Anda di halaman 1dari 14

Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta

Barat

DETERMINAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA


ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI PANTI WREDHA WISMA
MULIA, JAKARTA BARAT
Intan Silviana Mustikawati
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jln. Arjuna Utara No.9 Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta 11510
intansilviana@esaunggul.ac.id

Abstrak
Meningkatkanya jumlah populasi orang lanjut usia (Lansia) di Indonesia akan
menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan pada
Lansia, seperti menurunnya kemampuan fisik dan mental, keterbatasan interaksi
sosial, dan menurunnya produktivitas kerja. Personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Lansia adalah sekelompok orang yang mudah
terkena penyakit, dimana sistem kekebalan tubuh telah menurun. Lansia dengan
kondisi personal hygiene yang buruk akan berpotensi menimbulkan penyakit-
penyakit. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku personal hygiene pada Lansia di Panti Werdha
Wisma Mulia, Jakarta Barat. Penelitian ini dilaksanakan di Panti Wredha Wisma
Mulia, Jakarta Barat dengan sampel penelitian yaitu seluruh orang lanjut usia
(Lansia) berjumlah 50 orang yang diambil secara purposive sampling. Variabel
dependen yaitu perilaku personal hygiene dan variabel independen yaitu jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, riwayat pekerjaan, kepemilikan asuransi
kesehatan, fasilitas kebersihan, akses informasi kesehatan, akses pelayanan
kesehatan, pengetahuan dan sikap mengenai perilaku personal hygiene.
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner, wawancara, dan observasi.
Analisa data dilakukan menggunakan uji statistik χ². Sebagian besar responden
yaitu perempuan (94,7%), berusia 60-74 tahun (57,9%), berpendidikan rendah
(63,2%), tidak mempunyai pengalaman kerja (52,6%), tidak mempunyai asuransi
kesehatan (78,9%), mempunyai akses informasi kesehatan yang kurang baik
(52,6%), mempunyai akses pelayanan kesehatan yang baik (68,4%), mempunyai
fasilitas kebersihan yang baik (84,2%). Sebagian besar responden mempunyai
pengetahuan yang baik (57,9%) dan sikap yang baik (68,4%) mengenai perilaku
personal hygiene dan perilaku personal hygiene yang baik (63,2%). Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku personal hygiene yaitu akses terhadap pelayanan
kesehatan dan pengalaman kerja sebelumnya (nilai p<0,05). Akses terhadap
pelayanan kesehatan dan pengalaman kerja sebelumnya merupakan determinan
perilaku personal hygiene pada Lansia di Panti Werdha Wisma Mulia, Jakarta
Barat. Perlu adanya peningkatan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi
mengenai manfaat personal hygiene secara terus menerus dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku personal hygiene; adanya
kunjungan rumah (home visit) oleh petugas kesehatan secara berkelanjutan untuk
mengecek kondisi kesehatan Lansia; serta adanya dukungan keluarga dan pihak
pengelola panti jompo dalam menerapkan perilaku personal hygiene pada Lansia.

Kata kunci: personal hygiene, determinan, Lansia

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 236


Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta
Barat

Abstract
The increasing number of elderly population in Indonesia will cause problems
especially in terms of health and welfare of the elderly, such as decreased physical
and mental ability, limitations of social interaction and decreased work
productivity. Personal hygiene is an activity to maintain one's hygiene and health
for physical and psychological well-being. Elderly is the age group susceptible to
disease, where the immune system has decreased. Elderly who do not implement
personal hygiene well will cause health problems for themselves. Research
Objective: To identify factors affecting personal hygiene behavior among the
elderly in Nursing home Wisma Mulia, West Jakarta. Fifty elderly people in
Nursing home Wisma Mulia, West Jakarta were selected by purposive sampling
method. Dependent variable was personal hygiene behavior, and independent
variables were gender, age, level of education, working status, health insurance,
hygiene facility, access to heath information, access to healthcare, knowledge and
attitude of personal hygiene. Data collection were questionnaire, interview, and
observation. χ² analysis was used to analyzed the data. Majority of respondents
was female (94,7%), aged 60-74 years old (57,9%), low education (63,2%), never
working before (52,6%), didn’t have health insurance (78,9%), less health
information access (52,6%), acccess to health facility (68,4%), had adequate
facility (84,2%). Majority of respondents had good knowledge (57,9%) and
attitude (68,4%) of personal hygiene, and good personal hygiene behavior
(63,2%). Factors affecting personal hygiene behavior were access to healthcare
and previous employment (p value<0,05). Access to healthcare and previous
employment were determinants of personal hygiene behavior among the elderly in
nursing home Wisma Mulia, West Jakarta Indonesia. The need for communication,
information, and education activities of personal hygiene benefits continuously in
order to increase knowledge, attitude, and practice of personal hygiene behavior
among the elderly. Home visits from health workers continuously to check health
condition of the elderly. Support from family and nursing home in applying
personal hygiene behavior for the elderly.

Keywords: personal hygiene, determinant, elderly

Pendahuluan aspek personal hygiene, sehingga


Perilaku merupakan salah satu masyarakat dengan kondisi personal
faktor yang mempengaruhi derajat hygiene yang buruk akan berpotensi dalam
kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan menimbulkan dan menyebarkan penyakit.
akibat perilaku dan perubahan gaya hidup Personal hygiene adalah suatu
semakin kompeks dirasakan, terutama di tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kota-kota besar. Karena dampak perilaku kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
terhadap derajat kesehatan cukup besar, fisik dan psikis Personal hygiene bertujuan
maka diperlukan berbagai upaya untuk agar manusia dapat memelihara kesehatan
mengubah perilaku yang tidak sehat diri sendiri, mempertinggi dan
menjadi sehat (Depkes RI, 2009). memperbaiki nilai kesehatan, serta
Perilaku penduduk termasuk faktor mencegah timbulnya penyakit. Personal
resiko yang ikut berperan dalam terjadinya hygiene merupakan perilaku yang sehari-
penyakit. Pada kasus penyakit biasanya hari harus dilakukan, namun terkadang
faktor perilaku selalu dihubungkan dengan masih dianggap kurang penting. Hal ini

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 237


Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta
Barat

terjadi karena kurangnya sosialisasi akan personal hygiene pada orang lanjut
pentingnya personal hygiene. Pengetahuan usia (Lansia).
masyarakat yang kurang tentang personal
hygiene, membuat perilaku hidup sehat ini Perilaku Personal Hygiene
sulit diterapkan di masyarakat. Hygiene merupakan suatu
Penerapan personal hygiene yang pencegahan penyakit yang menitikberatkan
kurang baik akan memudahkan timbulnya pada usaha kesehatan perseorangan atau
penyakit-penyakit menular, seperti manusia beserta lingkungan tempat orang
tuberculosis paru, infeksi saluran tersebut itu berada” (Widyati & Yuliarsih.
pernapasan atas, diare, cacingan, penyakit 2002).
kulit, dan lain-lain. Kondisi pemukiman Personal hygiene berasal dari
yang padat juga akan semakin bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
meningkatkan penyebarab penyakit- perorangan dan hygiene berarti sehat.
penyakit tersebut. Kebersihan perorangan adalah cara
Perilaku kebersihan diri perawatan diri manusia untuk memelihara
dipengaruhi oleh beberapa faktor, kesehatan mereka. Kebersihan perorangan
diantaranya tingkat pengetahuan, tingkat sangat penting untuk diperhatikan.
pendidikan dan keadaan lingkungan itu Pemeliharaan kebersihan perorangan
sendiri. Pengetahuan seseorang dapat diperlukan untuk kenyamanan individu ,
mempengaruhi perilaku orang tersebut keamanan dan kesehatan (Perry & Potter,
dalam mengambil sikap dan tindakan. 2006).
Pengetahuan ibu tentang personal hygiene Personal hygiene adalah suatu
akan mempengaruhi perilaku dan praktik tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kebersihan dirinya sehari-hari, yang akan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
mempengaruhi pula dalam menerapkan fisik dan psikis. Pemenuhan personal
perilaku kebersihan kepada anaknya. hygiene diperlukan untuk kenyamanan
Berdasarkan permasalahan tersebut individu, keamanan, dan kesehatan.
diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan
mengetahui faktor-faktor yang baik pada orang sehat maupun pada orang
berhubungan dengan perilaku personal sakit. Praktik personal hygiene bertujuan
hygiene pada orang lanjut usia (Lansia) di untuk peningkatan kesehatan dimana kulit
Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta Barat. merupakan garis tubuh pertama dari
Tujuan Penelitian ini yaitu: pertahanan melawan infeksi Dengan
a). Tujuan Umum: implementasi tindakan hygiene pasien, atau
Tujuan dalam penelitian ini yaitu membantu anggota keluarga untuk
mengetahui faktor-faktor yang melakukan tindakan itu maka akan
berhubungan dengan perilaku personal menambah tingkat kesembuhan pasien
hygiene pada orang lanjut usia (Lansia) di (Perry & Potter, 2006).
Panti Werdha Wisma Mulia, Grogol
Jakarta Barat. Manfaat Personal Hygiene
b). Tujuan Khusus: Tujuan perawatan personal
1. Mengidentifikasi perilaku personal hygiene antara lain:
hygiene pada orang lanjut usia a. Meningkatkan derajat kesehatan
(Lansia). seseorang
2. Menganalisis faktor-faktor yang b. Memelihara kebersihan diri seseorang
berhubungan dengan perilaku

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 238


Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta
Barat

c. Memperbaiki personal hygiene yang terjadi nyeri atau ketidaknyamanan.


kurang Menjaga kebersihan kuku penting dalam
d. Pencegahan penyakit mempertahankan personal hygiene karena
e. Meningkatkan percaya diri seseorang berbagai kuman dapat masuk kedalam
f. Menciptakan keindahan tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku
Jenis Personal Hygiene seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan
Pemeliharaan personal hygiene bersih. Perawatan dapat digabungkan
berarti tindakan memelihara kebersihan selama mandi atau pada waktu yang
dan kesehatan diri seseorang untuk terpisah.
kesejahteraan fisik dan psikisnya.
Seseorang dikatakan memiliki personal Personal Hygiene Rambut
hygiene baik apabila, orang tersebut dapat Rambut merupakan bagian dari
menjaga kebersihan tubuhnya yang tubuh yang memiliki fungsi sebagai
meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, proteksi serta pengatur suhu. Melalui
rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan rambut perubahan status kesehatan diri
kuku, genitalia, serta kebersihan dan dapat diidentifikasi. Rambut barmanfaat
kerapihan pakaiannya. Personal Hygiene mencegah infeksi daerah kepala. Untuk
dapat dikategorikan dalam beberapa jenis menjaga supaya rambut kelihatan bersih
perawatan antara lain seperti : dan tidak berketombe dianjurkan minimal
dua hari sekali keramas (cuci rambut)
Personal Hygiene Kulit dengan memakai samphoo. Samphoo
Kulit merupakan salah satu bagian berfungsi membersihkan rambut juga
penting dari tubuh yang dapat melindungi memberikan beberapa vitamin bagi rambut
tubuh dari berbagai kuman atau trauma. sehingga rambut subur dan berkilau.
Perawatan kulit dapat dilakukan dengan
mandi minimal dua kali sehari yang Personal Hygiene Gigi dan Mulut
bermanfaat untuk menghilangkan atau Gigi dan mulut harus
membersihkan bau badan, keringat dan sel dipertahankan kebersihannya sebab melalui
yang mati, merangsang sirkulasi darah, organ ini kuman dapat masuk. Menyikat
serta membuat rasa nyaman. gigi bertujuan untuk menghilangkan plak
yang dapat menyebabkan gigi berlubang
Personal Hygiene Kuku Tangan dan dan menyebabkan sakit gigi. Sebagaimana
Kaki kita ketahui gigi berfungsi disamping untuk
Menjaga kebersihan kuku keindahan juga untuk mengunyah
merupakan salah satu aspek penting dalam makanan. Oleh karena itu, makanan yang
mempertahankan perawatan diri karena tidak dibersihkan dan menempel di gigi
kuman dapat masuk ke dalam tubuh dapat menjadi sarang penyakit. Dianjurkan
melalui kuku. Perawatan memotong kuku untuk menyikat gigi minimal dua kali
jari tangan dan jari kaki dapat mencegah dalam sehari.
masuknya mikroorganisme ke dalam kuku Hygiene mulut membantu
yang panjang. mempertahankan status kesehatan mulut,
Kaki dan kuku seringkali gigi, gusi, dan bibir. Menggosok
memerlukan perhatian khusus untuk membersihkan gigi dari partikel-partikel
mencegah infeksi, bau, dan cedera pada makanan, plak, dan bakteri, memasase
jaringan. Tetapi seringkali orang tidak gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan
sadar akan masalah kaki dan kuku sampai yang dihasilkan dari bau dan rasa yang

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 239


Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta
Barat

tidak nyaman. Beberapa penyakit yang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


muncul akibat perawatan gigi dan mulut Personal Hygiene
yang buruk adalah karies, radang gusi, dan Ada beberapa faktor yang
sariawan. mempengaruhi personal hygiene (Isro’in &
Andarmoyo, 2012) antara lain:
Personal Hygiene Lingkungan Sekitar
Lingkungan sekitar juga sangat Citra Tubuh
berpengaruh terhadap derajat kesehatan Citra tubuh adalah cara pandang
seseorang seperti tempat penyimpanan seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra
pakaian atau lemari, tempat makanan dan tubuh sangat mempengaruhi dalam
minuman, tempat tidur, alat-alat mandi dan paraktik higiene seseorang. Ketika
sebagainya. Kebersihan pribadi apabila seseorang yang tampak berantakan, tidak
tidak ditunjang dengan kebersihan di rapi, atau tidak peduli dengan higiene
lingkungan sekitarnya tetap akan dirinya maka dibutuhkan edukasi tentang
berpotensi dalam menularkan penyakit. pentingnya higiene untuk kesehatan, selain
Oleh karena itu higiene perorangan itu juga dibutuhkan kepekaan untuk
lingkungan sekitar dapat dilakukan dengan melihat kenapa hal ini bisa terjadi, apakah
cara membersihkan lemari pakaian, memang kurang/ketidaktahuan seseorang
menjemur kasur atau tempat tidur, akan personal hygiene atau
memperhatikan kebersihan alat-alat mandi, ketidakmampuan seseorang dalam
dan sebagainya. menjalankan praktik higiene dirinya, hal
ini bisa dilihat dari partisipasi seseorang
Dampak tidak Melakukan Personal dalam higiene harian.
Hygiene
Dampak yang akan timbul jika Praktik Sosial
kurangnya personal hygiene adalah : Manusia merupakan makhluk
1) Dampak fisik sosial dan karenanya berada dalam
Banyak gangguan kesehatan yang kelompok sosial. Kondisi ini akan
diderita seseorang karena tidak memungkinkan seseoarang untuk
terpeliharanya kebersihan perorangan berhubungan, berinteraksi dan
dengan baik. Gangguan fisik yang sering bersosialisasi satu dengan yang lainnya.
terjadi adalah munculnya kuku pada Personal hygiene atau kebersihan diri
rambut, gangguan integritas kulit, sesorang sangat mempengaruhi praktik
gangguan membran mukosa mulut, infeksi sosial seseorang. Selama masa anak-anak,
pada mata dan telinga, dan ganguan fisik kebiasaan keluarga mempengaruhi praktik
pada kuku. higiene, misalnya mandi, waktu mandi dan
jenis higiene mulut. Pada masa remaja,
2) Dampak psikososial higiene pribadi dipengaruhi oleh kelompok
Masalah sosial yang berhubungan teman sebaya. Remaja wanita misalnya,
dengan personal hygiene adalah gangguan mulai tertarik dengan penampilan pribadi
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dam mulai memakai riasan wajah. Pada
dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi masa dewasa, teman dan kelompok kerja
diri dan gangguan interaksi sosial, membentuk harapan tentang penampilan
(Wartonah & Tarwoto. 2006). pribadi. Sedangkan pada lansia akan tarjadi
beberapa perubahan dalam praktik higiene
karena perubahan dalam kondisi fisiknya.

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 240


Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta
Barat

tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku


Status Sosial Ekonomi sosial, yang merupakan suatu tindakan
Status ekonomi seseorang dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku
mempengaruhi jenis dan tingkat praktik sosial adalah perilaku yang secara khusus
higiene perorangan. Sosial ekonomi yang ditujukan kepada orang lain. Penerimaan
rendah memungkinkan higiene perorangan terhadap perilaku seseorang diukur relatif
rendah pula. terhadap norma sosial dan diatur oleh
berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran
Pengetahuan dan Motivasi perilaku seseorang dan keluarganya
Pengetahuan tentang higiene akan dipelajari untuk mengidentifikasi faktor
mempengaruhi praktik higiene seseorang. penyebab, pencetus atau yang memperberat
Namun, hal ini saja tidak cukup, karena timbulnya masalah kesehatan. Intervensi
motivasi merupakan kunci penting dalam terhadap perilaku seringkali dilakukan
pelaksanaan higiene tersebut. dalam rangka penatalaksanaan yang
Permasalahan yang sering terjadi adalah holistik dan komprehensif.
ketiadaan motivasi karena kurangnya Benjamin Bloom, seorang psikolog
pengetahuan. pendidikan, membedakan adanya tiga
bidang perilaku, yakni kognitif, afektif, dan
Budaya psikomotor. Kemudian dalam
Kepercayaan budaya dan nilai perkembangannya, domain perilaku yang
pribadi akan mempengaruhi perawatan diklasifikasikan oleh Bloom dibagi
hygiene seseorang. Berbagai budaya menjadi tiga tingkat:
memiliki praktik higiene yang berbeda. Di 1). Pengetahuan (knowledge)
Asia kebersihan dipandang penting bagi Pengetahuan adalah hasil
kesehatan sehingga mandi bisa dilakukan penginderaan manusia, atau hasil tahu
2-3 kali dalam sehari, sedangkan di Eropa seseorang terhadap obyek melalui indera
memungkinkan hanya mandi sekali dalam yang dimilikinya.
seminggu. Bebarapa budaya
memungkinkan juga menganggap bahwa 2). Sikap (attitude)
kesehatan dan kebersihan tidaklah penting. Sikap merupakan respons tertutup
seseorang terhadap stimulus atau objek
Determinan Perilaku Kesehatan tertentu, yang sudah melibatkan faktor
Teori Perilaku pendapat dan emosi yang bersangkutan.
Perilaku manusia adalah
sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh 3). Tindakan atau praktik (practice)
manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, Tindakan ini merujuk pada
emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, perilaku yang diekspresikan dalam bentuk
dan/atau genetika (Albarracín, et al, 2005). tindakan, yang merupakan bentuk nyata
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dari pengetahuan dan sikap yang telah
dalam perilaku wajar, perilaku dapat dimiliki.
diterima, perilaku aneh, dan perilaku Selain itu, Skinner juga
menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku memaparkan definisi perilaku sebagai
dianggap sebagai sesuatu yang tidak berikut perilaku merupakan hasil hubungan
ditujukan kepada orang lain dan oleh antara rangsangan (stimulus) dan
karenanya merupakan suatu tindakan sosial tanggapan (respon) (Gochman, David S.,
manusia yang sangat mendasar. Perilaku

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 241


Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta
Barat

1997). Ia membedakan adanya dua bentuk tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan
tanggapan, yakni: pengetahuan untuk menghindari
Respondent Response kecelakaan.
Yaitu tanggapan yang ditimbulkan
oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Sikap terhadap kesehatan
Rangsangan yang semacam ini disebut Sikap merupakan respon manusia
eliciting stimuli karena menimbulkan terhadap stimulus. Sikap yang sehat
tanggapan yang relatif tetap. dimulai dari diri sendiri, dengan
memperhatikan kebutuhan kesehatan
Operant Response dalam tubuh dibandig keinginan.
Yaitu tanggapan yang timbul dan
berkembangnya sebagai akibat oleh Praktek kesehatan
rangsangan tertentu, yang disebut Praktek kesehatan untuk hidup
reinforcing stimuli atau reinforcer. sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas
Rangsangan tersebut dapat memperkuat orang dalam rangka memelihara kesehatan,
respons yang telah dilakukan oleh seperti tindakan terhadap penyakit menular
organisme. Oleh sebab itu, rangsangan dan tidak menular, tindakan terhadap
yang demikian itu mengikuti atau faktor – faktor yang terkait dan atau
memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang memengaruhi kesehatan, tindakan tentang
telah dilakukan. fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan
untuk menghindari kecelakaan.
Perilaku Kesehatan Selain Becker, terdapat pula
Menurut Becker (David, C. & beberapa definisi lain mengenai perilaku
McClelland, 1987), konsep perilaku sehat kesehatan. Menurut Solita, perilaku
merupakan pengembangan dari konsep kesehatan merupakan segala bentuk
perilaku yang dikembangkan Bloom. pengalaman dan interaksi individu dengan
Becker menguraikan perilaku kesehatan lingkungannya, khususnya yang
menjadi tiga domain, yakni pengetahuan menyangkut pengetahuan dan sikap
kesehatan (health knowledge), sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang
terhadap kesehatan (health attitude) dan berhubungan dengan kesehatan (Gochman,
praktik kesehatan (health practice). Hal ini David S., 1997). Sedangkan Cals dan Cobb
berguna untuk mengukur seberapa besar (Mappiare & Andi, 1982) mengemukakan
tingkat perilaku kesehatan individu yang bahwa perilaku kesehatan adalah perilaku
menjadi unit analisis penelitian. Becker untuk mencegah penyakit pada tahap
mengklasifikasikan perilaku kesehatan belum menunjukkan gejala (asymptomatic
menjadi tiga dimensi (B. Kar, & Snehendu, stage).
1989): Menurut Skinner (Smet, Bart,
1994), perilaku kesehatan (healthy
Pengetahuan Kesehatan behavior) diartikan sebagai respon
Pengetahuan tentang kesehatan seseorang terhadap stimulus atau objek
mencakup apa yang diketahui oleh yang berkaitan dengan sehat-sakit,
seseorang terhadap cara-cara memelihara penyakit, dan faktor – faktor yang
kesehatan, seperti pengetahuan tentang memengaruhi kesehatan seperti
penyakit menular, pengetahuan tentang lingkungan, makanan, minuman, dan
faktor – faktor yang terkait. Dan atau pelayanan kesehatan. Jadi perilaku
memengaruhi kesehatan, pengetahuan kesehatan adalah semua aktivitas atau

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 242


Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta
Barat

kegiatan seseorang, baik yang dapat pembelian obat di warung atau apotik,
diamati (observable) maupun yang tidak penggunaan bahan – bahan tradisional,
dapat diamati (unobservable), yang pergi ke dukun atau pelayan alternatif, dan
berkaitan dengan pemeliharaan dan pergi ke fasilitas atau pelayanan kesehatan.
peningkatan kesehatan. Pemeliharaan
kesehatan ini mencakup mencegah atau Perilaku Kesehatan Lingkungan
melindungi diri dari penyakit dan masalah Adalah bagaimana seseorang
kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, merespons lingkungan, baik lingkungan
dan mencari penyembuhan apabila sakit fisik maupun sosial budaya dan
atau terkena masalah kesehatan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut
(Notoatmodjo, et al, 1985). tidak mempengaruhi kesehatannya.
Batasan perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu: c). Teori Perubahan Perilaku
Kesehatan
Perilaku Pemeliharaan Teori perubahan perilaku
Kesehatan (Health Maintenance) kesehatan ini penting dalam promosi
Adalah perilaku atau usaha – usaha kesehatan yang bertujuan untuk merubah
seseorang untuk memelihara atau menjaga perilaku pada individu dan masyarakat
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk (behavior change). Perubahan perilaku ini
penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab diarahkan untuk:
itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini 1. Mengubah perilaku negatif (tidak
terdiri dari 3 aspek: sehat) menjadi perilaku positif
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan (sesuai dengan nilai-nilai
penyembuhan penyakit bila sakit, kesehatan)
serta pemulihan kesehatan bilamana 2. Pembentukan atau pengembangan
telah sembuh dari penyakit. perilaku sehat
b. Perilaku peningkatan kesehatan, 3. Memelihara perilaku yang sudah
apabila seseorang dalam keadaan positif
sehat. Kesehatan itu sangat dinamis
dan relatif, maka dari itu orang orang C. Orang Lanjut Usia (Lansia)
yang sehat pun perlu diupayakan a). Pengertian Lansia
supaya mencapai tingkat kesehatan Lansia adalah kelompok penduduk
yang seoptimal mungkin. berumur tua. Golongan penduduk yang
c. Perilaku gizi (makanan) dan mendapat perhatian atau pengelompokkan
minuman. Makanan dan minuman tersendiri ini adalah populasi berumur 60
dapat memelihara dan meningkatkan tahun atau lebih. Umur kronologis
kesehatan seseorang, bahkan dapat (kalender) manusia dapat digolongkan
mendatangkan penyakit. dalam berbagai masa, yakni masa anak,
remaja, dan dewasa. Menurut Bustan
Perilaku Pencarian Pengobatan (Health (2007) “masa dewasa dapat dibagi atas
Seeking Behavior) dewasa muda (18-30 tahun), dewasa
Perilaku ini adalah menyangkut setengah baya (30-60 tahun), dan masa
upaya atau tindakan seseorang pada saat lansia (lebih 60 tahun)”.
menderita penyakit atau kecelakaan. Menurut WHO (2007) dikatakan
Tindakan atau perilaku ini terdiri dari “Lansia tergantung dari konteks kebutuhan
peengobatan sendiri (self – treatment), yang tidak dipisah-pisahkan. Konteks

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 243


Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta
Barat

kebutuhan tersebut dihubungkansecara Variabel dependen yaitu perilaku


biologis, sosial dan ekonomi dan dikatakan personal hygiene dan variabel independen
Lansia dimulai paling tidak saat masa yaitu jenis kelamin, umur, tingkat
puber dan prosesnya berlangsung sampai pendidikan, riwayat pekerjaan,
kehidupan dewasa”. kepemilikan asuransi kesehatan, fasilitas
kebersihan, akses informasi kesehatan,
b). Klasifikasi Lansia akses pelayanan kesehatan, pengetahuan
Menurut Depkes RI (2005), ada dan sikap mengenai perilaku personal
lima klasifikasi pada Lansia yaitu: hygiene.
1. Pralansia (prasenilis), yaitu seseorang
yang berusia antara 45-59 tahun. Teknik Pengambilan Sampel
2. Lansia, yaitu orang yang berusia 60 Populasi dalam penelitian ini yaitu
tahun atau lebih. orang lanjut usia (Lansia) di Panti Wredha
3. Lansia resiko tinggi, yaitu orang yang Wisma Mulia, Jakarta Barat. Sampel dalam
berusia 70 tahun atau lebih/ dengan penelitian ini berjumlah 50 orang yang
masalah kesehatan. diambil secara purposive sampling.
4. Lansia potensial, yaitu lansia yang
masih mampu melakukan pekerjaan Hasil dan Pembahasan
dan atau kegiatan yang dapat a). Karakteristik Sosio-Demografi
menghasilkan barang/jasa. Berdasarkan penelitian yang
5. Lansia tidak potensial, yaitu lansia dilakukan di Panti Wredha Wisma Mulia,
yang tidak berdaya mencari nafkah, Jakarta Barat, maka didapatkan
sehingga hidupnya bergantung pada karakteristik responden sebagai berikut;
bantuan orang lain. Terdapat 94,7% Lansia di Panti
Wredha Wisma Mulia berjenis kelamin
Organisasi Kesehatan Dunia perempuan dan 5,3% berjenis kelamin laki-
(WHO) mengelompokkan lansia atas laki.
empat kelompok meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age),
yaitu kelompok usia 45 sampai 59
tahun,
2. Usia lanjut (Elderly), yaitu antara
60-74 tahun,
3. Usia lanjut tua (Old), yaitu antara
75 sampai 90 tahun
4. Usia sangat tua (Very Old), yaitu
usia diatas 90 tahun.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Grafik 1.
Wredha Wisma Mulia, Jakarta Barat. Jenis Distribusi Jenis Kelamin Responden
penelitian yaitu studi analitik dengan
pendekatan cross sectional. Pengumpulan Mayoritas umur responden di Panti
data dilakukan melalui kuesioner, Wredha Wisma Mulia yaitu lanjut usia
wawancara, dan observasi. Analisa data (57,9%), diikuti lanjut usia tua (36,8%),
dilakukan menggunakan uji statistik χ². dan usia pertengahan (5,3%).

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 244


Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta
Barat

Grafik 2
Distribusi Umur Responden Grafik 4
Distribusi Pengalaman Kerja Responden
Tingkat pendidikan rendah
memiliki jumlah frekuensi tertinggi pada Terdapat 78,9% Lansia di Panti
responden di Panti Wredha Wisma Mulia Wredha Wisma Mulia yang tidak
yaitu sebanyak 63,2%, diikuti pendidikan mempunyai asuransi kesehatan dan 21,1%
menengah (21,1%), dan pendidikan tinggi mempunyai asuransi kesehatan.
(15,8%).

Grafik 3 Grafik 5
Distribusi Pendidikan Responden Distribusi Kepemilikan Asuransi
Kesehatan
Terdapat 52,6% Lansia di Panti
Wredha Wisma Mulia Sebagian besar Lansia di Panti
Wredha Wisma Mulia mempunyai fasilitas
yang tidak mempunyai personal hygiene yang baik (84,2%) dan
pengalaman kerja sebelumnya dan 47,4% 15,8% mempunyai mempunyai fasilitas
mempunyai pengalaman kerja sebelumnya. personal hygiene yang kurang baik.

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 245


Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta
Barat

Grafik 6 Grafik 8
Distribusi Ketersediaan Fasilitas Akses terhadap Pelayanan Kesehatan

Terdapat 52,6% Lansia di Panti b). Pengetahuan mengenai Perilaku


Wredha Wisma Mulia yang terpapar Personal Hygiene
dengan informasi kesehatan dan 47,4% Pengukuran pengetahuan
tidak terpapar dengan informasi kesehatan. mengenai perilaku personal hygiene
meliputi pengetahuan mengenai
pengertian, manfaat, jenis, dan dampak
tidak dilaksanakannya perilaku personal
hygiene .
Sebagian besar responden di Panti
Wredha Wisma Mulia memiliki
pengetahuan yang baik mengenai perilaku
personal hygiene (57,9%), sedangkan
42,1% responden memiliki pengetahuan
yang kurang baik mengenai perilaku
personal hygiene. Distribusi pengetahuan
responden tersebut dapat dilihat pada
grafik di bawah ini.
Grafik 7
Distribusi Keterpaparan Informasi

Sebagian besar Lansia di Panti


Wredha Wisma Mulia mempunyai akses
yang baik terhadap pelayanan kesehatan
(68,4%) dan 31,6% mempunyai akses yang
kurang baik terhadap pelayanan kesehatan.

Grafik 9

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 246


Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta
Barat

Distribusi Pengetahuan Responden


mengenai Perilaku Personal Hygiene

Pengetahuan responden di Panti


Wredha Wisma Mulia yang termasuk ke
dalam kategori baik tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti adanya
keterpaparan informasi kesehatan dan
akses terhadap pelayanan kesehatan.

c). Sikap mengenai Perilaku Personal


Hygiene
Sebanyak 68,4% responden di Grafik 11
Panti Wredha Wisma Mulia setuju bahwa Distribusi Perilaku Personal Hygiene
perilaku personal hygiene itu perlu untuk
dilakukan untuk kebersihan dan mencegah Perilaku personal hygiene tersebut
terjadinya penyakit. Distribusi kategori dinilai berdasarkan perilaku membersihkan
sikap responden tersebut dapat dilihat pada kulit seperti mandi, membersihkan kuku
grafik di bawah ini. tangan dan kaki, mencuci rambut, perilaku
membersihkan gigi dan mulut serta
kebersihan lingkungan.
Perilaku personal hygiene yang
baik pada sebagian besar responden di
Panti Wredha Wisma Mulia tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
akses terhadap informasi kesehatan, akses
terhadap pelayanan kesehatan, dan adanya
dukungan dari lingkungan sekitar.
Menurut Green L. W (2000),
Perilaku manusia merupakan hasil segala
macam pengalaman serta interaksi manusia
Grafik 10 yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
Distribusi Sikap Responden mengenai sikap dan tindakan.
Perilaku Personal Hygiene
e). Faktor-faktor yang Berhubungan
d). Perilaku Personal Hygiene dengan Perilaku Personal Hygiene
Sebagian besar responden di Panti Berdasarkan uji statistik χ², faktor
Wredha Wisma Mulia memiliki perilaku yang berhubungan dengan perilaku
personal hygiene yang baik (63,2%), personal hygiene yaitu akses terhadap
sedangkan 36,8% responden memiliki pelayanan kesehatan dan pengalaman kerja
perilaku personal hygiene yang kurang sebelumnya (nilai p<0,05).
baik. Distribusi kategori perilaku Lansia harus didorong untuk
responden tersebut dapat dilihat pada melakukan rutinitas personal hygiene
grafik di bawah ini. sebanyak mungkin dalam rangka
mendorong kemandirian dan memiliki
tujuan hidup yang berarti. Hal ini perlu

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 247


Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta
Barat

didukung oleh semua pihak, baik keluarga, (62,7%), mempunyai fasilitas kebersihan
teman, pengelola panti jompo, dan petugas yang baik (84,2%).
kesehatan.
Adanya akses terhadap pelayanan Daftar Pustaka
kesehatan dan pemeriksaan kesehatan Centers for Disease Control and
secara teratur dapat membantu menemukan Prevention.
masalah kesehatan pada Lansia. Hal ini https://www.cdc.gov/family/check
juga bisa membantu menemukan masalah up/index.htm
lebih awal, sehingga pengobatan dan
penyembuhannya akan lebih baik. Dengan Departemen Kesehatan RI, 2012. Profil
mendapatkan layanan kesehatan yang Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
tepat, adanya screening kesehatan dan Jakarta: Depkes RI.
perawatan, akan membantu Lansia untuk
menjalani kehidupan yang lebih sehat dan Departemen Kesehatan RI, 2005. Pedoman
dapat memperpanjang umur (Centers for Pembinaan Usia Lanjut Bagi Petugas
Disease Control and Prevention). Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.
Dianjurkan adanya kunjungan rumah
(home visit) secara rutin untuk mengecek Green, L. W. Kreuter, 2000. Health
kondisi kesehatan lansia. Promotion Planning, An
Dalam penelitian ini, riwayat Educational and Environmental
pekerjaan secara signifikan mempengaruhi Approach, 2nd Edition.
perilaku personal hygiene. Pengalaman California:Mayfield Publishing
kerja, status ketenagakerjaan dan berbagai Company
pekerjaan memiliki berbagai interaksi
sosial serta akses dan distribusi informasi. Isro’in & Andarmoyo, 2012. Personal
Mereka yang bekerja sebelumnya memiliki Hygiene; Konsep, Proses, dan
lebih banyak akses terhadap informasi dan Aplikasi dalam Praktik
pengetahuan yang disebarluaskan dalam Keperawatan, Edisi Pertama.,
profesi mereka. Orang dengan pengetahuan Yogyakarta: Graha Ilmu.
yang baik tentang personal hygiene akan
memiliki kesadaran untuk menerapkan Kolompoy , J, A, 2004. Perilaku Sehat
personal hygiene dan berpengaruh Usia Lanjut di Panti Wredha Senja
terhadap perilaku personal hygiene yang Cerah, Kota Manado.
baik pula.
Kuntjoro, Z, 2002. Dukungan Sosial Pada
Kesimpulan Lansia. http://www.e-
Berdasarkan penelitian, maka psikologi.co.id
dapat disimpulkan bahwa: Sebagian besar
responden yaitu perempuan (82,7%), National Health System.
berusia 60-74 tahun (57,9%), www.nhs.uk/Conditions/ social-
berpendidikan rendah (65,3%), mempunyai care.../hygiene-and-washing.aspx
pengalaman kerja (65,3%), tidak
mempunyai asuransi kesehatan (81,3%), Mula & Nofrianda, 2014. Pengetahuan dan
mempunyai akses informasi kesehatan sikap lansia dalam melakukan
yang kurang baik (52,%), mempunyai Personal hygiene di UPTD
akses fasilitas kesehatan yang baik Pelayanan Social Lanjut Usia dan

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 248


Determinan Perilaku Personal Hygiene pada Orang Lanjut Usia (Lansia) di Panti Wredha Wisma Mulia, Jakarta
Barat

Anak Balita Wilayah Binjai dan Community-based Cross-Sectional


Medan. USU: Medan. Study.

Notoatmojo, 2003. Pendidikan dan


Perilaku Kesehatan. Jakarta:PT
Rineka Cipta

Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan


dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta

Perry dan Potter. 2006. Fundamental


Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC.

Erdhayanti, S, 2014. Hubungan Tingkat


Pengetahuan Lansia Dengan
Perilaku dalam Personal Hygiene
di Panti Werdha Darma Bakti
Pajang Surakarta. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Wartonah & Tarwoto. 2006. Kebutuhan


dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi ketiga. Jakarta:
Salemba Medika.

Widyati & Yuliarsih. 2002. Higiene dan


Sanitasi Umum dan Perhotelan.
Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.

World Health Organization, 2002. The


World Health Report 2002;
Reducing Risks, Promoting
Healthy Life. Geneva: WHO

World Health Organization. 2007. WHO


Global Report on Falls Prevention
in Older Age. Perancis: WHO.

Zhiqin, Y. Et al. Status and Determinants


of Health Behavior Knowledge
among the Elderly in China: A

Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 3, September 2017 249

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 3 Revnew007
    Bab 3 Revnew007
    Dokumen34 halaman
    Bab 3 Revnew007
    Fiky Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen11 halaman
    Bab 5
    Fiky Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • Urolitiasis
    Urolitiasis
    Dokumen47 halaman
    Urolitiasis
    Fiky Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • 第5課 1
    第5課 1
    Dokumen10 halaman
    第5課 1
    Fiky Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Negara New
    Tugas Negara New
    Dokumen22 halaman
    Tugas Negara New
    Fiky Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • LP Hipergliemia
    LP Hipergliemia
    Dokumen17 halaman
    LP Hipergliemia
    Fiky Ferdiansyah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    Fiky Ferdiansyah
    Belum ada peringkat