LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERGLIKEMIA
Oleh :
Jepri Agung Setia Budi
(2014.02.025)
HIPERGLIKEMIA
A. Definisi
B. Etiologi
Menurut Octa 2005, penyebab hiperglikemi antara lain:
1. Faktor genetik
2. Pankreasitis
3. Obat obatan
4. Penyakit kritis
5. Gaya hidup, diit, dll
6. Akromegali
7. Defisiensi insulin
C. Patofiologi
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat
disebabkan oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan
herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk
kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam
darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glucagon
sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan
penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi
glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel.
Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan
dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi).
Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton
yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton
dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis.
Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan
meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel
menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat
menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding pembuluh darah yang
membentuk plak sehingga pembuluh darah menjadi keras (arterosklerosis)
dan bila plak itu telepas akan menyebabkan terjadinya thrombus. Thrombus
ini dapat menutup aliran darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
lain tergantung letak tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan
stroke, ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan
miocard infark, mata dapat menyebabkan retinopati bahkan kematian.
(Price, Sylvia A. 2012)
WOC Hiperglikemi
Glukosa tidak
Glukosuria Hiperglikemia
terbawa kedalam
sel
Polifagi
Resiko syok Resiko infeksi
E. Komplikasi
Dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
1. Komplikasi akut
a. Ketoasidosis diabetic
b. Koma hiperglikemik hiperismoler non ketotik
c. Hipoglikemia
d. Asidosis lactate
e. Infeksi berat
2. Komplikasi kronik
a. Komplikasi vaskuler
Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer
Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
b. Komplikasi neuropati
Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare
diabetik, buli-buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks
kardiovaskuler.
c. Campuran vascular neuropati
Ulkus kaki
d. Komplikasi pada kulit
(Misnadirly. 2011)
F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200
mg% (Plasma vena). Bila GDS 100-200 mg% → perlu pemeriksaan test
toleransi glukosa oral. Kriteria baru penentuan diagnostik DM menurut
ADA menggunakan GDP > 126 mg/dl. Pemeriksaan lain yang perlu
diperhatikan pada pasien hiperglikemi adalah :
a. Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
b. Aseton plasma : Positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l.
e. Elektrolit
f. Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
g. Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluller),
selanjutnya akan menurun.
h. Fospor : Lebih sering menurun.
i. Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4
bulan terakhir ( lama hidup SDM ) dan karenanya sangat
bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak
adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
j. Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan
kompensasi alkalosis respiratorik.
k. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ),
leukositiosis, hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap
stress atau infeksi.
l. Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal
(dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal).
m. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan
adanya pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA.
n. Insulin darah :Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada
(pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( tipe II ) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam
penggunaannya ( endogen /eksogen ). Resisiten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto
antibodi).
o. Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktifitas hormon tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
p. Urine :Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas
mungkin menigkat.
q. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada
saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.
r. Ultrasonografi.
(Timby, Barbara K & Nancy E, Smith. 2006)
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropati.
Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :
1. Diet
a. Komposisi makanan :
Karbohidrat = 60 % – 70 %
Protein = 10 % – 15 %
Lemak = 20 % – 25 %
10) SEKSUALITAS
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten
pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita.
11) PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala :Faktor resiko keluarga ; DM, penyakit jantung, stroke,
hipertensi. Penyembuhan yang lambat. Penggunaan obat seperti
steroid, diuretik (tiazid); Dilantin dan fenobarbital (dapat
meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak
memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.
Pertimbangan : DRG (kelompok diagnosis yang berhubungan)
menunjukan rerata lama dirawat : 5,9 hari.
Rencana pemulangan :
Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet,
pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa
darah.
2. Diaagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic
(dari hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan : diare, muntah,
masukan dibatasi : mual, kacau mental.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral;
anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan
kesadaran.
c. Risiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar
glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada
sirkulasi, infeksi pernafasan yang ada sebelumnya, atau ISK.
d. Risiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy
metabolic, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi :
status hipermetabolik/ infeksi.
f. Ketidak berdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/
progresif yang tidak dapat diobati.
g. Kurang pengetahuan (belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/
mengingat, kesalahan interpretasi, informasi, tidak mengenal
sumber informasi.
h. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan penurunan sensasi
taktil, pengurangan ketajaman pandangan dan hipoglikemia.
3. Intervensi
Diagnose 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam
diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi. KH :
Vital sign dalam batas normal
(TD 100-130/70-90)
(RR 16-20 x/ menit)
(Nadi 60-100 x/ menit)
(Suhu 36-37°C)
Intake output seimbang
Turgor kulit baik
Mukosa bibir lembab
Kapilari refill < 2 detik
Intervensi/Rasional
Ukur vital sign tiap 8 jam.
R/ Hipovolemi dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Ukur berat badan tiap pagi.
R/ Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan
pengganti.
Observasi turgor kulit tiap pagi, observasi mukosa bibir.
R/ Merupakan indicator dari dehidrasi.
Diagnose 2
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
KH :
Berat badan ideal
Mual tidak ada
Muntah tidak ada
LLA dalam batas normal
TSF dalam batas normal
Bising usus 4-12 x/ menit
Hb dalam batas normal
Vital sign dalam batas normal
(TD 100-130/70-90)
(RR 16-20 x/ menit)
(Nadi 60-100 x/ menit)
(Suhu 36-37°C)
Intervensi/Rasional
Ukur vital sign tiap 8 jam.
R/ Mengetahui keadaan umum klien.
Timbang berat badan tiap pagi.
R/ Mengetahui pemasukan makanan yang adekuat.
Ukur bising usus tiap pagi,
R/ Hiperglikemi dapat meningkatkan motilitas dan fungsi lambung.
Observasi tanda-tanda hipoglikemia (tingkat kesadaran, kulit
lembab/ dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit
kepala, pusing, sempoyongan)
R/ Saat proses metabolisme terjadi dan insulin tetap diberikan maka
hipoglikemi dapat terjadi.
Observasi adanya mual dan muntah.
R/ Mengetahui pemasukan yang adekuat.
Ukur LLA dan TSF tiap pagi.
R/ Mengetahui status nutris klien.
Pantau hasil laboratorium gula darah dan Hb.
R/ Hb yang rendah dapat mengindikasikan asupan nutrisi yang tidak
adekuat. Peningkatan gula daran mengindikasikan asupan nutrisi sel
tidak terpenuhi.
Kolaborasi pemberian actravid insulin atau obat oral sesuai
indikasi.
R/ Meningkatkan pemasukan nutrisi yang adekuat.
4. Evaluasi
Cairan terpenuhi
Nutrisi terpenuhi
Infeksi (sepsis) tidak terjadi
Perubahan persepsi sensori tidak terjadi
Kelelahan tidak terjadi
Keinginan untuk berobat meningkat
Pengetahuan bertambah
Cedera tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA