Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian

Proses kehamilan, persalinan, nifas dan BBL merupakan suatu mata


rantai yang berkesinambungan dan berhubungan dengan kesehatan ibu dan
anak. Setiap prosesnya tidak dapat di pisahkan satu sama lain dan kondisi setia
proses akan mempengaruhi proses selanjutnya. Pada umumnya
kehamilan,persalinan, nifas , dan BBL merupakan suatu kejadian fisiologis yang
normal. Tapi kadang-kadang tidak sesuai dengan yang di harapkan.

Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa fisiologi dan alami. Kematian


ibu dan bayi di dalam persalinan terbanyak adalah akibat infeksi dan patologis.
Pada umumnya kehamilan, persalinan, nifas, dan BBL merupakan suatu
kejadian yang fisiologis dan normal. Tapi kadang-kadang tidak sesuai dengan
yang di harapkan. Maka dari itu diperlukan asuhan berkesinambungan, agar
tidak terjadi masalah yang tidak di harapkan.

Hamil dan melahirkan memang bukan merupakan suatu proses yang


mudah untuk dilalui. Kemungkinan adanya masalah tidak hanya bisa datang saat
hamil, tapi Anda juga dapat mengalami komplikasi saat proses melahirkan
berlangsung. Berbagai komplikasi persalinan yang umum terjadi. Risiko
munculnya komplikasi bisa datang kapan saja selama proses persalinan atau
melahirkan berlangsung. Khususnya pada beberapa kondisi tertentu yang
memang rentan terhadap komplikasi persalinan.

Tak hanya saat hamil, berbagai masalah juga bisa Anda alami setelah
Anda melahirkan. Hal ini terjadi karena tubuh mengalami berbagai perubahan
setelah tidak hamil lagi. Misalnya saja perubahan hormon. Beberapa faktor
lainnya juga bisa memengaruhi kondisi Anda setelah melahirkan

B. Rumusan masalah
 Untuk mengetahui masalah-masalah pada kehamilan
 Untuk mengetahui masalah-masalah pada persalinan
 Untuk mengetahui masalah-masalah pada nifas
 Untuk mengetahui masalah-masalah pada BBL ( Bayi Baru Lahir )
 Factor yang mempengaruhi
BAB II
ISI

Hamil dan melahirkan memang bukan merupakan suatu proses yang mudah
untuk dilalui. Kemungkinan adanya masalah tidak hanya bisa datang saat hamil, tapi
Anda juga dapat mengalami komplikasi saat proses melahirkan berlangsung. Berbagai
komplikasi persalinan yang umum terjadi. Risiko munculnya komplikasi bisa datang
kapan saja selama proses persalinan atau melahirkan berlangsung. Khususnya pada
beberapa kondisi tertentu yang memang rentan terhadap komplikasi persalinan.
Sebagai contoh, usia kehamilan sudah lebih dari 42 minggu, usia ibu yang
sudah cukup tua, ibu punya kondisi medis tertentu, dan lain sebagainya. Bahkan
kehamilan selama 9 bulan lamanya yang berjalan dengan lancar sekali pun tetap
berisiko mengalami komplikasi saat melahirkan atau persalinan nantinya.
Tak hanya saat hamil, berbagai masalah juga bisa Anda alami setelah Anda
melahirkan. Hal ini terjadi karena tubuh mengalami berbagai perubahan setelah tidak
hamil lagi. Misalnya saja perubahan hormon. Beberapa faktor lainnya juga bisa
memengaruhi kondisi Anda setelah melahirkan.
Kehadiran seorang bayi di tengah keluarga pasti akan mengundang sejuta rasa.
Bahagia, bangga, terharu, deg-degan, semua bercampur menjadi satu. Namun, di balik
tubuh mungilnya, bayi pun rentan terhadap berbagai masalah kesehatan. Ditambah lagi
dengan masih terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi, semakin menyulitkan
orangtua untuk memahami masalah yang dialami buah hatinya ini.
Bayi baru lahir mudah mengalami sakit. Untuk mencegahnya menjadi problem
kesehatan yang serius, sebaiknya segera memperhatikan benar kondisi fisik buah hati.
Tindakan selanjutnya segera bawa dia ke dokter dan usahakan tetap hangat selama
dalam perjalanan.

Perhatikan masalah kehamilan, persalinan, nifas dan BBL berikut ini :

A. IBU HAMIL
Masalah umum yang terjadi :
1. Ketika janin tidak bergerak
Pada usia 28 minggu kehamilan, bayi mulai bergerak aktif di rahim Bunda.
Pergerakan bayi di dalam perut yang aktif adalah sebuah ciri bahwa kandungan
sehat. Biasanya Bunda merasakan tendangan bayi di dalam kandungan. Pada
suatu hari tendangan itu tak terasa lagi dan bayi tampak terlalu anteng di dalam
perut. Segera periksakan ke dokter jika Bunda tidak merasakan adanya
pergerakan janin di dalam kandungan. Bayi memang bisa saja sedang tidur, tapi
Bunda akan tetap merasakan adanya pergerakan.
Dokter bisa memeriksanya lewat USG maupun mempelajari apa yang
terjadi pada bayi. Kalau bisa, catat perubahan yang terjadi pada perut setiap
menitnya.

2. Pendarahan
Saat sedang hamil, normalnya seorang perempuan tidak mengalami
pendarahan seperti saat sedang haid. Jika ada darah yang keluar dari rahim
Bunda, maka saatnya waspada dengan adanya masalah kehamilan yang
mungkin terjadi.
Jika darah yang keluar hanya berupa bercak, maka itu adalah hal yang
biasa. Namun jika darah yang keluar lumayan banyak, waspadai
kemungkinan abrupsio plasenta atau terlepasnya plasenta dari rahim.
Konsultasikan ke dokter mengenai abrupsio plasenta yang Bunda rasakan
berada pada stadium 1, 2, ataupun 3.

3. Kram
Kram perut saat sedang haid mestinya tidak dirasakan lagi saat sedang
hamil. Kram bisa jadi sebuah tanda bahwa ada masalah kehamilan. Jika kram
dirasakan sesekali, maka itu normal karena rahim kita juga perlu terbiasa dengan
pertumbuhan bayi. Namun jika kramnya dirasakan terus menerus dengan
melibatkan sakit punggung, maka Bunda patut curiga ada masalah kehamilan
yang terjadi.

4. Darah tinggi
Salah satu penyumbang kematian ibu saat melahirkan dan bayi adalah
saat ibu mengalami darah tinggi. Darah tinggi dapat menyebabkan kinerja
pembuluh darah jadi terbatas dan bayi yang dikandung juga berpotensi
kekurangan oksigen.

5. Kenaikan berat badan secara drastic


Banyak dokter kandungan yang menyarankan diet karbohidrat dan gula
agar berat badannya tak banyak naik. Selain untuk menghindari
adanyamacromesia, punya bayi yang terlalu besar juga akan membutuhkan jalan
lahir yang besar juga. Untuk dapat memulihkan kembali berat badan pasca
melahirkan dapat dilakukan dengan cara mengontrol pola makan saat
kehamilan. Jangan makan dua porsi dengan alasan ‘makan untuk dua orang’ ya
Bun.

6. Detak jantung bayi


Penting untuk mengetahui apakah detak jantung bayi normal atau tidak
saat melakukan USG. Detak jantung bayi yang tidak normal bisa jadi tanda
masalah kehamilan berupa plasenta abnormal atau masalah pada tali pusar
bayi.
7. Sakit di perut
Sakit di perut saat hamil bukanlah hal normal yang terjadi pada ibu hamil.
Bisa jadi ini adalah tanda awal terjadinya preeklamsia.

8. Demam
Demam tinggi bisa jadi salah satu ciri adanya infeksi yang terjadi di dalam
tubuh yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Perhatikan riwayat vaksin dan
konsultasikan ke dokter. Beberapa penyakit berbahaya yang mengincar
kandungan justru hanya diawali oleh demam biasa, misalnya Rubella.

9. Keluar cairan sebelum 37 minggu


Sedikit cairan yang keluar dari vagina masih normal. Namun, jika
cairannya yang keluar cukup banyak, artinya Anda harus segera membawanya
ke dokter kandungan.

10. Haus terus menerus


Haus saat kurang minum itu normal. Namun jika saat hamil Bunda juga
kurang buang air kecil, maka itu adalah tanda bahwa terjadi dehidrasi dalam
tubuh Bunda. Selain itu, penting untuk curiga adanya diabetes gestasional.
Segera konsultasikan pada dokter sambil membawa catatan banyaknya air yang
masuk dalam tubuh dan seberapa sering buang air kecil ya, Bunda.
Perut terlalu sakit, demam tinggi, haus, tidak adanya gerakan, keluar
cairan bening maupun pendarahan, adalah hal-hal yang bisa jadi tanda awal
adanya masalah kehamilan. Anda harus melatih kepekaan dan bersikap proaktif
pada dokter kandungan.

Masalah yang terjadi pada trimester 1, 2 dan 3


a) Trimester 1 ( 1-14 minggu )
Masalah kehamilan yang sering muncul pada trimester pertama adalah
mual-muntah atau morning sickness. Mual muntah ini disebabkan oleh
perubahan hormone sehingga organ pencernaan bekerja lebih cepat. Cara
mengatasinya adalah dengan makan sedikit demi sedikit tapi sering, hindari
makanan berlemak dan bersantan.
Gerak peristaltic usus yang melambat dapa menyebabkan masalah
kehamilan adalah sembelit. Makanan yang ada di usus besar dalam waktu
lamaakan mengeras karena banyak udara yang di serap kembali. Untuk
menghindari hal tersebut, harus menghindari mengonsumsi makanan berserat.

b) Trimester 2 ( 14-26 minggu )


Rahim yang terus membesar menyebabkan punggung menahan beban
berat. Akibatnya ibu mengeluh sakit punggung. Sebaiknya hindari duduk
danberdiri terlalu lama. Pebesaran perut juga menyebabkan masalah kehamilan
berupa gatal-gatal karena akan meninggalkan bekas kurang baik jika di garuk
menggunakn kuku. Ibu mungkin akan mengalami kram kaki dan varises sebagai
masalah kehamilan yang lain.

c) Trimester 3 ( 27 minggu hingga akhir kehamilan )


Pada trimester 3 ini ibu akan mengalami bengkak kaki. Bengkak di
sebabkan penumpukan cairan yang terjadi secara alami selama
kehamilan berlangsung. Pembengkakan akan semakin parah apabila
peredaran darah kurang lancar. Oleh karena itu letakan kai lebih tinggi
dari tubuh agar peredarandarah balik berjalan lancar.

B. PERSALINAN
Ada beragam komplikasi persalinan yang bisa terjadi pada Anda dan bayi, meliputi:
1. Persalinan tidak maju (failure to progress)
Melahirkan merupakan sebuah proses alami di mana setiap ibu bisa
melakukannya. Sebuah proses kelahiran yang lancar mungkin akan memakan waktu
selama beberapa jam saja.
Failure to progress atau yang dimaksud sebagai persalinan tidak maju (distosia)
adalah komplikasi melahirkan ketika total waktu yang dihabiskan mulai dari awal
pembukaan leher rahim, sampai bayi keluar terbilang cukup lama dari waktu normalnya.
Menurut American Pregnancy Association, persalinan dikatakan tidak maju jika
berlangsung lebih dari 20 jam untuk pengalaman melahirkan yang pertama. Sementara
jika sebelumnya Anda sudah pernah melahirkan, komplikasi persalinan tidak maju yakni
ketika memakan waktu lebih dari 14 jam.
Fase melahirkan yang dialami setiap wanita memang berbeda-beda. Jika
persalinan tidak maju berlangsung selama fase awal atau laten, biasanya tidak
langsung mengarah pada komplikasi.
Namun, bila terjadi pada fase melahirkan atau persalinan aktif, kondisi ini dapat
menyebabkan komplikasi sehingga memerlukan penanganan medis segera. Berikut
berbagai penyebab proses persalinan ibu tidak mengalami kemajuan karena adanya
komplikasi:
 Pelebaran leher rahim (serviks) lambat.

 Penipisan leher rahim (serviks) lambat.

 Ukuran tubuh bayi besar.

 Ukuran jalan lahir seperti vagina dan panggul kecil.


 Melahirkan kembar atau lebih dari satu bayi.

 Kondisi emosional yang dialami ibu, seperti stres, cemas, khawatir, dan lainnya.

 Konsumsi obat pereda nyeri, yang bisa membuat kontraksi rahim menjadi lambat
dan lemah.

 Proses melahirkan yang terlalu lama ini tentu tidak baik jika dibiarkan terus.
Pasalnya, risiko ibu mengalami infeksi (jika air ketuban sudah pecah) akan
semakin besar.

Maka itu itu, solusi pertama yang bisa Anda lakukan untuk mempercepat persalinan
akibat komplikasi persalinan ini yakni dengan berjalan-jalan santai, mandi air hangat,
atau beristirahat. Selanjutnya, dokter dan tim medis dapat memberikan obat untuk
memicu induksi persalinan, maupun menyarankan operasi caesar.

2. Bayi sungsang
Saat usia kehamilan Anda sudah mendekati waktu kelahiran, biasanya Anda
perlu memeriksakan diri Anda ke dokter untuk melihat posisi bayi. Tujuannya untuk
mengecek posisi bayi sudah berada di jalur yang sesuai untuk melahirkan, atau malah
sungsang alias kurang tepat.
Posisi bayi yang baik saat dilahirkan adalah kepala bayi berada di bawah dengan
wajah yang juga menghadap ke bawah. Sayangnya, tidak semua bayi berada di posisi
yang tepat untuk bisa langsung keluar dengan mudah saat melahirkan. Posisi bayi
sungsang merupakan salah satu komplikasi saat persalinan atau melahirkan,
contohnya ketika:

 Posisi tubuh bayi menghadap ke atas.

 Posisi bokong (frank breech) atau kaki (complete breech) yang akan keluar
pertama kali.

 Berbaring dengan posisi miring secara horizontal atau memanjang pada rahim,
dan bukan secara vertikal.

Jika posisi bayi sungsang, dokter biasanya menyarankan Anda untuk melakukan
berbagai cara guna mengembalikan bayi ke posisi yang seharusnya.
Namun, jika hal ini tidak berhasil dan posisi bayi masih sungsang saat akan
dilahirkan, komplikasi persalinan ini akan membuat proses melahirkan lebih rumit.
Melahirkan dengan operasi caesar mungkin direkomendasikan saat Anda mengalami
komplikasi persalinan ini.

3. Prolaps tali pusat


Selama dalam kandungan, tali pusat (tali pusar) merupakan tumpuan hidup bayi.
Tali pusat bertugas untuk mengalirkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke tubuh bayi.
Dengan begitu, bayi dapat tumbuh dan berkembang di dalam rahim ibu.
Terkadang selama proses melahirkan, tali pusat dapat masuk ke dalam leher
rahim atau serviks (prolaps tali pusat) terlebih dulu sebelum setelah air ketuban pecah.
Tali pusat bahkan bisa keluar lebih dulu melalui vagina dibandingkan bayi sehingga
menyebabkan komplikasi saat persalinan.
Mengalami komplikasi persalinan atau melahirkan ini tentu sangat berbahaya
bagi bayi karena aliran darah pada tali pusar bisa terhambat atau bahkan terhenti.
Pastikan Anda segera mendapatkan penanganan medis sedini mungkin saat komplikasi
persalinan ini terjadi.

4. Tali pusat melilit tubuh bayi


Posisi bayi di dalam kandungan tidak selalu diam dan tenang. Kadang kala, bayi
bisa bergerak dan berganti posisi, sehingga membuat tubuhnya terlilit tali pusatnya
sendiri. Tali pusat bisa melilit bayi dan terlepas dengan sendirinya berkali-kali selama
kehamilan. Namun, tali pusat yang melilit bayi selama proses persalinan dapat
menimbulkan komplikasi. Ini karena aliran darah untuk bayi bisa terganggu sehingga
membuat denyut jantung bayi menurun secara tiba-tiba (variable decelerations). Jika
detak jantung bayi terus memburuk selama persalinan dan bayi menunjukkan tanda-
tanda bahaya lainnya, melahirkan dengan operasi caesar bisa jadi jalan keluar terbaik
untuk mengatasi komplikasi persalinan ini.

5. Plasenta previa
Plasenta previa adalah satu dari beberapa komplikasi persalinan ketika posisi
plasenta menutupi sebagian atau seluruh leher rahim (serviks). Padahal seharusnya,
posisi plasenta di sebelah atas maupun samping rahim, sehingga tidak akan menutupi
jalan lahir bayi. Komplikasi dari plasenta previa berisiko mempersulit proses persalinan,
bahkan bisa menimbulkan perdarahan hebat sebelum atau selama proses melahirkan.
Berikut beberapa hal yang memperbesar peluang untuk mengalami komplikasi
persalinan berupa plasenta previa:
 Pernah melahirkan sebelumnya, terutama jika ini kali keempat atau lebih Anda
melahirkan

 Pernah mengalami plasenta previa, operasi caesar, maupun operasi rahim


sebelumnya

 Hamil bayi kembar

 Berusia lebih dari 35 tahun saat sedang hamil

 Memiliki fibroid

 Merokok

Salah satu gejala utama pada komplikasi persalinan berupa plasenta previa yakni
munculnya perdarahan tanpa adanya rasa sakit selama trimester ketiga kehamilan.
Dokter biasanya mengatasi kasus komplikasi persalinan karena plasenta previa dengan
cara:
 Perbanyak istirahat atau jika perlu dirawat di rumah sakit untuk memperbaiki
kondisi

 Pemberian transfusi darah

 Menyarankan untuk segera melahirkan, khususnya jika perdarahan tidak kunjung


berhenti atau denyut jantung janin tidak diketahui

 Apabila tidak segera ditangani, komplikasi persalinan plasenta previa dapat


meningkatkan risiko plasenta akreta. Plasenta akreta juga merupakan komplikasi
persalinan yang berpotensi mengancam jiwa. Hal ini dikarenakan plasenta, pada
plasenta akreta, tidak dapat dipisahkan dari dinding rahim.

6. Asfiksia perinatal
Asfiksia perinatal adalah kompliksi persalinan ketika bayi tidak mendapatkan
cukup oksigen di dalam kandungan selama proses melahirkan berlangsung. Asfiksia
perinatal juga bisa terjadi saat oksigen yang diperoleh bayi tidak memadai setelah
kelahirannya. Asfiksia perinatal merupakan salah satu komplikasi melahirkan atau
persalinan yang menjadi penyebab kematian pada bayi baru lahir. Selain karena kadar
oksigen yang rendah, bayi juga bisa mengalami komplikasi persalinan berupa asfiksia
perinatal karena peningkatan kadar karbon dioksia. Terlalu banyak jumlah asam di
dalam darah (asidosis) dan adanya masalah organ tubuh juga bisa mengakibatkan
munculnya komplikasi persalinan asfiksia pada bayi.
Komplikasi persalinan atau melahirkan yang satu ini biasanya disebabkan oleh
proses persalinan yang terhambat, sehingga membuat bayi tidak kunjung keluar. Atau
dalam kasus lainnya, bayi mungkin sudah hampir keluar tapi terhambat di tengah jalan
ketika persalinan. Dokter biasanya melakukan penanganan segera untuk kasus asfiksia
perinatal dengan memberikan oksigen kepada ibu dan operasi caesar. Setelah
melahirkan, pengobatan juga akan tetap dilakukan misalnya dengan memberikan
pernapasan mekanis maupun perawatan lainnya pada bayi.

7. Distosia bahu
Distosia bahu adalah komplikasi melahirkan atau persalinan ketika kepala bayi
sudah keluar dari vagina, tapi salah satu bahu masih berada di dalam vagina.
Komplikasi persalinan ini memang tidak terlalu umum atau jarang terjadi. Namun,
kebanyakan kasus distosia bahu dialami oleh wanita yang belum pernah melahirkan
sebelumnya dengan pintu panggul yang sempit atau berat bayi yang terlalu besar.
Sebagai penanganannya, dokter dan tim medis biasanya melakukan beberapa tindakan
ini untuk mempermudah kelahiran bayi dengan komplikasi persalinan distosia bahu:
 Mengubah posisi tubuh ibu saat proses persalinan.

 Memutar bahu bayi secara manual.

 Memperbesar vagina melalui pembedahan dengan cara mengguntingnya


(episiotomi) guna memberikan ruang bagi bahu bayi untuk keluar.

Jika berbagai cara di atas tidak berhasil, mungkin dokter akan merekomendasikan
operasi caesar untuk mengatasi komplikasi persalinan atau melahirkan berupa distosia
bahu. Adanya komplikasi pada proses persalinan akibat distosia bahu umumnya dapat
segera ditangani. Akan tetapi, jika denyut jantung bayi tampak tidak terdengar hal ini
bisa mengindikasikan adanya masalah medis lainnya.

8. Rahim robek (ruptur uteri)


Komplikasi persalinan rahim robek ketika melahirkan kemungkinan bisa terjadi
jika Anda sebelumnya pernah melakukan operasi caesar. Kondisi ini terjadi ketika
bekas luka tersebut terbuka di persalinan normal berikutnya. Di samping
mengakibatkan komplikasi persalinan berupa perdarahan hebat pada ibu, bayi di dalam
kandungan juga berisiko mengalami kekurangan oksigen. Bukan hanya karena pernah
menjalani operasi caesar, berikut beberapa faktor risiko lain yang bisa menyebabkan
rahim robek (ruptur uteri):
 Mendapatkan induksi persalinan.

 Ukuran tubuh bayi terlalu besar.

 Usia ibu di atas 35 tahun saat hamil dan melahirkan.

 Alat yang digunakan saat proses persalinan normal.

Dalam kondisi ini, dokter biasanya akan menganjurkan untuk segera melakukan
operasi melahirkan caesar. Itu sebabnya, ibu yang berencana untuk melahirkan normal
setelah caesar sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Dokter
dapat melakukan serangkaian pemeriksaan, dan kemudian menentukan keputusan
terbaik setelah melihat kondisi ibu dan bayi. Ada berbagai tanda-tanda rahim robek
yang merupakan salah satu komplikasi melahirkan atau persalinan, seperti:
 Detak jantung bayi tidak normal.

 Ibu mengalami nyeri atau sakit perut.

 Proses persalinan tidak kunjung mengalami kemajuan.

 Perdarahan pada vagina.

 Detak jantung cepat dan tekanan darah rendah pada ibu.

Dengan rutin melakukan pemeriksaan dan perawatan yang tepat, hal ini setidaknya
dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi persalinan yang serius karena rahim
robek.

9. Berat badan lahir rendah (BBLR)


Berat badan lahir rendah termasuk satu dari sekian macam komplikasi
melahirkan atau persalinan, khususnya pada bayi prematur. Bayi dikatakan prematur
ketika lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Selain itu, bayi dengan berat badan
lahir rendah juga bisa dialami oleh kelahiran kembar dua, tiga, atau lebih. Biasanya,
berat badan bayi yang lahir tergolong rendah yaitu jika beratnya kurang dari 2,5
kilogram atau 2.500 gram. Selain kelahiran prematur, komplikasi persalinan berupa
berat badan lahir rendah pada bayi juga bisa disebabkan oleh:
 Adanya masalah pada plasenta.

 Komplikasi saat proses melahirkan atau persalinan.


 Cacat lahir pada bayi.

 Asupan zat gizi yang buruk pada ibu.

 Ibu merokok, minum alkohol, maupun konsumsi obat-obatan selama kehamilan.

Kondisi BBLR yang dialami bayi baru lahir berisiko menimbulkan berbagai masalah
kesehatan. Hal ini meliputi perkembangan yang terhambat, munculnya komplikasi pada
kesehatan, serta kematian dini. Berikut berbagai risiko yang mungkin terjadi pada bayi:
 Infeksi saluran pernapasan, pencernaan, serta saraf.

 Kesulitan mendengar dan melihat (buta).

 Infeksi jantung.

 Sindrom kematian mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS).

Intinya, bayi yang lahir dengan berat rendah biasanya memiliki sistem kekebalan
tubuh yang lebih lemah ketimbang bayi dengan berat normal. Itulah mengapa bayi
BBLR cenderung lebih rentan terkena penyakit. Penanganan yang diberikan untuk bayi
dengan berat lahir rendah biasanya disesuaikan dengan kondisi yang dialaminya.
Umumnya, bayi diharuskan untuk mendapatkan perawatan sementara waktu di rumah
sakit sampai berat badannya kembali normal.

10. Perdarahan berat


Setelah bayi berhasil dilahirkan, perdarahan bisa terjadi pada ibu. Perdarahan
ringan normal terjadi tapi perdarahan berat dapat menjadi hal yang serius. Perdarahan
yang merupakan komplikasi persalinan atau melahirkan bisa terjadi setelah plasenta
dikeluarkan. Kontraksi uterus atau rahim yang lemah tersebut tidak mampu
memberikan tekanan yang cukup pada pembuluh darah. Khususnya tempat di mana
plasenta menempel pada rahim. Perdarahan yang berlebihan juga bisa disebabkan
oleh adanya bagian plasenta yang masih tersisa dalam rahim dan infeksi pada dinding
rahim. Kesemua hal ini dapat mengakibatkan pembuluh darah terbuka sehingga dinding
rahim terus mengeluarkan darah.
Komplikasi persalinan berupa perdarahan berlebih setelah melahirkan ini disebut
dengan perdarahan postpartum, yang terbagi menjadi dua jenis. Pertama, primer atau
langsung (perdarahan yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan). Kedua,
sekunder atau tertunda (perdarahan setelah 24 jam pertama sampai 6 minggu setelah
melahirkan).
Perawatan yang dilakukan dokter dan tim medis untuk mengatasi komplikasi
persalinan karena perdarahan ini, yakni:
 Pemberian obat-obatan.

 Pengangkatan plasenta yang tertinggal.

 Perawatan pada rahim.

 Melakukan tindakan pada pembuluh darah agar dapat menghentikan


perdarahan.

Perdarahan saat melahirkan yang terlalu banyak berisiko mengancam nyawa ibu,
melansir dari National Institute of Health. Namun, penanganan segera dari dokter dan
tim medis dapat membantu memperbaiki kondisi kesehatan ibu, sekaligus
mencegahnya bertambahnya parah.

C. NIFAS
1. Perdarahan
Perdarahan merupakan salah satu masalah setelah melahirkan yang sangat
umum terjadi. Namun, ini biasanya hanya terjadi sampai beberapa minggu setelah
melahirkan. Awalnya, perdarahan berwarna merah terang dengan sedikit gumpalan
darah, kemudian warnanya akan berubah menjadi lebih cerah sampai cokelat
kemerahan, dan lama-kelamaan akan hilang. Pada minggu ketiga sampai keenam,
perdarahan tersebut mungkin akan berhenti. Namun, jika yang terjadi adalah
perdarahan berat, sebaiknya segera periksakan diri Anda ke dokter. Perdarahan berat
biasanya ditandai dengan banyaknya darah yang keluar (dibutuhkan lebih dari satu
pembalut per jam untuk menampung darah), adanya gumpalan darah besar yang
keluar, dan tercium bau busuk.

2. Inkontinensia urin
Masalah setelah melahirkan lain yang umum terjadi adalah inkontinensia urin.
Inkontinensia urin umumnya terjadi pada ibu yang melahirkan normal. Hal ini membuat
Anda tidak bisa mengontrol buang air kecil saat tertawa, batuk, bersin, dan gerakan
mendadak lainnya yang “mengocok” perut.
Inkontinensia urin bisa terjadi karena otot dasar panggul yang menopang
kandung kemih menjadi lemah. Namun jangan khawatir , otot akan normal kembali
dalam beberapa waktu. Anda juga bisa melakukan latihan dasar panggul, seperti
latihan kegel, untuk membantu memperkuat otot dasar panggul kembali.

3. Hemoroid
Hemoroid atau ambeien adalah pembengkakan pembuluh darah di rektum. Hal
ini juga umum terjadi setelah melahirkan, terutama pada ibu yang melahirkan normal.
Bila Anda mengalami hemoroid, Anda mungkin akan mengalami nyeri dan gatal pada
anus, dan perdarahan saat buang air besar. Untuk meringankan gejala tersebut,
sebaiknya Anda makan banyak serat dan minum banyak air. Hal ini dapat memudahkan
Anda saat buang air besar. Selain itu, Anda juga bisa berendam air hangat untuk
meringankan nyeri dan gatal di anus.

4. Baby blues
Banyak ibu mengalami baby blues sekitar tiga sampai tujuh hari setelah
melahirkan. Perubahan hormon dalam tubuh dan perubahan status serta tanggung
jawab sebagai seorang ibu membuat banyak ibu merasa kaget. Untuk
mengekspresikan perasaan yang mereka rasakan, mungkin mereka akan menangis,
marah, merasa cemas, dan lainnya. Namun, ini biasanya hanya berlangsung beberapa
hari. Tapi, baby blues yang tidak bisa ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi
depresi postpartum. Biasanya kondisi ini terjadi pada tahun pertama setelah
melahirkan. Gejala dari depresi postpartum adalah insomnia, tidak tertarik melakukan
aktivitas apapun, nafsu makan berubah, merasa sedih terus-menerus, merasa gelisah,
cemas, dan mudah tersinggung, merasa bersalah, kesepian, dan ketakutan. Jika Anda
atau orang terdekat Anda mengalami gejala tersebut setelah melahirkan, sebaiknya
segera beri pertolongan medis.

5. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara sehingga membuat payudara
menjadi bengkak. Ini bisa disebabkan karena jaringan payudara luka atau terkena
infeksi. Biasanya terjadi pada ibu menyusui di dua bulan pertama setelah melahirkan.
Pada saat ini, ibu masih perlu adaptasi sebelum menemukan pola menyusui yang pas
untuk bayinya.
Biasanya mastitis berkembang pada salah satu payudara. Awalnya, payudara
hanya lecet, berwarna kemerahan, atau terasa hangat. Lama-kelamaan, ibu akan
merasa demam, menggigil, tidak enak badan, dan gejala lain seperti flu. Jika Anda
merasakan gejala tersebut, Anda bisa mengambil obat acetaminophen, seperti Tylenol,
untuk menghilangkan rasa sakit. Anda juga bisa mengompres payudara Anda yang
sakit dengan kompres dingin untuk meredakan nyeri dan perih.
6. Stretch mark
Ini mungkin menjadi masalah yang paling menjengkelkan bagi sebagian besar
ibu setelah melahirkan. Stretch mark biasa terjadi pada payudara, paha, pinggul, dan
perut ibu setelah melahirkan. Hal ini bisa disebabkan oleh perubahan hormon ketika
sudah tidak hamil lagi dan peregangan kulit saat hamil. Namun jangan khawatir, tanda
di kulit Anda ini bisa berkurang dengan pemberian krim, lotion, atau minyak tertentu,
tapi mungkin dalam waktu yang agak lama.
Namun jangan khawatir. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, semua
masalah setelah melahirkan ini tidaklah permanen dan dapat Anda lewati dengan
mudah.

Ada beberapa masalah nifas lainnya yang bisa jadi menimpa Moms. Berikut
daftarnya.

1. Jika Moms melahirkan secara caesar, ada rasa sakit dan nyeri di sekitar
sayatan operasi. Sedangkan bagi Moms yang melahirkan vaginal dapat
mengalami nyeri pada episiotomi atau robekan perineum.
2. Rasa sakit ketika buang air kecil. Jika masalah nifas ini terjadi, mungkin
Moms mengalami infeksi saluran kemih.
3. Nyeri di payudara yang disebut mastitis. Hal ini dapat terjadi ketika saluran
di payudara tersumbat.
4. Nyeri di perut bagian bawah. Hal ini bisa jadi pertanda peradangan di
lapisan rahim.
5. Perubahan penglihatan, pusing, sakit kepala parah, sakit di perut kanan
atas, kesulitan bernapas, kenaikan berat badan mendadak atau
pembengkakan di kaki, tangan atau wajah. Ini adalah tanda preeklampsia
postpartum, kondisi serius yang terjadi ketika memiliki tekanan darah tinggi
dan tanda-tanda bahwa beberapa organnya tidak berfungsi secara normal
setelah melahirkan.
6. Merasa sedih selama lebih dari 10 hari setelah melahirkan. Bisa jadi Moms
mengalami depresi pasca persalinan.

D. BBL
1. Jaundice

Adalah warna kuning yang terlihat pada kulit bayi baru lahir. Pertama kali muncul di
wajah, kemudian dada, perut, dan beberapa kejadian ada di bagian lengan dan kaki.
Bagian putih di mata juga bisa jadi kuning. Menurut Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), jaundice terjadi ketika bilirubin menumpuk di darah Si Kecil. Hal ini
terjadi karena hati belum cukup berkembang secara efisien mengeluarkan bilirubin dari
aliran darah.
2. Kulit membiru
Kaki dan tangan bayi bisa saja menjadi sedikit berwarna biru, tetapi tidak perleu
dirisaukan. Kalau tangan dan kakinya menjadi sedikit biru karena kedinginan, biasanya
akan segera kembali berwarna pink begitu mereka menghangat. Jika kulit terlihat biru
terus menerus, apalagi diikuti dengan kesulitan bernapas dan menyusu, ada
kemungkinan jantung atau paru-parunya tidak bekerja sebagaimana mestinya. Segera
konsultasikan kepada dokter, Moms.

3. Perut membuncit

Kebanyakan perut bayi secara normal terlihat membuncit terutama setelah banyak
menyusu. Di antara waktu menyusu, perut bayi yang baru lahir biasanya terasa lebih
lunak. Moms perlu berhati-hati bila perut Si Kecil terlihat besar dan saat dipegang
terasa keras, belum buang air besar selama lebih dari 1 hari atau muntah. Jika hal ini
terjadi, segera hubungi dokter anak. Bisa jadi ada masalah pencernaan yang lebih
serius.

4. Bekas forceps

Saat forceps digunakan untuk membantu proses persalinan, alat ini bisa
meninggalkan tanda merah atau bahkan goresan pada wajah dan kepala bayi.
Biasanya goresan akan hilang dalam beberapa hari. Kadangkala benjolan datar, keras,
timbul di satu area ini karena kerusakan minor pada jaringan di bawah kulit. Namun,
kondisi ini biasanya akan hilang dalam waktu 2 bulan.

5. Menangis berlebihan

Semua newborn menangis, tanpa alasan yang jelas. Bila Anda yakin Si Kecil sudah
disusui, disendawakan, dalam kondisi hangat, dan menggunakan popok bersih, cara
terbaik untuk menenangkan tangisannya adalah menggendong, bernyanyi atau
berbicara dengannya hingga ia berhenti menangis. Bila tangisannya terdengar aneh,
ada lengkingan sakit, bisa jadi tanda adanya masalah medis, Moms. Minta saran dari
dokter segera.
6. Cedera persalinan
Healthy Children menyebutkan, saat persalinan, newborn bisa mengalami cedera,
terlebih bila prosesnya cukup panjang, sulit, atau bayi berukuran sangat besar. Cedera
yang terjadi adalah salah satunya kelemahan otot. Disebabkan adanya tekanan yang
terjadi selama proses persalinan ataupun peregangan dari saraf yang melekat pada
otot. Minta bantuan dokter tentang cara mengasuh dan memegang bayi yang tepat.
7. Lesu dan selalu mengantuk
Setiap newborn menghabiskan banyak waktunya dengan tidur. Sepanjang ia bangun
setiap beberapa jam, menyusu dengan baik, terlihat kenyang, dan terjaga di siang hari.,
normal baginya untuk banyak tidur. Kalau Si Kecil jarang terjaga, tidak bangun dengan
sendirinya untuk menyusu, segera bawa ke dokter.

Nah, berikut 11 masalah lainnya pada bayi baru lahir dilansir dari informasi
Direktorat Bina Kesehatan Anak Departemen Kesehatan RI:
1. Kejang Masalah ini kadang sulit dibedakan dengan gerakan normal. Namun, bila
Anda melihat gejala atau gerakan yang tidak biasa terjadi berulang-ulang dan
tidak berhenti saat bayi disentuh atau dielus-elus, kemungkinan besar dia
mengalami kejang. Gejalanya berulang-ulang dalam rupa menguap,
mengunyah, mengisap, bola mata berputar-putar, kaki seperti mengayuh
sepeda, mata mendelik, dan berkedip.
2. Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum Kondisi ini
terjadi karena bayi mengalami infeksi berat.
3. Kondisi tubuh lemah Bayi bergerak saat hanya dipegang, hal ini menandai bayi
4. sakit berat.
5. Demam Apabila suhu tubuh lebih dari 37,5 derajat Celsius, bayi anda dipastikan
mengalami demam. Kondisi ini dapat terjadi sebaliknya jika tubuhnya terasa
dingin, dengan suhu tubuh kurang dari 36,5 derajat Celsius.
6. Sesak napas dan terus menerus merintih Ini menandakan bayi mengalami sakit
serius.
7. Pusar kemerahan hingga ke dinding perut Ini menandakan bayi terkena infeksi
berat.
8. Mata bayi bernanah banyak Bila tidak segera diobati, bayi terancam kebutaan.
9. Diare yang disertai dengan gejala mata cekung dan kondisi tidak sadar Jika
kulit perut bayi dicubit kembali dengan lambat, hal ini menandakan dia
mengalami kekurangan cairan dalam tahap kronis.
10. Feses bayi berwarna pucat
11. Kulit bayi terlihat berwarna kuning (jaundice) Warna kuning ini terjadi akibat
penumpukan zat kimia yang disebut bilirubin. Kuning pada bayi akan berbahaya
bila muncul kurang dari 24 jam setelah lahir, pada umur lebih dari 14 hari, dan
kuning sampai ke telapak tangan atau kaki
Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Kehamilan
 Usia ibu
Usia calon ibu merupakan salah satu factor paling umum terjadinya
kehamilan beresiko tinggi. Ibu yang melahirkan bayinya saat berusia 17
tahun ke bawah, atau usia 35 tahun ke atas akan memiliki resiko
komplikasi kehamilan yang lebih besar daripada mereka yang melahirkan
diantara usia 20-30 tahun.

 Kondisi medis sebelum kehamilan


Ada beberapa kondisi medis sebelum kehamilan yang dapat
membuat kehamilan beresiko tinggi terjadi. Misalnya; tekanan darah
tinggi, masalah paru-paru, ginjal, jantung, diabetes, PMS, dan infeksi
kronis seperti HIV/AIDS.

 Kondisi medis yang terjadi selama kehamilan


 Preeclampsia; sindrom di masa kehamilan yang mengakibatkan
tekanan darah itnggi, meningkatnya jumlah protein di dalam urin
dan beberapa bagian tubuh membengkak.
 Diabetes gestasional; peningkatan kadar gula darah saat hamil
 Persalinan premature
 Plasenta previa; kondisi dimana plasenta menutupi leher Rahim.
2. Persalinan
 Kekuatan his dan mengejan

3. Nifas
 Factor fisik
 Kelelahan

4. BBL
 Berat badan lahir rendah
 Hipotermi
 Dll
Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Old ( 1988 ), bobak dan
jensen ( 1993 ).
I. Member pelayanan
Sebagai seorang perawat maternitas harus bisa memenuhi setiap kebutuhan
yang di butuhkan baik ibu hamil, persalinan, ataupun nifas

II. Advocate, Pendidik dan change agent


Bagaimana seorang perawat memberikan health aducation kepada para calon
ibu ataupun bagi ibu-ibu yang baru melahirkan agar tidak terjadi ataupun tidak
menimbukan masalah-masalah yang merugikan baik dari pihak ibu ataupun bayi.

III. Peneliti
Bagi para perawat akan merasa tertantang jika mendapatka masalah yang
belum ernah di dapatkan dan meneliti untuk dapat menyelesaikan masalah pada
ibu dan anaknya hingga bia menjadi suatu pelajaran baru untuk perawat
maternitas.
BAB III
KESIMPULAN

A. kesimpulan
untuk para calon ibu, agar sellalu memperhatikan kondisi baik fisik dan ental
agar tidsk terjadi masalah-masalah yang tidak di harapkan. Dan apabila ada
informasi yang tidak di ketahui, segera konsulkan kepada yang lebih mengetahui
seperti halnya bidan dan dokter kandungan ,
KEPERAWATAN MATERNITAS
Masalah-masalah yang terjadi saat hamil. Persalinan, nifas dan
BBL
Serta factor yang mempengaruhi.

DISUSUN OLEH :
WA ODE USWATUN HASANAH
NURITA LUMAELA
WA ODE WULAN
NANDA W. W. MAMANG
DEWI SARTIKA
NAEMA SALATUTIN

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKPER RUMKIT TK III Dr. J. A. LATUMETEN
AMBON
2020

Anda mungkin juga menyukai