BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Post partum merupakan masa dimana organ-organ repsroduksi kembali normal
atau kembali seperti keadaan tidak hamil dan membutuhkan waktu 6 minggu. Periode
pada post partum di bagi menjadi 3 periode yaitu : puerpureum dini, intermedial
puerperium dan remote pueperium. Ibu post partum banyak mengalami perubahan baik
pada fisiologis maupun psikologis. Pada perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post
partum ibu mengalami perubahan sistem repsroduksi dimana ibu mengalami proses
pengerutan pada uterus setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Sedangkan pada perubahan adaptasi psikologis adanya rasa ketakutan dan ke khawatiran
pada ibu yang baru melahirkan. Dan hal ini akan berdampak kepada ibu yang berada
dalam masa post partum menjadi sensitif (kirana, 2015). Menurut World Health
Organitation (WHO) menyatakan setiap menit seorang ibu melahirkan meninggal karena
beberapa komplikasi saat melahirkan. Dengan kata lain 1.400 perempuan yang meninggal
lebih dari satu tahun karena kehamilan berkisar 50.000 perempuan yang meninggal pada
saat persalinan dan nifas (Herawati,2010). ASI yang tidak lancer merupakan masalah
yang di hadapi oleh sebagian ibu post partum karena kurangnya pengeluaran ASI.
Pengeluaran ASI yang kurang berdampak pada status gizi dan rendahnya
cakupan pemberian ASI esklusif karena ibu akan memberikan susu formula (sufor) untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi dan akhirnya akan mempengaruhi produksi ASI (Djanah,
2017). Cakupan ASI esklusif di seluruh dunia menurut WHO (2016) hanya sekitar 36%
selama periode 2010-2017. Cakupan ASI esklusif di Indonesia tahunn 2017 sekitar 37,3
(Kemenkes RI, 2018). Sedangkan, untuk cakupan pemberian ASI esklusif di Provinsi
Maluku dalam 3 tahun terakhir mengalami naik turun pada tahun 2017 pencapaian ASI
sebesar 33,5%, tahun 2018 menjadi 48% dan tahun 2019 mengalami penurunan menjadi
32,21%, (Dinkes Provinsi Maluku, 2019).
2
Tabel 1.1
Jumlah Frekuesi Post Partum Dan IMD di RSU Al-Fatah Ambon
Dari Bulan Januwari-Desember, Tahun 2018-2020
dukungan dari petugas tenaga kesehatan, ibu bekerja, pemasaran susu formula
mempengaruhi pemikiran ibu serta berkaitan erat dengan persepsi social budaya dan
kebiasaab masyarakat memberikan makanan tambahan sebelum bayi berumur 6 bulan
(Depkes, 2015).
ASI esklusif merupakan suatu kebutuhan yang terpenting untuk memenuhi
kebutuhan dari bayi sendiri, sebagai nutrisi baik antibody pada bayi, sehingga pemberian
ASI haruslah dilakukan sedini mungkin, dan pentingnya produksi ASI yang baik untuk
bayi mempertahankan kehidupanya di masa awal kelahirannya, Produksi ASI yang baik
dan lancar akan memenuhi kebutuhan dari ASI esklusif itu sendiri (Depkes, 2015).
Kecendurungan ibu-ibu lebih pendek periode dalam memberikan ASI nya sering di
jumpai di negara sedang berkembang, terutama di daerah pedesaan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pada masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya memberikan
pisang (57,3%)mkepada bayinya sebelum usia 4 bulan (Litbangkes, 2013). Munculnya
masalah pemberian makanan tambahan terlalu di dasarkan pada alasan-alasan antara lain
hamil lagi, ibu bekerja, pembengkakan payudara, putting yang lecet, saluran yang
gersumbat , infeksi pada ibu, dan produksi ASI sedikir (Farrer, 2012). Salah satu cara
untuk menstimulasi reflex oksitosin dapat juga di lakukan dengan memijat payudara ibu
mengurangi ketidaknyamanan akibat pembengkakakn atau untuk membuat ibu menjadi
rileks ketika ibu mengalami kesulitaan saat mengeluarkan ASI.
Faktor penghambat dalam pemberian ASI adalah produksi ASI itu sendiri.
Produksi ASI yang kurang dan lambat keluar dapat menyebabkan ibu tidak memberikan
ASI pada bayinya dengan cukup. Selain hormone proklatin, proses laktasi juga
bergantung pada hormone oksitosin, yang di lepas dari hipofise posterior sebagai reaksi
terhadap pengisapan putting Oksitosin mempengaruhi sel-sel mioepitel yang mengelilingi
alveoli berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar
mammae (Farrer, 2012). Penyebab ASI tidak lancar dapat di lakukan dengan tindakan
non farmakologi untuk memperlancar air susu ibu dengan massage punggung dan
kompres air hangat.
Message punggung adalah sebuah teknik akupresur yang telah di
rekomendasikan oleh La Leche League International (LLLI) selama bertahun-tahun. Cara
yang dilakukan ibu adalah ibu duduk di kursi dan seseorang berdiri di belakang leher lalu
4
menggosok dengan jari-jari tangan dan pangkal leher ibu ke bagian bawah tulang
belikatnya di kedua sisi tulang punggungnya (Riordan, 2015). Punggung atas adalah titik
akupresur di gunakan untuk memperlancar proses laktasi. Saraf untuk mepersarafi
payudara berasal dari tulang belakang bagian atas antara tulang belikat. Daerah ini adalah
daerah dimana adalah daerah dimana perempuan sering mengalami ketegangan otot,
Memijat punggung atas dapat rileks bahu dan menstimulasi reflex.
Selain massage punggung, ASI tidak lancar dapat di atasi dengan kompres air
hangat payudara. Kompres air hangat selama pemeberian ASI akan dapat meningkatkan
aliran ASI dari kelenjar-kelenjar pemberian ASI. Manfaat lain dari kompres air hangat
payudara antara lain; stimulasi refles, mencegah bendungan pada payudara yang biasa
amenyebabkan payudara benkak, memperlancar peredaran darah pada daerah payudara
(Saryono & Roischa 2012).
Dapat Disimpulkan bahwa post partum mengalami kenaikan di tahun terakhir
dan mengalami penurunan dengan presentasi IMD Data ini juga di konfirmasikan
kembali pada ruangan dan saat wawancara dengan petugas ruangan ditemukan bahwa
terdapat 2 sampai dengan 4 pasin post partum mengalami penurunan produksi ASI, dan
penanganan yang di berikan kepada ibu post partum untuk memperlancar ASI hanyalah
dengan mengkomsumsi makanan-makanan yang merangsang produksi ASI saja, dan
tidaklah secara mandiri oleh petugas ruangan belumnya di lakukan secara maksimal,
bahkan tidak di lakukan, sehingga berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud
melakukan penelitian terkait dengan pengeluaran air susu ibu dengan judul : “Asuhan
Keperawatan pada Ny.X dengan post partum dalam upaya memperlancar air susu ibu
(ASI) dengan kombinasi massage punggung dan kompres air hangat di Ruangan di RSU
Al-Fatah Ambon”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di kemukanan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan
pada Ny.X dengan post partum dalam upaya memperlancar air susu ibu (ASI) dengan
kombinasi massage punggung dan kompres air hangat di Ruangan Nifas di RSU Al-Fatah
Ambon?
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menerapkan penerapan Asuhan Keperawatan pada Ny.X dalam upaya
memperlancar air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage punggung dan kompres air
hangat di Ruangan Nifas di RSU Al-Fatah Ambon.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada Ny.X dengan post partum dalam upaya
memperlancar air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage punggung dan
kompres air hangat di Ruangan Nifas di RSU Al-Fatah Ambon.
b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan dengan post partum dalam upaya
memperlancar air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage punggung dan
kompres air hangat di Nifas Ambon.
c. Dapat membuat perencanaan tindakan yang akan di lakukan pada Ny.X dalam
upaya memperlancar air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage punggung dan
kompres air hangat di Ruangan Nifas di RSU Al-Fatah Ambon.
d. Dapat melakukan implementai pada Ny.X dalam upaya memperlancar air susu
ibu (ASI) dengan kombinasi massage punggung dan kompres air hangat di
Ruangan Nifas di RSU Al-Fatah Ambon..
e. Dapat melakukan evaluasi pada Ny.X dalam upaya memperlancar air susu ibu
(ASI) dengan kombinasi massage punggung dan kompres air hangat di Ruangan
Nifas di RSU Al-Fatah Ambon.
D. Manfaat Penelitian
2. Secara Praktis
Hasil penilitian ini dapat bermanfaat :
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai pedoman dalam memberikan informasi kepada rumah sakit agar dapat
meningkatkan pengeluaran air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage
punggung dan kompres air hangat payudara sebagai intervensi keperawatan.
b. Bagi Perawat
Diharapkan informasi ini dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam praktik
pelayanan keperawatan yaitu pemberian suatu intervensi keperawatan sebagai
pelayanan yang holistic dan kompherensif dalam rangka meningkatkan
mutupelayanan serta perlu untuk mengembangkan kompeteni perawat dalam
memberikan intervensi kepada subyek penelitian asma bronchial khususnya
dengan masalah gangguan pengeluaran air susu ibu (ASI) sehingga mampu di
kendalikan dengan meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang
massage punggung dan kompres air hangat.
c. Bagi Keluarga
keluarga dapat melakukan massage punggung dan kompres air hangat payudara
agar klien dapat merangsang pengeluaran air susu ibu (ASI) saat perawatan
dirumah.
d. Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan bagi institusi dalam pemberian materi dan informasi
keperawatan terkait dengan pemberian informasi dan pengetahuan kepada
keluarga agar dapat memperlancar air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage
punggung dan kompres air hangat.
e. Bagi Peneliti
Dapat di jadikan sebagai pengalaman dan ilmu yang berharga dalam
mengaplikasikan ilmu yang di dapatkan dari penerapan Ny.X dalam upaya
memperlancar air susu ibu (ASI) dengan kombinasi massage punggung dan
kompres air hangat di Ruangan Nifas di RSU Al-Fatah Ambon.
7
E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan yang terdiri dari : bagian
awal, bagian utama, bagian akhir. Bagian awal terdiri dari lembaran judul, lembar
persetujuan, lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar table, daftar gambar,
daftar lampiran dari intisari. Bagian utama dibagi dalam tiga Babyang terdiri dari Bab 1
yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian,keaslihan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II terdiri dari : tinjauan
pustaka yang meliputi dasar-dasar teoritis dari berbagai konsep yang menyangkut dengan
penelitian ini dan kerangka konsep. Bab III yang merupakan. Metode penelitian yang
meliputi jenis penelitian, subyek penelitian, instrume penelitian, defenisi operasional,
lokasi dan waktu penelitian, teknik penungumpulan data dan instrument penelitian.
F. Keaslihan Penelitian
Karya tulis ilmiah disusun oleh peneliti sendiri dan bukan merupakan duplikasi
dari penelitian orang lain. Sepanjang pengetahuan peneliti, peneliti yang sama dengan
peneliti ini belum ada.
Tabel 1.2
Berikut hasil
pengujian
dengan
menggunakan
uji t
berpasangan.
nilai Signifikansi
= 0,000. ttabel
dengan derajat
bebas 15 untuk
á = 0,05
didapatkan nilai
2,131. Langkah
selanjutnya
dilakukan
perbandingan,
dimana nilai |
thitung | lebih besar
daripada ttabel
(6,619 > 2,131),
dan selain itu
nilai signifikansi
kurang dari á =
0,05 (0,000 <
0,05) sehingga
dapat
disimpulkan H0
9
ditolak.
Sehingga dari
pengujian ini
dapat diambil
kesimpulan
bahwa terdapat
perbedaan
kelancaran
produksi ASI
yang signifikan
antara pre
intervensi
dengan
kelancaran
produksi ASI
post intervensi.
Sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
pemberian
massage
punggung dapat
meningkatkan
kelancaran
produksi ASI.
Ambon
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada Masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu
perawat dengan bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan uterus,
pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.
b. Periode early post partum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini perawat dan bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan cairan dan makanan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late post partum (1 minggu – 5 minggu)
Pada m\periode ini perawat dan bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
1) Perubahan Uterus
12
tergantung pada keadaan sebelum melahirkan. Pelvis ginjal dan ureter yang
teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu
keempat setelah melahirkan.
d. Perubahan Tanda-Tanda Vital Pada Masa Post Partum
Pada ibu pasca persalinan, terdapat beberapa perubahan tanda-tanda vital sebagai
berikut :
1) Suhu
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38 0C,
sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubhan hormonal.
Jika terjadi peningkatan suhu 380C yang menetepkan 2 hari setelah 24 jam
melahirkan, maka perlu di perkirakan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis
(infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan
endometritis), dan pembengkakan payudara.
2) Nadi
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan
adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan
dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Keadaan ini bias
berhubungan dengan penurunan usaha jantung, perubahan volume darah, yang
mengikuti pemisahan plasenta dan kontraksi uterus dan peningkatan stroke
volume. Terakhir di kurang terjadi, bila terjadi hubungan peningkatan
kehilangan darah.
3) Tekanan Darah
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami
hipotensi orthostik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanyat
pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil
pengukuran tekanan darah seharunya tetap stabil setelah melahirkan.
Penurunan tekanan darah bias mengidentifikasi penyesuaian fisiologis
terhadap penurunan tekanan intrapeutik atau adanya hipovelmia sekunder
yang berkaitan dengan hemorhagi uterus.
4) Pernafasan
15
Selama kelahiran dan masa post partum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500
ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan di asosiasikan
dengan peningkatan hematocrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan
akan kembali normal dalam 4-5 minggu post partum (Trisnawati, 2012).
i. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali (Mansyur,
2014).
4. Kebutuhan Dasar Ibu Post Partum
Ada beberapa kebutuhan dsar ibu dalam masa post partum, menurut (Suherni, 2012)
yaitu :
a. Gizi
Ibu post partum dianjurkan untuk makanan dengan diet berimbang, cukup,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, mengkomsumsi makanan
tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada bulan pertama, ^ bulan selanjutnya 500
kalori dan tahun kedua 400 kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter di dapat dari
air minym dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan
yang lain, mengkomsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari,
mengkomsumsi vitamin A 200.000 itu. Pemberian vitamin A dalam bentuk
supplement dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan
meningkatkan kelangsungan hidup anak.
b. Kebersihan Diri
Ibu post partum dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan
ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, menyarankan ibu
mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB dan BAK, paling tidak dalamwaktu3-
4 jam, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dngan sabundan air sebelum
menyentuh kelamin, anjurkan ibu tidak sering meyentuh luka episiotomy dan
laserasi, pada ibu post section caesaria (SC), luka tetap di jaga agar tetap bersih
dan kering, tiap hari di ganti pembalut.
c. Istrahat Dan Tidur
17
Ibu post partum di anjurkan untuk ostrahat yang cukup untuk mengurangi
kelelahan, tidur siang dan istrahat selagi bayi tidur, kembali ke kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat
menyediakan waktu untuk istrahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istrahat pada masa post partum dapat berakibat mengurangi jumlah ASI,
memperlambat ovulasi, yaitu akhirnya bias menyebabkan perdarahan dan depresi.
d. Eliminasi BAB Dan BAK
Buang air kecil (BAK) dalam enam jam ibu post partum harus sudah BAK
spontan, kebanyakan ibu post partum berkemih spontan dalam waktu 8 jam, urine
dalam jumlah yang banyak akan di produksi dalam waktu 12-36 jam setelah
melahirkan, ureter yang berdiltasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu.
Selama 48 jam pertama post partum, terjadi kenaikan diuresis sebagai berikut :
penguraan volume darah ibu, autolysis serabut otot uterus. Buang air besar (BAB)
biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edma persalinan, diet cairan, obat-obatan
analgetik, dan perenium yang sangat sakit, bila lebih 3 hari belum BAB bias di
berikan obat laksantia, ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam
regulasi BAB, Asupan ciran yang adekuat dan diet tinggi serta sangat di anjurkan.
e. Pemberian Asi
Hal-hal yang perlu di kepada ibu post partum yaitu : menyusui bayi setelah lahir
minimal 30 menit bayi telah disusukan, ajarkan cara menyusui yang benar,
memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain, menyusui tanpa
jadwal, sesuka bayi (on demand), di luar menyusui jangan memberikan
dot/comping pada bayi, tapi berikan dengan sendok, penyapihan bertahap
meningkatkan frekuensi pemeberian ASI.
f. Keluarga Berencana
Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun. Pada dasarnya ibu
tidak mengalami ovulasi selama menyusui esklusif atau penuh 6 bulan ibu belum
mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi). Meskipun setap metode kontrasepsi
beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman. Jelaskan pada ibu
berbagai macam metode kontrasepsi yang di perbolehkan selama menyusui.
18
ASI peralihan adalah air susu ibu yang keluar setelah kolostrum. ASI peralihan
diproduksi 8-20 hari dengan kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air yang
tinggi, dan kadar protein, mineral lebih rendah (Widuri, 2013).
c. Mature Milk (ASI Matang)
ASi matang adalah air susu ibu yang dihasilkan sekitar 21 hari setelah melahirkan
dengan kandungan sekitar 90% air untuk hidrasi bayi dan 10% karbohidrat,
protein, dan lemak untuk perkembangan bayi (Widuri, 2013). ASI matang
memiliki 2 tipe yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk diproduksi pada awal
menyususi dengan kandungan tinggi protein, laktosa, dan nutrisi lainnya namun
rendah lemak, serta komposisi lebih encer. Sedangkan hindmil diproduksi
menjelang akhir menyusui akhir dengan kandungan tinggi lemak (Astutik, 2014).
Kanndungan garam dan miniral pada ASI relative rendah karena ginjal bayi
belum dapat mengonsentrasi air kemih dengan baik. Kandungan garam dan
mineral pada ASI kalsium, kalium, natrium, tembaga, zat besi dan mangan.
5) Vitamin
Vitamin pada ASI diantarannya vitamin D, E, K.
b. Zat Protektif
1) Lactotobasillus Bifidus
Lactotobasillus Bifidus berfungsi mengubah laktosa, menjadi asam laktat dan
asam asetat yang menyebabkan saluran pencernaan menjadi lebih asam untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
2) Laktoferin
Laktoferin berikatan dengan zat besi untuk menghambat pertumbuhan kuman
tertentu seperti E, coli dan menghambat pertumbuhan jamur kandida.
3) Lisozim
Lisozim merupakan faktor protektif terhadap serangan bakteri pathogrn serta
penyakit diare.
4) Komplemen C3 dan C4
Komplemen C3 dan C4 brfungsi sebagai daya opsonic, anafilaktoksik, dan
kemotaktik.
5) Faktor Antistreptokokus
Antistreptokokus melindungi bayi terhadap infeksi kuman steptokokus.
6) Antibodi
Antibodi dalam ASI dapat bertahan didalam saluran pencernaan bayi dan
membuat lapisan pada mukosannya sehingga mencegah bakteri pathogen atau
enterovirus masuk ke dalam mukosa usus.
7) Imunitas Seluler
Imunitas seluler berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme
membetuk C3, C4, lisozim, serta laktoferin.
22
10) Mengandung asam lemak yang di perlukan untuk pertumbuhan otak sehingga
bayi dengan pemberian ASI esklusif potensial lebih pandai.
11) Menunjang perkembangan kepribadian dan kecerdasan emosional, kematangan
spiritual dan hubungan social yang baik (Utami Roesli, 2015)
c. Berat Lahir
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang
lebih rendah di bandingkan dengan bayi yang berat lahir normal. Kemampuan
menghisap lebih rendah akan mempengaruhi stimulasi hormone prolktin dan
oksitosin dalam memproduksi ASI.
d. Umur Kehamilan Saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini di karenakan
bayi yang lahir premature (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah
dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah
dari pada bayi yang lahir tidak premature. Lemahnya kemampuan menghisappada
bayi premature dapat disebabkan oleh berat badan yang rendah dan belum
sempurnanya fungsi organ (Khamzah, 2012).
e. Keteganggan Jiwa Dan Fikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan ibu yang selalu dalam
keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan ketegangan emosional akan
menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Umtuk
memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
25
b. Payudara Bengkak
Penyebabnya :
26
Pemberian ini terjadi karena ASI tidak disusukan secara adekuat, sehingga sisa
ASI terkumpul pada ductus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Pembekakan ini terjadi pada hari ketiga dan keempat.
b. Caranya :
1) Cuci tangan.
2) Siapkan posisi pasien degan nyaman duduk/terlentang.
3) Membuka BH pasien dan tutup kembali dengan kain.
4) Pasangkan waslap kepada kedua tangan.
5) Celupkan waslap pada baskom yang berisi air hangat
30
Meliputi kepuasan dan kesenangan, laju pertumbuhan, hubungan usia dengan berat
badan, status neurologic, status pernafasan, reflex menghisap, adanya faktor-faktor
yang menghambat pengisapanyang benar (celah bibir, celah palatum), pemberian
makan sebelumnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang di temukan :
a. Ketidaklancaran pengeluaran ASI berhubungan dengan suplay ASI tidak lancar.
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan terbatasnya aktivitas fisik yang di
tandai dengan tirah baring
c. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
3. Rencana Keperawatan
a. Ketidaklancaran pengeluaran ASI berhubungan dengan suplay ASI kurang lancar,
Rencana tindakan keperawatan yang di lakukan dengan tujuan setelah di lakukan
tindakan keperawatan di harapkan meyusui atau pemberian ASI menjadi efektif.
Kriteria Hasil :
1) Tidak terjadi pembengkakakn payudara.
2) Produksi ASI meningkat dan keluar.
3) Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri setalah di tekan.
4) Bayi mau menetek.
Intervensi Keperawatan :
1) Anjurkan pada klien untuk menyusui bayinya secara teratur dan sesering
mungkin.
Rasional : untuk merangsang produksi ASI dan mengurangi resiko
terjadinya pembengkakan pada payudara.
2) Anjurkan klien untuk tidak menggunakan Bra yang terlalu kencang,
Rasional : Dengan pelindung putting dapat menyebabkan tekanan sehingga
menganggu proses laktasi.
3) Lakukan teknik massage punggung
Rasional : Untuk merangsang produksi ASI dan pengeluaran ASI klien.
32
Intervensi Keperawatan :
c. Nyeri berhubungan degan involusi uterus atau nyeri setelah melahirkan, Rencana
tindakan keperawatan yang di lakukan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4.
2) Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidaktegang, klien bisah tidur nyaman.
Intervensi Keperawatan :
33
air hangat di harapkan ibu post partum setelah persalinan dapat meningkatkan
mengeluarkan air susu ibu (ASI) dengan lancar.
G. Kerangka Konseptual
V. Independen V. Dependen
Asuhan
Ibu post partum Output/Hasil
Keperawatan
dengan Massage Pengeluaran ASI lancar
Punggung dan
Kompres Air hangat
payudara
: V. Dependen
: Output/Hasil
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penilitian
Salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan
metode atau pendekatan studi kasus (Case Study). Penelitian ini memusatkan diri secara
intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Metode studi
kasus memungkinkan peneliti untuk tetap holistik dan signifikan. Menurut Arikunto
(2013), metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam dalam
mengumpulkan data penelitian. Penelitian yang dilakukan penulis dengan judul Analisis
Pengembangan Proses Elemen-elemen mikro Concept Design di Perusahaan Start Up
adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan kasus. Penelitian kualitatif
adalah suatu penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif (penggambaran
yang berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari setiap perilaku orang-orang yang
diamati). Metode penilitian deskriptif pada hakikatnya adalah mencari teori, bukan
menguji teori. Metode ini menitiberatkan pada observasi dan suasana alamiah. Penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan dengan lebih teliti ciri-ciri individu, situasi, atau
kelompok (Hidayat, 2013).
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah klien Ny.X dengan post
partum dalam upaya memperlancar air susu ibu (ASI) dengan massage punggung dan
kompres air hangat payudara di Ruang Nifas RSU Al-Fatah Ambon.
36
C. Variabel Penelitian
Variabel pebelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang. Obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi terntentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiayono, 2012). Pada penelitian ini telah
di tentukan 2 variabel, yaitu variable bebas (independen) dan variabel terkait (dependen).
1. Variabel Independen
Variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen
(terkait). Variabel dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam
mempengaruhi variabel lain. Adapun yang termaksud variabel ini adalah massage
punggung dan kompres air hangat.
2. Variabel Dependen
Merupakan variabel dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel terkait.
Variabel ini bergantung dari variabel bebas terhadap perubahan. Adapun yang menjadi
variabel dependen dalam penelitian ini adalah klien ASI.
D. Definisi Operasional
1. Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang digunakan dalam merawat klien
dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Pengkajian adalah pendekatan sistematik untuk mengumpulkan data dari bebagai
sumber (Klien, keluarga, teman, dan perawat ruangan).
b. Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau maaslah
kesehatan klien baik actual dan potensi yang dialami klien.
c. Perencanaan Keperawatan adalah penyususnan tidakan keperawatan yang akan
dilakukan untuk menanggulangi masalah yang sesuai dengan diagnose
keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
37
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam peneliti ini adalah :
1. Format pengkajian, digunakan untuk mendapatkan data dari klien dan keluarga.
2. Tensimetr/steteskop, untuk mengukur tekanan darah/untuk mendengae bunyi jantung.
3. Arloji, untuk melihat waktu.
4. Thermometer, untuk mengukur suhu tubuh.
5. Alat-alat mengompres (baskom, waslap/kain, kasa/kain kecil, perlak dan alas).
6. Lation/minyak pijat.
7. SAP dan SOP.
8. Alat tulis, pena dan buku catatan.
H. Etika Penelitian
responden. Tujuan Informent Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode atau inisial nama
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu