Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN PADA RASA AMAN NYAMAN


(RESIKO INFEKSI)

Untuk memenuhi mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia 1

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Adisya Tiara Ari Pramita P27220019099

Febrina Wahyu Indahsari P27220019109

Nastiti Dyah Safitri P27220019124

Yesi Isdiarti P27220019138

JURUSAN D-IV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SURAKARTA

2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman Nyaman (Infeksi Resiko)
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. 
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
   

  Surakarta, Oktober 2019


   
                                                                                

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2

BAB II TINJAUAN KASUS...............................................................................3

A. Pengertian Infeksi..............................................................................3
B. Tanda-Tanda Infeksi..........................................................................3
C. Konsep Asupan Keperawatan ...........................................................6

BAB III ANALISIS KASUS...............................................................................11

A. Kasus..................................................................................................11
B. Pengkajian..........................................................................................11
C. Diagnosa ...........................................................................................12
D. Intervensi............................................................................................13
E. Implementasi......................................................................................14
F. Evaluasi..............................................................................................15

BAB IV................................................................................................................

A. Hasil Diskusi......................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut koziar (2010), mengatakan bahwa keamanan adalah keadaan
bebas dari segalah fisik fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar manusia
yang harus dipenuhi, serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sedangkan
kenyamanan sebagai suatu keadaan terpenuhi kebutuhan dasar manusia
meliputi kebutuhan akan ketentraman, kepuasan, kelegaan dan tersedia.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.
Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah
kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo / hipertermia. Hal ini
disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo / hipertermia merupakan kondisi
yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan
timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
Risiko infeksi adalah diagnosis keperawatan yang didefinisikan
sebagaikeadaan di mana seseorang berisiko diserang oleh agen oportunistik
atau pathogen (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasite lain) dari usmber
endogen atau eksogen. Yang sudah disetujui oleh NANDA pada tahun 1986.
Meskipun siapapun dapat terinfeksi oleh pathogen, pasien dengan diagnosis
ini beada pada resiko tinggi dan pengendalian infeksi tambahan harus
dipertimbangkan. Resiko infeksi tergantung pada sejumlah sumber endogen.
Kerusakan kuliat akibat sayatan serta usia yang sangat muda atau tua dapat
meningkatkan resiki infeksi pasien. Contoh-contoh factor resiko termasuk
penuruna sistem imun sekunder akibat penyakit, sirkulasi yang terganggu
sekunder akibat penyakit pembuluh darah perifer, gangguan integritas kulit
yang sekunder akibat pembedahan, atau kontak berulang dengan agen
menular.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan gangguan resiko infeksi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep risiko infeksi
2. Untuk mengatahui konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan resiko infeksi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Infeksi
Menurut kamus kedokteran Dorland (2012) infeksi
merupakan masuknya mikroorganisme yang memperbanyak diri di
jaringan tubuh yang menyebabkan peradangan. Infeksi adalah
penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat
sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara
bertahan hidup dengan berkembang biak pada suatu reservoir yang
cocok dan mampu mencari reservoir lainnya yang baru dengan cara
menyebar atau berpindah. Penyebaran mikroba patogen ini
tentunya sangat merugikan bagi orang-orang yang dalam kondisi
sehat, lebih-lebih bagi orang-orang yang sedang dalam keadaan
sakit. Orang yang sehat akan menjadi sakit dan orang yang sedang
sakit serta sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit
akan memperoleh “tambahan beban penderita” dari
penyebaranmikroba patogen ini.
B. Tanda-tanda Infeksi
Menurut Septiari (2012) tanda-tanda infeksi adalah sebagai
berikut :
1. Rubor (Kemerahan)
Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami
infeksi karena peningkatan aliran darah ke area tersebut
sehingga menimbulkan warna kemerahan.
2. Calor (Panas)
Kalor adalah rasa panas pada daerah yang mengalami
infeksi akan terasa panas, ini terjadi karena tubuh mengkompensasi
aliran darah lebih banyak ke area yang mengalami infeksi untuk

3
mengirim lebih banyak antibody dalam memerangi antigen atau
penyebab infeksi.

3. Tumor (Bengkak)
Tumor dalam konteks gejala infeksi bukan sel kanker
seperti yang umum dibicarakan akan tetapi pembengkakan yang
terjadi pada area yang mengalami infeksi karena meningkatnya
permeabilitas sel dan meningkatnya aliran darah.
4. Dolor (Nyeri)
Dolor adalah rasa nyeri yang dialami pada area yang
mengalami infeksi, ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi
bereaksi mengeluarkan zat tertentu sehingga menimbulkan nyeri.
Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa terjadi gangguan atau sesuatu
yang tidak normal jadi jangan abaikan nyeri karena mungkin saja
ada sesuatu yang berbahaya.
Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka
(suspectable host) akan berinteraksi dengan mikroba patogen, yang
secara alamiah akan melewati 4 tahap :
1. Tahap Rentan
Pada tahap ini pejamu masih berada dalam kondisi
yang relatif sehat, namun kondisi tersebut cenderung
peka atau labil, disertai faktor predisposisi yang
mempermudah terkena penyakit seperti umur, keadaan
fisik, perilaku / kebiasaan hidup, sosial-ekonomi, dan
lain-lain. Faktor-faktor predisposisi tersebut akan
mempercepat masuknya agen penyebab penyakit
(mikroba patogen) untuk dapat berinteraksi dengan
pejamu.
2. Tahap Inkubasi

4
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba pathogen
akan mulai beraksi, namun tanda dan gejala penyakit
belum tampak (subklinis). Saat mulai masuknya
mikroba patogen ke tubuh pejamu hingga saat
munculnya tanda dan gejala penyakit dikenal sebagai
masa inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit berbeda
dengan penyakit lainnya; ada yang hanya beberapa jam,
dan ada pula yang sampai bertahun-tahun
3. Tahap Klinis
Merupakan tahap terganggunya fungsi-fungsi organ
yang dapat memunculkan tanda dan gejala (signs and
symptomps) dari suatu penyakit. Dalam
perkembangannya, penyakit akan berjalan secara
bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit
masih ringan. Penderita masih mampu melakukan
aktivitas sehari–hari dan masih dapat diatasi dengan
berobat jalan. Pada tahap lanjut, penyakit tidak dapat
diatasi dengan berobat jalan, karena penyakit bertambah
parah baik secara objektif maupun subjektif. Pada tahap
ini penderita sudah tidak mampu lagi melakukan
aktivitas sehari–hari dan jika berobat, umumnya harus
melakukan perawatan.
4. Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan semua jenis penyakit pada suatu saat
akan berakhir pula. Perjalanan penyakit tersebut dapat
berakhir dengan 5 alternatif.
a. Sembuh sempurna
PenderitaSembuh secara sempurna, artinya
bentuk dan fungsi sel / jaringan / organ tubuh
kembali seperti semula saat sebelum sakit.
b. Sembuh dengan cacat

5
Penderita sembuh dari penyakitnya namun
disertai adanya kecacatan. Cacat dapat
berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun
cacat sosial.
c. Pembawa (carrier)
Perjalanan penyakit seolah–olah berhenti,
ditandai dengan menghilangnya tanda dan gejala
penyakit. Pada tahap ini agen penyebab penyakit
masih ada dan masih memiliki potensi untuk
menjadi suatu sumber penularan.
d. Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan
tanda dan gejala yang tetap atau tidak berubah
(stagnan).
e. Meninggal dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya
kegagalan fungsi-fungsi organ yang
menyebabkan kematian.

C. Konsep Asupan Keperawatan


1. Pengkajian (Referensi Fundamental of Nursing)
Mengkaji mekanisme pertahanan klien, kerentanan, dan
pengetahuan tentang bagaimana resiko infeksi ditularkan. Lakukan
pengkajian ulang penyakit dan riwayat perjalanan dengan klien dan
keluarga terhadap adanya paparan penyakit menular. Riwayat
imunisasi dan vaknin juga sangat berguna. Lakukan pengkajian
secara menyeluruh pada status klinis pasien untuk mengidentifikasi
resiko terkena infeksi. Analisis hasil laboraturium memberikan
informasi tentang pertahanan klien terhadap infeksi. Dengan
mengetahui factor-faktor yang meningkatkan kerentanan atau

6
resiko terkena infeksi. Anda dapat merencanakan intervensi yang
sesuai.
a) Status Mekanisme Pertahanan
Meninjau penemuan pengkajian fisik dan kondisi medis klien
untuk menentukan status mekanisme pertahanan terhadap
infeksi normal. Setiap penurunan dalam pertahanan primer atau
sekunder tubuh terhadap infeksi menempatkan individu pada
resiko tinggi
b) Kerentanan Klien
Factor yang memengaruhi kerentanan terhadap infeksi :
1) Usia
Pertahanan terhadap infeksi berubah seirirng usia (Lesser,
Paisusi, dan Leips, 2006).respons imun, biasanya imunitas
yang dimesiasi sel menurun.
2) Status Gizi
Perawat mengkaji asupan gizi klien dan kemampuan untuk
menoleransi makanan padat, klien yang memiliki kesulitan
menelan, ganggguan penceranaan, atau yang terlalu
dibingungkan dan lemah untuk memberi makan dirinya
sendiri, berisiko untuk mengalami asupan gizi yang tidak
adekuat. Rundingkan dengan ahli gizi untuk membatu
dalam menghitung jumlah kalori makanan yang dicerna.
3) Stress
Hormone adrenokortikotropik (ACTH) berperan
meningkatkan kadar glukosa serum dan menurunkan respon
antiinflamasi yang tidak diperlukan melalui pelepasan
kortison. Jika stress terus berlanjut maka peningkatan kadar
kortison menyebabkan kelelahan dimana cadangan energy
dan tubuh tidak memiliki ketahanan terhadap invasi
organisme.
4) Proses Penyakit

7
Klie dengan penyakit system immune biasanya berisiko
terkena infeksi. Sedangkan klien dengan penyakit kronis
juga lebih rentan untuk terinfeksi karena kerusakan luas dan
gangguan nutrisi, klien dengan luka bakar memiliki
kerentanan tinggi terhadap infeksi karena rusaknya
permukaan kulit. Semakin dalam dan luasnya luka, semakin
tinggi resiko terkena infeksi.
5) Terapi Medis
Perawat mengkaji riwayat klien untuk mengetahui obat-
obatan yang dikonsumsi pasien yang dapat meningkatkan
resiko infeksi yang meliputi obat herbal dan obat bebas.
Peninjauan terapi yang diterima dalam lingkungan
pelayanan kesehatan memperlihatkan resiko lebih jauh.
6) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala infeksi dapat bersifat local atau sistemik.
Infeksi local lebih banya ditemukan di daerah kulit atau
mukosa yang rusak. Infeksi sistemik menyebabkan gejala
yang lebih umum dibandingkan infeksi local. Infeksi
sistemik dapat terjadi setelah pengobatan infeksi local
gagal. Awasi perubahan tingkat aktivitas dan responsif
klien.
7) Data Laboratorium
Hasil laboratorium tidak cukup untuk mendeteksi infeksi.
Perawat perlu mengkaji tanda klinis lain. Nilai laboratorium
satu dengan yang lainnya berbeda sehingga penting untuk
mengetahui batas standar nilai laboratorium.
8) Klien dengan Infeksi
Beberapa klien dengan infeksi memiliki berbagai masalah.
Penting untuk mengajukan pertanyaan khusus untuk
mengkaji kebutuhan klien dan keluarga terkait dengan

8
status penyakit. Kebutuhan ini berupa kebutuhan fisik.
Psikologis, social, atau ekonomi.

2. Diagnosis Keperawatan (Referensi Fundamental of Nursing)


Selama pengkjian, kumpulkan data objektif, seperti insisi terbuka
atau penurunan asupan kaloti dan data subjektif seperti keluhan
pasien tentang rasa nyeri. Selanjutnya tinjau ulang dengan teliti,
cari kelompok karakteristik atau factor resiko yang menciptakan
suatu karakteristik yang dapat menunjukkan suatu diagnosis
keperawatan tertentu.

3. Intervensi Keperawatan (Referensi Fundamental of Nursing)


1) Tujuan dan Hasil
Rencana perawatan klien didasarkan pada setiap diagnosis
keperawatan dan factor terkait. Kembangkan suatu rencana
yang menentukan hasil yang realistic sehingga intervensi
menjadi bermanfaat dan terarah. Tujuan pelayanan umum yang
dapat diaplikasikan pada klien dengan resiko nyeri infeksi
adalah:
 Mencegah terpapar organisme infeksius
 Mengontrol dan mengurangi perluasan infeksi
 Mempertahankan ketahanan perluasan infeksi
 Mengungkapkan pemahaman tentang teknik pencegahan
dan control infeksi
2) Menentukan Priortas
Membangun prioritas untuk setiap tujuan pelayanan.
Priorita klien berubah seiring dengan perkembangan kesehatan
klien.
3) Pelayanan Kolaborasi
Perkembangan rencana perawatan termasuk penegahan dan
praktik control infeksi dari berbagai disiplin. Memilih

9
intervensi dalam bekerja sama dengan klen, keluarga, dan
pihak lainpada tim pelayanan kesehatan seperti ahli gizi dan
ahli terapi pernapasan. Selain itu, tenaga professional
pencegahan dan control infeksi atau perawatan pelayanan
dirumah berkolaborasi dalam pelayanan klien.
4) Evaluasi
Evaluasi keperawatan terhadap pasien dnegan masalah
resiko infeksi dilakukan dengan menilai kemampuan dalam
respon rangsangan infeksi, diantaranya : klien melaporkam
adanya penurunan rasa infeksi, mampu mempertahankan fungsi
fisik dan psikologis yang dimiliki, mampu menggunakan terapi
yang diberikan untuk mengurangi resiko infeksi

10
BAB III

ANALISIS KASUS

A. Kasus
Ny. S umur 55 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnose
stroke hemoragik, pasien tampak terpasang infus di tangan kiri, dan
terpasang NGT. Tekanan darah pasien saat ini 130/90 mmHg, nafas
20x/mnt, suhu 37˚C, nadi 90x/menit

B. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : perempuan

2. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
a. TD : 130/90 mmHg
b. RR : 20x/menit
c. Nadi : 90x/menit
d. Suhu : 37˚C

11
No Data Problem Etiologi
1 DS : - Stroke Hemoragik Tindakan Invansif
2 DO :
1. TD : 130/90
mmHg
2. RR : 20 x/menit
3. N : 90 x/ menit
4. S : 37,0˚C

3. Analisis data

C. Diagnosa
Dx : Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

12
Diagnosa Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Onec
No Keperawatan
1. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
berhubungan 1x24 jam masalah resiko tingkat infeksi
dengan tindakan konstipasi dapat teratasi 2. Ganti balutan
invasif dengan kriteria hasil : pada infus

1. Resiko infeksi 3. Edukasi keluarga


dapat terkontrol pasien tentang
2. Meminimalisir cara mencuci
kerusakan jaringan tangan yang
kulit benar
3. Nutrisi terpenuhi 4. Kolabolarsi
dengan dokter
tentang
penggunaan obat
antibiotic baik
oral maupun
salep.
D. Intervensi

13
E. Implementasi

No Tanggal, Implementasi Respon (SO) Paraf


jam
1. Mengobservasi S: -
tingkat infeksi O : daerah kulit sekitar infus
pasien tampak merah

2. Mengganti S:-
balutan pada O : balutan pasien sudah diganti,
infus dan pasien tampak lebih nyaman

3. Mengedukasi S : keluarga pasien mengatakan


keluarga pasien sudah mengetahui cara cuci
tentang cara tangan yang benar
mencuci tangan O: keluarga pasien sudah
yang benar mengetahui cara cuci tangan
yang benar

4. Mengkolabolarsi S : keluarga pasien mengatakan

14
dengan dokter pasien sudah minum obat yang
tentang diberikan
penggunaan O : pasien sudah minum obat
obat antibiotic sesuai dengan anjuran dokter
baik oral
maupun salep.

F. Evaluasi
No Tanggal, jam Evaluasi Paraf

1. S:-
O : tanda-tanda infeksi (merah) disekitar
kulit sudah berkurang
A : masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. Observasi tingkat infeksi
2. Ganti balutan pada infus
3. Kolabolarsi dengan dokter tentang
penggunaan obat antibiotic baik
oral maupun salep.

15
BAB IV
HASIL DISKUSI

Pertanyaan Oleh
Rachma Ayu Pamungkas (P27220019125)

1. Apa hubungan resiko infeksi dengan stroke hemoragik ?


Jawaban : Jadi, pada kasus tersebut tertuliskan pasien terpasang infus
dibagian tangan kiri, tindakan infus tersebut termasuk tindakan invasif.
Tindakan Invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien, sehingga apabila jaringan
kulit ini terbuka, mikroorganisme dari luar akan masuk kedalam kulit dan
dapat berakibat terjadi risiko infeksi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Interfensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Luaran Keperawatan


Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

File. Dokumen Tinjauan Pustaka. SRIFA MARSAOLY. 2016. Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta

Perry, Potter.2010. Fundamentals of Nursing Fundamental Keperawatan Bab 3


Jilid 7. Singapore : Elsevier (Singapore) Pte Ltd

17
File. Dokumen Karya Tulis Ilmiah. PRIANKA BAYU PUTRA. 2014. Universitas
Diponegoro

18

Anda mungkin juga menyukai