Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN KMB II

PADA Tn. L.W. DENGAN MASALAH ISK


DI RST AMBON

Disusun oleh :

Gesang Arif Wibowo


124021 2018 021

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKPER RUMKIT TK III Dr. J. A. LATUMETEN
AMBON
2O2O
A. Pengertian

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran
kemih. (Enggram, Barbara, 1998)

B. Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut :

1. Kandung kemih (sistitis)


2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:


1. ISK uncomplicated (simple)

ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic
maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.

2. ISK complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi
bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:

a) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi,
atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b) Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c) Gangguan daya tahan tubuh
d) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang
memproduksi urease.

C. Etiologi

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:

a) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated


b) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
c) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:

a) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif
b) Mobilitas menurun
c) Nutrisi yang sering kurang baik
d) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e) Adanya hambatan pada aliran urin
f) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

D. Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen.

1) Secara asending yaitu:


a) Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
b) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.

2) Secara hematogen yaitu:

Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga


mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi
kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
a) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang tidak lengkap atau kurang efektif.
b) Mobilitas menurun
c) Nutrisi yang sering kurang baik
d) System imunnitas yng menurun
e) Adanya hambatan pada saluran urin
f) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi
terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara
hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi
predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai
hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan
hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
E. Tanda dan Gejala

1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :


a) Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
b) Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
c) Hematuria
d) Nyeri punggung dapat terjadi
2. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
a) Demam
b) Menggigil
c) Nyeri panggul dan pinggang
d) Nyeri ketika berkemih
e) Malaise
f) Pusing
g) Mual dan muntah

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Urinalisis
a) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar
(LPB) sediment air kemih
b) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a) Mikroskopis
b) Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) :
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c) Tes- tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi
juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
G. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap
flora fekal dan vagina.Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat
dibedakan atas:
a) Terapi antibiotika dosis tunggal
b) Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c) Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d) Terapi dosis rendah untuk supresi

Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika


kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu,
abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi
urin, terapi preventif dosis rendah. Penggunaan medikasi yang umum mencakup:
sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra),
kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri
ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat infeksi. Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan
kemungkina adanya:
a) Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
b) Interansi obat
c) Efek samping obat
d) Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal

Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
a) Efek nefrotosik obat
b) Efek toksisitas obat\
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

A. Pengkajian
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
a) Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
b) Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial
a) Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ?
b) Imobilisasi dalam waktu yang lama ?
c) Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
a) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
b) Adakah disuria?
c) Adakah urgensi?
d) Adakah hesitancy?
e) Adakah bau urine yang menyengat?
f) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
g) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah ?
h) Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas ?
i) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:
a) Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah
dilakukan?
b) Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.

B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,
kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung
kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

C. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,
kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil :

a. Nyeri berkurang / hilang saat dan sesudah berkemih

Intervensi:

a) Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran
setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan
b) Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri.
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
c) Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d) Berikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
e) Jika dipaang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih
dan naik ke saluran perkemihan.
f) Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri.

2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung


kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil :
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi,
oliguri, disuria)
Intervensi:

a) Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin


Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b) Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
c) Kaji keluhan pada kandung kemih
Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung
kemih/ginjal)
d) Observasi perubahan tingkat kesadaran
Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat
menjadi toksik pada susunan saraf pusat
e) Kolaborasi:
i. Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal
ii. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan
sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.
Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan
masukan sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran
kemih.

3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
KriteriaHasil : menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana
pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.

4. Intervensi:
a) Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui
tentang penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang
penyakitnya.
b) Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pilihan beradasarkan informasi.
c) Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan,
gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan,
perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.
d) Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak
kurang lebih delapan gelas per hari.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit
mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
e) Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan
masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan
dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA

 Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa,
Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
 Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
 Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
 Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah.
Edisi: 4. Jakarta: EGC
 Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
 Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

I. Identitas pasien
Nama : Tn. L.W
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Tanah Goyang
Tanggal masuk : 20 -09-2020 pukul 11.00 wit
Tanggal pengkajian : 20- 09-2020 pukul 12.30 wit
Rumah sakit : RST AMBON
Ruangan : Kartika
Diagnosa medis : Benigna Prostat Hiperplasia
No. Register : -------------
Penanggung jawab : Ny.S.P
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan klien : ISTRI
Alamat : Tanah Goyang

II. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Keluhan utama masuk RS : Perut terasa nyeri serta pasien tidak bisa kencing

Keluhan utama saat pengkajian :


- Nyeri pada daerah kemaluan dan perut dekat kemaluan
- Nyeri menyebar ke paha dan pinggang
- Skala nyeri : sedang (5-6)
- Nyeri hilang timbul
- Kurang mampu melakukan aktivitas karena nyeri

Catatan kronologis
Pada tanggal 19-09-2020, kira- kira pukul 14.00 wit, pasien
merasa tidak bisa kencing, urin yang keluar sedikit dan menetes serta ada endapan berwarna
merah muda, ada rasa nyeri pada perut dekat kemaluan. Keluarga pasienpun membawanya ke
puskesmas terdekat dan diberikan obat. Namun, obat tersebut membuat pasien tak kunjung
sembuh. Akhirnya pada tanggal 20-09-2020, keluarga pasien memutuskan untuk membawa
pasien ke RST AMBON Tiba di RS pukul 11.00 wit. Setiba di IGD dokter dan perawat jaga
memberikan :
Terapi : - IVFD RL :D5% 2:1 20 tetes/menit
- cefotaxim 2x1 gram/12jam/IV
-Ranitidin 1 amp/12jam/IV
- Alinamin F 1 amp/tgc/drip
Tindakan yang diberikan:
- Pasang Kateter Fooley
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Pasien mengatakan tidak pernah masuk RS sebelumnya, tidak pernah mengalami
penyakit yang sama sebelumnya dan tidak pernah mengalami pembedahan. Pasien
mempunyai riwayat hipertensi.
Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien.
IV. GENOGRAM

x x x x

77 60
x x x x

40 35 30

Keterangan :

= laki- laki

= perempuan

x = laki- laki meninggal

= perempuan meninggal
x
= Pasien
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
- Rambut
 Warna : hitam
 Tekstur : halus
 Distribusi : merata
 Penampilan : rambut rapi
- Mata
 Pupil : simetris
 Konjungtiva : anemis
 Pengeluaran sekret/ air mata :tidak ada
 Cekung : ya
 Odem : tidak
 Penglihatan : baik
 Penggunaan alat bantu : tidak ada
- Bibir
 Membran mukosa : kering
 Tekstur : kasar
 Peradangan : tidak ada
 Lesi : tidak ada
- lidah
 Warna : merah muda
 Tekstur : halus
 Peradangan : tidak ada
- Gigi
 Jumlah : 30 buah
 Masalah gigi : tidak ada
 struktur : rapi
 Peradangan : tidak ada
 Penampilan : bersih
 Kebersihan gigi : baik
2. Leher
- Pembesaran kelenjar : tidak ada
- Keluhan lain : tidak ada

3. Dada
- Retraksi : tidak ada
- Simetris : ya
- Frekuensi pernafasan : 24 x/ menit
- Tipe pernafasan : dada
- Masa abdomen : tidak ada
- Bunyi nafas tambahan : tidak ada
- Bunyi nafas : vesikuler
- Tekanan darah : 130/90 mmhg
4. Abdomen
- Pembesaran abdomen : Tidak ada
- warna kulit abdomen : normal
- Tekstur abdomen : halus
- Distensi abdomen : ya
- Nyeri tekan : nyeri tekan pada suprapubik
- Turgor kulit : baik
- Bunyi abdomen : timpani
5. Kulit
- Sianosis : tidak ada
- Suhu : 36,5
- Tanda Radang : tidak ada
6. Ekstremitas
- keluhan : lemas
- Warna jari dan kuku : merah muda
- Pucat : tidak ada
- Clubbing : tidak ada
- Frekuensi nadi : 90x/ menit
- Odem : tidak ada
- Kekuatan otot ekstremitas : kurang baik
- Tonus otot : sedang
- Tidak mampu mengangkat beban : mampu mengangkat benda yang ringan namun tremor
- Tidak mampu berjalan : mampu berjalan namun tremor
- Amputasi : tidak ada
- keterbatasan gerak : pasien dapat bergerak namun perlahan- lahan
Ambulasi
- gaya berjalan
 Kepala : normal
 Pandangan : baik
 Ekstremitas atas : tremor
 Ekstremitas bawah : termor
 Langkah : perlahan- lahan
 Kekuatan : sedang

7. Urogenetal
- apakah terpasang kateter : ya
- Jumlah intake dan output : intake; 6-7 gelas/ hari, output; ± 2000 ml/ hari
- apakah ada masa : tidak ada
- keluhan lain : nyeri pada daerah kemaluan dan perut dekat
kemaluan
VI. POLA AKTIVITAS SEHARI- HARI
AKTIVITAS SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Makan
- Pagi Roti Nasi + ikan + sayur
- Siang Nasi + ikan +sayur Nasi + ikan +sayur
- Sore Kasbi atau sagu Nasi + ikan + sayur
- Malam - -
-Frekuensi Makan 3x / hari 3x/ hari
- Jumlah Makan 1 porsi dihabiskan ½ porsi dihabiskan
- Keluhan Saat Makan Tidak ada keluhan Kurang nafsu makan

Minum
- Jenis Minuman teh dan air putih teh dan air putih
- Jumlah Minuman 7-8 gelas/ hari 7 gelas/ hari
- Keluhan Saat Minum Tidak ada Tidak ada

Eliminasi
- Frekuensi BAB 3x/ hari 1x/ hari
- Warna Feses Kuning Kuning kecoklatan
- Konsistensi Lembek Keras
- Keluhan BAB Tidak ada Sulit BAB
- Warna Urin Kuning Kuning ada endapan
- Keluhan BAK Tidak ada Terpasang kateter

Istirahat Dan Tidur


- Tidur Siang 14.00- 15.00 wit 13.30 – 14.30 wit
- Lama Tidur Siang 1 jam 1 jam
- Tidur Malam 22.00- 05.00 wit 22.00- 05.00 wit
- Lama Tidur Malam 7 jam 7 jam
- Keluhan Gangguan Tidur Tidak ada Tidak ada

Personal Higiene
- Frekuensi Mandi 2x/ hari 2x /hari
- Frekuensi Sikat Gigi 2x/ hari 2x/sehari
- Masalah Saat Mandi 2x/ hari 2x/sehari
Tidak ada Tidak ada

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


PEMERIKSAAN NILAI/ HASIL NILAI NORMAL
DIAGNOSTIK
HB 12,4 g/dl 13-16 g/dl
Leucosit 6800 5000- 10.000
LED
60 mm/jam 40mm/ jam
Trombosit
Waktu pembekuan 260.000 200.000- 450.000
Waktu pendarahan 9 menit 5- 14 menit
Gula darah waktu 3 menit 1-7 menit
SGOT 140 mg/dl < 120 mg/dl
SGPT 10 ul < 26 ul
Ureum 11,8 ul < 31 ul
Kreatinin 10 mg/dl 2
Foto thorax 0,8 mg/dl 0- 35 g/dl
Tb. paru 0,5- 1,1 mg/dl
Tidak ada kelainan

IX. TERAPI/ PENGOBATAN/ TINDAKAN KEPERAWATAN


 IVFD RL : D5 % 2: 1 20 tetes/ menit
 Cefotaxim 2x1 gr/12 jam/ IV
 Ranitidine 1 amp/ 12 jam/ IV
 Alinamin F 1 amp/ tgc/drip
 Artem 1 amp/ 12 jam
 Transamin 1 amp / 8 jam
 Pasang kateter

KLASIFIKASI DATA
DS : Pasien Mengatakan
 Nyeri pada daerah kemaluan dan  Kurang mampu melakukan
perut dekat kemaluan aktivitas karena nyeri
 Nyeri menyebar ke paha dan
pinggang
 Nyeri hilang timbul  Badan lemas
 Nyeri saat kencing
 sulit kencing

DO :
 Skala nyeri : sedang (5-6)
 Kelemahan fisik sedang
 pasien terpasang kateter
 Konjungtiva anemis
 Frekuensi pernafasan 24 x/ menit
 Tekanan darah : 130/90 mmhg
 Mata cekung
 Nyeri tekan pada suprapubik
 Frekuensi nadi : 90x/ menit
 Mampu mengangkat benda yang
ringan namun tremor
 Mampu berjalan namun tremor
 Pasien dapat bergerak namun
perlahan- lahan
 Ekstremitas atas dan bawah tremor
 Langkah berjalan perlahan- lahan
 Jumlah makanan 1 porsi
dihabiskan
 LED 60 mm/jam
 Gula darah waktu 140 mg/dl
 Ureum 10 mg/dl
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Ds: Pasien Mengatakan Distensi kandung kemih Nyeri
 Nyeri Pada Daerah Kemaluan Dan
Perut Dekat Kemaluan
 Nyeri Menyebar Ke Paha Dan
Pinggang
 Nyeri Hilang Timbul
 Kurang Mampu Melakukan
Aktivitas Karena Nyeri
 Nyeri Saat Kencing
Do:
 Skala nyeri : sedang (5-6)
 nyeri tekan pada suprapubik
2.  TTV :
TD : 130/90 mmHg Kelemahan fisik Intoleransi aktivitas
N : 90 x / menit
R : 24 x / menit
 Terpasang kateter
 LED 60 mm/jam
 GDS 140 mg/dl
 Ureum 10 mg/dl

Ds: pasien mengatakan


 Badan lemas
 Kurang mampu melakukan aktivitas
karena nyeri
 Aktivitas dilakukan dengan bantuan
orang lain
Do:
 Kelemahan fisik sedang
 Mampu mengangkat benda yang
ringan namun tremor
 Mampu berjalan namun tremor
 Pasien dapat bergerak namun
perlahan- lahan
 Ekstremitas atas dan bawah tremor
 Langkah berjalan perlahan- lahan
NCP
Nama : T n. L.W ruangan: Kartika
Umur : 35 tahun No reg: ------------
Jenis Kelamin : Laki-Laki
NO. Diagnosa Keperawatan TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
1. Nyeri berhubungan dengan distensi Nyeri berkurang dengan Mandiri:
kandung kemih ditandai dengan: criteria: 1.kaji nyeri, perhatikan 1. Memberikan informasi
Ds: Pasien Mengatakan  Pasien mengatakan lokasi dan intensitas untuk keefektifan intervensi
 Nyeri Pada Daerah rasa nyeri berkurang 3. beri posisi yang dan mengetahui seberapa jauh
Kemaluan Dan Perut Dekat pada daerah kemaluan nyaman untuk nyeri yang dialam
Kemaluan dan perut dekat mengurangi nyeri 3. untuk mengatasi rasa nyeri
 Nyeri Menyebar Ke Paha kemaluan 4. berikan tekhnik 4. meningkatkan relaksasi otot
Dan Pinggang  Nyeri tidak menyebar relaksasi pda pasie. dan mengatasi nyeri
 Nyeri Hilang Timbul kedaerah lain Kolaborasi: 5. untuk menghilangkan rasa
 Nyeri Saat Kencing  Skala nyeri 3 ringan 5. kolaborasi dengan nyeri
Do:  Ekspresi wajah tenang tim dokter dalam
 Skala nyeri : sedang (5-6)  Tak ada nyeri tekan pemberian terapi
 wajah tampak meringis pada suprapubik analgetik, seperti asam
 nyeri tekan pada suprapubik mefenamat 500mg 3x1
 TTV : tablet
TD : 130/90 mmHg
N : 90 x / menit
R : 24 x / menit
 Terpasang kateter
 LED 60 mm/jam
 GDS 140 mg/dl
 Ureum 10 mg/dl

Intoleransi Aktivitas b/d


2. Kelemahan fisik dan nyeri ditandai Pasien dapat beraktivitas Mandiri: 1. mengetahui seberapa jauh
dengan: seperti biasa dengan criteria: 1. kaji kemampuan kemampuan pasien dalam
Ds: pasien mengatakan  Pasien mengatakan pasien dalam melakukan aktivitas
 sedikit lemas secra verbal mengenai melakukan aktivitas sendiri
 Kurang mampu melakukan lemah berkurang
2. berikan bantuan 2. kebutuhan pasien dapat
aktivitas karena nyeri  Tonus otot baik
 Aktivitas dilakukan dengan  Ekstremitas atas dan dalam melakukan terpenuhi dan diharapkan
bantuan orang lain bawah tidak tremor aktivitas pasien merasa puas
Do: saat melakukan 3. Berikan motivasi dengan pelayanan yang
 Kelemahan fisik sedang aktivitas dan latihan dalam diberikan serta terdorong
 Mampu mengangkat benda  Aktivitas dapat memenuhi untuk melakukan aktivitas
yang ringan namun tremor dilakukan sendiri tanpa kebutuhan sendiri
 Mampu berjalan namun bantuan orang lain
4. tingkatkan aktivitas 3. meningkatkan semangat
tremor
 Pasien dapat bergerak pasien secara pasien agar lebih mudah
namun perlahan- lahan bertahap mandiri dalam memenuhi
 Ekstremitas atas dan bawah kebutuhan sehari- hari
tremor 4. agar tidak terjadi
 Langkah berjalan perlahan- kakakuan pada persendian
lahan
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALIASI
Nyeri berhubungan Hari/tanggal : Senin,20/09/2010 Hari/tangga:Senin, 20/90/2010
dengan distensi Pukul : 12.40 WIT Pukul : 14.00 wit
kandung kemih 1. Mengkaji nyeri,lokasi dan intensitas
Hasil : S: pasien mengatakan
- nyeri pada daerah kemaluan dan perut bawah dekat kemaluan - Nyeri berkurang
- skala nyeri (5-6) - Merasa nyaman
- Skala nyeri ( 5-6 )
Pukul 12.50 WIT
2. Mengatur posisi yang nyaman bagi pasien dengan posisi terlentang O:
Hasil : - Ekspresi wajah tenang
- pasien mangatakan rasa nyaman
- Pasien tampak rileks
- nyeri berkurang
- Terapi obat analgetik
Pukul :12.55 WIT ( asam mefenamat 500
3. Membantu pasien melakukan tehnik relaksasi,melakukan latihan napas gr ) 3x1 tablet
dalam
Hasil : A: Masalah sebagia teratasi
- pasien mau melakukannya
- pasien tampak rileks P: intervensi 1,4, dilanjutkan

Pukul :13.00 WIT


4. Memberikan terapi analgetik; asam mefenamat 500 gr 3x1 tablet
Hasil:
- pasien merasa nyeri berkurang
Intoleransi Hari/tanggal:Senin,20/09/2010 Hari/tanggal:Senin,20/09/2010
Aktivitas b/d Pukul 12. 40 wit Pukul 14.00 wit
Kelemahan 1. mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas S: pasien mengatakan
fisik dan nyeri Hasil : - Sedikit lemas
- pasien dapat mengangkat benda ringan seperti tas tapi tremor - Senang dengan motivasi
- pasien berjalan dengan bantuan orang lain yang diberikan dan akan
Pukul 12.45 wit berusaha
2. memberikan bantuan dalam melakukan aktivitas seperti membantu
pasien duduk O:
Hasil:
- pasien dapat melakukannya namun masih tremor - Pasien dapat melakukan
Pukul 12.47 wit aktivitas namun masih
3. Meningkatkan aktifitas pasien secara bertahap (dari duduk ke berdiri) tremor
Hasil : - Pasien mampu berdiri
- pasien mampu berdiri sendiri namun tremor sendiri namun tremor
- pasien mengatakan sedikit lemas
Pukul : 12.55 wit A: masalah sebagian teratasi
4. memberi motifasi dalam memenuhi kebutuhan
Hasil : P: intervensi 1,2,3 dilanjutkan
- Pasien senang dengan motifasi yang di berikan dan mengatakan
akan berusaha.
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALIASI
Nyeri berhubungan Hari/tanggal : Senin,20/09/2010 Hari/tangga:Senin, 20/90/2010
dengan distensi Pukul : 12.40 WIT Pukul : 14.00 wit
kandung kemih 1. Mengkaji nyeri,lokasi dan intensitas
Hasil : S: pasien mengatakan
- nyeri pada daerah kemaluan dan perut bawah dekat kemaluan - Nyeri berkurang
- skala nyeri (4) - Merasa nyaman
- Skala nyeri 4
Pukul :13.00 WIT
2. Memberikan terapi analgetik; asam mefenamat 500 gr 3x1 tablet O:
Hasil: - Teraoi obat analgetik
- pasien merasa nyeri berkurang ( asam mefenamat 500
gr ) 3x1 tablet

A: Masalah sebagian teratasi

P: intervensi 1,2 dilanjutkan


Intoleransi Hari/tanggal:Senin,21/09/2020 Hari/tanggal:Senin,21/09/2020
Aktivitas b/d Pukul 12. 40 wit Pukul 14.00 wit
Kelemahan 1. mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas S: pasien mengatakan
fisik dan nyeri Hasil : - Sedikit lemas
- pasien dapat mengangkat benda ringan seperti tas tapi tremor - Senang dengan motivasi
- pasien berjalan dengan menggunakan alat bantu yang diberikan dan akan
Pukul 12.45 wit berusaha
2. memberikan bantuan dalam melakukan aktivitas seperti membantu
pasien duduk O:
Hasil:
- pasien sudah dapat melakukannya sendiri dengan menggunakan - Pasien dapat melakukan
alat bantu aktivitas namun masih
Pukul 12.47 wit tremor
3. Meningkatkan aktifitas pasien secara bertahap (dari duduk ke berdiri) - Pasien mampu berdiri
Hasil : sendiri namun tremor
- pasien mampu berdiri sendiri dengan berpegangan pada alat bantu
- pasien mengatakan badanya sudah tidak lemas seperti kemarin A: masalah sebagian teratasi

P: intervensi 1,2,3 dilanjutkan


DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALIASI
Nyeri berhubungan Hari/tanggal : Senin,22/09/2010 Hari/tangga:Senin, 22/90/2010
dengan distensi Pukul : 12.40 WIT Pukul : 14.00 wit
kandung kemih 1. Mengkaji nyeri,lokasi dan intensitas
Hasil : S: pasien mengatakan
- nyeri pada daerah kemaluan dan perut bawah dekat kemaluan - Nyeri berkurang
- skala nyeri (3) - Skala nyeri 3

Pukul :13.00 WIT O:


2. Memberikan terapi analgetik; asam mefenamat 500 gr 2x1 tablet - Terapi obat analgetik
Hasil: ( asam mefenamat 500
- pasien merasa nyeri berkurang gr ) 2x1 tablet

A: Masalah teratasi

P: intervensi di hentikan
Intoleransi Hari/tanggal:Senin,22/09/2020 Hari/tanggal:Senin,22/09/2020
Aktivitas b/d Pukul 12. 40 wit Pukul 14.00 wit
Kelemahan 1. mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas S: pasien mengatakan
fisik dan nyeri Hasil : - sudah bisa berjalan
- pasien dapat mengangkat benda sedang sendiri secara pelan-
- pasien sudah bisa berjalan sendiri tapi secara pelan-pelan pelan
Pukul 12.45 wit
2. memberikan bantuan dalam melakukan aktivitas seperti membantu O:
pasien duduk - Pasien sudah bisa
Hasil: mengangkat benda yang
- pasien sudah dapat melakukannya sendiri berukuran sedang
Pukul 12.47 wit
- Pasien sudah bisa duduk
3. Meningkatkan aktifitas pasien secara bertahap (dari duduk ke berdiri)
Hasil : sendiri
- pasien mampu berdiri sendiri secara pelan-pelan - Pasien sudah bisa berdiri
sendiri secara pelan-pelan

A: masalah teratasi

P: intervensi di hentikan

Anda mungkin juga menyukai