,5%, tahun 2018 menjadi 48% dan tahun 2019 mengalami penurunan menjadi
32,21%, (Dinkes Provinsi Maluku, 2019).
2

Tabel 1.1
Jumlah Frekuesi Post Partum Dan IMD di RSU Al-Fatah Ambon
Dari Bulan Januwari-Desember, Tahun 2018-2020

NO Tahun Jumlah Post Partum Yang Mendapatkan IMD Presentase


.
1. 2018 826 82 10%
2. 2019 717 59 12%
3. 2020 764 70 11%
Jumlah 2307 211 12%

Sebuah analisa menerangkan bahwa memberikan ASI saja selama 6 bulan


dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termaksud 22% nyawa yang
melayang setelah kelahiran. Menurut UNICEF ASI esklusif dapat menekan angka
kematian bayi di Indonesia, UNICEF menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi di
Indonesia dan 10 juta kematian balita di dunia setiap tahun bisah di cegah melalui
pemberian ASI esklusif selama 6 bulan sejak kelahirannya tanpa memberikan makanan
dan minuman tambahan kepada bayi (Prasetyo, 2012). Ibu sangat di anjurkan untuk
memberikan ASI kepada bayi secara esklusif selama 6 bulan pertama. ASI terbukti
1
memiliki bakteri yang menguntungkan dan zat-zat yang di butuhkan oleh bayi untuk
membentuk microflora usus yang penting untuk sistem daya tahan tubuh bayi
(wiji,2013).
Di Indonesia masalah pelaksanaan ASI esklusif masih memprihatikan.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2005 – 2006
di dapatkan hasil bahwa pemberian ASI esklusif bayi di bawah enam bulan di perkotaan
berkisar antara 3% -18%, sedangkan do pedesaa 6%-19%. Presentasi ini menurun seiiring
dengan bertambahnya usia bayi, yaitu 54% pada bayi 2-3 bulan dan 19% pada bayi 4-5
bulan, yang lebih memprihatinkan adalah 13% bayi di bawah 2 bulan telah di berikan
susu formula dan 30% bayi berusia 2-3 bulan telah di berikan makanan tambahan.
Keadaan tersebut menunjukan bahwa masih rendahnya presentase pemberian ASI esklisif
di Indonesia yaitu di bawah target nasional sebesar 80% (Depkes, 2015). Menurunya
angka pemberian ASI ini di sebabkan oleh rendahnya pengetahuan ibu mengenai manfaat
ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi, kurangnya
3

dukungan dari petugas tenaga kesehatan, ibu bekerja, pemasaran susu formula
mempengaruhi pemikiran ibu serta berkaitan erat dengan persepsi social budaya dan
kebiasaab masyarakat memberikan makanan tambahan sebelum bayi berumur 6 bulan
(Depkes, 2015).
ASI esklusif merupakan suatu kebutuhan yang terpenting untuk memenuhi
kebutuhan dari bayi sendiri, sebagai nutrisi baik antibody pada bayi, sehingga pemberian
ASI haruslah dilakukan sedini mungkin, dan pentingnya produksi ASI yang baik untuk
bayi mempertahankan kehidupanya di masa awal kelahirannya, Produksi ASI yang baik
dan lancar akan memenuhi kebutuhan dari ASI esklusif itu sendiri (Depkes, 2015).
Kecendurungan ibu-ibu lebih pendek periode dalam memberikan ASI nya sering di
jumpai di negara sedang berkembang, terutama di daerah pedesaan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pada masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya memberikan
pisang (57,3%)mkepada bayinya sebelum usia 4 bulan (Litbangkes, 2013). Munculnya
masalah pemberian makanan tambahan terlalu di dasarkan pada alasan-alasan antara lain
hamil lagi, ibu bekerja, pembengkakan payudara, putting yang lecet, saluran yang
gersumbat , infeksi pada ibu, dan produksi ASI sedikir (Farrer, 2012). Salah satu cara
untuk menstimulasi reflex oksitosin dapat juga di lakukan dengan memijat payudara ibu
mengurangi ketidaknyamanan akibat pembengkakakn atau untuk membuat ibu menjadi
rileks ketika ibu mengalami kesulitaan saat mengeluarkan ASI.
Faktor penghambat dalam pemberian ASI adalah produksi ASI itu sendiri.
Produksi ASI yang kurang dan lambat keluar dapat menyebabkan ibu tidak memberikan
ASI pada bayinya dengan cukup. Selain hormone proklatin, proses laktasi juga
bergantung pada hormone oksitosin, yang di lepas dari hipofise posterior sebagai reaksi
terhadap pengisapan putting Oksitosin mempengaruhi sel-sel mioepitel yang mengelilingi
alveoli berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar
mammae (Farrer, 2012). Penyebab ASI tidak lancar dapat di lakukan dengan tindakan
non farmakologi untuk memperlancar air susu ibu dengan massage punggung dan
kompres air hangat.
Message punggung adalah sebuah teknik akupresur yang telah di
rekomendasikan oleh La Leche League International (LLLI) selama bertahun-tahun. Cara
yang dilakukan ibu adalah ibu duduk di kursi dan seseorang berdiri di belakang leher lalu
4

menggosok dengan jari-jari tangan dan pangkal leher ibu ke bagian bawah tulang
belikatnya di kedua sisi tulang punggungnya (Riordan, 2015). Punggung atas adalah titik
akupresur di gunakan untuk memperlancar proses laktasi. Saraf untuk mepersarafi
payudara berasal dari tulang belakang bagian atas antara tulang belikat. Daerah ini adalah
daerah dimana adalah daerah dimana perempuan sering mengalami ketegangan otot,
Memijat punggung atas dapat rileks bahu dan menstimulasi reflex.
Selain massage punggung, ASI tidak lancar dapat di atasi dengan kompres air
hangat payudara. Kompres air hangat selama pemeberian ASI akan dapat meningkatkan
aliran ASI dari kelenjar-kelenjar pemberian ASI. Manfaat lain dari kompres air hangat
payudara antara lain; stimulasi refles, mencegah bendungan pada payudara yang biasa
amenyebabkan payudara benkak, memperlancar peredaran darah pada daerah payudara
(Saryono & Roischa 2012).
Dapat Disimpulkan bahwa post partum mengalami kenaikan di tahun terakhir
dan mengalami penurunan dengan presentasi IMD Data ini juga di konfirmasikan
kembali pada ruangan dan saat wawancara dengan petugas ruangan ditemukan bahwa
terdapat 2 sampai dengan 4 pasin post partum mengalami penurunan produksi ASI, dan
penanganan yang di berikan kepada ibu post partum untuk memperlancar ASI hanyalah
dengan mengkomsumsi makanan-makanan yang merangsang produksi ASI saja, dan
tidaklah secara mandiri oleh petugas ruangan belumnya di lakukan secara maksimal,
bahkan tidak di lakukan, sehingga berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud
melakukan penelitian terkait dengan pengeluaran air susu ibu dengan judul : “Asuhan
Keperawatan pada Ny.X dengan post partum dalam upaya memperlancar air susu ibu
(ASI) dengan kombinasi massage punggung dan kompres air hangat di Ruangan di RSU
Al-Fatah Ambon”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di kemukanan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan
pada Ny.X dengan post partum dalam upaya memperlancar air susu ibu (ASI) dengan
kombinasi massage punggung dan kompres air hangat di Ruangan Nifas di RSU Al-Fatah
Ambon?
5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menerapkan penerapan Asuhan Keperawatan pada Ny.X dalam upaya
memperlancar air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage punggung dan kompres air
hangat di Ruangan Nifas di RSU Al-Fatah Ambon.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada Ny.X dengan post partum dalam upaya
memperlancar air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage punggung dan
kompres air hangat di Ruangan Nifas di RSU Al-Fatah Ambon.
b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan dengan post partum dalam upaya
memperlancar air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage punggung dan
kompres air hangat di Nifas Ambon.
c. Dapat membuat perencanaan tindakan yang akan di lakukan pada Ny.X dalam
upaya memperlancar air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage punggung dan
kompres air hangat di Ruangan Nifas di RSU Al-Fatah Ambon.
d. Dapat melakukan implementai pada Ny.X dalam upaya memperlancar air susu
ibu (ASI) dengan kombinasi massage punggung dan kompres air hangat di
Ruangan Nifas di RSU Al-Fatah Ambon..
e. Dapat melakukan evaluasi pada Ny.X dalam upaya memperlancar air susu ibu
(ASI) dengan kombinasi massage punggung dan kompres air hangat di Ruangan
Nifas di RSU Al-Fatah Ambon.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :


1. Secara Teoritis
Hasil penelitian harapkan dapat digunakan sebagi pengembangan teori dan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang keperawatan maternitas mengenai massage
punggung dan kompres air hangat payudara sebagai intervensi pelengkap dalam
penatalaksanaan pemberian ASI dan sebagai data dasar untuk penelitian lanjutan.
6

2. Secara Praktis
Hasil penilitian ini dapat bermanfaat :
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai pedoman dalam memberikan informasi kepada rumah sakit agar dapat
meningkatkan pengeluaran air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage
punggung dan kompres air hangat payudara sebagai intervensi keperawatan.
b. Bagi Perawat
Diharapkan informasi ini dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam praktik
pelayanan keperawatan yaitu pemberian suatu intervensi keperawatan sebagai
pelayanan yang holistic dan kompherensif dalam rangka meningkatkan
mutupelayanan serta perlu untuk mengembangkan kompeteni perawat dalam
memberikan intervensi kepada subyek penelitian asma bronchial khususnya
dengan masalah gangguan pengeluaran air susu ibu (ASI) sehingga mampu di
kendalikan dengan meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang
massage punggung dan kompres air hangat.
c. Bagi Keluarga
keluarga dapat melakukan massage punggung dan kompres air hangat payudara
agar klien dapat merangsang pengeluaran air susu ibu (ASI) saat perawatan
dirumah.
d. Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan bagi institusi dalam pemberian materi dan informasi
keperawatan terkait dengan pemberian informasi dan pengetahuan kepada
keluarga agar dapat memperlancar air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage
punggung dan kompres air hangat.
e. Bagi Peneliti
Dapat di jadikan sebagai pengalaman dan ilmu yang berharga dalam
mengaplikasikan ilmu yang di dapatkan dari penerapan Ny.X dalam upaya
memperlancar air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage punggung dan
kompres air hangat di Ruangan Nifas di RSU Al-Fatah Ambon.
7

E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan yang terdiri dari : bagian
awal, bagian utama, bagian akhir. Bagian awal terdiri dari lembaran judul, lembar
persetujuan, lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar table, daftar gambar,
daftar lampiran dari intisari. Bagian utama dibagi dalam tiga Babyang terdiri dari Bab 1
yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian,keaslihan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II terdiri dari : tinjauan
pustaka yang meliputi dasar-dasar teoritis dari berbagai konsep yang menyangkut dengan
penelitian ini dan kerangka konsep. Bab III yang merupakan. Metode penelitian yang
meliputi jenis penelitian, subyek penelitian, instrume penelitian, defenisi operasional,
lokasi dan waktu penelitian, teknik penungumpulan data dan instrument penelitian.

F. Keaslihan Penelitian
Karya tulis ilmiah disusun oleh peneliti sendiri dan bukan merupakan duplikasi
dari penelitian orang lain. Sepanjang pengetahuan peneliti, peneliti yang sama dengan
peneliti ini belum ada.

Tabel 1.2

NO. NAMA / TAHUN JUDUL METODE HASIL

1. Fitrah Nurhanifa Massage punggung Penelitian Pengujian


(2018) untuk Quasy hipotesis pada
memperlancar ASI Eksperimental tabel 3 dengan
di Desa Majang tanpa kelompok punggung
Tengah Wilayah control dengan terhadap
Kerja Puskesmas pendekatan Pre- peningkatan
Pamotan Dampit Pro test design. kelancaran
Malang. Pada kedua menggunakan
kelompok uji t
8

diawali dengan berpasangan ini


diberi pretest dilakukan
(sebelum dibri produksi ASI.
perlakuan) dan Dengan
setelah diberi menggunakan
post test (setelah uji t untuk
perlakuan) dan mengetahui
selanjutnya pengaruh
dilakukan massage
observasi. didapatkan nilai
thitung sebesar
-6,619 dengan.

Berikut hasil
pengujian
dengan
menggunakan
uji t
berpasangan.
nilai Signifikansi
= 0,000. ttabel
dengan derajat
bebas 15 untuk
á = 0,05
didapatkan nilai
2,131. Langkah
selanjutnya
dilakukan
perbandingan,
dimana nilai |
thitung | lebih besar
daripada ttabel
(6,619 > 2,131),
dan selain itu
nilai signifikansi
kurang dari á =
0,05 (0,000 <
0,05) sehingga
dapat
disimpulkan H0
9

ditolak.
Sehingga dari
pengujian ini
dapat diambil
kesimpulan
bahwa terdapat
perbedaan
kelancaran
produksi ASI
yang signifikan
antara pre
intervensi
dengan
kelancaran
produksi ASI
post intervensi.
Sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
pemberian
massage
punggung dapat
meningkatkan
kelancaran
produksi ASI.

3. Wa Ode Wulan / Asuhan Studi kasus -


(2021) Keperawatan Deskrptif
Maternitas, Pada
Ny.X dengan post
partum dalam upaya
memeperlancar air
susu ibu (ASI)
dengan kombinasi
masaage punggung
dan kompres air
hangat Di Ruang
Nifas RSU Al-Fatah
10

Ambon

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Post Partum


1. Definisi Masa Post Partum
Masa post partum di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa post partum berlangsug
selama kira-kira 6 minggu. Asuhan post partum di perlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan , dan 50% kematian masa post partum
terjadi dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2012).
Wanita pasta persalinan harus cukup istrahat dengan tidur terlentang selama 8
jam pasca persalinan. Setelah itu, ibu boleh miring ke kanan dan ke kiri untung
mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli, hari kedua diperbolehkan duduk.
Pada hari ketiga ibu di anjurkan berjalan-jalan dan pada hari keempat atau hari
kelima diperbolehkn pulang. Makanan yang di komsumsi sebaiknya mengadung
protein, sayur-sayuran, dan buah-buahan (Mochtsr, 2013).
Masa post partum adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa post partum
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2012).

2. Tahapan Masa Post Partum


Menurut Vivian, dkk (2013) :
a. Periode immediate post partum
11

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada Masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu
perawat dengan bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan uterus,
pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.
b. Periode early post partum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini perawat dan bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan cairan dan makanan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late post partum (1 minggu – 5 minggu)
Pada m\periode ini perawat dan bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Post Partum


Pasa masa post partum ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis
pada ibu. Perubahan fisiologis yamg terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal,
diamana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termaksud
tingkat energi, ingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
doronga semangat di berikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter bidan maupun
perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bainya selama masa post partum ini
(Bobak, 2013). Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi,
dan keluarganya, seorang bidan atau perawaat harus memahami dan memilii
pengetahuan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa post
partum dengan baik.
a. Perubahan Sistem Reproduksi
Selama masa post partum, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genetelia ini
di sebut ovulasi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-
perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut :

1) Perubahan Uterus
12

Pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus ke


keadaan sebelum hamil. Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi
keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta
(plasenta site) sehingga jringan perletakan antara plasenta dan dinding uterus,
mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali setelah 2 hari
pasca persalinan, setinggi sekitar umbilicus, setelah 2 minggu masuk panggul,
setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil (Suherni, et al. 2012).
Proses kembalinya uterus k keadaan sebelum hamil di sebut ovulasi.
Segera setelah persalinan bekas implantasi plasenta berupa luka kasar
dan menonjol kedalam cavum uteri. Penonjolan tersebut diameternya kira-
kira 7,5 cm. Seseudah 2 minggu diameternya berkurang menjadi 3,5 cm. Pada
minggu keenam mengecil lagi sampai 2,4 cm, dan akhirnya akan pulih.
Disamping itu, di vacuum uteri keluar cairan sekret di sebut lokia. Ada
beberapa jenis lokis menurut Suherni, et al. (2012) yakni : L\lokia
rubra/kruenta (merah) : merupakan cairan bercampur darah dan sisa-sisa
penebalan dinding Rahim (desidua) dan sisa-sia penanaman plasenta (selaput
ketuban), berbau amis. Lokia rubra berwarna kemerh-merahan dan keluar
sampai hari ke-3 atau keempat, lokissanguinoleta : waenanya merah kuning
berisi darah dan lender. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan, lokia
serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari 7 – 14
pasca persalinan, lokia alba : cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2
migggu, lokia parulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau buuk, lokiaotosis : lokia tidak lancer keluarnya.
2) Perubahan Vagina Dan Perineum
Perubaha vagina dan perenium pada masa post partum ini terjadi pada
minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul ragae (lipatan-lipatan atau
kerutan-kerutan) kembali. Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan
luka perineum tidak sering di jumpai. Mungkin di temukan setelah persalinan
biasa, tetapi lebih sering akibat ekstaksi dengan cunam, terlebih apabila krpala
janin harus di putar. Robekan terjadi pada dinding lateral dan baru terlihat
pada pemeriksaan spekulum.
13

Biasanya setelah melahirkan, perineum menjadi agak


bengkak/edema/mmar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau
episotomi, yaitu sayatan atau memperluas pengeluaran bayi. Proses
pemyembuhan luka epiosotomi sama seperti luka operasi lain. Perhatikan
tanda-tanda infeksi pada luka epiosotomi seperti nyeri, ,erah, panas, bengkak
atau keluar cairan tidak lazim. Penyembuhan luka biasannya brlangsung 2-3
mingg setelah melahirkan (Suherni, et al. 2012). Bagina yang semula teregang
kmbali setelah bethapke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah
bayi lahir.
3) Organ Otot Panggul
Otot Panggul pada masa post partum juga mengalami perubahan.
Struktur dan penopang otot uterus dan vagina dapat mengalami cedera selama
waktu melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan relaksai panggul, yang
berhubungan dan melemahnya topangan permukaan strukstur panggul yang
menopang uterus, dinding vagina, rectum, uretra dan kandung krmih (Bobak,
2013). Jaringan penopang daar panggul yang terengan saat ibu melahirkan
akan kembali ke tonus semula stelah 6 bulan.
4) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan dan 18 jam setelah
melahirkan serviks akan kembali ke bentuk semuka dan konsistensinya
menjadi lebih padat kembali.
b. Perubahan Pada Sistem Pencernaan
Ibu post partum sering mengalami kontrasepsi. Hal ini umumnya disebabkan
karena makanan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Di samping itu
rasa takut untuk buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada perenium,
jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus di
lakukan 3-4 hari setelah persalinan. Bila mana masih juga terjadi kontrasepsi dan
BAB mungkin keras dapat memberikan obat laksan peroral dan perrekktal.
c. Perubahan Pada Perkemihan
Pada masa post partum, system perkemihan juga mengalamiperubahan. Saluran
kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu setelah melahirkan,
14

tergantung pada keadaan sebelum melahirkan. Pelvis ginjal dan ureter yang
teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu
keempat setelah melahirkan.
d. Perubahan Tanda-Tanda Vital Pada Masa Post Partum
Pada ibu pasca persalinan, terdapat beberapa perubahan tanda-tanda vital sebagai
berikut :
1) Suhu
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38 0C,
sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubhan hormonal.
Jika terjadi peningkatan suhu 380C yang menetepkan 2 hari setelah 24 jam
melahirkan, maka perlu di perkirakan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis
(infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan
endometritis), dan pembengkakan payudara.
2) Nadi
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan
adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan
dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Keadaan ini bias
berhubungan dengan penurunan usaha jantung, perubahan volume darah, yang
mengikuti pemisahan plasenta dan kontraksi uterus dan peningkatan stroke
volume. Terakhir di kurang terjadi, bila terjadi hubungan peningkatan
kehilangan darah.
3) Tekanan Darah
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami
hipotensi orthostik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanyat
pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil
pengukuran tekanan darah seharunya tetap stabil setelah melahirkan.
Penurunan tekanan darah bias mengidentifikasi penyesuaian fisiologis
terhadap penurunan tekanan intrapeutik atau adanya hipovelmia sekunder
yang berkaitan dengan hemorhagi uterus.
4) Pernafasan
15

Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil


pada bulan ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2013).
e. Perubahan Dalam Sistem Kardiovakuler
Pola khamilan terjadi peningkatan sirkulasi darah yang mencapai 50%. Perubahan
volume cairan darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah
selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravasekuler
(Bobak, at.al 2013). Mentoleransi kehilangan darah pada saat melahirkan
perdarahan pervagina normalnya 400-500 cc. Sedangkan melalui seksio caesaria
kurang 700-1000 cc. Bradikardia (dianggap normal), jika terjadi takikardia dapat
merefleksikan adanya kesulitan atau perubahan setelah melahikan (Saleha, 2012).
Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasannya
menurun mencapai volume darah sebelum hamil.
f. Perubahan Dalam Sistem Endokrin
Sistem Endorin mengalami perubahan secara tiba-tiba selama kala IV persalinan
dan mengikuti lahirnyanplassenta. Menurut (Maryunani, 2013). Selama periode
post pastrum, terjadi perubahan hormone yang besar. Selama kehamilan, payudara
disiapkan untuk laktasi (hormone estrogen dan progestoren) kolostrum, cairan
payudara yang keluar sebelum produksi susu terjadi pada trimester III dan minggu
pertama post partum. Pembesaran mammae/payudara terjadi dengan adannya
penambahan system vaskuler dan limpatikmsekitar mammae. Waktu yang
dibutuhkan hormone-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagi di
tentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak. Cairan menstruasi pertama setelah
melahirkan biasanya lebih banyak dari normal, dalam 3 sampai 4 sirkulasi, seperti
sebelum hamil.
g. Perubahan Berat Badan
Kehilangan/penurunan berat badan pada iu setelah melahirkan terjadi akibat lahir
atau keluarnya bayi, plasenta dan cairan amnion atau ketuban. Pada minggunke-7
sampai ke-8, kebanyakan ibu telah kembali berat badan sebelum hamil, sebagian
lagi mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk kembali ke berat
badan semula.
h. Perubahan Sistem Hematologi
16

Selama kelahiran dan masa post partum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500
ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan di asosiasikan
dengan peningkatan hematocrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan
akan kembali normal dalam 4-5 minggu post partum (Trisnawati, 2012).
i. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali (Mansyur,
2014).
4. Kebutuhan Dasar Ibu Post Partum
Ada beberapa kebutuhan dsar ibu dalam masa post partum, menurut (Suherni, 2012)
yaitu :
a. Gizi
Ibu post partum dianjurkan untuk makanan dengan diet berimbang, cukup,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, mengkomsumsi makanan
tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada bulan pertama, ^ bulan selanjutnya 500
kalori dan tahun kedua 400 kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter di dapat dari
air minym dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan
yang lain, mengkomsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari,
mengkomsumsi vitamin A 200.000 itu. Pemberian vitamin A dalam bentuk
supplement dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan
meningkatkan kelangsungan hidup anak.
b. Kebersihan Diri
Ibu post partum dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan
ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, menyarankan ibu
mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB dan BAK, paling tidak dalamwaktu3-
4 jam, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dngan sabundan air sebelum
menyentuh kelamin, anjurkan ibu tidak sering meyentuh luka episiotomy dan
laserasi, pada ibu post section caesaria (SC), luka tetap di jaga agar tetap bersih
dan kering, tiap hari di ganti pembalut.
c. Istrahat Dan Tidur
17

Ibu post partum di anjurkan untuk ostrahat yang cukup untuk mengurangi
kelelahan, tidur siang dan istrahat selagi bayi tidur, kembali ke kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat
menyediakan waktu untuk istrahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istrahat pada masa post partum dapat berakibat mengurangi jumlah ASI,
memperlambat ovulasi, yaitu akhirnya bias menyebabkan perdarahan dan depresi.
d. Eliminasi BAB Dan BAK
Buang air kecil (BAK) dalam enam jam ibu post partum harus sudah BAK
spontan, kebanyakan ibu post partum berkemih spontan dalam waktu 8 jam, urine
dalam jumlah yang banyak akan di produksi dalam waktu 12-36 jam setelah
melahirkan, ureter yang berdiltasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu.
Selama 48 jam pertama post partum, terjadi kenaikan diuresis sebagai berikut :
penguraan volume darah ibu, autolysis serabut otot uterus. Buang air besar (BAB)
biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edma persalinan, diet cairan, obat-obatan
analgetik, dan perenium yang sangat sakit, bila lebih 3 hari belum BAB bias di
berikan obat laksantia, ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam
regulasi BAB, Asupan ciran yang adekuat dan diet tinggi serta sangat di anjurkan.
e. Pemberian Asi
Hal-hal yang perlu di kepada ibu post partum yaitu : menyusui bayi setelah lahir
minimal 30 menit bayi telah disusukan, ajarkan cara menyusui yang benar,
memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain, menyusui tanpa
jadwal, sesuka bayi (on demand), di luar menyusui jangan memberikan
dot/comping pada bayi, tapi berikan dengan sendok, penyapihan bertahap
meningkatkan frekuensi pemeberian ASI.
f. Keluarga Berencana
Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun. Pada dasarnya ibu
tidak mengalami ovulasi selama menyusui esklusif atau penuh 6 bulan ibu belum
mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi). Meskipun setap metode kontrasepsi
beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman. Jelaskan pada ibu
berbagai macam metode kontrasepsi yang di perbolehkan selama menyusui.
18

Metode hormonal, khususnya oral (estrogen dan progestoren) bukanlah piliha


pertama bagi ibu menyusui.

5. Kunjungan Masa Ibu Post Partum


Menurut (Marmi, 2012) kunjungan masa post partum paling sedikit 4 kali yaitu :
a. Kunjungan I ( 6-8 Jam setelah persalinan)
1) Mencegah perdarahan pada masa post partum karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, rujuk jika pendarahan
berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga, bagaimana
mencegah perdarahan masa post partum karema atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipitermi.
7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal denga ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil.
b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik,
fundus di bawah umbilicus, tidak adad perdarahan abnormal atau tidak ada
bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdatahan abnormal.
3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istrahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
5) Memberikan koneling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusar,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan III ( 2 minggu setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uterus berjalan norml, uterus berkontraksi dengan baik,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal.
2) Menilai adanya tanda-tamda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
19

3) Memastikan ibu cukuo mendapatkan makanan, cairan dan istrahat.


4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
5) Memberikan koneling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusar,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami.

B. Konsep Dasar Air Susu Ibu (ASI)


1. Defenisi Air Susu Ibu (ASI)
Defini Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang disekresika oleh kelenjar
payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik benutrisi dan berenergi tinggi
yang di produksi sejak massa kehamilan (Wiji, 2013). Asi merupakan makanan yang
sempurna dan terbaik bagi bayi khususunya bayi 0-6 bulan karena mengandung unsur-
unsur gizi yang di butuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal,
ASI berdasarkan definisi diatas adalah sumber makanan bagi bayi yang diproduksi
oleh kelenjar payudara ibu yang mengandung unsur gizi lenkap untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang optimal (Wiji, 2013).

2. Jenis Air Susu Ibu (ASI)


ASI yang dihasilkan oleh ibu memiliki jenis dan kandungan yang berbeda-
beda, terdapat 3 jenis ASI yang di produksi oleh ibu :
a. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan berkuning-kuningan yang diproduksi pada hari pertama
hingga keempat dengan kandungan protein dan zat antiinfeksi yang tinggi serta
berfungsi sebagai pemenuhan gizi dan proteksi bayi baru lahir (Astutik, 2014).
b. Transitional Milk (ASI Peralihan)
20

ASI peralihan adalah air susu ibu yang keluar setelah kolostrum. ASI peralihan
diproduksi 8-20 hari dengan kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air yang
tinggi, dan kadar protein, mineral lebih rendah (Widuri, 2013).
c. Mature Milk (ASI Matang)
ASi matang adalah air susu ibu yang dihasilkan sekitar 21 hari setelah melahirkan
dengan kandungan sekitar 90% air untuk hidrasi bayi dan 10% karbohidrat,
protein, dan lemak untuk perkembangan bayi (Widuri, 2013). ASI matang
memiliki 2 tipe yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk diproduksi pada awal
menyususi dengan kandungan tinggi protein, laktosa, dan nutrisi lainnya namun
rendah lemak, serta komposisi lebih encer. Sedangkan hindmil diproduksi
menjelang akhir menyusui akhir dengan kandungan tinggi lemak (Astutik, 2014).

3. Kandungan Air Susu Ibu (ASI)


ASI merupakan makanan paling ideal dan seimbang bagi bayi, menuru
(Astutik, 2014), zat gizi yang terkandung dalam ASI adalah :
a. Nutrien
1) Lemak
Lemak meruoakan sumber kalori utama dalam ASI yang mudah diserap oleh
bayi. Asam lemak essensial dalam ASI akan membentuk asam lemak tidak
jenuh rantai panjang decosahexaenoic acid (DHA) dan arachidonic (AA) yang
berfungsi untuk pertumbuhan otak anak.
2) Karbohidrat
Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI yang bermanfaat untuk
meningkatkan absorbs kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus
bifidus.
3) Protein
Protein dalam ASI yaitu kasein, sistin, dan taurine. Sistin dan taurine
merupakan asam amino yang tidak dapat ditemukan pada susu sapi. Sistin di
perlukan untuk pertumbuhan somatic dan taurine untuk pertumbuhan anak.
4) Garam dan Miniral
21

Kanndungan garam dan miniral pada ASI relative rendah karena ginjal bayi
belum dapat mengonsentrasi air kemih dengan baik. Kandungan garam dan
mineral pada ASI kalsium, kalium, natrium, tembaga, zat besi dan mangan.
5) Vitamin
Vitamin pada ASI diantarannya vitamin D, E, K.

b. Zat Protektif
1) Lactotobasillus Bifidus
Lactotobasillus Bifidus berfungsi mengubah laktosa, menjadi asam laktat dan
asam asetat yang menyebabkan saluran pencernaan menjadi lebih asam untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

2) Laktoferin
Laktoferin berikatan dengan zat besi untuk menghambat pertumbuhan kuman
tertentu seperti E, coli dan menghambat pertumbuhan jamur kandida.
3) Lisozim
Lisozim merupakan faktor protektif terhadap serangan bakteri pathogrn serta
penyakit diare.
4) Komplemen C3 dan C4
Komplemen C3 dan C4 brfungsi sebagai daya opsonic, anafilaktoksik, dan
kemotaktik.
5) Faktor Antistreptokokus
Antistreptokokus melindungi bayi terhadap infeksi kuman steptokokus.
6) Antibodi
Antibodi dalam ASI dapat bertahan didalam saluran pencernaan bayi dan
membuat lapisan pada mukosannya sehingga mencegah bakteri pathogen atau
enterovirus masuk ke dalam mukosa usus.
7) Imunitas Seluler
Imunitas seluler berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme
membetuk C3, C4, lisozim, serta laktoferin.
22

8) Tidak menimbulkan alergi


Sistem Ig E pada bayi belum sempurna, sehingga bayi yang diberikan susu
formula akan merangsang aktivitas system Ig E dan menimbulkan alergi.

4. Manfaat Air Susu Ibu (ASI)


ASI merupakan makanan yang sempurna bagi bagi bayi yang memiliki
berbagai manfaat baik bagi bayi, ibu, keluarga, dan negara. menurut (Maryunani, 012),
dan (Astutik, 2014) adalah :
a. Manfaat ASI bagi bayi
Kandungan antibody yang terdapat di dalam ASI mengakibatkan bayi akan
menjadi lebih sehat, kuat san menghindari bayi dari malnutrisi. Didalam
manfaatnya untuk kecerdasan, laktosa yang terkandung dalam ASI berfungsi untuk
proses pematangan otak secara optimal. Pembentukan Emotinal Intelligence (EI)
akan dirangsang ketika bayi disusui dengan berada dalam dekapan ibunya.
Kandungan di dalam ASI juga dapat meningkatkan sistem imun yang
menyebabkan bayi lebih kebal terhadap berbagai jenis penyakit (Quigley al, 2011).
Manfaat lainnya :
1) Asi Sebagai Nutrisi.
2) Makanan terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup
karena mengandung zat gizi yang di perlukan untuk 6 bulan pertama.
3) Mengandung antibody (terutama kolestrum) yang melindungi terhadap
penyakit, seperti diare dan gangguan pernafasan.
4) Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi ASI esklusif
akan lebih cepat jalan.
5) Meningkatkan jalinan kasih sayang.
6) Selalu siap tersedia, dan dalam suhu yang sesuai.
7) Mudah dicerna dan zat gizi mudah di serap.
8) Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang dapat
menimbulkan alergi.
9) Mengandung cairan cukup untuk kebuthan bayi dalam 6 bulan pertama (87%
ASI adalah air).
23

10) Mengandung asam lemak yang di perlukan untuk pertumbuhan otak sehingga
bayi dengan pemberian ASI esklusif potensial lebih pandai.
11) Menunjang perkembangan kepribadian dan kecerdasan emosional, kematangan
spiritual dan hubungan social yang baik (Utami Roesli, 2015)

b. Manfaat Memberikan ASI bagi Ibu


1) Mencegah perdarahan pasca persalinan
2) Mempercepat involusi uteri
3) Mengurangi resiko anemeia
4) Mengurangi resiko kanker ovarium dan payudara
5) Memperkuat ikatan ibu dan bayi
6) Mempercepat kembali ke berat badan semula
7) Merode kontrasepsi sementara

c. Manfaat ASI bagi keluarga


1) Praktis
ASI selalu tersedia dimanapun ibu berada dan selalu dalam kondisi steril,
sedangkan pemberian susu formula yang harus mencuci dan mensterilkan botol
sebelum di gunakan
2) Menghemat Biaya
ASI diproduksi ibu setiap hari sehingga tidak perlu biaya seperti membelikan
susu formula, Pemeberian ASI dapat menyehatkan bayi sehingga menghemat
pengeluaran keluaraga untuk berobat.

d. Manfaat ASI bagi Negara


1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anal
2) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
3) Mengurangi devisa pembelian susu formula
4) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi Air Susu Ibu (ASI)


24

Menurut (Khamzah, 2012), faktor-faktor yang ,e,pengaruhi produksi ASI adalah :


a. Makanan Ibu
Pada dasarnya, makanan yang di komsumsi oleh ibu menyusui tidak secara
langsung mempengaruhi mutu ataupun air susu yang dihasilkan. Tetapi, jika
makanan ibu terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang di perlukan
maka tentu kelenjar-kelenjar pembuat ASI tidak kan bekerja dengan sempurna
sehingga berpengaruh pada produksi ASI.
b. Frekuensi Pemberian
Susu semakin sering bayi menyusui, maka produksi dan pengeluaran ASI akan
semakin banyak. Akan tetapi, frekueni menyusui pada bayi premature dan cukup
bulan berbeda. Menyusui bayi paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal
setelah melahirkan. Frekuensi penyusunan berkaitan degan kemampuan stimulasi
hormone dalam kelnjar payudara (Rukiyah, 2014).

c. Berat Lahir
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang
lebih rendah di bandingkan dengan bayi yang berat lahir normal. Kemampuan
menghisap lebih rendah akan mempengaruhi stimulasi hormone prolktin dan
oksitosin dalam memproduksi ASI.
d. Umur Kehamilan Saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini di karenakan
bayi yang lahir premature (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah
dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah
dari pada bayi yang lahir tidak premature. Lemahnya kemampuan menghisappada
bayi premature dapat disebabkan oleh berat badan yang rendah dan belum
sempurnanya fungsi organ (Khamzah, 2012).
e. Keteganggan Jiwa Dan Fikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan ibu yang selalu dalam
keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan ketegangan emosional akan
menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Umtuk
memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
25

f. Komsumsi Rokok Dan Komsusmsi Alkohol


Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan menganggu hormone
prolactin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi
pelepasan adrenalin dimana adrenali akan menghambat pelepasan oksitosin.
Meskipun minuman lakohol dosis rendah di satu sisi dapat membuat ibu merasa
rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI disisi lain etanol dapat
menghambat produksi oksitoin (Rukiyah, 2014).
g. Pengunaan Alat
Kontrasepsi ibu akan menyusui tidak dianjurkan menggunakan alat kontrasepso
berupa pil yang mengandung hormone esterogen karena dapat mengurangi dan
menghentikan jumlah produksi ASI. Sebaiknya, ibu menggunakan KB alamiah,
kondom, dan IUD dari pada menggunakan KB hormonal seperti pil, suntik,
implan. Adapun alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat merangsag uterus ibu
dan menigkatkan kadar hormone oksitosin, yaitu hormone yang dapat merangsang
produksi ASI (Prasetyono, 2012).
h. Perawatan Payudara)
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara sehingga mempengaruhi
hifofise untuk mengeluarkan hormone prolactin dan oksitosin.

6. Masalah Pemberian Air Susu Ibu (ASI)


Berikut ini beberapa masalah pada saat menyusui :
a. Putting Susu Lecet
Penyebabnya :
1) Kesalan dalam teknik menyusui.
2) Akibat dari pemakaina sabun, alcohol, krim, dan lain-lain untuk mencuci
putting susu.
3) Rasanya nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyususi kurang berhati-
hati.

b. Payudara Bengkak
Penyebabnya :
26

Pemberian ini terjadi karena ASI tidak disusukan secara adekuat, sehingga sisa
ASI terkumpul pada ductus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Pembekakan ini terjadi pada hari ketiga dan keempat.

c. Saluran Tersumbat (obstuvtive duct)


Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada ductus lakteferus, dengan
penyebabnya adalah :
1) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui.
2) Pemakaian BH yang terlalu ketat
3) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susuyang terkumpul tidak segera di
keluarkan sehingga menimbulkan sumbatan

C. Konsep Dasar Massage Punggug


1. Defenisi Massage Punggug
Massage dalam bahasa Arab dan Prancis berarti menyentuh atau meraba.
Dalam Bahasa Indonesia di sebut pijit atau urut. Selain itu massage dpat di artikan
sebagi pijat yang telah disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang tubuh manusia dan
gerakan-gerakan yang mekanis terhadap tubuh manusia dengan mempergunakan
bermacam-macam bentuk pengangan atau teknik (Surtini, 2014). Pemijatan massage
punggung pada punggung ibu ternyata juga bias merangsang pengeluaran hormone
oksitosin. Jika hormone oksitosin meningkst, maka pengeluaran ASI pun menjadi
berlimpah, Pemijatan punggung dapat di lakukan secara perlahan dengan
menggunakan ibu jari. Umumnya, ASI akan habis setelah disusukan selama 10-15
menit, Payudara akan kembali penuh setelah 2 jam. Menyususi harus bergantian, yaitu
payudara kiri dan kanan (Surtini, 2014).

2. Tujuan Massage Punggug


a. Melancarkan peredaran darah.
b. Menghancurkan pengumpulan sisa-sisa pembakaran di dalam sel-sel otot yang
mengeras disebut miogelosis (asam laktat).
27

c. Menyempunakan pertukaran gas-gass dan zat-zat di dalam jaringan atau


mempebaiki proses metabilisme.
d. Menyempurnakan pembagian zat-zat makanan keseluruhn tubuh.
e. Menyempurnakan proses pencernaan makanan.
f. Menyempurnakan proses pembuangan sisa-sisa pembakaran ke alat-alat
pengeluaran atau mengurangi kelelahan.
g. Merangsang otot-otot untuk bekerja.
h. Merangsang jaringan-jaringan saraf
i. Membantu penyerapan (absorbs).
j. Membantu pembentukan sel-sel baru.
k. Membersihkan dan menghaluskan kulit.
l. Memberikan peraaan nyaman, segar dan ketenangan pada tubuh.

3. Teknik Massage Punggug


Menurut (Surtini, 2014), teknik dalam massage punggung, sebagi berikut :
a. Gunakan kedua telapak tangan untuk menekan kedua sisi punggung dari bahu ke
bawh dengan berirama, naik turun.

Gambar 2.1 Massage Punggung


b. Pastikan memijat dengan menggunakan seluruh bagian telapak tangan.

Gambar 2.2 Massage Punggung


c. Jemari harus menyentuh tubuh sehingga terasa keteganggan disana.
28

Gambar 2.3 Massage Punggung


d. Selanjutbya gunakan tangan untuk memijat kuat di pangkal tuang beakang atau
gunakan ibu jari dengan gerakan-gerakan lingkaran-lingkaran.

Gambar 2.4 Massage Punggung


e. Tekan daerah sacrum secara mantap menggunakan tumit telapak tangan dengan
gerakan memutar.

Gambar 2.5 Massage Punggung


f. Lakukan penekanan secara kuat untuk melawan kontraksi.

Gambar 2.6 Massage Punggung


g. Pijat sekitar 10-20 menit pada saat ada kontraksi dilkukan hingga ASI menjadi
lancer.
h. Lakukan observasi setelah dilakukan pemijatan.

4. Indikasi Pemberian Massage Punggug


Menurut (Surtini, 2014), indikasi pemberian massage punggung sebagai berikut :
a. Ibu yang kelelahan
b. Produksi ASI yang menurun atau berkurang.
c. Mengurnagi kontraktor pada vetebrata/tulang belakang.
d. Ibu dengan ketegangan setelah proses kelahiran bayi.
e. Untuk memicu produksi hormone oksitosin.
29

D. Konsep Kompres Air Hangat Payudara


1. Defenisi Kompres Air Hangat Payudara
Kompres air hangat payudara adalah suatu tindakan yang di berikan untuk
mengaktifkan hormone oksitosin, tindakan ini di lakukan ketika milk ejection reflesx
tidaklancar atau melambat, dan mampu menurunkan aliran darah sehingga edema
local dapat menurun pengaliran lymphatic dapat lebih optimal (Mannel et al, 2012)

2. Tujuan Kompres Air Hangat Payudara


a. Memperlancar air susu ibu (ASI)
b. Merangsang hormone oksitosin (hormone yang di bentuk oleh sel-sel neuronal
nurclei hipotalamik dan disimpan dalam lobus posterior pituitary, hormone lainnya
adalah vesopessin. Ia memiliki kerja mengontraksi uterus dan menginjeksi ASI).
c. Mengurangi nyeri pada payudara.
d. Menfurangi peradangan.
e. Menghilangkan rasa stress pada ibu.
f. Membuat relaksai.

3. Teknik Kompres Air Hangat Payudara


a. Pengompresan alat-alat yang di siapkan :
1) 2 buah baskom sedang yang masing-masing diisi dengan air hangat dan air
dingin
2) 2 buah waslap

b. Caranya :
1) Cuci tangan.
2) Siapkan posisi pasien degan nyaman duduk/terlentang.
3) Membuka BH pasien dan tutup kembali dengan kain.
4) Pasangkan waslap kepada kedua tangan.
5) Celupkan waslap pada baskom yang berisi air hangat
30

6) Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit, kemudian


ganti dengan kompres air dingin selama 1 menit. Kompres bergantian selama 3
kali berturut-turut dengan kompres air hangat.
7) Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus untuk menyusui.

Gambar 2. 7 Kompres Payudara

E. Konsep Asuhan Keperawata Materitas


Menurut (wiwik, 2012) asuhan keperawatan maternitas sebagai berikut :
1. Pengkajian Fokus
a. Status Maternal
Meliputi usia dan maturitas, riwayat kedekatan sebelumnya, payudara (Pengkajian
daerah areonal, kaji nyeri tekan, kaji adanya abses, pembengkakan atau ASI
terhenti, kaji pengeluaran ASI), tingkat kenyamanan atau nyeri (Nyeri tekan
payuda/pembesaran dapat terjadi antara hari ke-3 sampai hari ke-5 post partum)
b. Status Psikososial Ibu
Meliputi tingkat pemahaman, citra tubuh persepsi, stressor seperti keluarga dan
karir, pandangan sosiokultural tentang menyusui, dukungan emosional dari orang
lain.
c. Status Neonatal
31

Meliputi kepuasan dan kesenangan, laju pertumbuhan, hubungan usia dengan berat
badan, status neurologic, status pernafasan, reflex menghisap, adanya faktor-faktor
yang menghambat pengisapanyang benar (celah bibir, celah palatum), pemberian
makan sebelumnya.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang di temukan :
a. Ketidaklancaran pengeluaran ASI berhubungan dengan suplay ASI tidak lancar.
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan terbatasnya aktivitas fisik yang di
tandai dengan tirah baring
c. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.

3. Rencana Keperawatan
a. Ketidaklancaran pengeluaran ASI berhubungan dengan suplay ASI kurang lancar,
Rencana tindakan keperawatan yang di lakukan dengan tujuan setelah di lakukan
tindakan keperawatan di harapkan meyusui atau pemberian ASI menjadi efektif.
Kriteria Hasil :
1) Tidak terjadi pembengkakakn payudara.
2) Produksi ASI meningkat dan keluar.
3) Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri setalah di tekan.
4) Bayi mau menetek.
Intervensi Keperawatan :
1) Anjurkan pada klien untuk menyusui bayinya secara teratur dan sesering
mungkin.
Rasional : untuk merangsang produksi ASI dan mengurangi resiko
terjadinya pembengkakan pada payudara.
2) Anjurkan klien untuk tidak menggunakan Bra yang terlalu kencang,
Rasional : Dengan pelindung putting dapat menyebabkan tekanan sehingga
menganggu proses laktasi.
3) Lakukan teknik massage punggung
Rasional : Untuk merangsang produksi ASI dan pengeluaran ASI klien.
32

4) Lakukan kompres hangat payudara


Rasional : Untuk menurunkan bengkak dan ketegangan pada payudara

b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan terbatasnya aktifitas fisik yang di


tandai dengan tirah baring, Rencana tindakan keperawatan yang di lakukan denga
tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
melakukan perawatan secara mandiri.
Kriteria Hasil :
1) Melakukan personal hygine secara mandiri

Intervensi Keperawatan :

1) Komunikasi teraupetik dengan pasien dan keluarga pasien


Rasional : Membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga
pasien.
2) Bantu dan ajarkan pasien dalam personal hygine
Rasional : Menjadikan pasien mandiri
3) Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien tentang perawatan kebersihan
diri dengan benar.
Rasional : Keterlibatan keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan
4) Membersihkan badan dan menghilangkan bau
Rasional : Menghilangkan bau badan dan kulit menjadi lembab.

c. Nyeri berhubungan degan involusi uterus atau nyeri setelah melahirkan, Rencana
tindakan keperawatan yang di lakukan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4.
2) Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidaktegang, klien bisah tidur nyaman.

Intervensi Keperawatan :
33

1) Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST (P : faktor penambah dn


pengurang nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : region atau daerah yang
megalami nyeri, S : skala nyeri, T : waktu dan frekuensi).
Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri
2) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
Rasional : Sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau asuhan
keperawatan sesuai dengan respon klien.
3) Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruang terang dan tenang.
Rasional : membantu klien rileks dam mengurangi nyeri
4) Biarkan klien yang diskusi dan alihkan perhatian klien pada hal ini
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan perhatian klien
dan rasa nyeri
5) Kalaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk menekan atau mengurangi rasa nyeri

F. Hubunagan Kombinasi Massage Punggung Dan Kompres Air Hangat


Message punggung adalah sebuah teknik akupresur yang telah di
rekomendasikan oleh La Leche League International (LLLI) selama bertahun-tahun. Cara
yang dilakukan ibu adalah ibu duduk di kursi dan seseorang berdiri di belakang leher lalu
menggosok dengan jari-jari tangan dan pangkal leher ibu ke bagian bawah tulang
belikatnya di kedua sisi tulang punggungnya (Riordan, 2015). Punggung atas adalah titik
akupresur di gunakan untuk memperlancar proses laktasi. Saraf untuk mepersarafi
payudara berasal dari tulang belakang bagian atas antara tulang belikat. Daerah ini adalah
daerah dimana adalah daerah dimana perempuan sering mengalami ketegangan otot,
Memijat punggung atas dapat rileks bahu dan menstimulasi reflex.
Selain massage punggung, ASI tidak lancar dapat di atasi dengan kompres air
hangat payudara. Kompres air hangat selama pemeberian ASI akan dapat meningkatkan
aliran ASI dari kelenjar-kelenjar pemberian ASI. Manfaat lain dari kompres air hangat
payudara antara lain; stimulasi refles, mencegah bendungan pada payudara yang biasa
amenyebabkan payudara benkak, memperlancar peredaran darah pada daerah payudara
(Saryono & Roischa 2012). Dengan adanya kombinasi massage punggung dan kompres
34

air hangat di harapkan ibu post partum setelah persalinan dapat meningkatkan
mengeluarkan air susu ibu (ASI) dengan lancar.

G. Kerangka Konseptual

V. Independen V. Dependen
Asuhan
Ibu post partum Output/Hasil
Keperawatan
dengan Massage Pengeluaran ASI lancar
Punggung dan
Kompres Air hangat
payudara

Gambar 2.8 Kerangka Konsep


Keterangan :
: V. Independen

: V. Dependen

: Output/Hasil
35

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penilitian
Salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan
metode atau pendekatan studi kasus (Case Study). Penelitian ini memusatkan diri secara
intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Metode studi
kasus memungkinkan peneliti untuk tetap holistik dan signifikan. Menurut Arikunto
(2013), metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam dalam
mengumpulkan data penelitian. Penelitian yang dilakukan penulis dengan judul Analisis
Pengembangan Proses Elemen-elemen mikro Concept Design di Perusahaan Start Up
adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan kasus. Penelitian kualitatif
adalah suatu penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif (penggambaran
yang berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari setiap perilaku orang-orang yang
diamati). Metode penilitian deskriptif pada hakikatnya adalah mencari teori, bukan
menguji teori. Metode ini menitiberatkan pada observasi dan suasana alamiah. Penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan dengan lebih teliti ciri-ciri individu, situasi, atau
kelompok (Hidayat, 2013).

B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah klien Ny.X dengan post
partum dalam upaya memperlancar air susu ibu (ASI) dengan massage punggung dan
kompres air hangat payudara di Ruang Nifas RSU Al-Fatah Ambon.
36

C. Variabel Penelitian
Variabel pebelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang. Obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi terntentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiayono, 2012). Pada penelitian ini telah
di tentukan 2 variabel, yaitu variable bebas (independen) dan variabel terkait (dependen).

1. Variabel Independen
Variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen
(terkait). Variabel dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam
mempengaruhi variabel lain. Adapun yang termaksud variabel ini adalah massage
punggung dan kompres air hangat.

2. Variabel Dependen
Merupakan variabel dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel terkait.
Variabel ini bergantung dari variabel bebas terhadap perubahan. Adapun yang menjadi
variabel dependen dalam penelitian ini adalah klien ASI.

D. Definisi Operasional
1. Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang digunakan dalam merawat klien
dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Pengkajian adalah pendekatan sistematik untuk mengumpulkan data dari bebagai
sumber (Klien, keluarga, teman, dan perawat ruangan).
b. Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau maaslah
kesehatan klien baik actual dan potensi yang dialami klien.
c. Perencanaan Keperawatan adalah penyususnan tidakan keperawatan yang akan
dilakukan untuk menanggulangi masalah yang sesuai dengan diagnose
keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
37

d. Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang ditentukam dengan


maksud agar kebutuhan klien atau kllien terpenuhi secara optimal. Tindakan
keperawatan tersebut dilaksanakan oleh klien, keluarga dan perawat.
e. Evaluasi adalah fase terakhir dalam proses keperawatan dimana perawat meliputi
sejauh maa keberhasilan rencana keperawatan yang dilaksanakan, yang meliputi :
keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, serta pencapaian tujuan dan intervensi
keperawatan.
2. Post Partum adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih
seperti sebelum hamil dan secara normal masa post partum berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari.
3. Air Susu Ibu (ASI) adalah ASI Esklusif pemberian selama 6 bulan tanpa pemberian
minuman atau makanan apapun, termaksud air bening, vitamin dn obat.
4. Massage Punggung adalah pemijatan pada punggung ibu ternyata juga merangsang
pengeluaran hormone oksitosin. Jika hormone oksitosin meningkat, maka pengeluaran
ASI pun menjadi berlimpah. Pemijatan punggung dapat dilakukan secara perlahan
dengan menggunakan ibu jari.
5. Kompres Air Hangat adalah suatu tindakan yang diberikan untuk mengaktifkn
hormone oksitosin.

E. Lokasi Dan Waktu Pengumpulan Data


1. Lokasi Penelitian : di Ruang Nifas RSU Al-Fatah Ambon
2. Waktu Penelitian : Dilaksanakan pada 24 Februari 2021 – 23 Maret 2021.

F. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagi
berikut :
1. Wawancara/Anamnessa : Peneliti akan melakukan Tanya jawab secara langsung
kepada klien dan keluarga klien guna mendapatkan data yang akurat.
2. Observasi yaitu peneliti mengadakan pengamat langsung pada ibu untuk mengetahui
keadaan ibu
38

3. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik meliputi : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan


Auskultasi.
4. Studi Dokumeter yaitu peneliti menggunakan catatan atau status kesehatan klien untuk
kelengkapan data yang diinginkan.

G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam peneliti ini adalah :
1. Format pengkajian, digunakan untuk mendapatkan data dari klien dan keluarga.
2. Tensimetr/steteskop, untuk mengukur tekanan darah/untuk mendengae bunyi jantung.
3. Arloji, untuk melihat waktu.
4. Thermometer, untuk mengukur suhu tubuh.
5. Alat-alat mengompres (baskom, waslap/kain, kasa/kain kecil, perlak dan alas).
6. Lation/minyak pijat.
7. SAP dan SOP.
8. Alat tulis, pena dan buku catatan.

H. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2011), etika penelitian meliputi:

1. Informent Consent (Lembar Persetujuan)

Informent Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan meberikan lembar persetujuan. Informent Consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Tujuan Informent Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak pasien.


39

2. Anominity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatn adalah masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode atau inisial nama

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil

penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang

telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan pada hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai