Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :
SOFIYATUL HIDAYAH
(P27220019132)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2021
KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mokrovaskuler, makrovaskular, dan neuropati.
Kemudiana secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan
manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Diabetes melitus adalah
gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat
dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidakadekuatan penggunaan
insulin. Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan neurologis.
Fatimah, Restyana Noor. (2015).

B. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Klinis
a) DM
1. Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh obstruksi sel beta pulau Langerhans akibat proses
autoimun
2. Tipe II : NDDM
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan reistensi insulin.
Reistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati :
1) Tipe II dengan obesitas
2) Tipe II tanpa obesitas
b) Gangguan Toleransi Glukosa
c) Diabetes Kehamilan
2. Klasifikasi resiko statistic
a) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b) Berpotensi menderita kelinan glukosa
C. ETIOLOGI
Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun
1995 adalah :
a) DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)
1. Faktor genetik / herediter
Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-
sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah
perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah
pada penghancuran sel-sel beta. Penderita tidak mewarisi diabetes tipe
itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetic kearah terjadinya DM tipe 1.
2. Faktor infeksi virus
Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu
yang menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara
genetic.
3. Factor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan estruksi beta.
b) DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada
individu obesitas dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam
sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia
kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa. Factor
resiko yang berhubungan dengan DM tipe II yaitu usia, obesitas, riwayat
dan keluarga.
c) DM Malnutrisi
1) Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)
Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah
protein sehingga klasifikasi pangkreas melalui proses mekanik
(Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta menjadi
rusak.
2) Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)
Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel
Beta pancreas
d) DM Tipe Lain
1) Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll
2) Penyakit hormonal
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Fatimah, Restyana Noor, (2015) Manifestasi Diabetes Militus
dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin dengan gejala
dan tanda yaitu :
1) Poliuria : sering kencing
2) Polidipsi : timbul rasa haus terus enerus
3) Polipagia : rasa lapar yang semakin besar
4) Penurunan berat badan
5) Kelemahan, keletihan dan mengantuk
6) Malaise
7) Kesemutan pada ekstremitas, mata kabur, gatal, impotensi, peruritas
vulva.
8) Infeksi kulit dan pruritus
9) Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat

E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi DM tpe 1 adalah hiperglikemia terjadi karena produksi
glukosa tidak terukur oleh hati dan glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dihati meskipun tetap berada di dalam darah menimbulkan
hiperglikemia prospandial. Jika konsentrasi darah tinggi, maka ginja tidak
dapat menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar, sehingga glukosa
tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Saat glukosa yang di ekskresikan
ke dalam urin berlebih, maka ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan
dan elektrolit yang berlebih, keadaan ini disebut dengan diuresis osmotik.
Akibat dari kehilangan cairan berlebih ini, penderita akan mengalami
peningkatan berkemih (poliuria) dan rasah haus (podipsi). Defisiensi insulin
juga akan menganggu metabolisme protein daam lemak sehingga
menyebabkan penurunan berat badan. Akibat menurunnya simpanan kalori,
penderita dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia). dalam
keadaan normal, insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa
yang tersimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam
amino dan substansi lain), tetapi pada penderita defisiensi insulin proses
tersebut akan terjadi tanpa hambatan dan dapat menimbulkan
hiperglikemia. Selain itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Ketoasidosis yang disebabkan tersebut dapat
mengakibatkan munculnya nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi,
napas berbau aseton.
Sedangkan patofisiologi DM tipe 2 adalah faktor genetik yang
berpadu dengan faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, diet, tingginya kadar asam lemak bebas. DM tipe 2
disebabkan karena resistensi insulin dan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel, akibatnya
terbentuk suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intra
sel, sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasikan
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, maka harus meningkatkan
jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi karena sekresi insulin yang berlebihan dan
kadar glukosa akan memoertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Tetapi, jika sel B tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM tipe
2. Pada penderita DM tipe 2, mereka masih memiliki insulin dengan jumlah
yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton
yang menyertainya, karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM
tipe 2. perlu menjadi perhatian, DM tipe 2 harus selalu dikontrol karena
dapat menimbulkan masalah akut lain seperti sindrom Hiperglikemik
Hiporosmolar Non-Ketotik (HHNK). akibat dari intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif, maka DM tipe 2 dapat berjalan tanpa
terdeteksi, sehingga harus memperhatikan gejala yang dialami penderita.
(Edi Esrat. 2020)
F. PATHWAY
G.
Reaksi autoimun Obesitas, usia,
genetik
(DM tipe 1)
(DM tipe 2)
Sel B pankreas Sel B pankreas rusak
hancur Defisiensi insulin

Produksi glukosa
tidak terkendali
Liposis meningkat

Hiperglikemia
Produksi bahan
keton meningkat

Ginjal tidak Viskositas darah


Ketoasidosis dapat
menyerap
glukosa
Penurunan berat
Mual, muntah Aliran darah
badan Glukossuria melambat

Risiko Defisit nutrisi Ekskresi cairan


ketidakseimbangan elektrolit Iskemik jaringan
elektrolit berlebih

Peningkatan berkemih
Perfusi perifer
(poliuria) dan haus berlebih
tidak efektif
(polidipsi)

Ketidakseimbangan
kadar glukosa darah

Kerusakan vaskuler

Neuropati perifer

Kebas/ mati rasa


Prosedur
pembedahan
Ulkus

Leukosit meningkat
Gangguan integritas
kulit atau jaringan
Risiko infeksi
H. FAKTOR RESIKO
1. Riwayat seperti diabetes dalam keluarga
2. Obesitas
3. Umur
4. Hipertensi
5. Hyperlipidemia (kadar HDL rendah <35 mg/dl)
6. Kurang olahraga
7. Pola makan rendah serat

Faktor risiko yang tidak dapat berubah pada DM tipe 2 menurut American
Diabetes Association (ADA) meliputi :
1. Riwayat keluarga dengan DM
2. Umur ≥45 tahun
3. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir >4000 gram
4. Riwayat pernah menderita DM gestasional
5. Riwayat dengan berat badan rendah (<2,5 kg)

Faktor risiko yang dapat diubah meliputi :

1. Obesitas berdasarkan IMT ≥25 kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada
wanita dan ≥90 cm pada laki-laki
2. Kurangnya aktivitas fisik
3. Hipertensi
4. Dislipidemia
5. Diet tidak sehat

Faktor lain yang terkait risiko diabetes adalah :

1. Penderita Polycystic Ovarysindrome (PCOS)


2. Penderita sindrom metabolic
3. Memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah
puasa terganggu (GDPT) sebelumnya
4. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler, seperti stroke, PJK, atau
Peripheral Arterial Disease (PAD)
5. Konsumsi alcohol
6. Faktor stress
7. Kebiasaan merokok
8. Jenis kelamin
9. Konsumsi kopi dan kafein
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Diabetes militus bertujuan untuk mencegah komplikasi
dalam jangka panjang dan menghilangkan keluhan/gejala DM dalam jangka
pendek. Untuk penatalaksanaan mulai dari :
1. Medis
a. Terapi dengan insulin
b. Terapi obat antidiabetik oral, seperti : sulfonilurea, golongan
binguanid metformi, penghambat alfa glukosidase/acarbose,
thiazolidinediones
2. Diet
Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika
Merekomendasikan = 50 – 60% kalori yang berasal dari :
Karbohidrat 60 – 70%, Protein 12 – 20 %, dan Lemak 20 – 30 %
3. Latihan
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metablisme
istirahat, dapat menurunkan BB, stres dan menyegarkan tubuh. Latihan
menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah, dan hindari
latihan dalam udara yang sangat panas/dingin, serta pada saat
pengendalian metabolik buruk. Gunakan alas kaki yang tepat dan
periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan
4. Pemberian obat-obatan, pemberian obat obatan dilakukan apabila
pengcegahan dengan cara edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik
belum berhasil, bearti harus diberikan obat obatan
5. Pemantauan gula darah, pemantauan gula darah harus dilakukan secara
rutin ,bertujuan untuk mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika
dengan melakukan lima pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi
komplikasi.
6. Melakukan perawatan luka
7. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan TTV
8. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi
9. Mengelola pemberian obat sesuai program

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar gukosa darah, berupa kadar glukosa darah sewaktu dan kadar
glukosa darah puasa
2. Pemeriksaan fungsi tiroid, karena peningkaan aktivitas hormon tiroid
dapat mningkatkan glukosa darah dan kebutuhan insulin
3. Urine, dengan ditemukannya glukosa dalam urine
Kultur pus, untuk mengetahui jenis kuman pada luka da memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.

Fatimah, Restyana Noor. (2015).


K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Identitas penganggung jawab
3. Catatan masuk rumah sakit, diagnosa medis
4. Riwayat penyakit
5. Pola pengkajian fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pola ini berisi tentang persepsi, pemeliharaan, dan penanganan
kesehatan.
b. Pola nutrisi
Pola ini berisi tentang nafsu makan dan pola makan
c. Pola eliminasi
Pola ini berisi tentang pola BAK dan BAB.
d. Pola aktivitas dan latihan
Pola ini berisi tentang pola aktivitas dan latihan
e. Pola kognitif dan persepsi
Pola ini menggambarkan tentang fungsi dari panca indera
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pola ini berisi tentang sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan, harga diri, gambaran diri, dan perasaan terhadap
diri sendiri.
g. Pola tidur dan istirahat
Pola ini berisi tentang pola tidur dan istirahat
h. Pola peran dan hubungan
Pola ini berisi tentang keefektifan hubungan dan peran dengan
keluarga.
i. Pola seksual dan reproduksi
Pola ini berisi tentang masalah dalam seksualitas dan reproduksi.
j. Pola toleransi stress dan koping
Pola ini berisi tentang kemampuan untuk menangani stress.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pola ini berisi tentang spiritualitas dan nilai sistem kepercayaan.
6. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan umun
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) TTV
4) GDS
b. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : bentuk mesochepal / tidak, adanya lesi / tidak,
hematoma mmaupun ada kelainan bentuk kepala pasien seta
kedaan rambut pasien.
2. Mata : bentuk simetris / tidak, ada secret / konjungtiva
anemis / tidak
3. Hidung : bentuk simetris / tidak, ada polip / tidak, adanya
nyeri / tidak, ada secret / tidak
4. Telinga : ada ciran serumen / tidak, menggunakan alat
pendengaran bentuk telinga / tidak
5. Mulut : bibir kering / tidak, terdapat karies / tidak,
perdarahan gusi / tidak
6. Leher : ada pembesaran kelenjar tiroid / tidak, kaku leher /
tidak
7. Abdomen
Inspeksi : bentuk datar / tidak,
Auskultasi : suara bising usus berapa kali per menit
Palpasi : ada nyeri tekan/tidak
Perkusi : suara yang terdengar
8. Jantung
Inspeksi : denyutan ictus cordis terlihat / tidak
Palpasi : denyutan ictus cordis teraba di ICS berapa
Perkusi : batas-batas jantung
Auskultasi : suara yang terdengar
9. Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris / tidak
Palpasi : ada benjolan / tidak
Perkusi : suara yang terdengar
Auskultasi : ada suara tambahan/tidak
10. Integumen : warna kulit, jumlah rambut, lembab atau
tidak
11. Genetalia : ada lesi / tidak, genetalia bersih / kotor, ada
kelainan / tidak
12. Ekstermitas : kaji kekuatan otot, ada / tidak kejang

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037)
b. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027)
c. Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)
d. Gangguan Integritas Kulit Dan Jaringan (D.0129)
e. Defisit Nutrisi (D.0019)
f. Resiko Infeksi (D.0142)

3. INTERVENSI
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
DX
1. Keseimbangan elektrolit Pemantauan elektrolit (I.03122)
(L.03021) Observasi
Setelah dilakukan tindakan a. Identifkasi kemungkinan penyebab
keperawatan 2x24 jam ketidakseimbangan elektrolit
diharapkan dapat teratasi, b. Monitor kadar eletrolit serum
dengan kriteria hasil : c. Monitor mual, muntah dan diare
1. Keseimbangan elektrolit d. Monitor kehilangan cairan, jika perlu
meningkat e. Monitor tanda dan gejala hypokalemia (mis.
Kelemahan otot, interval QT memanjang,
gelombang T datar atau terbalik, depresi
segmen ST, gelombang U, kelelahan,
parestesia, penurunan refleks, anoreksia,
konstipasi, motilitas usus menurun, pusing,
depresi pernapasan)
f. Monitor tanda dan gejala hyperkalemia (mis.
Peka rangsang, gelisah, mual, munta,
takikardia mengarah ke bradikardia,
fibrilasi/takikardia ventrikel, gelombang T
tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS
tumpul, blok jantung mengarah asistol)
g. Monitor tanda dan gejala hipontremia (mis.
Disorientasi, otot berkedut, sakit kepala,
membrane mukosa kering, hipotensi
postural, kejang, letargi, penurunan
kesadaran)
h. Monitor tanda dan gejala hypernatremia
(mis. Haus, demam, mual, muntah, gelisah,
peka rangsang, membrane mukosa kering,
takikardia, hipotensi, letargi, konfusi, kejang)
i. Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis.
Peka rangsang, tanda IChvostekI [spasme
otot wajah], tanda Trousseau [spasme
karpal], kram otot, interval QT memanjang)
j. Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis.
Nyeri tulang, haus, anoreksia, letargi,
kelemahan otot, segmen QT memendek,
gelombang T lebar, kompleks QRS lebar,
interval PR memanjang)
k. Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia
(mis. Depresi pernapasan, apatis, tanda
Chvostek, tanda Trousseau, konfusi,
disritmia)
l. Monitor tanda dan gejala hipomagnesia (mis.
Kelemahan otot, hiporefleks, bradikardia,
depresi SSP, letargi, koma, depresi)

Terapeutik
a. Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2. Ketidakstabilan kadar Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
gluukosa darah (L.03022) Observasi
Setelah dilakukan tindakan a. Identifkasi kemungkinan penyebab
keperawatan 2x24 jam hiperglikemia
diharapkan masalah dapat b. Identifikasi situasi yang menyebabkan
teratasi, dengan kriteria kebutuhan insulin meningkat (mis. penyakit
hasil : kambuhan)
1. Koordinasi meningkat c. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
2. Haus menurun d. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis.
3. Kadar glukosa dalam poliuri, polidipsia, polivagia, kelemahan,
darah membaik malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
4. Kadar glukosa dalam e. Monitor intake dan output cairan
urine membaik f. Monitor keton urine, kadar analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi

Terapeutik
a. Berikan asupan cairan oral
b. Konsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
c. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi
ortostatik
Edukasi
a. Anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah
lebih dari 250 mg/dL
b. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri
c. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
d. Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu
e. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan
bantuan professional kesehatan)
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
c. Kolaborasipemberian kalium, jika perlu
3. Perfusi Perifer (L.02011) Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Setelah dilakukan tindakan
Observasi
keperawatan 2x24 jam
diharapkan masalah dapat a. Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer,
teratasi, dengan kriteria edema, pengisian kalpiler, warna, suhu,
hasil : angkle brachial index)
1. Kekuatan nadi perifer b. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
meningkat (mis. Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi
2. Edema perifer menurun dan kadar kolesterol tinggi)
3. Trugor kulit membaik c. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas
Terapeutik

a. Hindari pemasangan infus atau pengambilan


darah di area keterbatasan perfusi
b. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas pada keterbatasan perfusi
c. Hindari penekanan dan pemasangan
torniquet pada area yang cidera
d. Lakukan pencegahan infeksi
e. Lakukan perawatan kaki dan kuku
f. Lakukan hidrasi

Edukasi

a. Anjurkan berhenti merokok


b. Anjurkan berolahraga rutin
c. Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
d. Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
e. Anjurkan minum obat pengontrol tekakan
darah secara teratur
f. Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
g. Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang
tepat(mis. Melembabkan kulit kering pada
kaki)
h. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
i. Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi( mis. Rendah lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
j. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

4. Integritas Kulit dan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)


Jaringan (L.14125)
Observasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x24 jam
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas
diharapkan masalah dapat
kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan
teratasi, dengan kriteria
status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu
hasil :
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
1. Kerusakan jaringan
membaik Terapeutik
2. Kerusakan lapisan kulit
a. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
membaik
b. Lakukan pemijatan pada area penonjolan
tulang, jika perlu
c. Bersihkan perineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
d. Gunakan produk berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering\
e. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitive
f. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
kulit kering

Edukasi

a. Anjurkan menggunakan pelembab (mis.


Lotin, serum)
b. Anjurkan minum air yang cukup
c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
e. Anjurkan menghindari terpapar suhu
ektrime
f. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada diluar rumah

5. Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I. 03119)


Setelah dilakukan tindakan
Observasi
keperawatan 2x24 jam
diharapkan masalah dapat
a. Identifikasi status nutrisi
teratasi, dengan kriteria
b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
hasil :
c. Identifikasi makanan yang disukai
1. Porsi makan yang
d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dihabiskan lebih banyak
nutrient
2. Berat badan menigkat
e. Identifikasi perlunya penggunaan selang
3. IMT (Indeks masa
nasogastric
tubuh) membaik
f. Monitor asupan makanan
g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika


perlu
b. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
c. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
d. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
e. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
f. Berikan suplemen makanan, jika perlu
g. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu


b. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum


makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu

6. Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)


Setelah dilakukan tindakan
Observasi
keperawatan 2x24 jam
diharapkan masalah dapat
a. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat
teratasi, dengan kriteria
alergi
hasil :
b. Identifikasi kontraindikasi pemberian
1. Kadar sel darah putih
imunisasi
membaik
c. Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan
2. Demam menurun
ke pelayanan kesehatan
3. Kemerahan menurun
4. Nyeri menurun Terapeutik
5. Bengkak menurun
a. Berikan suntikan pada pada bayi dibagian
paha anterolateral
b. Dokumentasikan informasi vaksinasi
c. Jadwalkan imunisasi pada interval waktu
yang tepat
Edukasi
a. Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi,
jadwal dan efek samping
b. Informasikan imunisasi yang diwajibkan
pemerintah
c. Informasikan imunisasi yang
melindungiterhadap penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan pemerintah
d. Informasikan vaksinasi untuk kejadian
khusus
e. Informasikan penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
f. Informasikan penyedia layanan pekan
imunisasi nasional yang menyediakan vaksin
gratis
4. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai


tujuan yang tekah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan
atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang
disusun dalam tahap perencanaan kemudian mengakhiri tahap
implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon klien
terhadap tindakan tersebut.

5. EVALUASI
S : Data berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien (data subjektif)
O : Data berdasarkan hasil pengukuran langsung kepada pasien (data
objektif)
A: Suatu masalah/ diagnosis keperawatan yang masih terjadi/ baru
terjadi akibat perubahan status klien yang telah teridentifikasi datanya
dalam data subjektif dan objektif
P : Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi / menambahkan rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Aceh, Edi Esrat. 2020. LITERATURE REVIEW : ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN YANG MENGALAMI DM TIPE 2 DENGAN
KETIDAKPATUHAN DIIT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN TAHUN 2020. KARYA
TULIS ILMIAH. http://repo.poltekkes-
medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2972/1/Edi%20Esrat%20Aceh.pdf
(Diakses 7 September 2021)

Fatimah, Restyana Noor. (2015). “Diabetes Mellitus Tipe 2”. Artikel review : J
Majority Vol. 4 No. 5, online
(https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/615
/619 (diakses pada 7 September 2021)

Istianah, Isti; dkk. 2020. Mengidentifikasi Faktor Gizi pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Kota Depok Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Indonesia
(The Indonesian Journal of Health): X (2).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.


Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018 . Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai